Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 32

STABILITAS OBAT 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap

orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha

obat sampai ke pasien. Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan

dimasukkan ke dalam rantai peristiwa kestabilan dan tak tercampurkan

proses laju umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidakaktifan

obat melalui penguraiaan obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena

perubahan bentuk fisik dan kurang diinginkan dari obat tersebut

(Martin,1993).

Pentingnya uji stabilitas pada pengembangan bentuk sediaan

farmasi telah diakui dalam industri farmasi. Penerapan prinsip kimia-fisika

tertentu pada pelaksanaan pengkajian stabilitas telah terbukti sangat

menguntungkan pengembangan sedian yang stabil (Lachman, 2012).

Reaksi penguraian dalam formulasi farmasi berlangsung pada laju

tertentu dan bersifat kimiawi. Kondisi yang berpengaruh antara lin

konsentrasi reaktan, temperatur, pH, radiasi, dan katalisator. Untuk

mempelajari reaksi-reaksi tersebut secara efektif dan efesien diperlukan

penerapan prinsip kietika kimia (Lachman, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukanlah percobaan

penentuan umur simpan paracetamol dan penetapan kadar sirup

paracetamol.

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 2

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menerangkan faktor-

faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat, menentukan energi

aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat, dan menentukan usia simpan

suatu zat.

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat), disimpan

dalam kondisi penyimpanan dan pengangkutannya tidak menunjukkan

perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperoleh

(Voigt, 1995 : 607). Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat

fisika dan kimia pada sediaan yang dibuat (termasuk eksipien dan sistem

kemasan yang digunakan untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan

seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008 : 5).

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk

mempertahankan sifat dan katakteristiknya agar sama dengan yang

dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas,

dan kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008 : 4).

Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang

diperlakukan untuk dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan

mikrobiologi. Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsistensi, warna,

aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan

berat, adanya uap, bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 1957 : 73).

Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan potensi

(bahan aktif), kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet, antioksidan,

dan lainnya). Stabilitas mikrobiologi meliputi perkembangbiakan

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 4

mikroorganisme pada sediaan non steril, sterilisasi, dan perubahan

fektivitas pengawet (Jenkins, 1957 : 73).

Adapun efek-efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan

produk farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya konsentrasi zat aktif,

bahan obat berubah, hilangnya keseragaman kandungan, menurunnya

status mikrobiologi, hilangnya kekedapan kemasan, modifikasi faktor

hubungan fungsional, serta faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan,

dan cahaya (Joshita, 2008 : 8).

Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan

dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting

mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan

memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang

membutuhkan. Obat yang disimpan dalam jangka waktu lama dapat

mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien

berkurang. Adanya hasil uraian zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat

membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor

yang mempengaruhi kestabilan sutau zat sehingga dapat dipilih

pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga (Anonim,

2015 : 13).

Sejumlah besar zat kemoterapi modern ini adalah asam lemah atau

basa lemah. kelarutan zat-zat ini dapat dengan mudah atau nyata

dipengaruhi oleh pH lingkungan. Melalui pemakaian hukum aksi massa ,

kelarutan obat – obat asam – asam lemah maupun basa – basa lemah

dapat diramalkan, sebagai fungsi pH, dengan derajat ketetapan yang

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 5

besar. Dalam memilih pH lingkungan untuk kelarutan yang memadai ada

beberapa faktor yang lainnya yang perlu diperhatikan , pH memenuhi

persyaratan kelarutan tidak harus bertentangan dengan persyaratan

produk lain. Jika pH kritis untuk menjaga kelarutan obat , sistem tersebut

harus dapar dalam kisaran pH yang diinginkan, dapar harus aman secara

biologis, mempunyai sedikit atau tidak mempunyai efek merusak terhadap

stabilitas produk akhir (Lachman, 1994 : 1523).

