Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

HUBUNGAN SUHU TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN STROBERI (Fragaria ananassa L.)

PAPER

OLEH :

MUHAMAD IRFAN HAMID / 160301212


AGROEKOTEKNOLOGI IVB

L A B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
HUBUNGAN SUHU TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN STROBERI (Fragaria ananassa L.)

PAPER

OLEH :

MUHAMAD IRFAN HAMID / 160301212


AGROEKOTEKNOLOGI IVB

Paper Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Agroklimatologi, Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Ditugaskan Oleh :
Dosen Penanggung Jawab

( Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S )


NIP : 19610831 198803 2 004

L A B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Judul : Hubungan Suhu Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Stroberi ( Fragaria ananassa L. )
Nama : Muhamad Irfan Hamid
NIM : 160301212
Group : Agroekoteknologi IVB

Diketahui Oleh :
Asisten Koordinator

( Muhammad Ridho Catur Prasetya )


NIM : 130301279

Diperiksa Oleh : Diperiksa Oleh :


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

( Diah Puspita Anwar ) ( Rindi Antika )


NIM : 130301029 NIM : 140301142
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul paper ini adalah “Hubungan Suhu Tanah Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Stroberi ( Fragaria ananassa L. )” yang merupakan
salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium Agroklimatologi, Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah Agroklimatologi Bapak atau Ibu Dosen
Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S; Nini Rahmawati, S.P, M.S; Ir. Irsal, M.P;
Ir. Irmansyah, M.P; Ir. Yaya Hasanah, M.S; Ir. Lisa Mawarni, M.P, serta kepada
Abang dan Kakak Asisten Laboratorium Agroklimatologi yang telah membantu
dalam penulisan paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu serta
menyempurnakan paper ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAH
Latar Belakang………………..…………………………………………..1
Tujuan Penulisan………………………………………………………….2
Kegunaan Penulisan………………………………………………………2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman…………………………………………………………..3
Syarat Tumbuh…………………………………………………………....6
Iklim………………………………………………………………6
Tanah……………………………………………………………...7
HUBUNGAN SUHU TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN STROBERI ( Fragaria ananassa L. )
Pengertian Suhu Tanah…………………………………………………...9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tanah………………………..10
Alat yang Digunakan untuk Mengukur Suhu Tanah…………………….10
Hubungan Suhu Tanah dengan Pertanian……………………………….11
Hubungan Suhu Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Stroberi ( Fragaria ananassa L. )……………………………………….12

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman stroberi berasal dari benua Amerika. Nikolai Ivanovich Vavilov,
seorang ahli botani yang berasal dari Uni Soviet, pada tahun 1887-1942 telah
melakukan ekspedisi ke Asia, Arika, Eropa dan Amerika, beliau berkesimpulan
bahwa tanaman stroberi berasal dari daerah Chili. Jenis atau spesies stroberi yang
pertama kali ditemukan di Chili adalah Fragaria chiloensis (L.) Duchesne atau
disbeut stroberi Chili (Rukmana,1998).
Kebanyakan stroberi yang tumbuh didunia merupakan varietas liar.
Stroberi yang biasa dibudidayakan hanya dua spesies yaitu F.chiloensis (L.)
Duch, yang berasal dari Amerika Utara dan Selatan, dan F. virginiana Duch,
berasal dari Atlantik dan Pegunungan Rocky di Amerika Utara
(Hartmann et al., 1981).
Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi. Stroberi yang
dibudiayakan saat ini disebut sebagai stroberi modern dengan nama ilmiah
Fragaria x ananassa var duchesne, yang merupakan hasil persilangan dari
F. virginiana L. var. duschene (dari Amerika Utara) dengan F. chiloensis L.
varietas duschene dari Chili. Persilangan ini dilakukan pada tahun 1750
(Calvin et al., 1983).
Stroberi dipelihara dan dibudidayakan besar-besaran di sebagian besar
negara beriklim sedang dan di beberapa negara subtropik. Di daerah tropik,
stroberi dibudidayakan di dataran tinggi. Di Thailand bagian utara, stroberi
dipelihara secara komersial oleh banyak petani walaupun dalam skala kecil-
kecilan. Di berbagai wilayah lainnya di Asia Tenggara, stroberi ditanam dan
buahnya dipasarkan sewaktu-waktu (Verheij et al., 1997).
Penanaman stroberi di Indonesia sudah lama dirintis sejak zaman
kolonialisasi Belanda, akan tetapi pengembangannya masih dalam skala kecil.
Walau stroberi bukan merupakan tanaman asli Indonesia namun pengembangan
komoditas ini yang berpola agribisnis dan agroindustri dapat dikategorikan
sebagai salah satu sumber pendapatan baru dalam sektor pertanian. Fakta ini
didasari dengan semakin banyaknya penggemar buah stroberi, baik konsumsi
2

