Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 28

BORANG PORTO FOLIO

Nama Peserta : dr. Aditio Devri Pratama

Nama Wahana : RSUD Arosuka

Topik : Plasenta Previa

Tanggal kasus : 24 April 2018

Nama Pasien : Ny. Z

Tanggal Presentasi : 2018

Nama Pendamping : dr. Andriany Putri, dr.Nike Anggreni

Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Arosuka

Objekif Presentasi : Keilmuan

Diagnostik

Kasus Medik Obgyn

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Presentasi Dan Diskusi

Page 1
BAB I

ILUSTRASI KASUS

1.1 Identitas Pasien

 Identitas : Ny. Z

 Umur : 38 tahun

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Alamat : Kayu Aro

 Status Perkawinan : Menikah

 Suku : Minang

1.2 Anamnesa (Autoanamnesis)

Seorang Pasien Perempuan usia 38 tahun Masuk Ke Ponek Pada tanggal 24 April 2018
Pada pukul 12.00 Wib Dengan :

Keluhan Utama :

Keluar darah dari kemaluan sejak pagi Sebelum Masuk Rumah Sakit

Riwayat Penyakit Sekarang


- Keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi Sebelum Masuk Rumah Sakit, darah yang
keluar adalah darah segar sebanyak 2 pembalut penuh, darah keluar juga disertai
bongkah-bongkahan darah.
- Nyeri pinggang menjalar ke ari - ari (+)
- Riw. Keluar darah dari kemaluan (+) pada trimester pertama kehamilan
- Mual (+)
- Muntah (-)
- Keluar air dari kemaluan (-)
- Kejang (-)
- Pusing (-)
- Sakit kepala (-)
- Ini merupakan kehamilan ke III
 Anak I Laki - Laki, Lahir Tahun 2000, dengan Lahir Spontan dibantu Dukun.
 Anak I Perempuan, Lahir Tahun 2005, dengan Lahir Spontan dibantu Dukun.
 HPHT : 28 Agustus 2017
 TP : 21 Mei 2018

Page 2
 UK : 33-34 Minggu
 His : Jarang
- BAB (+) Normal
- BAK (+) Normal
- Riw. Hipertensi (-), Hipertensi Gestasional (-)
- Riw. DM (-)
- Riw. Penyakit Jantung (-)
Riwayat Menstruasi
Siklus Haid : 28 hari
Nyeri Saat Haid :-
Lama / Kuantitas : 4-6 hari/1 hari 2-3x ganti pembalut
Riwayat Ante Natal care
Pasien Kontrol kehamilan ke puskesmas, Namun tidak teratur.
Namun setelah dirawat di rumah sakit pasien kontrol kehamilan di RSUD
Arosuka.
Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Suntik KB 3 Bulan
Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien sudah pernah dirawat 2 kali di RSUD arosuka dengan Placenta Previa +
Premature Kontraksi dan sudah mendapat inj. Dexamhetasone 2 x 2 amp.
Riwayat Pemakain Obat
Asam Mefenamat, Sulfat ferosus, Nifediphine, Asam folat
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama seperti ini
Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol selama hamil ataupun diluar masa
kehamilan di sangkal.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : compos mentis cooperatif
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 37,3˚C
Pemeriksaan Sistemik
Kepala :

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor


3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)

Page 3
Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Leher : JVP 5-2 cm H2O


Kelenjer getah bening tidak membesar

Thoraks

Paru : Inspeksi : Tampak simetris kiri dan kanan

Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara nafas Vesikuler, rhonki (-/-) weezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba pada Linea Mid Clavikularis Sinistra

RIC V

Perkusi : Batas Jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Batas Jantung kanan : Linea Sternalis Dextra

Auskultasi : Bunyi jantung I – II : Reguler, Murmur (-) Gallop (-)

Abdomen & Genital


Status Obsetrikus

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik


Status Obsetrikus
Muka : Kloasma Gravidarum (-)
Mamae : Areola Hiperpigmentasi (+/+) Puting susu Retraksi (-/-)
Abdomen :
 Inspeksi : Tampak perut membesar asimetris, striae gravidarum (+), linea
mediana hiperpigmentasi (+), sikatrik (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-)
 Leopold I : TFU 4 jari di bawah proceccus xypoideus (28 cm), teraba
bagian lunak tidak melenting (bokong)
 Leopold II : Teraba bagian Memanjang di sebelah kanan ibu (Puka)
 Leopold III : Teraba bagian keras melenting (Kepala)
 Leopold IV : Kepala tidak masuk ke PAP
 Auskultasi : Bising usus (+) normal, bunyi jantung anak terdengar.
DJJ : 130 - 140 x/i

Page 4
TBJ : 2480 gr
Genitalia :
 Inspeksi : Terlihat darah segar dan bekuan darah pada bibir kemaluan
 Inspekulo : Tidak dilakukan
 Pemeriksaaan Bimanual : Tidak dilakukan.