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas obat (Attwood, 2008 :

34-38):

a. pH

pH memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju dekomposisi obat

yang dihidrolisis dalam larutan dan biasanya untuk meminimalkn efek

efek pH stabilitas maksimum digunakan buffer.

b. Kekuatan ionik

Laju reaksi akan meningkat dengan penambahan elektrolit ketika reaksi

terjadi antara ion dengan muatan yang sama. Laju reaksi akan

menurun dengan penambahan elektrolit ketika reaksi terjadi antara ion

atau muatan yang berlawanan.

c. Efek pelarut

Gradasi akan menjadi negatif ketika muatan ion obat dan spesies

berinteraksi adalah sama. Ini berarti jika kita mengganti air dengan

pelarut konstanta dialektrik yang lebih rendah maka kita akan mencapai

efek yang diinginkan atau mengurangi reaksi akhir. Gradien akan

posotif jika ion obat dan ion yang beribteraksi adalah tanda yang

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 6

berlawanan dan olek karena itu pilihan pelarut non polar hanya

menghasilkan peningkatan dekomposisi.

d. Oksigen

Kerentanan obat terhadap oksigen dapat diuji dengan membandingkan

stabilitasnya dalam amponil yang dibajak dengan oksigen hinggga saat

disimpana di bawah nitrogen. Obat-obat yang memiliki tingkat

dekomposisi yang lebih tinggi ketika terkena oksigen dpat distabilkan

dengan mengganti oksigen dalam wadah penyimpanan.

e. Cahaya

Kerentanan obat terhadap cahaya dapat dengan mudah diuji degan

membandingkan stabilitasnya ketika terkena cahaya dan ketika

disimpan di tempat yang gelap. Obat photolahile harus disimpan dalam

wadah kaca amber dan sebagai tindakan pencehan tambahan maka

harus disimpan di tempat yang gelap.

f. Suhu

Efek suhu terhadap stabilitas kadang-kadang dapat dijeaskan oleh

persamaan Arhenius, tetapi komplikasi muncul jika bentuk sedian

meleleh pada peningkatan suhu.


𝑑𝐶
Laju atau kecepatan reaksi diberikan sebagai  𝑑𝑡 . Artinya ternjadi

penambahan (+) atau pengurangan konsentrasi (C) dalam selang waktu

dt. Menurut hukum aksi massa, laju suatu reaksikimia sebanding dengan

hasil kali dari konsentrasi molar reaktan yang masing-masing

dipangkatkan denga angka yang menunjukkan jumlah molekul dari zat-

zat yang ikut serta dlam reaksi. Dalam reaksi aA + bB +... = produk

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 7

Laju reaksinya adalah :

1 𝑑(𝐴)
Laju = -𝑎 𝑑𝑡

1 𝑑(𝐵)
= -𝑏 =...= k (A)a(B)b
𝑑𝑡

K adalah konstanta laju. Laju berkurangnya masing-masing komponen

reaksi diberikan dalam bentuk jumlah mol ekuivalen masing-masing

komponen yang ikut serta dalam rekasi (Martin, 1993 : 725).

Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap

orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha

obat sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan

bahwa bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil

sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dimana

obat tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau racun. Ahli farmasi

harus mengetahui ketidakstabilan potensial obat yang dibuatnya. Dokter

dan penderita harus diyakinkan bahwa obat yang digunakannya akan

sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang cukup untuk

mencapai efek pengobatan yang diinginkan (Martin, 1993 724).

Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimaksudkan dalam

rantai peristiwa ini (Martin, 1993 : 724) :

1. Kestabilan dan tak tercakup proses laju umumnya adalah suatu yang

menyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian obat, atau

melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia

yang kurang diinginkan dari obat tersebut.

2. Disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat

dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 8

3. Proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi beberapa proses berkaitan

dengan laju absorbsi obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam

tubuh dan laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan

berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh

lemak, dan melalui jalur-jalur penglepasan.

4. Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk yang

tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan

suatu proses laju.

Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat

farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan

hidrolisis.Barangkali paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari

sistem farmasi. Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung

obat-obat labil air harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat

dibantu dengan menggunakan suatu penyalut pelindung tahan air

menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah

tertutup kuat (Ansel, 1989 : 157).

Pada masa lalu banyak perusahaan farmasi mengadakan evaluasi

mengenai kestabilan sediaan farmasi dengan pengamatan selama atau

lebih, sesuai dengan waktu normal yang diperlukan dalam penyimpanan

dan dalam penggunaan. Metode seperti itu memakan waktu dan tidak

ekonomis. Penelitian yang dipercepat pada temperatur tinggi juga banyak

dilakukan oleh banyak perusahaan, tetapi kriterianya sering merupakan

kriteria buatan yang tidak didasarkan pada prinsip-prinsip dasar kinetik.

Contohnya, beberapa perusahaan menggunakan aturan bahwa

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 9

penyimpanan cairan pada 37ºC mempercepat penguraian 2 kali lajunya

pada temperatur normal, sementara perusahaan lain mengandaikan

bahwa kondisi tersebut mempercepat penguraian dengan 20 x laju

normal. Telah dibuktikan bahwa koefisien temperatur buatan dan

kestabilan tidak dapat diterapkan pada sediaan-sediaan cair dan sediaan

farmasi yang lain. Perkiraan waktu penyimpanan harus diikuti dengan

analisis yang dirancang secara hati-hati untuk bermacam-macam bahan

dalam tiap produk jika hasilnya cukup berarti (Martin, 1993 : 811).

Orde reaksi. Dari hukum aksi massa, suatu garis lurus didapat bila

laju rekasi diplot sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan dipangkatkan

dengan bilangan tertentu. Orde-orede reaksi keseluruhan adalah jumlah

pangkat konsentrasi-konsentrasi yang menghasilkan sebuah garis lurus.

Orde bagi tipa reaktan adalah pangkat dari tiap konsentrasi reaktan

(Martin, 1993 : 726).

Agar sampai pada satuan untuk konstanta laju yang muncul dalam

hukum laju orde nol; orde pertama; dan orde kedua, persmaan yang

menyatakan hukum tersebut dalam bentuk variabel persamaan itu. Orde-

orde reaksi (Martin, 1993 : 730):

reaksi orde nol :

k [A] = k0
𝑑𝐴
− 𝑑𝑡 = k0

𝑑𝐴 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑚𝑜𝑙
k = − 𝑑𝑡 = = 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘= mol liter-1 detik -1
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 10

untuk reaksi orde pertama:

𝑑𝐴 1 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 1
k = − 𝑑𝑡 = = = detik -1
𝐴 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑜𝑙/ 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

2,303 𝑎
k= log (𝑎−𝑥)
𝑡

dan untuk reaksi orde dua:

𝑑𝐴 1 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
k = − 𝑑𝑡 = 𝐴2= = = liter detik -1 mol -1
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 (𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)2 𝑚𝑜𝑙 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

2,303 𝑏(𝑎−𝑥)
k= log 𝑎(𝑏−𝑥)
𝑡(𝑎−𝑏)

Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode (Martin,

1993 : 745):

a. Metode subtitusi. Data yang terkumpul dari pengamatan jalannya suatu

reaksi disubtitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaanberbagai

orde reaksi. Jika persamaan itu mengasilkan harga k yang tetap

konstan batas-batas variasi percobaan, amka reaksi dianggap berjalan

sesuai orde tersebut.

b. Metode grafik. Plot data yang mebentuk grafik dapat digunakan untuk

mengetahui orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan

didapatkan garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde

pertama bila log (a - x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu

reaksi orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1(a - x) diplot

terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1/(a - x)2 terdpat

t menghasilkan garis lurus dengan menaruh rekatan yang sama

konsentrasi mula-mulanya, reaksi adalah orde ketiga.

c. Metode waktu paruh. Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding

dengan konsentrasi awal,a. Waktu paruh orde pertama tidak

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 11

bergantung pada a. Waktu paruh orde kedua, dimana a=b sebanding

dengan 1/a.

Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk meruluh/

hilangnya zat menjadi separuhnya, yakni waktu di mana a berkurang

menjadi 1/2a. Berikut adalah persamaan waktu paruh pada setiap orde

reaksi (Martin, 1993 : 746):


𝑎
a. Orde nol t1/2= 2𝑘

0,693
b. Orde pertama t1/2 = 𝑘

1
c. Orde kedua t1/2 = 𝑎𝑘

Dalam bidang farmasi, waktu yang diperlukan oleh 10% obat untuk

terurai (t90) perlu diketahui, karena menyataka batas penguraian bahan

berkhasiat yang wajar. Nilai t10% dapat dihitung sebagai berikut:


2,303 100 0,104
t10% = log =
𝑘 90 𝑘

0,104
t10% = 𝑘

t10% = 0,152 t1/2

Perlu dicatat bahwa nilai t1/2 atau t10% tidak tergantung pada konsentrasi.

Dengan kata lain, untuk mengurangi konsentrasi obat dari 0,1 mol menjadi

0,05 mol ataupundari 0,001 mol menjadi 0,0005 mol diperlukan waktu

yang sama (Lachaman, 2012 : 1521).

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 12

B. Uraian Bahan

1. Air Suling (Ditjen POM, 1979, : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O / 18.02

Rumus struktur :H-O–H

Pemerian : Caiaran jernih, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 412)


Nama Resmi : NATRII HYDROKSIDUM

Nama Lain : Natrium hidroksida

Berat Molekul : 40,00 g/mol

Rumus Molekul : NaOH

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keeping, kering, keras, rapuh, dan

menunjukkan susunan hablur, putih, mudah

meleleh basa. Sangat alkalis dan korosif.

Segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi.

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 13

3. Sirup Paracetamol

Nama : SANMOL PARACETAMOL

Produksi : Sanbe Farma

Komposisi : Paracetamol 120 mg / 5 mL syrup

Dosis : Anak < 1 tahun ; 3 – 4 x sehari 2,5 mL sirup

Anak 1 – 3 tahun ; 3-4 x sehari 2,5 mL

Anak 3 – 6 tahun ; 3-4 x sehari 2,5 mL

Anak 6 – 12 tahun ; 3-4 x sehari 2,5 mL

Diatas 12 tahun ; 3-4 x sehari 2,5 mL

No.registrasi : DBL9722221636A1

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 14

BAB III

METODE KERJA

A. Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan stabilitas obat yaitu

botol semprot, batang pengaduk, timbangan, labu takar 100 mL, gelas

kimia 100 ml, gelas ukur 10 mL, kuvet, labu takar 50 mL, labu takar 10

mL, oven, spektofotometer, sendok tanduk, stopwatch, termometer dan

vial.

B. Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan adalah aquadest, larutan NaOH 0,1

N, sirup parasetamol.

C. Cara Kerja

a. Penentuan umur simpan sirup parasetamol

Sirup paracetamol dimasukkan ke dalam 21 vial masing-masing

sebanyak 5 mL, kemudian vial-vial tersebut dimasukkan ke dalam oven

dengan suhu 30℃, 40℃, dan 50℃, pada jam ke 0, 30, 60, 90, 120, 150,

dan 180 menit diambil vial dan diukur kadar parasetamol.

b. Penetapan kadar sirup parasetamol

Sirup parasetamol sebanyak 1 mL ditambahkan dalam larutan

natrium hidroksida 0,1 N, hingga 10 mL kemudian dipipet sebanyak 1

mL ditambahkan air hingga 50 mL, ukur serapannya. Hitung bobot zat

dalam mg dalam sirup.

