Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Usia Menarche


2.1.1 Definisi Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama yang terjadi pertanda kematangan
seksual pada remaja wanita (Dariyo, 2006). Menarche merupakan menstruasi
pertama yang terjadi pada masa awal remaja dimana tengah masa pubertas
sebelum memasuki masa reproduksi. Seiring dengan perkembangan biologis
maka pada usia tertentu seseorang mencapai tahap kematangan organ-organ
seks yang ditandai dengan menstruasi pertama. Menarche merupakan suatu
tanda yang penting bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi
hormon yang disekresikan oleh hipotalamus dan kemudian diteruskan pada
ovarium dan uterus (Sukarni & Wahyu, 2013)

2.1.2 Usia Menarche


Umumnya remaja mengalami menarche pada usia 12-16 tahun
(Kusmiran, 2011).

2.1.3 Gangguan Menarche


Menarche adalah salah satu kejadian yang penting dalam masa pubertas.
Gangguan-gangguan yang dapat terjadi menurut Wiknjosastro, dkk (2008)
meliputi :
a. Menarche Dini
Pada menarche dini terjadi haid sebelum umur 10 tahun. Hormon
gonadotropin diproduksi sebelum anak berumur 8 tahun. Hormon ini
merangsang ovarium sehingga ciri-ciri kelamin sekunder, menarche
dan kemampuan reproduksi terdapat sebelum waktunya.
b. Menarche Tarda
Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur 14
tahun. Pubertas dianggap terlambat jika gejala-gejala pubertas baru
datang antara umur 14-16 tahun. Pubertas tarda dapat disebabkan
oleh faktor herediter, gangguan kesehatan, dan kekurangan gizi

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usia Menarche


Menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Hardiningsih (2013),
yaitu :
a. Rangsangan Audio visual
Faktor penyebab menstruasi dini juga datang dari rangsangan audio
visual, baik berasal dari percakapan maupun tontonan dari film-film atau
internet berlabel dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas.
Rangsangan dari telinga dan mata tersebut kemudian merangsang sistem
reproduksi dan genital untuklebih cepat matang. Keterpaparan media
massa cetak dan elektronik (majalah, film, televisi) memiliki keterkaitan
dengan kecepatan usia pubertas remaja yang kemudian menyebabkan
menarche lebih cepat pada remaja putri.
b. Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga mempunyai peran yang cukup tinggi
dalam hal percepatan umur menarche saat ini. Hal ini berhubungan
karena tingkat sosial ekonomi pada suatu keluarga akan mempengaruhi
kemampuan keluarga di dalam hal ketersediaan pangan rumah tangga
yang berdampak pada kecukupan gizi keluarga, terutama gizi anak

4
5

perempuan dalam keluarga yang dapat mempengaruhi usia menarche-


nya.
c. Ras
Dalam penelitian yang melihat apakah ada perbedaan usia antara
anak perempuan kulit hitam dan kulit putih saat pertama kali mengalami
menstruasi dengan faktor-faktor seperti berat badan, tinggi badan, atau
ketebalan lipat kulit (ukuran lemak tubuh). Peneliti mendapat hasil lebih
40% anak perempuan kulit hitam mengalami menstruasi pertama
sebelum usia 11 tahun dibandingkan anak perempuan kulit putih. Sekitar
10% anak perempuan kulit putih dan 15% anak perempuan kulit hitam
mulai mengalami menstruasi sebelum usia 11 tahun, keadaan ini disebut
menarche dini.
d. Status Gizi
Penurunan usia menarche remaja putri berkaitan dengan asupan zat
gizi. Asupan serat yang rendah dan supan lemak berlebih diduga
berhubungan dengan penurunan usia menarche remaja putri. Disebutkan
bahwa usia menarche dapat dipengaruhiboleh asupan energi dan asupan
protein. Konsumsi makanan tinggi lemak dapat menyebabkan
penumpikan lemak dijaringan adiposa yang berhubungan dengan
peningkatan leptin. Leptin akan memacu pengeluaran GnRH yang
selanjutnya mempengaruhi pengeluaran FSH dan LH dalam merangsang
pematangan folikel dan pembentukan estrogen. Asupan protein hewani
juga dikaitkan dengan penurunan usia menarche, sedangkan asupan
protein nabati berhubungan dengan keterlambatan usia menarche karena
mengandung isoflavon (Hardiningsih, 2013)