dalam keadaan segar maupun yang telah diolah menjadi berbagai macam
makanan dan minuman (Budiman dkk, 2006).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari paper ini adalah untuk mengetahui
hubungan suhu tanah terhadap pertumbuhan tanaman stroberi
(Fragaria ananassa L. )
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi, Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan,
dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tumbuhan Stroberi (Fragaria ananassa L.)


Tata nama stroberi dapat diklasifikasikan sebagai berikut,
Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae,
Ordo : Rosales, Famili : Rosaideae, Subfamili : Rosaceae, Genus : Fragaria,
Spesies : Fragaria ananassa L. (Tjitrosoepomo, 1985).
Tanaman stroberi berakar tunggang yang terus tumbuh memanjang dan
berukuran besar. Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar, batang
akar, ujung akar, bulu akar serta tudung akar. Panjang akar mencapai 100 cm,
akan tetapi biasanya akar tanaman stroberi tersebut hanya menembus lapisan
tanah sedalam 15-45 cm (Rukmana, 1998).
Akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar
(corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar
(calyptras). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria), akarnya terus
tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akarnya mencapai 100 cm,
namun akar tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm,
tergantung jenis dan kesuburan tanahnya (Gayo, 2009)
Tanaman stroberi dewasa umumnya mempunyai 20-35 akar primer dengan
panjang akar sekitar 40 cm. Namun, ada juga jenis stroberi yang mempunyai 100
akar primer. Akar primer dapat bertahan lebih dari satu tahun. Sekitar 90% dari
total akar berkumpul pada lapisan atas media tanam dengan kedalaman sekitar 15
cm (Budiman dkk, 2006).
Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku. Batang
tanaman banyak mengandung air dan tertutupi oleh pelepah daun sehingga seolah-
olah tampak seperti rumpun tanpa batang Buku-buku batang yang tertutup oleh
sisi daun mempunyai kuncup (gemma). Kuncup ketiak daun dapat tumbuh
menjadi anakan atau stolon. Stolon biasanya tumbuh memanjang dan
menghasilkan beberapa calon tanaman baru. Stolon adalah cabang kecil yang
tumbuh mendatar atau menjalar di permukaan tanah. Penampakan stolon secara
visual mirip dengan sulur. Tunas dan akar stolon tumbuh membentuk generasi
(tanaman) baru. Stolon yang tumbuh mandiri dapat segera dipotong atau
4