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel pengamatan

Suhu 300 C

Waktu (m) Absorbansi C 1/C Log C

5 0,397 5904,76 1,69 x 10-4 3,771

30 0,325 4761,90 2,10 x 10-4 3,677

60 0,267 3841,26 2,60 x 10-4 3,584

90 0,223 3142,85 3,18 x 10-4 3,497

120 0,235 6666,66 1,50 x 10-4 3,823

150 0,230 6507,93 1,53 x 10-4 3,813

180 0,202 5619,04 1,77 x 10-4 3,749

Suhu 400 C

Waktu (m) Absorbansi C 1/C Log C

5 0,528 7984,12 1,25 x 10-4 3,902

30 0,310 4523,80 2,21 x 10-4 3,655

60 0,293 4253,96 2,35 x 10-4 3,628

90 0,249 7111,11 1,40 x 10-4 3,851

120 0,238 6761,90 1,47 x 10-4 3,830

150 0,228 6444,44 1,55 x 10-4 3,809

180 0,223 6285,71 1,59 x 10-4 3,798

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 16

Suhu 500 C

Waktu (m) Absorbansi C 1/C Log C

5 0,278 8031,74 1,24 x 10-4 3,904

30 0,268 7714,28 1,29 x 10-4 3,887

60 0,260 7460,31 1,34 x 10-4 3,872

90 0,241 6857,14 1,45 x 10-4 3,836

120 0,240 6825,39 1,46 x 10-4 3,834

150 0,236 6698,41 1,49 x 10-4 3,825

180 0,230 6507,93 1,53 x 10-4 3,813

Kurva Baku

Konsentrasi Absorbansi

2 0,159

4 0,274

6 0,399

8 0,53

10 0,655

12 0,787

a = 0,025

b = 0,063

r = 0,999

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 17

Penentuan orde reaksi

suhu Orde reaksi a b r

300 C 0 4582,34 6,878 0,326

1 2,28 x 10-4 -2,54 x 10-4 -0,257

2 3,609 5,63 x 10-4 0,291

400 C 0 6021,32 1,914 0,090

1 1,82 x 10-4 -1,54 x 10-4 -0,233

2 3,7574 2,68 x 10-4 0,168

500 C 0 7950,03 -8,746 -0,964

1 1,24 x 10-4 1,86 x 10-4 0,974

2 3,9007 -5,26 x 10-4 -0,970

Koefisien koreksi = orde 1

Suhu Orde r

300 C 0 0,325

1 -0,257

2 0,291

400 C 0 0,090

1 -0,233

2 0,168

500 C 0 -0,964

1 0,974

2 -0,970

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 18

Suhu b K

300 C -2,541 x 10-7 5,851 x 10-7

400 C -1,545 x 10-7 3,558 x 10-7

500 C 1,681 x 10-7 -3,871 x 10-7

Penentuan nilai K untuk umur simpan pada suhu 250 C

Suhu (0C) Suhu (0K) 1/T (x) K Log K

30 303 3,3 x 10-3 5,851 x 10-7 -6,232

40 313 3,19 x 10-3 3,558 x 10-7 -6,448

50 323 3,09 x 10-3 3,871 x 10-7 -6,412

25 298 3,35 x 10-3 0,000284 -3,546

2. Grafik

KURVA BAKU
0.9
0.8 y = 0.0631x + 0.0259
0.7 R² = 0.9996
ABSORBANSI

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
KOSENTRASI

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 19

3. Perhitungan

Pada suhu 300 C

a. Pada waktu 5 menit

Y = 0,397
C = 5904,76
100
Fp = = 1000 1
0,1 = 1,69 × 10-4
𝐶
y−a
X = x Fp Log C = 3,771
b

0,397−(0,025)
= x 1000
0,063

= 5904,76 ppm

b. Pada waktu 30 menit


C = 4761,90
Y = 0,325
1
100 = 2,10 × 10-4
𝐶
Fp = = 1000
0,1
Log C = 3,677
y−a
X = x Fp
b