2.1.5 Fisiologi Menarche


Munculnya haid pertama terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu
masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang memegang peranan penting
dalam proses tersebut adalah hubungan hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(Hypotalamic-Pituitari-Ovarikratis). hal ini merupakan hasil kerjasama antara
korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, varium, glanduna supra renalis dan
kelenjar-kelenjar endoktrin lainnya. Pada permulaan masa kanak-kanak sistem
ini sudah berjalan kemudian tidak berfungsi lagi disebabkan sistem proses itu
sangat peka terhadap steroid, sehingga menghambat proses itu sendiri.
Rendahnya Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) pada saat itu juga akibat
unsur instrinsik penghambat susunan saraf yang mempunyai mekanisme
penekanan denyutan (GnRH). Saat sebelum masa pubertas, sekresi GnRH
secara pustabil dengan frekuensi rendah telah dimulai 4 tahun sebelum
menarche, diikuti dengan kenaikan LH juga mengikuti perubahan-perubahan
sekresi pustabil GnRH ini. Menurut teori Neurohormonal yang dianut sekarang,
Hipotalamamus mengawasi sekresi hormon Gonadotropin oleh Adeno Hipofisis
melalui sekresi Nurohormon yang disalurkan ke sel-sel Adeno Hipofisis lewat
sirkulasi portal khusus yang dapat merangsang produksi Gonadotropin dan
Hipofisis. Folikel-folikel yang berkembang selama sebelum menghasilkan hormon
estrogen dan kemudian mati, yang lainnya telah dirangsang FSH sehingga folikel
ini berkembang mensekresi estrogen. Semakin lama jumlah folikel yang
dirangsang semakin banyak sehingga kadar estrogen semakin tinggi. Folikel-
folikel di ovarium tyang tumbuh walaupun tidak sampai terjadi matang karena
sebelumnya mengalami atresia namun telah sanggup memproduksi dan
mensekresi estrogen, kadar estrogen makin lama makin tinggi dan saat
menstruasi mendekat. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap
FSH, dan bertambah akibat pertumbuhan folikel akan menurun dan sebagian
6

mengalami atresia sehingga estrogen yang diproduksi folikel akan menurun dan
sebagian mengalami atresia sehingga estrogen yang diproduksi folikel akan
menurun pula. Dengan menurunnya kadar estrogen berakibat pembuluh darah
endometrium mengalami proliferasi atau mengerut dan terputus-putus lapisan
endometrium mengalami deskuamasi sehingga terjadi perdarahan dan mengalir
melalui vagina berwujud haid pertama atau menarche. Dengan munculnya
menstruasi pada seorang remaja dapat menggambarkan kemampuan untuk
bereproduksi.

2.2 KONSEP SIKLUS MENSTRUASI


2.2.1 Definisi Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks
saling mempengaruhi dan terjadi secara stimultan di endometrium, kelenjar
hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Menstruasi yang terjadi setiap bulannya
disebut sebagai siklus menstruasi. Fluktasi kadar estrogen dan progesteron
dalam sirkulasi (plasma) yang terjadi selama siklus ovarium menyebabkan
timbulnya daur haid atau siklus menstruasi (Sibagariang dkk, 2010).
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklit dari uterus
disertai pelepasan (deskuaminasi) endometrium. Menstruasi atau haid adalah
perdarahan vagina periodik yang terjadi dengan terlepasnya mukosa rahim.
Menstruasi merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri dari darah dan
jaringan tubuh. Dengan kata lain mentruasi merupakan suatu proses
pembersihan rahim terhadap pembuluh darah, kelenjar-kelenjar dan sel-sel yang
tidak terpakai karena tidak ada pembuahan atau kehamilan. Menstruasi adalah
proses normal pada perempuan dewasa (Sibagariang dkk, 2010)

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme menstruasi


a. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi esterogen mempengaruhi tersimpannya enzim-
enzim hidrolitik dalam endometrium. Jika tidak terjadi kehamilan makan dengan
menuruunnya kadar progesteron, enzim-enzim hidrolik dilepaskan dan merusak
bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul
gangguan metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium
dan perdarahan (Wiknjasostro dkk, 2008)
b.Faktor vaskuler
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam
lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh
juga arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi
endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan
dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena (Kusmiran,
2011).
c.Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung protaglandin E2 dan F2. Dengan adanya
desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi
miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan haid (Kusmiran,
2011).
7