dipisahkan dari rumpun induk sebagai bahan tanaman (bibit). Bibit yang berasal
dari stolon disebut geragih atau runners (Rukmana, 1998).
Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku, banyak
mengandung air, serta tertutupi pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak seperti
rumpun tanpa batang. Buku-buku batang yang tertutup oleh sisi daun mempunyai
kuncup (gemma). Kuncup ketiak dapat tumbuh menjadi anakan atau stolon.
Stolon biasanya tumbuh memanjang dan menghasilkan beberapa calon tanaman
baru (Adanikid, 2008).
Daun stroberi berupa daun majemuk trifoliate atau terdiri dari satu daun
dan tiga anak daun dengan tepi bergerigi. Permukaan atas berbulu halus berwarna
hijau atau hijau tua. Permukaan bawah berwarna hijau keabu-abuan dan memiliki
300-400 stomata per mm2. artinya, tanaman ini sangat mudah kekurangan air
karena tingginya laju transpirasi pada saat udara panas (Kurnia,2005).
Daun tanaman stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran agak
panjang. Tangkai daun bentuknya bulat dan terdapat bulu-bulu halus pada seluruh
permukaan. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan dan kemudian daun akan
kering dan mati (Gunawan,1996).
Daun tanaman stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran agak
panjang. Tangkai daun berbentuk bulat serta seluruh permukaannya ditumbuhi
oleh bulu-bulu halus. Helai daun bersusun tiga (trifoliate). Bagian tepi daun
bergerigi, berwarna hijau, dan berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama
1-3 bulan, kemudian daun akan kering dan mati (Gayo, 2009).
Bunga tanaman stroberi mempunyai 5 sepal (kelopak bunga), 5 petal (daun
mahkota), 20-35 stamen (benang sari) dan ratusan putik yang menempel pada
dasar bunga (reseptakel) dengan pola melingkar. Bunga tersusun dalam malai
yang terletak di ujung tanaman (Sunarjono, 2006).
Bunga berbentuk tandan yang terdiri atas beberapa tangkai utama yang
masing-masing ujungnya terdapat satu bunga yang disebut bunga primer, bunga di
bawahnya disebut bunga sekunder, tersier dan kuartener. Biasanya bunga mekar
tidak bersamaan, 6 sampai 8 bunga pertama pada setiap tangkai akan mekar lebih
awal, yang selanjutnya diikuti oleh bunga di bawahnya. Bunga berwarna putih,
berdiameter 2,5-3,5 cm, terdiri dari 5–10 kelopak, 5 mahkota bunga, sejumlah
5

tangkai putik dan 2–3 lusin benang sari. Benang sari tumbuh pada 3 lingkaran
kedudukan. Jika benang sari berisi tepung sari fertile, benang sari tersebut
berwarna kuning emas. Sementara itu, cairan nectar dihasilkan di daerah tangkai
buah, bagian dasar benang sari atau disebelah luar bunga betina (Yudi, 2007).
Setiap malai bercabang dan mempunyai empat macam bunga yaitu, bunga
primer, bunga sekunder, bunga tersier dan bunga kuartener. Bunga yang terletak
di ujung tangkai utama malai disebut bunga primer. Bunga di tangkai cabang
disebut dengan bunga sekunder dan letaknya di bawah bunga primer. Bunga
tersier dan seterusnya terletak di percabangan malai (Rukmana, 1998).
Buah stroberi yang populer sebenarnya adalah buah semu (pseudocarp),
bukan buah dalam arti sebenarnya. Buah stroberi berwarna merah yang sudah
dikenal luas oleh masyarakat sebenarnya adalah reseptakel atau jaringan dasar
bunga yang membesar. Buah sebenarnya adalah biji-biji kecil yang berwarna
putih yang disebut dengan achene. Achene berasal dari ovul (sel kemain betina)
yang diserbuki dan kemudian berkembang menjadi buah kerdil. Struktur achene
kerdil dan keras. Achene menempel di permukaan reseptakel yang membesar dan
umumnya letaknya di permukaan buah tidak menonjol (Kurnia, 2005).
Buah stroberi berwarna merah. Buah yang biasanya dikenal adalah buah
semu, yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang
berasal dari ovul yang diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji
keras. Struktur buah keras ini disebut achene yang terbentuk ditentukan oleh
jumlah pistil dan keefektifan penyerbukan. Bunga primer mempunyai pistil
terbanyak yaitu lebih dari 400 buah, jumlah pistil pada bunga sekunder antara
200-300 buah, sedangkan pada bunga tersier hanya 50-150 buah
(Prihartman, 2006).
Biji stroberi berukuran kecil, pada setiap buah menghasilkan banyak biji.
Biji berukuran kecil terletak pada daging buah. Potensi biji pada setiap buah
stroberi dapat menghasilkan sekitar 200-300 butir biji (Rukmana, 1998).
6