0,325−(0,025)
= x 1000
0,063

= 4761,90 ppm

c. Pada waktu 60 menit

Y = 0,267 C = 3841,26
1
Fp =
100
= 1000 = 2,60 × 10-4
𝐶
0,1

y−a Log C = 3,584


X = x Fp
b

0,267−(0,025)
= x 1000
0,063

= 3841,26 ppm

d. Pada waktu 90 menit

Y = 0,223

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 20

100
Fp = = 1000
0,1
C = 3142,85
y−a
X = x Fp 1
b = 3,18 × 10-4
𝐶
0,223−(0,025)
= x 1000 Log C = 3,497
0,063

= 3142,85 ppm

e. Pada waktu 120 menit

Y = 0,235
C = 6666,66
100
Fp = 0,05 = 2000
1
= 1,50 × 10-4
𝐶
y−a
X = x Fp
b C = 3,823
0,235−(0,025)
= x 2000
0,063

= 6666,66 ppm

f. Pada waktu 150 menit


C = 6507,93
Y = 0,230
1
= 1,53 × 10-4
100 𝐶
Fp = 0,05 = 2000
Log C = 3,813
y−a
X = b
x Fp

0,230−(0,025)
= x 2000
0,063

= 6507,93ppm

g. Pada waktu 180 menit


C = 5619,04
Y = 0,202 1
= 1,77 × 10-4
𝐶
100
Fp = 0,05 = 2000
Log C = 3,749
y−a
X = x Fp
b

0,202−(0,025)
= x 2000
0,063

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 21

= 5619,04ppm

Pada suhu 400 C

a. Pada waktu 5 menit

Y = 0,528 C = 7984,12

100 1
Fp = = 1000 = 1,25 × 10-4
0,1 𝐶

y−a Log C = 3,902


X = x Fp
b

0,528−(0,025)
= x 1000
0,063

= 7984,12 ppm

b. Pada waktu 30 menit


C = 4523,80
Y = 0,310
1
= 2,21 × 10-4
100 𝐶
Fp = = 1000
0,1
Log C = 3,655
y−a
X = x Fp
b

0,310−(0,025)
= x 1000
0,063

= 4523,80 ppm

c. Pada waktu 60 menit

Y = 0,293 C = 4253,96
100 1
Fp = = 1000 = 2,35 × 10-4
0,1 𝐶

y−a
X = x Fp Log C = 3,629
b

0,293−(0,025)
= x 1000
0,063

= 4253,96 ppm

d. Pada waktu 90 menit

Y = 0,249

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 22

100
Fp = 0,05 = 2000
C = 7111,11
y−a 1
X = x Fp = 1,40 × 10-4
b 𝐶

0,249−(0,025) Log C = 3,851


= x 2000
0,063

= 7111,11 ppm

e. Pada waktu 120 menit

Y = 0,238
C = 6761,90
100
Fp = 0,05 = 2000 1
= 1,47 × 10-4
𝐶
y−a
X = x Fp
b Log C = 3,830
0,238−(0,025)
= x 2000
0,063

= 6761,90 ppm

f. Pada waktu 150 menit

Y = 0,228 C = 6444,44
100 1
Fp = 0,05 = 2000 = 1,55 × 10-4
𝐶

y−a Log C = 3,809


X = b
x Fp

0,228−(0,025)
= x 2000
0,063

= 6444,44 ppm

g. Pada waktu 180 menit


C = 6285,71
Y = 0,223 1
= 1,59 × 10-4
𝐶
100
Fp = 0,05 = 2000
Log C = 3,798
y−a
X = x Fp
b

0,223−(0,025)
= x 2000
0,063

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 23

= 6285,71 ppm

Pada suhu 500 C

a. Pada waktu 5 menit

Y = 0,278 C = 8031,74
100 1
Fp = 0,05 = 2000 = 1,24 × 10-4
𝐶

y−a Log C = 3,904


X = x Fp
b

0,278−(0,025)
= x 2000
0,063

= 8031,74ppm

b. Pada waktu 30 menit

Y = 0,268
C = 7714,28
100
Fp = 0,05 = 2000 1
= 1,29 × 10-4
𝐶
y−a
X = x Fp
b Log C = 3,887
0,268−(0,025)
= x 2000
0,063