2.2.3 Faktor resiko yang mempengaruhi variabilitas siklus menstruasi


a. Berat badan
Berat badan atau perubahan berat badan mempengaruhi fungsi
menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan
pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya
penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan dan kurang/kurus
dan anorexia nervosa dapat menimbulkan amenorhea (Kusmiran, 2011).
b.Stress
Pada keadaan stress terjadi pengaktifan HPA aksis, mengakibatkan
hipotalamus menyekresikan CRH. Sekresi CRH akan merangsang pelepasan
ACTH oleh hipofisis anterior yang selanjutnya ACTH akan merangsang kelenjar
adrenal untuk menyekresikan kortisol. Kortisol menekan pultasil LH, dimana
peran hormon LH sangat dibutuhkan dalam menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron. Pengaruh hormon kortisol menyebabkan ketidakseimbangan
hormon yang mengakibatkan siklus menstruasi menjadi tidk teratur (Guyton,
2006).
c.Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat mempengaruhi fungsi
menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki resiko untuk
mengalami amenorhea, anovulasi, dan efek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang
berat menyebabkan disfungsi hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada
sekresi GnRH sehingga menurunkan level estrogen (Guyton, 2006)
d.Diet
Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan
dengan anovulasi, penurunan respon hormon pituitary, fase folikel yang pendek,
tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak
berhuhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan.
Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan
amenorhea (Kusmiran, 2011)

2.2.4 Fisiologi Siklus Menstruasi


Secara sederhana Maulana (2008) menjelaskan mekanisme terjadinya
haid, dimana menurutnya haid merupakan bagian dari proses reguler yang
mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini
melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus yaitu FSH (Folikel Stimulating Hormons) dan LH
(Luteinesing Hormons), kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada
permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini
berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh jika perempuan itu
hamil. Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormons) dan LH (Luteinesing Hormons)
memberi sinyal kepada telur di dalam indungnya untuk mulai berkembang. Tak
lama kemudian sebuah telur dilepaskan dari indungnya untuk mulai bergerak
menuju tuba falopii, terus ke rahim. Jika telur tidak dibuahi oleh sperma, lapisan
rahim dalam akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan
dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluarna darah disebut periode haid,
berlangsung selama ±3-7 hari.
Menurut Sarwono (2006) menerangkan bahwa pada tiap siklus haid
dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut:
1) Masa haid : selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrius dilepas,
sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah atau
minimum
2) Masa proliferasi : terjadi sampai hari ke-14. Pada waktu itu
endometrium tumbuh kembali, disebut endometrium mengadakan
8

proliferasi. Antara haid ke 12-14 dapat terjdi pelepasan ovum dari


metrium yang disebut ovulasi.
3) Sesudahnya dimasa sekresi. Pada akhir masa ini endometrium
berubah ke arah sel-sel desisua, terutama yang berada di seputar
pembuluhpembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.
Pada tiap-tiap siklus haid FSH (Folikel stimulating Hormons) dikeluarkan
oleh lobus anterior hipofisis yang menyebabkan beberapa folikel primer dapat
berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, namun kadang-kadang lebih
dari satu, dan berkembang menjdai folikel de graaf yang membuat estrogen.
Estrogen ini menekan produksi FSH (Folikel Stimulating Hormons), sehingga
lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua,
yakni LH (Luteinesing Hormons). Produksi hormon gonadotropin (LH dan FSH)
tersebut dibawah pengaruh Realising Hormons (RH) yang disalurkan dari
hipotalamuske hipofisis. Penyaluran RH ini dipengaruhi oleh mekanisme umpan
balik estrogen ke hipotalamus. Bila penyaluran RH (Realising Hormons) normal
atau berjalan baik, maka produksi gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel
de graaf berikutnya makin lama makin matang dan makin banyak berisi likuor
folikulli yang mengandung estrogen. Hormon estrogen mempunyai pengaruh
terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium tumbuh atau
berproliferasi. Waktu ketika proses proliferasi terjadidisebut proliferasi. Di bawah
pengaruh LH (Luteinesing Hormons) folikel de graaf menjadi lebih matang,
mendekati permukaan ovarium, kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh
ovarium). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan
merangsang peritonium di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut
Intermenstrual pain. Pula dapat diikuti perdarahan vagina sedikit.
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus luteum rubrum (berwarna
merah oleh karena perdarahan tersebut di atas), yang akan menjadi korpus
luteum (warnanya menjadi kuning) dibawah pengaruh hormon-hormon LH
(Luteinesing Hormons). Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron.
Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah
berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan
bersekresi (masa sekresi). Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum
berdegenerasi dan ini mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun.
Menurutnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang
berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hyperemia
yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta
perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut
haid/menstruasi (Sukarni & Wahyu, 2013).