Syarat Tumbuh
Iklim
Stroberi adalah tanaman subtropik yang dapat beradaptasi dengan
baik di dataran tinggi tropis yaitu pada ketinggian 1000-1500 mdpl. Dapat
juga tumbuh di ketinggian yang lebih rendah asal iklimnya dingin. Daerah
yang dingin dengan suhu diantara 18°-24°C dan iklim kering yang tidak
terlalu lama merupakan daerah yang cocok untuk stroberi (Coronel,1983).
Stroberi menyukai suhu udara relatif dingin dengan sinar matahari
tidak terlalu kuat. Tanaman stroberi dapat tumbuh baik di daerah dengan
curah hujan 600-700 mm/tahun. Kondisi ini sangat ideal karena stroberi
sangat peka terhadap kelembapan tinggi. Stroberi memang membutuhkan
cukup banyak air di masa pertumbuhannya. Namun, lahan yang selalu
basah juga tidak baik karena bisa mengundang kehadiran jamur
(Sunarjono,2006).
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah
hujan 600-700 mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari yang
dibutuhkan yaitu sekitar 8–10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman
subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang
memiliki temperatur 17-20°C dengan kelembaban udara antara 80-90%
(Prihartman, 2006).
Suhu yang cukup dingin di malam hari dibutuhkan untuk memicu
proses inisiasi bunga, sedangkan di siang hari tanaman stroberi,
membutuhkan cukup cahaya matahari untuk proses fotosintensis dan
pematangan buah (Gusyana, 2009).
Lingkungan tanaman stroberi membutuhkan temperature rendah,
pembudidayaan di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi
(BAPPENAS, 2000).
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah
hujan 600-7—mm/tahun dengan lama peyinaran cahaya matahari yang
dibutuhkan yaitu sekitar 8-10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman
subtropics yang dapat beradaptasi dengan baik didataran tinggi tropis yang
memiliki temperature 17-20°C dengan kelembaban udara antara 80-90%
(Prihartaman, 2006)
7

Tanah
Tempat yang cocok untuk bertanam stroberi adalah lahan berpasir
yang mengandung tanah liat, subur dan gembur, serta mengandung banyak
bahan organik, tata air dan udara yang baik. Derajat keasaman ( pH tanah )
yang ideal untuk budidaya stroberi adalah sekitar 6.5-7.0 dengan
ketinggian tempat sekitar 1000-1300 mdpl ( BAPPENAS, 2000).
Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan
intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat,
semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari
semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan
digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran
tinggi atau dataran rendah (Guslim, 2007).
Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan
pembungaan tanaman. Tanaman berbuah yang ditanam di dataran rendah
berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran
tinggi. Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi
dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan
beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan
tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Suhu yang terlalu tinggi
akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat
mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian juga sebaliknya suhu
yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi
tanaman (Gusyana, 2009).
Jenis tanah yang baik untuk bertanam tanaman stroberi adalah suhu
tanah optimal dengan kisaran 18-24°C serta lahan yang berpasir yang
mengandung tanah liat di lereng pegunungan , kaya akan bahan organik,
sirkulasi udara dan tata air dalam tanah baik (Kartasapoetra, 2004).
Pertumbuhan tanaman stroberi akan baik pada tanah yang datar
atau sedikit miring solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah
gembur, subur, dan permeabilitas sedang. Tanaman stroberi yang sering
tergenang oleh air akan mengalami pembusukan akar dan mudah terserang
penyakit. Derajat keasaman tanah (pH) dan keadaan salinitas (kadar
garam) dalam tanah. Stroberi dapat tumbuh optimal pada tanah dengan pH
8

5,4-6,8. Sifat tanah yang baik ddapat membantu tersedianya unsur hara,
membantu melarutkan unsur hara yang tidak larut, dan dapat menyimpan
kelebihan unsur hara. Agar penanaman tanaman stroberi berhasil dengan
baik (Sunarjono,2006).
HUBUNGAN SUHU TANAH TERHADAP TANAMAN
STROBERI (Fragaria ananassa L.)