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin : 10,7 gr/dL
Leukosit : 9.100/mm
Trombosit : 263.000 mm
Hematokrit : 33%
GDR : 79 mg/dL
CT : 4’
BT : 3’’
- Pemeriksaan USG abdomen :
1.5 DIAGNOSIS
G3P2A0H2 Gravid 33 - 34 minggu Janin Tunggal hidup intrauterine Presentasi letak
kepala, belum masuk PAP, PUKA Belum inpartu + Plasenta Previa Totalis

1.6 PENATALAKSANAAN (konsul dr. Dody Faisal, Sp.OG)


- Informed consent untuk dirawat
- Pasang Kateter
- IVFD Asering 20 gtt/i
- Nifedipine 1 x 1
- Inj. Ceftriaxone 2 gr 2 x 1 (H 1)
Rencana : Seccio Caesarea hari ini
1.7 FOLLOW UP

(Post Op) 24 April 2018

S/ Keluar darah dari kemaluan (+)


Nyeri Pinggang (+)
Demam (-)

O/ KU : sedang

Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 113/58
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 22x/menit

Page 5
Suhu : 36,6°C
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thoraks : Jantung : Irama teratur, bising (-)
Paru : Irama vesikuler, Wh (-/-), Rh (-/-)
Abdomen : Nyeri Post Operasi (+)
TFU : 3 jari bawah pusat
Genitalia : Perdarahan Pervaginam (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

A/ P3A0H3 post SC a/i Plasenta Previa

Terapi :
- IVFD Assering 12 Jam/Kolf (line 1)
- IVFD Assering drip Oxitocin : Metergin : Tramadol (line 2)
- Asam Mefenamat 3 x 1
- Nifedipine 4 x 10 mg
- Inj. Ceftriaxone 2 gr 2 x 1 (H 2)
Cek HB post Sc jam 16.00, jika HB < 8 gr/dl transfusi PRC 1 kantong

Follow Up 25 April 2018

S/ Keluar darah dari kemaluan (+)

Nyeri Pinggang (+) <<


Nyeri Bekas Operasi (+)
Demam (-)

O/ KU : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 106/68
Nadi : 87 x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36°C
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thoraks : Jantung : Irama teratur, bising (-)

Page 6
Paru : Irama vesikuler, Wh (-/-), Rh (-/-)
Abdomen : Nyeri Post Operasi (+)
TFU : 3 jari bawah pusat
Genitalia : Perdarahan Pervaginam (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

Hasil Laboratorium, HB Post SC : 9 gr/dl

A/ P3A0H3 post SC a/i Plasenta Previa (H 1)

Terapi :
- IVFD Asering 12 Jam/Kolf  Aff
- Kateter Urin  Aff
- Asam Mefenamat 3 x 1
- Nifedipine 4 x 10 mg  Aff
- (+) Cefadroksil 3 x 1
- (+) Metronidazol 3 x 1
- (+) Sulfas Ferosus 2 x 1

Follow Up 26 April 2018

S/ Keluar darah dari kemaluan (+)


Nyeri Pinggang (-)
Nyeri Bekas Operasi (+) <<
Mual (+)
BAB (-)

O/ KU : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 100/65
Nadi : 95 x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,7°C
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thoraks : Jantung : Irama teratur, bising (-)
Paru : Irama vesikuler, Wh (-/-), Rh (-/-)
Abdomen : Nyeri Post Operasi (+) <<

Page 7
TFU : 3 jari bawah pusat
Genitalia : Perdarahan Pervaginam (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

A/ P3A0H3 post SC a/i Plasenta Previa (H 2)

Terapi :
- Asam Mefenamat 3 x 1
- Cefadroksil 3 x 1
- Metronidazol 3 x 1
- Sulfas Ferosus 2 x 1
- (+) Dulcolac supp 1 x (malam)
Follow Up 27 April 2018

S/ Keluar darah dari kemaluan (+) <<


Nyeri Bekas Operasi (+) <<
Mual (+) <<
BAB (+)