2.2.5 Jumlah Darah Menstruasi


Jumlah banyak darah menstruasi biasanya sekitar 50-100ml dan lamanya
menstruasi berlangsung selama 3-7hari, tetapi rata-rata 5 hari. Jumlah darah
menstruasi yang dikeluarkan biasanya belum begitu banyak pada hari pertama,
dan baru bertambah banyak pada hari kedua. Setelah itu banyaknya darah
menstruasi berangsur-angsur berkurang. Darah menstruasi biasanya tidak
membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat. Menstruasi membuat tidak
membuat tubuh kekurangan darah. Warna darah normal saat menstruasi adalah
merah tua sampai coklat (Sukarni & Wahyu, 2013).
9

2.2.6 Siklus Ovarium


Terdapat 3 fase pada siklus ovarium yaitu fase folikular, fase ovulasi dan
fase luteal. Perkembangan fosikular mencakup rekrutmen folikel primodial
menjadi standium antral. Seiring dengan berkembangnya folikel antral, sel
stroma disekitarnya ditarik untuk menjadi sel teka. Selama siklus ovarium,
sekelompok folikel antral yang dikenal sebagai cohort memulai fase pertumbuhan
semisingkron sebagai akibat kondisi meturasi mereka sewaktu terjadinya
peningkatan FSH pada fase luteal lanjut siklus sebelumnya. Peningkatan FSH
yang memicum perkembangan folikel ini disebut jendela seleksi (selection
windows) siklus ovarium. FSH akan memicu aromatase dan perluasan antrum
milik folikel yang sedang berkembang. Folikel dalam cohort yang paling responsif
terhadap FSH adalah yang paling mungkin untuk menjadi folikel pertama yang
menghasilkan estradiol dan memulai ekspresi resptor LH. Stelah muncul reseptor
LH, sel granulosa praovulasi mulai menyekresikan progesteron dalam jumlah
sedikit. Hal ini memberikan umpan balik positif pada hipofisis untuk mulai
menghasilkan atau meningkatkan pelepasan FH. Seiring dengan perkembangan
folikel dominan, produksi estradiol dan inhibin meningkat, menyebabkan
penuruhan FSH fase folikular dan kegagalan folikel lain untuk mencapai stadium
folikel de graaf. Sekresi LH mencapai puncaknya 10-12 jam sebelum ovulasi. LH
menginduksi matriks ekstraseluler ovarium sehingga oosit yang matur dapat
dilepaskan bersama sel kumulus yang mengelilinginya dengan menembus
epitellium permukaan. Setelah ovulasi, folikel dominan/folikel de graaf menjadi
korpus luteum melalui suatu proses yang disebut luteinisasi. Selama luteinisasi,
sel teka-lukein dan sel granulosa-lutein mengalami hipertrofi dan meningkatkan
kapasitas mereka untuk menyintesis hormon. Produksi progesteron oleh ovarium
mencapai puncak pada fase midluteal yaitu setinggi 25-50 mg/hari. Korpus
luteum akan mengalami regresi 9-11 hari pascaovulasi melalui mekanisme
luteolisis akibat menurunnya kadar LH dalam sirkulasi pada fase luteal akhir.
Regresi korpus luteum dan penurunan steroid dalam sirkulasi memberikan sinyal
bagi endometrium untuk memulai proses molekular yang akhirnya menimbulkan
mentruasi (Winkjosastro dkk, 2008).

