Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

BAB V

ANALISA EKONOMI

Analisa ekonomi dari perancangan pabrik Ammonium Cloride

dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan pabrik yang dirancang layak untuk

dibangun atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dievaluasi atau

penilaian investasi yang ditinjau dari :

1. Profit on Sales

2. Return of investment

3. Pay out time

4. Break event point

5. Shut Down Point

6. Discounted Cash Flow

Untuk menunjang faktor-faktor tersebut di atas perlu diadakan

penaksiran terhadap beberapa faktor, yaitu :

1. Penaksiran modal industri (Total Capital Invesment) yang terdiri dari :

a. Modal tetap (Fixed Capital Invesment)

b. Modal kerja (Working Capital Invesment)

2. Penentuan biaya produksi total (Production Cost) yang terdiri dari :

a. Biaya pembuatan (Manufacturing Cost)

b. Biaya pengeluaran umum (General Cost)

3. Total pendapatan

(Petters and TimmerHaus, 1990, pg.27)

44
5.1 Penaksiran Harga Peralatan

No. Tahun CEP


1 2000 361,3
2 2001 358,2
3 2002 359,2
4 2003 368,1
5 2004 381,1
6 2005 384,7
7 2006 386,5
8 2007 389,5
9 2008 390,6
10 2009 391,1

Tabel 5. Indeks Ekonomi tahun 2000 – 2009 Chemical Engineering


Magazine”, Juni 2009

Harga alat proses industri setiap tahun mengalami perubahan sesuai

dengan kondisi perekonomian pada saat tersebut. Untuk mengetahui harga-harga

peralatan yang ada sekarang dapat ditaksir berdasarkan harga aktual yang ada di

pasar.

Untuk memperkirakan harga alat, diperlukan indeks yang dapat digunakan

untuk mengkonversikan harga alat pada masa yang lalu sehingga diperoleh harga

alat pada saat sekarang atau mendatang. Penentuan harga alat menggunakan

persamaan :

Nx
Ex  Ey (Reff.Aries Newton, hal. 16)
Ny

Dengan :

Ex = Harga pembelian alat pada tahun 2011

Ey = Harga pembelian alat pada tahun referensi

45
Nx = Indeks harga tahun 2011

Ny = Indeks harga tahun referensi

Untuk jenis alat yang sama tetapi kapasitas berbeda, harga suatu alat dapat

diperkirakan dengan menggunakan persamaan pendekatan sebagai berikut :

n
 Cb 
Eb  Ea  (Reff. Aries Newton, pg. 15)
 Ca 

Dengan :

Ea = Harga alat dengan kapasitas diketahui

Eb = Harga alat dengan kapasitas dicari

Ca = Kapasitas alat A

Cb = Kapasitas alat B

N = eksponen

5.2. Dasar Perhitungan

1. Kapasitas produksi

Kapasitas produksi = 35.000 ton/tahun

Satu tahun operasi = 330 hari

Pemesanan alat = tahun 2014

Pabrik dibangun = tahun 2015

Pabrik beroperasi = tahun 2016

Asumsi kurs dollars = Rp. 9.500,00 / 1 US$

2. Kebutuhan bahan baku dan produk

Ammonium Sulfat = 46.448.500 kg/tahun

46
Sodium Chloride = 38.271.000 kg/tahun

Ammonium Chloride = 35.000.000 kg/tahun

Harga Ammonium Sulfat = US$ 0,43 / kg

Harga Sodium Chloride = US$ 0,08 / kg

Harga Ammonium Chloride = US$ 1,1 / kg

Harga Sodium Sulfat = US$ 0,6 / kg

5.3. Perhitungan Biaya Produksi (Production Cost)

5.3.1. Penaksiran Modal Industri (Total Capital Investment)

Capital investment adalah banyaknya pengeluaran-pengeluaran yang

diperlukan untuk mendirikan fasilitas-fasiltas pabrik dan untuk

mengoperasikannya. Capital investment terdiri dari :

1. Modal Tetap (Fixed Capital Investment)

Adalah biaya yang diperlukan untuk mendirikan fasilitas-fasilitas pabrik dan

pembuatannya.

2. Modal Kerja (Working Capital Investment)

Adalah usaha atau modal yang diperlukan untuk menjalankan usaha atau

modal untuk menjalankan operasi dari suatu pabrik selama waktu tertentu.