Pengertian Suhu Tanah


Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan
kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah.
Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam
tanah dengan satuan derajat celcius, derajat farenheit, Kelvin dan lain-lain
(Lubis, 2007).
Suhu tanah merupakan panas dinginnya tanah hasil dari keseluruhan radiasi
yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang
dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam
tanah dengan satuan derajat celcius, derajat farenheit,
derajat kelvin dan lain-lain. (Putro, 2010)
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang
merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah.
Suhu tanah juga disebut intensitas dalam tanah dengan satuan derajat Celcius,
Fahrenhit, Kelvin dan Reamur. Suhu tanah dapat diukur
dengan termometer tanah. Faktor yang mempengaruhi suhu tanah adalah
lingkungan dan tanah itu sendiri (Hanum, 2013).
Suhu tanah berpengaruh terhadap tanaman melalui proses metabolisme
dalam tubuh tanaman, yang tercermin dalam berbagai karakter seperti : laju
pertumbuhan, dormansi benih dan kuncup, perkecambahannya, pembungaan,
pertumbuhan buah, pendewasaan/pematangan jaringan atau organ tanaman
(Dewanti, 2011).
Suhu tanah sangat bervariasi, sejalan dengan perubahan proses pertukaran
energi matahari, terutama melalui permukaan tanah. Parameter tanah yang
mempengaruhi suhu antara lain kapasitas panas spesifik, penghantar panas,
difusivitas panas, serta sumber dan keluaran panasinternal pada waktu tertentu
(Budhyastoro et al., 2010).
10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tanah


Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah
serta berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Energi pancar
matahari menentukan suhu badan pembentuk tanah dan dengan demikian
menentukan laju pelapukan bahan mineral dan dekomposisi serta humifikasi
bahan organik (Notohadiprawiro, 2006).
Suhu tanah meningkat dengan kedalaman yang disebabkan pada malam hari
lapisan yang lebih dekat dengan permukaan melepaskan kalor ke atmosfer lebih
banyak sehingga pada pagi hari suhu tanah di lapisan yang lebih
dangkal menjadi lebih rendah (Koesmaryono et al., 2004).
Fluktuasi temperatur permukaan tanah dipengaruhi oleh perubahan suhu
atmosfir di atas permukaan tanah. Hal ini dapat dijelaskan
karena suhu bertambah tinggi, jumlah dan luas daun semakin besar, sehingga
radiasi matahari yang sampai di permukaan tanah terhalang
menyebabkan evaporasi pada tanah meningkat (Sudaryono, 2004).
Panas di dalam tanah merupakan keadaan yang
timbul akibat adanya radiasi sinar matahari, panas bumi,
reaksi-reaksi kimia di dalam tanah maupun aktifitas biologi di dalam tanah.
Adanya panas di dalam tanah diukur menggunakan
istilah suhu tanah (Lubis, 2007).
Faktor yang mempengaruhi suhu tanah, yaitu faktor luar (eksternal) seperti
radiasi matahari, keawanan, curah hujan, angin, kelembaban udara,
dan faktor dalam (internal) seperti tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah,
kandungan bahan organik, dan warna tanah (Kartasapoetra, 2004).
Alat yang Digunakan untuk Mengukur Suhu Tanah
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tanah salah satunya adalah
termometer tanah gelas air raksa. Termometer ini disebut pula termometer tanah
bengkok, karena begitu di atas tanah termometer ini membengkok, sehingga
pembacaan sangat mudah tetapi alat ini lebih mudah pecah dibandingkan dengan
alat-alat pengukur suhu tanah lainnya (Nawawi, 2001).
Termometer tanah berselubung kayu. Jenis termometer tanah ini
menggunakan termometer Hg yang panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan,
11