2.2.7 Perubahan Histolik pada Ovarium Dalam Siklus Menstruasi


Ovarium terbagi atas dua bagian yaitu korteks dan medulla. Korteks
terdiri atas stroma yang padat, dimana terdapat folikel-folikel dengan sel telurnya.
Folikel dapat dijumpai dalam berbagai tingkat perkembangan, yaitu folikel primer,
sekunder dan folikel yang telah masak (folikel de graaf). Terdapat juga folikel
yang telah mengalami atresia. Di dalam korteks juga dapat dijumpai korpus
rubrum, korpus luteum dan korpus albikans.
Terdapat 2 juta oosit dalam ovarium manusia saat lahir, dan sekitar
400.000 folikel saat pertama pubertas. Dalam kondisi normal hanya 400 folikel
yang akan dilepaskan selama masa reproduksi seorang wanita. Folikel-folikel
lainnya mengalami atresia melalui proses kematian sel yang dinamakan
apoptosis (Winkjosastro dkk, 2008)
Perkembangan folikel dipengaruhi FSH. Mula-mula sel dikelilingi ovum
berlipat ganda dan kemudian di antara sel-sel itu timbul suatu rongga yang berisi
cairan yang disebut likuor folikuli. Ovum sendiri terdesak di pinggir, dan terdapat
ditengah tumpukan sel yang menonjol ke dalam ronggal folikel. Tumpukan sel
dengan ovum yang berada di dalamnya disebut kumulus oofurus. Antara ovum
dal sel-sel sekitarnya terdapat zona pellusida. Sel-sel lainnya yang membatasi
ruangan folikel disebut membrana granulosa. Dengan tumbuhnya folikel, jaringan
ovarium sekitar folikel terdesak keluar dan membentuk dua lapisan, yaitu teka
interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan teka eksterna yang
10

terdiri dari jaringan ikat yang padat. Seiring dengan bertambah matang folikel,
dan oleh karena pembentukan cairan folikel makin bertambah maka folikel makin
terdesak ke permukaan ovarium, malah menonjol keluar. Sel-sel pada
permukaan ovarium tipis, folikel kemudian pecah dan ovum terlepas ke rongga
abdomen. Ini adalah proses involusi.

Sel-sel dari membrana granulosa dan teka interna yang tinggal di ovarium
membentuk korpus rubrum yang berwarna merah akibat perdarahan waktu
ovulasi dan bekuan darah dengan cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak
dan berwarna kekuningan sehingga membentuk korpus luteum. Bila terjadi
kehamilan, korpus luteum akan bertahan dan biasanya tidak terjadi lagi periode
haid sampai setelah melahirkan. Bila terjadi kehamilan, korpus luteum mulai
mengalami degenerasi sekitar 4 hari sebelum haid berikutnya dan akhirnya
digantikan oleh jaringan ikat yang membentuk korpus albikans (Winkjosastro dkk,
2008).

2.2.8 Perubahan Histolik pada Endometrium Dalam Siklus Menstruasi


Menurut Bobak (2007). Ada beberapa rangkaian siklus menstruasi yaitu :
2.2.8.1 Siklus Endometrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2007), terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Fase deskuaminasi atau menstruasi
Pada fase deskuaminasi ini, endometrium terlepas dari dinding uterus
dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale.
Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal
fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun
atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating
Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase intermenstrum atau proliferasi
Fase proliferasi atau intermenstrum merupakan periode pertumbuhan
cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32
hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari
atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh
menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan
berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang
berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi atau luteal
Fase sekresi atau luteal berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar
tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan
seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah
dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi atau premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum
yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar
estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga
suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan
fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
11

2.2.8.2 Siklus Ovulasi


Siklus Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang
menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing
hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari
folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial).
Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah
pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi
mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan
terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan
mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga
lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh (Sukarni
& Wahyu, 2013).

2.2.8.3 Siklus Hipofisis- Hipotalamus


Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini
menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone
(Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone
(FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi
estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai
puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi
fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh
karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi
(Sukarni & Wahyu, 2013).