(Reff. Aries Newton, pg. 1-11)

47
5.3.2. Penentuan Biaya Pembuatan (Manufacturing Cost)

Manufacturing cost merupakan jumlah dari direct, indirect, dan fixed

manufacturing cost, yang bersangkutan dalam pembuatan produk. Manufacturing

cost meliputi :

1. Direct Manufacturing Cost (DMC)

Adalah pengeluaran yang berkaitan khusus dalam pembuatan produk

2. Indirect Manufacturing Cost (IMC)

Adalah pengeluaran-pengeluaran sebagai akibat tidak langsung karena operasi

pabrik

3. Fixed Manufacturing Cost (FMC)

Adalah harga yang berkenaan dengan fixed capital dan pengeluaran yang

bersangkutan dimana harganya tetap, tidak bergantung pada waktu maupun

tingkat produksi.

(Reff. Aries Newton, pg. 118-182)

5.3.3 General Expense

General expense atau pengeluaran umum meliputi pengeluaran-

pengeluaran yang bersangkutan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang tidak

termasuk manufacturing cost.

(Reff. Aries Newton, pg. 186-187)

48
5.4. Analisa Kelayakan

Untuk dapat mengetahui keuntungan yang diperoleh tergolong besar atau

tidak, dan untuk mengetahui pabrik tersebut potensial atau tidak untuk didirikan,

maka dilakukan suatu analisa kelayakan.

Beberapa cara yang digunakan untuk menyatakan kelayakan adalah :

5.4.1. Percent Profit on Sales (POS)

Pr ofit
POS = x 100%
Harga jual produk

5.4.2. Percent Return on Investment (ROI)

Return on Investment adalah perkiraan keuntungan yang dapat diperoleh

setiap tahun, didasarkan pada kecepatan pengembalian modal tetap yang

diinvestasikan.

profit
ROI = x 100%
FCI

(Reff. Aries Newton, pg. 193)

5.4.3. Pay Out Time POT

Pay Out Time adalah waktu pengembalian modal yang dihasilkan

berdasarkan keuntungan yang dicapai. Keuntungan ini diperlukan untuk

mengetahui dalam beberapa tahun investasi yang telah dilakukan akan kembali

untuk kembalinya capital investment dengan pofit sebelum dikurangi depresiasi.

FCI
POT = x 100%
Pr ofit  depresiasi

(Reff. Aries Newton, pg. 195)

49
5.4.4. Break Event Point (BEP)

Break Even Point adalah titik yang menunjukan pada tingkat berapa biaya

dan penghasilan jumlahnya sama atau titik batas produksi, dimana pabrik

dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Dengan BEP kita dapat menentukan harga

jual dan jumlah unit yang dijual secara minimum dan bearapa haraga serta unit

penjualan harus dicapai agar mendapat keuntungan.

Fa  0,3Ra
BEP  x 100%
Sa  Va  0,7 Ra

Dengan :

Fa = Fixed manufacturing cost

Ra = Regulated cost

Va = Variabel cost

Sa = Penjualan cost

(Reff. Aries Newton, pg. 206)

5.4.5. Shut Down Point (SDP)

Shut Down Point adalah suatu titik atau saat penentuan suatu aktifitas

produksi dihentikan. Persen kapasitas minimal suatu pabrik dapat mencapai

kapasitas produk yang diharapkan dalam setahun. Apabila tidak mampu mencapai

persen kapasitas minimal tersebut dalam satu tahun, maka pabrik harus berhenti

operasi atau tutup.

0,3Ra
SDP  x 100%
Sa  Va  0,7 Ra

(Reff. Aries Newton, pg. 207)

50
Dengan :

Fa = Fixed manufacturing cost

Ra = regulated cost

Va = Variabel cost

Sa = Penjualan cost

5.4.6. Discounted Cash Flow (DCF)

Discounted Cash Flow adalah salah satu cara untuk menganalisa

kelayakan ekonomi pabrik, dimana DCF didefinisikan sebagai jumlah uang dari

keuntungan yang tidak digunakan untuk mengembalikan pinjaman modal dan

bunganya.