dan diberi selubung kayu. Digunakan selubung kayu agar supaya penyerapan
panas seminimum mungkin hingga tidak mempengaruhi pemuaian Hg.
Termometer ini ditancapkan tegak lurus ke dalam lubang yang dibuat lebih
dahulu, dengan hanya bagian skala yang muncul ke atas. Letak dan kedudukannya
tidak boleh dirubah. (Nawawi, 2001)
Pengukuran suhu tanah dilakukan pada lokasi serta kedalaman tanah yang
berbeda. Pengukuran suhu tanah menggunakan alat yang dinamakan thermometer
tanah, dengan cara memasukkan kaki thermometer kedalam tanah, sesuai dengan
beberapa kedalaman yang ingin di ukur (Hariono, 2013).
Termometer tanah adalah sebuah termometer yang khusus dirancang untuk
mengukur suhu tanah. Alat ini berguna pada perencanaan penanaman dan juga
digunakan oleh para ilmuwan iklim, petani, dan ilmuwan tanah. Suhu tanah dapat
memberikan banyak informasi yang bermanfaat, terutama pemetaan dari waktu ke
waktu. Ciri-ciri dari termometer tanah adalah pada bagian skala dilengkungkan,
namun ada juga yang tidak dilengkungkan. Hal ini dibuat untuk memudahkan
dalam pembacaan termometer dan menghindari kesalahan paralaks
(Koesmaryono et al., 2004).
Termometer tanah Gelas Air Raksa Tersuspensi Termometer ini disebut
pula termometer tanah tipe Symons, adalah termometer gelas air raksa biasa yang
dimasukan lagi ke dalam tabung gelas dan bola termometer atau sensornyanya
dibalut dengan lilin atau bahan isolator lainnya. Pada pemasangannya mula-mula
dibuatkan lubang dengan bor tanah dengan diameter sedikit lebih besar dari
tabung gelas dengan kedalaman yang diingikan kemudian baru termometernya
dimasukan yang digantung dengan seuntai rantai (Nawawi, 2001).
Hubungan Suhu Tanah dengan Pertanian
Suhu tanah berpengaruh pada tanaman. Pengaruh suhu tanah terhadap
tanaman, yaitu pada perkecambahan biji, aktivitas mikroorganisme, dan
perkembangan penyakit tanaman (Kartasapoetra, 2004).
Suhu tanah sering memberikan pengaruh lebih penting daripada suhu udara.
Untuk pertumbuhan tanaman, suhu tanah terutama suhu ekstrim akan
mempengaruhi kecepatan dan umur tanaman (Wang, 1963) pembungaan, aktivitas
mikroorganisme tanah, laju absorbsi air dan unsur hara, ketersediaan unsur hara
12