2.2.9 Pola Siklus Menstruasi


Panjang siklus menstruasi yang normal adalah 28 hari dari onset
perdarahan sampai episode perdarahan berikutnya. Terdapat variasi dari
panjang siklus menstruasi, yaitu pada interval 24-35 hari dan masih dianggap
normal. Lamanya perdarahan dan jumlah daraj yang keluar bervariasi luas.
Lamanya perdarahan berada dalam rentang normal 2-8 hari. Rata-rata jumlah
darah yang keluar disetiap siklus menstruasi yaitu 30 ml, normalnya 25-60 ml
(Alvero & Schlaff, 2007).
Jumlah darah yang keluar secara normal dapat berupa sekedar bercak
sampai 80 ml dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang meliputi
ketebalan endometrium, pengobatan, dan penyakit yang mempengaruhi
mekanisme pembekuan darah. Pada wanita yang lebih tua dan anemia defisiensi
besi biasanya jumlah darah haidnya lebih banyak. Jumlah darah yang lebih dari
80 cc dianggap patologik. Darah haid tidak membeku, ini mungkin disebabkan
oleh fibrinosillin (Winkjosastro dkk, 2008).
Pola siklus menstruasi dikategorikan sebagai keteraturan dari siklus
menstruasi. Siklus menstruasi yang teratur adalah siklus menstruasi yang berada
dalam interval 23-35 hari dengan perbedaan maksimum 7 hari antara siklus
menstruasi yang terpendek dan yang terpanjang. Sedangkan siklus menstruasi
yang tidak teratur didefinisikan sebagai periode menstruasi yang berada di luar
interval 23-35 hari dengan perbedaan lebih dari 7 hari antara siklus menstruasi
yang terpendek dan yang terpanjang (Impey & Child, 2008).
Keteraturan siklus menstruasi disebabkan karena adanya ovulasi. Ovulasi
umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama menstruasi yang akan datang.
Untuk dapat mengetahui keteraturan siklus menstruasi, maka seorang wanita
12

setidaknya mempunyai catatan tentang siklus menstruasinya selama 6 bulan


(Winkjosastro dkk, 2008).

Gambar 2.2 Siklus Menstruasi


13

2.3 GANGGUAN MENSTRUASI


Menurut Kusmiran (2011) gangguan haid/menstruasi dan siklusnya dalam
masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
2.3.1 Gangguan Siklus Menstruasi
a.Polimenorea
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari,
perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari pada haid normal.
Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan lain-lain. Pada gangguan hormonal terjadi gangguan ovulasi
yang menyebabkan pendeknya masa luteal. Diagnosis dan pengobatan
membutuhkan pemeriksaan hormonal dan laboratorium lain.
b.Oligomenorea
Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal
yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi ada sindroma ovarium polikistik yang
disebabkan oleh peningkatan hormon androgen sehingga terjadi gangguan
ovulasi. Pada remaja oligomenorea dapat terjadi karena imaturitas poros hipofisis
ovarium endometrium. Penyebab lain oligomenorea antara lain stress fisik dan
emosi, penyakit kronis, serta gangguan nutrisi. Oligomenorea memerlukan
evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab. Perhatian perlu diberikan bila
oligomenorea disertai dengan obesitas dan infertilitas karena mungkin
berhubungan dengan sindroma metabolik.
c.Amenorea
Keadaan dimana tidak adaya haid selama minimal 3 bulan berturut-turut.
Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea
primer ialah kondisi dimana seorang perempuan berumur 18 tahun atau lebih
tidak pernah haid. Umumnya dihubungkan dengan kelainan-kelainan kongenital
dan genetik. Amenorea sekunder adalah kondisi dimana seorang pernah
mendapatkan haid, tetapi kemudian tidak mendapatkan haid, biasanya merujuk
pada gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-
lain. Ada pula amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa
kehamilan, masa laktasi, dan setelah menopause.

2.3.2 Gangguan Volume Menstruasi


a.Menoragia (Hipermenorea)
Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak
atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur. Secara
klinis menoragia di definisikan dengan total jumlah darah haid lebih dari 80 ml
persiklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah darah
haid secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bisa ganti pembalut 2-
5 kali perhari menunjukkan darah haid normal. Menoragia adalah bila ganti
pembalut lebih dari 6 kali perhari. Penyebab menoragia terletak pada kondisi
dalam uterus. Hemostasis di endometrium pada siklus haid berhubungan erat
dengan platelet dan fibrin. Formasi trobin akan membentuk plugs dan
selanjutnya akan diikuti vasokonstriksi sehingga terjadi hemostasis (Winkjosastro
dkk, 2008).
b.Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit
atau durasi lebih pendek dari normal. Terdapat beberapa penyebab hipomenorea
yaitu gangguan organik misalnya pada uterus psca operasi miomektomi dan
gangguan endoktrin. Hipomenora menunjukkan bahwa tebal endometrium tipis
dan perlu evaluasi lebih lanjut (Winkjosastro dkk, 2008).
14