= 7714,28 ppm

c. Pada waktu 60 menit

Y = 0,260
C = 7460,31
100
Fp = 0,05 = 2000
1
= 1,49 × 10-4
𝐶
y−a
X = x Fp
b Log C = 3,872
0,260−(0,025)
= x 2000
0,063

= 7460,31 ppm

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 24

d. Pada waktu 90 menit

Y = 0,241
100
C = 6857,14
Fp = 0,05 = 2000
1
= 1,45 × 10-4
𝐶
y−a
X = x Fp
b
Log C = 3,836
0,241−(0,025)
= x 2000
0,063

= 6857,14 ppm

e. Pada waktu 120 menit

Y = 0,240
C = 6825
100
Fp = 0,05 = 2000 1
= 1,46 × 10-4
𝐶
y−a
X = x Fp
b Log C = 3,834
0,240−(0,025)
= x 2000
0,063

= 6825,41 ppm

f. Pada waktu 150 menit

Y = 0,236 C = 6698,41
1
Fp
100
= 0,05 = 2000 = 1,49 × 10-4
𝐶

y−a Log C = 3,825


X = x Fp
b

0,236−(0,025)
= x 2000
0,063

= 6698,41 ppm

g. Pada waktu 180 menit

Y = 0,230
100
Fp = 0,05 = 2000

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 25

y−a
X = x Fp
b C = 6507,93
0,230−(0,025) 1
= x 2000 = 1,53 × 10-4
0,063 𝐶

= 6507,93 ppm Log C = 3,813

Penentuan nilai K

Pada suhu 300 C

K = -b x 2,303

= -(-2,541 x 10-7) x 2,303

= 5,851 x 10-7

Pada suhu 400 C

K = -b x 2,303

= -(-1,545 x 10-7) x 2,303

= 3,558 x 10-7

Pada suhu 500 C

K = -b x 2,303

=-1,681 x 10-7) x 2,303

= -3,871 x 10-7

= 3,871 x 10-7

Penentuan nilai K untuk umur simpan pada suhu 250 C

a = -3,547

b = -9 x 10-3

r = -0,777

y = a + bx

= -3,547 + -9 x 10-3 (3,35 x 10-3)

= -3,547 + (-3,015 x 10-5)

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 26

y = -3,546

y = log K

K = antilog y

= antilog -3,546

= 0,000284

T1/2 = 0,693 / K

= 0,693 / 0,000284

= 2440,14

T90 = 0,105 / K

= 0,105 / 0,000284

= 369,71

B. Pembahasan

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk

mempertahankan sifat dan katakteristiknya agar sama dengan yang

dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi (Joshita, 2008 : 4). Beberapa

jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang diperlakukan

untuk dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan mikrobiologi.

Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsistensi, warna, aroma, rasa,

kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat, adanya

uap, bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 1957 : 73).

Orde reaksi. Dari hukum aksi massa, suatu garis lurus didapat bila

laju rekasi diplot sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan dipangkatkan

dengan bilangan tertentu. Orde-orede reaksi keseluruhan adalah jumlah

pangkat konsentrasi-konsentrasi yang menghasilkan sebuah garis lurus.

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 27

Orde bagi tipa reaktan adalah pangkat dari tiap konsentrasi reaktan

(Martin, 1993 : 726).

Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk meruluh/

hilangnya zat menjadi separuhnya, yakni waktu di mana a berkurang

menjadi 1/2a (Martin, 1993 : 746). Dalam bidang farmasi, waktu yang

diperlukan oleh 10% obat untuk terurai (t90) perlu diketahui, karena

menyataka batas penguraian bahan berkhasiat yang wajar. Perlu dicatat

bahwa nilai t1/2 atau t10% tidak tergantung pada konsentrasi. Dengan kata

lain, untuk mengurangi konsentrasi obat dari 0,1 mol menjadi 0,05 mol

ataupundari 0,001 mol menjadi 0,0005 mol diperlukan waktu yang sama

(Lachaman, 2012 : 1521).