tanah, proses fisiologi dan morfologi tanaman serta respirasi tanaman


(Kohnke, 1980).
Fluktuasi suhu dalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap aktivitas
pertanian terutama proses perakaran tanaman didalam tanah. Apabila suhu tanah
naik akan berakibat berkurangnya kandungan air dalam tanah sehingga unsur hara
sulit diserap tanaman., sebaliknya jika suhu tanah rendah maka akan semakin
bertambahnya kandungan air dalam tanah, dimana sampai pada kondisi ekstrim
terjadi pengkristalan (Yuwono et al., 2012).
Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk
tanaman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim
kemarau. Pada musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama
pada daerah yang lengas tanahnya terbatas. Pengaruh negatif suhu terhadap
lengas tanah dapat diatasi melalui perlakuan pemulsaan (mengurangi evaporasi
dan transpirasi) (Yuwono et al., 2012).
Penggunaan mulsa memberikan berbagai keuntungan, baik dari aspek
biologi, fisik maupun kimia tanah. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah
lebih stabil dan mampu mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran
tanaman. Penggunaan mulsa akan mempengaruhi suhu tanah. Mulsa dapat
memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga
kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin
bagi tanaman (Utama et al., 2013).
Hubungan Suhu Tanah Terhadap Pertumbuhan Stroberi
(Fragaria ananassa L.)
Stroberi adalah tanaman subtropik yang dapat beradaptasi dengan baik di
dataran tinggi tropis yaitu pada ketinggian 1000-1500 mdpl. Dapat juga tumbuh di
ketinggian yang lebih rendah asal iklimnya dingin. Daerah yang dingin dengan
suhu diantara 18-24°C dan iklim kering yang tidak terlalu lama merupakan daerah
yang cocok untuk stroberi (Coronel,1983).
Tempat yang cocok untuk bertanam stroberi adalah lahan berpasir yang
mengandung tanah liat, subur dan gembur, serta mengandung banyak bahan
organik, tata air dan udara yang baik. Derajat keasaman ( pH tanah ) yang ideal
13

untuk budidaya stroberi adalah sekitar 6.5-7.0 dengan ketinggian tempat sekitar
1000-1300 mdpl ( BAPPENAS, 2000).
Pertumbuhan tanaman stroberi akan baik pada tanah yang datar atau sedikit
miring solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,
dan permeabilitas sedang. Tanaman stroberi yang sering tergenang oleh air akan
mengalami pembusukan akar dan mudah terserang penyakit. Derajat keasaman
tanah (pH) dan keadaan salinitas (kadar garam) dalam tanah. Stroberi dapat
tumbuh optimal pada tanah dengan pH 5,4-6,8. Sifat tanah yang baik ddapat
membantu tersedianya unsur hara, membantu melarutkan unsur hara yang tidak
larut, dan dapat menyimpan kelebihan unsur hara. Agar penanaman tanaman
stroberi berhasil dengan baik (Sunarjono, 2006).
Jenis tanah yang baik untuk bertanam tanaman stroberi adalah suhu tanah
optimal dengan kisaran 18-24°C serta lahan yang berpasir yang mengandung
tanah liat di lereng pegunungan , kaya akan bahan organik, sirkulasi udara dan tata
air dalam tanah baik (Kartasapoetra, 2004).
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
600-700 mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan
yaitu sekitar 8–10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman subtropis yang
dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur
tanah 17-20°C dengan kelembaban udara antara 80-90% (Prihartman, 2006).
KESIMPULAN

1. Suhu tanah merupakan panas dinginnya tanah hasil dari keseluruhan radiasi
yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam
tanah.
2. Faktor yang mempengaruhi suhu tanah, yaitu faktor luar (eksternal) dan
faktor dalam (internal). Faktor luar (eksternal) yaitu berupa radiasi matahari,
keawanan, curah hujan, angin dan kelembaban udara. Sedangkan faktor
dalam (internal) yaitu seperti tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah,
kandungan bahan organik, dan warna tanah.
3. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tanah salah satunya adalah
termometer tanah gelas air raksa.
4. Pengaruh suhu tanah terhadap tanaman, yaitu pada perkecambahan biji,
aktivitas mikroorganisme, dan perkembangan penyakit tanaman.
5. Suhu tanah yang baik untuk pertumbuhan stroberi adalah kisaran 17°C
sampai 24°C pada tanah dengan pH 5,4-6,8 dengan kelembaban udara antara
80-90%. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman stroberi lebih
baik ditanam di dataran tinggi tropis yaitu pada ketinggian 1000-1500 mdpl.
DAFTAR PUSTAKA

Adanikid. 2008. Bertanam strawberrie. http://www.feedmap.net/. Diakses pada


9 Maret 2016

BAPPENAS, 2000. Tentang Stroberi (Fragaria chiloensis L / F. vesca L.).


http://www.ristek.go.id/. Diakses Januari 2014

Budhyastro, T; Sidik, H; Robert, L. 2005. Pengukuran Suhu Tanah. Puri Angkasa.