2.3.3 Gangguan Lain Menstruasi


Menurut Kusmiran (2011), gangguan lain menstruas, yaitu :
a.Disminore
Disminorea adalah gangguan genikologik berupa nyeri saat menstruasi,
yang umumnya berupa kram dan terpusat di bagian perut bawah. Rasa kram ini
seringkali disertai dengan nyeri punggung bawah, mual muntah, sakit kepala
atau diare. Istilah disminorea hanya dipakai jika nyeri terjadi demikian hebatnya,
oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bagian
bawah sebelum dan selama haid. Dikatakan demikian apabila nyeri yang terjadi
ini memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya untuk
beberapa jam atau hari. Disminorea dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Disminorea primer
Merupakan nyeri menstruasi yang diasosiasikan dengan siklus ovulasi
dan merupakan hasil dari kontraksi miometrium tanpa terindenfikiasi-
nya kelainan patologik. Disminorea primer umumnya terajdi 12-24
bulan setelah menarche. Ketika siklus ovulasi sudah terbentuk.
2. Disminorea sekunder
Menunjuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan
kelainan pelvis, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uteri dan
lainya. Oleh karena itu, disminorea sekunder umumnya berhubungan
denga gejala ginekologi lain seperti disuria, disparunia, perdarahan
abnormal atau infertilitas.
Ada beberpa faktor yang memegang peran sebagai penyebab disminorea
antara lain, yaitu :
1. Faktor kejiwaan
Disminorea mudah terjadi pada remaja yang emosinya tidak stabil.
2. Faktor konstitusi
Faktor ini lebih erat hubungannya dengan faktor kejiwaan, dapat
menurunkan ketahanan pada rasa nyeri, seperti anemia, penyakit
menahun, dan lainnya dapat mempengaruhi disminorea.
3. Faktor endoktrin
Kontraksi uterus yang berlebihan umumnya dapat dianggap sebagai
sebab kejang yang terjadio pada disminorea primer. Faktor endoktrin
memiliki hubungan dengan tonus dan kontraktilitas uterus, dimana
estrogen disebutkan merangsang kontraktilitas uterus sedangkan
progesteron menghambat, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan
fakta bahwa pada perdarahan disfungsional anovulator yang biasanya
bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tidak
menimbulkan rasa nyeri. Penjelasan lain menyebutkan bahwa
prostaglandin merangsang kontraksi otot polos dan bila dilepaskan
secara berlebih ke dalam sirkulasi darah dapat menyebabkan
disminorea. Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir hal inilah yang
memegang peranan terpenting dalam etiologi disminorea primer.
4. Faktor obtruksi kanalis servikalis
Stenosis kanalis servikalis pada perempuan dengan uterus
hiperantefleksi adalah teori tertua terjadinya disminorea primer,
namun hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting
sebagai penyebab disminorea.
b.Sindroma prahaid ( pre mentrual synrome/PMS)
Keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain cemas, lelah, susah
konsentrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut dan sakit pada
payudara. Sindroma prahaid biasanya ditemukan 7-10 hari menjelang haid.
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga hormon estrogen, progesteron,
15

prolaktin dan aldosteron berperan dalam terjadinya sindroma prahaid. Gangguan


keseimbangan hormon estrogen dan progesteron akan menyebabkan retensi
cairan dan natrium sehingga berpotensi menyebabkan terjadi keluhan sindroma
prahaid. Perempuan yang peka terhadap faktor psikologis, perubahan hormon
sering mengalami gangguan prahaid. Paling sedikit didapatkan keluhan seperti :
1. Gangguan mood
2. Cemas
3. Labil, tiba-tiba susah, takut dan marah
4. Konflik interpersonal
5. Penurunan minat terhadap aktivitas rutin
6. Lelah
7. Sukar berkonsentrasi
8. Perubahan nafsu makan
9. Insomnia
10. Kehilangan kontrol diri

2.4 KONSEP REMAJA PUTRI


2.4.1 Definisi
Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga
kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Batas usia remaja
menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10-19
tahun (Widyastuti dkk, 2009).
Tahap perkembangan remaja menurut Widyastuti (2009), dibagi menjadi
3 antara lain :
1. Masa remaja awal : 10-13 tahun
2. Masa remja tengah : 14-16 tahun
3. Masa remaja akhir : 17-19 tahun
Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia
karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi
manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata
pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence
berasal dari kata adeloscere yang berarti dewasa.