Pada praktikum ini diberikan perlakuaan yang berbeda berupa suhu

yang bervariasi. Adapun suhu pada praktikum ini adalah 30 ℃, 40 ℃, dan

50 ℃. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas

obat. Selain variasi temperatur, pada percobaan ini diberikan juga variasi

waktu. Variasi waktu yang digunakan dalam percobaan yaitu 0, 30, 60,

90, 120, 150, dan 180 menit, dimana maksud dilakukannya variasi waktu

tersebut yaitu untuk mengetahui dimana pada setiap waktu kestabilan

suatu sediaan atau obat makin berkurang atau batas kadaluarsa obat

semakin cepat.

Agar konstanta laju reaksi atau kecepatan penguraian berguna pada

formulasi sendian farmasi, perlu dinilai ketergantungan pada temperatur.

Hal itu memungkinkan peramalan stabilitas produk pada temperatur

penyimpanan biasa dari data yang diperoleh pada kondisi pengujian yang

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 28

melebihi keadaan normal. Berdasarkan pengalaman, laju reaksi berlipat

dua untuk tiap 10 derajat kenaikan temperatur (Lachman, 2012 : 1524).

Pada praktikum ini diperoleh hasil bahwa parasetamol mengikuti

orde 1 dimana nilai regresi pada orde satu yang paling mendekati 1. t 90

adalah 369,71 menit.

Pentingnya uji stabilitas pada pengembangan bentuk sediaan

farmasi telah diakui dalam industri farmasi. Penerapan prinsip kimia-fisika

tertentu pada pelaksanaan pengkajian stabilitas telah terbukti sangat

menguntungkan pengembangan sedian yang stabil (Lachman, 2012).

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung

pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat

menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai,

cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor

lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran

partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.

2. Usia simpan (waktu kadaluarsa) dari sampel parasetamol adalah

369,71 menit.

B. Saran

Perlu adanya komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten

agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan terkoordinasi.

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 30

DAFTAR PUSTAKA
Attwood D, Florence A.T., 2008., “Fasttrack Physical Pharmacy”.,

Pharmaceutical Press : London.

Ansel C, Howard., 1989. “ Pengantar Bentuk Sedian Farmasi Edisi

Keempat”., UI-Press : Jakarta.

Ditjen POM., 1979., “Farmakope Indonesia Edisi III”., Departemen

Kesehatan RI : Jakarta.

Jenkins. 1957., “Farmasi Fisika”., UGM Press : Yogyakarta.

Joshita., 2008., “Obat-Obat untuk Paramedis”., UI Press : Jakarta.

Lachman., 1994., “Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3”., UI-Press,

Jakarta.

Lachman., 2012., “Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3”., UI-Press,

Jakarta.

Martin Alfred., 1993., “ Farmasi Fisik 2 Edisi Ketiga”., UI Press : Jakarta.

Voigt, R., 1995., ”Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”., UGM Press :

Yogyakarta.

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 31

Penentuan umur simpan sirup parasetamol

Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan sirup kedalam 21 vial sebanyak 5 mL

Dimasukkan kedalam oven dengan suhu 300 C, 400 C dan 500C, dengan
dengan selang waktu 0, 30, 60, 90, 120, 150 dan 180.

Diambil paracetamol dan dihitung kadarnya

Penetapan kadar sirup parasetamol

Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan parasetamol sebanyak 1 mL

Ditambahkan natrium hidroksida hingga 10 mL

Dipipet sebanyak 1 mL dari larutan tersebut

Ditambahkan air hingga 50 mL

Diukur serapannya dan dihitung bobot zat dalam mg dalam sirup

Gambar

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016
STABILITAS OBAT 32

Sirup parasetamol sebelum dipanaskan

Sirup parasetamol pada saat dipanaskan pada suhu 500C

NUR ASISI ANDI AMALIA DWI UTAMI. S.Farm.


15020172016

You might also like