Bandung.

Budiman, S. dan D. Saraswati, 2006. Perkembangan produksi stroberi. Bumi


aksara. Jakarta

Calvin, C.L. and D.M. Knutson, 1983. Modern Home Gardening. John Wiley and
Sons. New York.

Coronel, R.E., 1983. Promising fritus of the Philippines. College of Agriculture


University of the Philippines at Los Banos. Los Banos.

Dewanti, F. D. 2011. “Pengaruh Suhu Terhadap Tanaman” (Bahan Kuliah). FP


UNAND. Padang.

Gayo, B. 2009. Si Merah Mungil Penebar Wangi. http://www.waspada.co.id.


Diakses pada 9 Maret 2016

Gunawan, L.W., 1996. Stroberi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Guslim. 2007. Agroklimatologi. Universitas Sumatera Utara Press. Medan

Gusyana. 2009. Menanam Stroberi dengan Sistem Hidroponik. Blog at


WordPress.com. Diakses 5 Februari 2009.

Hanum, C. 2013. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.

Hariono, 2013. Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengukuran Suhu Tanah. Di


unduh dari. Di unduh dari https://onoe21.wordpress.com/laporan-
agroklimatologi-tentang-stasiun-klimatologi/pengukuran-suhu-tanah/
(diakses pada 13 November 2015)

Hartmann, H.T. ; W.J. Flocker and A.M. Kofranek, 1981. Plant Science Growth,
Development and Utilization of Cultivated Plants. Prentice-hall Inc. New
Jersey.

Kartasapoetra. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.


Bumi Aksara. Jakarta.
Koesmaryono, Y; Fibrianty; Hanedi, D. 2004. Modifikasi Suhu Tanah untuk
kesesuaian Tumbuh Tanaman Soba di Daerah Iklim Tropika Basah.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kohnke, H. 1980. Soil Physic. TT Mc Graw Hill Publishing. New Delhi.

Kurnia, A. 2005. Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. PT. AgroMedia Pustaka.


Jakarta.

Lubis, K.S. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah, Universitas Sumatera
Utara. Medan

Nawawi, G. 2001. Pengantar Klimatologi Pertanian. Departemen Pendidikan


Nasional. Jakarta.

Notohadiprawiro, T. 2006. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada.


Yogyakarta.

Prihartman, K. 2006. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Arbei (Stroberi).


http://www.IPTEK.net.go.id/BAPPENAS/2000/2htm. Diakses pada 9
Maret 2016

Putro, B.T.W. 2010. Pengaruh Suhu Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Cabai dengan Berbagai Perlakuan Rekayasa Iklim Mikro. Universitas
Jember. Jember.

Rukmana, R., 1998. Stroberi, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogayakarta.

Sudaryono. 2004. Pengaruh Naungan Terhadap Perubahan Iklim Mikro pada


Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat. Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.

Sunarjono, H., 2006. Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. Sinar Baru.


Bandung.

Tjitrosoepomo, G. 1985. Taksonomi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada Press.


Yogyakarta

Utama, R; Agus, S; Sudiarso. 2013. Penggunaan Mulsa dan Umbi Bibit pada
Tanaman Kentang Varietas Granola. Universitas Brawijaya. Malang

Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel, 1997. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2.
Penerjemah S. Danimihardja ; H. Sutarno ; N.W Utami dan D.S.H.
Hopsen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wang, Jay-kai. 1963. Corp Forcecast Without Weather Prediction. West View
Press/ Boulder. Colorado.
Yudi, P. 2007. Budidaya Strawberry. Agromedia Pustaka. Depok

Yuwono, N.W; Benito, H.P; Eko, H. 2012. Kesuburan Tanah Lahan Petani
Kentang di Dataran Tinggi Dieng. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

You might also like