2.4.2 Perkembangan Remaja


Perkembangan remaja menurut Sarwono (2011), antara lain :
a. Perkembangan fisik
Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh karena
tumbuhnya payudara dan panggulnya yang membesar serta suaranya yang
berubah menjadi lembut. Puncak dari kematangan organ reproduksi pada masa
remaja anak perempuan adalah mendapatkan menstruasi pertama (menarche).
Menstruasi pertama menunjukan bahwa dirinya telah memproduksi sel telur yang
tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina
atau alat kelamin wanita.
b. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi erat kaitannya dengan perkembangan hormon dan
ditandai dengan emosi yang sangat labil. Ketika marah bisa meledak-ledak, jika
sedang gembira terlihat sangat ceria dan jika sedih bisa sangat depresif. Ini
adalah kondisi yang normal bahwa remaja belum dapat sepenuhnya
mengendalikan emosinya.
c. Perkembangan Kognitif
16

Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan


masalahnya dengan tindakan logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan
menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam
masalah.
d. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial ini ditandai dengan ketertarikannya pada
kelompok sebaya. Hal ini mengembangkan rasa soladaritas, saling menghargai
yang sebelumnya tidak remaja memiliki masa kanak-kanak. Pada masa ini selain
masalah sekolah, masalah teman dan ketertarikan pada lawan jenis menjadi
lebih menyenangkan. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi
lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik seperti tinggi badan dan
berat badan serta proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak
menyenangkan, seperti ragu-ragu, tidak percaya diri dan tidak aman.

2.4.3 Tabel Karakteristik Perubahan Fisik Remaja Putri

Karakteristik Remaja Putri Usia

Pertumbuhan remaja putri 7-13 tahu


Pertumbuhan Payudara 7-14 tahun
Pertumbuhan rambut kemaluan (public 9,5-14,5 tahun
hair)
Menarche 12-16 tahun
Bulu ketiak 1-2 tahun sejak tumbuh public hair

Tabel 2.4 Karakteristik Perubahan Fisik Remaja Putri


17

2.5 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah gambaran atau batasan teori-teori yang dipakai
sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan (Novita, 2011).
Remaja Putri

Remaja Awal Remaja Tengah Remaja Akhir

10-13 tahun 14-16 tahun 17-19 tahun

Perubahan Fisik :
Perilaku : 1. Pertumbuhan payudara
1. Mencari identitas diri 2. Pertumbuhan rambut
2. Mempunyai rasa cinta yang
kemaluan
mendalam
3. Mengembangkan kemampuan 3. Pertumbuhan badan/tubuh
dalam berfikir abstrak 4. Bulu ketiak

5. Menarche

Menarche Dini Menarche Normal

8-11 tahun 11-14 tahun

Mengalami gangguan siklus Tidak mengalami


menstruasi : gangguan siklus
menstruasi
1. Polimenore
2. Oligomenorea
3. Amenorea

Keterangan :
: Diteliti : Tidak diteliti

: Berpengaruh : Berhubungan

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Hubungan Menarche Dini dengan Siklus


Menstruasi pada Remaja Putri Usia 14-16 Tahun di SMK Putra
Indonesia Malang
18

2.5 Hipotesis
Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan
tesis (pernyataan) yaitu suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau
harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam
penelitian. Hipotesis juga merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel, yakni variabel bebas (Independent variabel) dan
variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas ini berupakan variabel
penyebabnya atau variabel pengaruh, sedangkan variabel terikat adalah
merupakan variabel terikat atau variabel terpengaruh. Jadi hipotesis itu
merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari rumusan
masalah atau pertanyaan penelitian.
Hipotesa :
H1 : Ada hubungan menarche dini dengan gangguan siklus menstruasi
pada remaja putri usia 14-16 tahun di SMK Putra Indonesia Malang.

You might also like