Harga ditrial sehingga didapat harga i :

(FCI + WCI) (1 + i)n = CF{(1 + i)n-1 + … + (1 + i)n-n} + WCI + SV

(Petters and TimmerHaus, 1990, pg.301)

51
5.5 Hasil Perhitungan

5.5.1. Capital Investment

1. Fixed Capital Invesment

Tabel 1 Physical Plant Cost ( PPC )

No Jenis Biaya ( $ ) Biaya (Rp)

1 Purchased equipment cost 5.668.628,8 -


2 Instalasi alat 462.247,2 3.345.786.000
3 Pemipaan 1.865.497,7 3.868.567.200
4 Instrumentasi 891.476,7 627.330.600
5 Insulasi 119.230,3 522.775.500
6 Listrik 376.034,2 522.775.500
7 Bangunan
8 Tanah
9 Utilitas 1.467.451,5
Total PPC 8.850.566,4 163.887.234.800
Jadi Total PPC = US$ 8.850.566,4 + Rp 163.887.234.800,-

Tabel 2. Fixed Capital Investment ( FCI )

No Jenis PPC Biaya ( US $ ) Biaya ( Rp )

1. Direct Plant Cost 10.620.679,6 196.664.681.800

2. Contractor’s Fee 1.062.067,9 19.666.468.180

3. Contigency 2.655.169,9 49.166.170.450

4. Environment 1.1. 917.157,2

Total FCI 15.255.074,6 265.497.320.400,-


Jadi Total FCI = US$ 15.255.074,6 + Rp 265.497.320.400,-

= Rp 410.420.529.100,-

52
= US$ 43.202.160,9

2. Working Capital Investment (WCI)

1. Raw Material Inventory = Rp 10.650.528.000,-

2. Total In Process Inventory = Rp 195.336.723,1

3. Total Product Inventory = Rp. 17.580.305.080,-

4. Total Extended Credit = Rp. 28.607.446.730,-

5. Available Cash = Rp. 35.160.610.160,-

Total WCI = Rp 92.194.226.690,-

5.5.2. Manufacturing Cost Investment MCI)

1. Direct Manufacturing Cost (DMC)

1. Total Biaya Bahan Baku = Rp. 218.828.082.500,-

2. Total Labor Cost = Rp. 1.566.000.000,-

3. Total Biaya Supervisi = Rp. 510.000.000,-

4. Total Maintenance = Rp. 41.042.052.910,-

5. Total Plant Supplies = Rp. 6.156.307.937,-

6. Total Royalties and Patent = Rp. 31.468.191.400,-

7. Total Utilities = Rp. 32.117.586.880,-

Total DMC = Rp. 331.688.221.600,-

53
2. Indirect Manufacturing Cost (IMC)

Tabel 1. Total Indirect Manufacturing Cost ( IMC )

No IMC Biaya ( Rp )
1. Payroll Overhead 234.900.000

2. Laboratory 156.600.000

3. Plant Overhead 783.000.000

4. Packaging & Shipping 25.174.553.120

Total IMC (Rp) 26.349.053.120


Total IMC (US$) 2.773.584,5

3. Fixed Manufacturing Cost (FMC)

Tabel. 2 Total Fixed Manufacturing Cost ( FMC )


No FMC Biaya ( Rp )
1. Depresiasi 20.521.026.460
2. Property taxes 4.104.205.291
3. Asurance 4.104.205.291
Total FMC (Rp) 28.729.437.040
Total FMC (US$) 3.024.151,3

Total Manufacturing Cost Investment (MCI)

Tabel. 3 Total Manufacturing Cost ( MC )


No MC Biaya ( Rp )
1. Direct Manufacturing Cost 331.688.221.600
2. Indirect Manufacturing Cost 26.349.053.120
3. Fixed Manufacturing Cost 28.729.437.040
Total MC (Rp) 386.766.711.800
Total MC (US$) 40.712.285,4

54
5.5.3.`General Expense (GE)

Tabel 4 Total General Expence

No GE Biaya ( Rp )
1. Administrasi 2.876.000.000
2. Sales Expence 77.353.342.360
3. Reseach 19.338.335.590
4. Finance 62.681.684.660
Total GE (Rp) 162.249.362.600
Total GE (US$) 17.078.880,3

5.5.4 Keuntungan

Keuntungan sebelum pajak = Rp. 99.686.089.700,-

Keuntungan sesudah pajak = Rp. 79.748.871.950,-

5.5.5 Analisa Kelayakan

1. Percent Profit on Sales

 POS sebelum pajak = 15,8 %

 POS Setelah pajak = 12,6 %

2. Return on Investment (ROI)

 ROI sebelum pajak = 24,2 %

 ROI sesudah pajak = 19,4 %

3. Pay Out Time (POT)

 POT sebelum pajak = 2,9 tahun

 POT sesudah pajak = 3,4 tahun

55
4. Break Even Point (BEP) = 53,4 %

5. Shut Down Point SDP) = 36,8 %

6. Discounted Cash Flow = 35,8 %

56

You might also like