O/ KU : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 121/75
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,6°C
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thoraks : Jantung : Irama teratur, bising (-)
Paru : Irama vesikuler, Wh (-/-), Rh (-/-)
Abdomen : Nyeri Post Operasi (+) <<
TFU : 3 jari bawah pusat
Genitalia : Perdarahan Pervaginam (+) <<
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

A/ P3A0H3 post SC a/i Plasenta Previa (H 2)

Pasien Boleh Pulang

Page 8
Terapi Pulang
 Asam Mefenamat 3 x 1
 Cefadroksil 3 x 1
 Metronidazol 3 x 1
 Sulfas Ferosus 2 x 1

- Kontrol ke poli Kebidanan RSUD Arosuka tanggal 4 Mei 2018

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
Seorang Pasien Perempuan usia 38 tahun Masuk Ke Ponek Pada tanggal 24 April 2018
Pada pukul 12.00 Wib dengan keluhan utama Keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi
Sebelum Masuk Rumah Sakit, darah yang keluar adalah darah segar sebanyak 2 pembalut
penuh, darah keluar juga disertai bongkah-bongkahan darah. Nyeri pinggang menjalar ke
ari – ari ada, Riw. Keluar darah dari kemaluan ada pada trimester pertama dan kedua
kehamilan. Mual ada, Muntah (-), Keluar air dari kemaluan (-), Kejang (-), Pusing (-),
Sakit kepala (-). Ini merupakan kehamilan ke III, Anak I Laki - Laki, Lahir Tahun 2000,
dengan Lahir Spontan dibantu Dukun. Anak I Perempuan, Lahir Tahun 2005, dengan
Lahir Spontan dibantu Dukun. HPHT : 28 Agustus 2017,TP : 21 Mei 2018. UK : 33 - 34
Minggu. His : Jarang, BAB (+) Normal, BAK (+) Normal. Riw. Hipertensi (-), Hipertensi
Gestasional (-). Riw. DM (-). Riw. Penyakit Jantung (-). Pasien sudah pernah dirawat 2
kali di RSUD arosuka dengan G3P2A0H2 dengan Placenta Previa + Premature Kontraksi
dan sudah mendapat inj. Dexamhetasone 2 x 2 amp.

2. Objektif :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum Sedang, Kesadaran compos mentis
cooperative, Tekanan darah 140/90 mmhg, Nadi 92 x/menit, Pernafasan 22 x/menit,
Suhu 37,3˚C. Tampak perut membesar asimetris, striae gravidarum (+), linea mediana
hiperpigmentasi (+), sikatrik (-). TFU 4 jari di bawah proceccus xypoideus (28 cm),
TBJ 2480 gr. Kepala tidak masuk ke PAP, Bising usus (+) normal, bunyi jantung anak
terdengar. DJJ : 130 - 140 x/i, Terlihat darah segar dan bekuan darah pada bibir
kemaluan, dari pemeriksaaan bimanual selaput ketuban tidak teraba, teraba masa
lunak, hand scoon terdapat darah. Pada pemeriksaan laboratorium, Hemoglobin : 10,7
gr/dL, Leukosit : 9.100/mm, Trombosit 263.000 mm, Hematokrit : 33%, GDR: 79
mg/dL, CT : 4’, BT : 3’

Page 9
3. Assesment (penalaran klinis) :
Dari Anamnesa, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan penunjang, maka pasien dapat di
diagnosa dengan G3P2A0H2 Gravid 33 - 34 minggu Janin Tunggal hidup intrauterine
Presentasi letak kepala, belum masuk PAP, PUKA Belum inpartu + Plasenta Previa
Totalis, pada anamnesis di temukan bahwa pasien mengalami perdarahan pervaginam
pada kehamilan sejak usia kehamilan 22 - 23 minggu, nyeri pinggang menjalar ke ari -
ari juga dikeluhkan pasien, perdarahan merupakan yang kedua kali selama kehamilan
ini, perdarahan pertama pada trimester pertama. Perdarahan yang keluar adalah darah
segar dengan disertai bongkah-bongkahan darah. Perdarahan terjadi tanpa sebab yang
jelas dan tidak nyeri. Pada status obsetrikus di dapatkan pemeriksaan Leopold III sulit
di Nilai, hal ini di akibatkan letak plasenta berada di segmen bawah rahim. Ini sesuai
dengan teori dimana terjadi perdarahan pada usia kehamilan >20 minggu, diamana
perdarahan terjadi berulang tanpa ada sebab dan tidak adanya nyeri saat perdarahan
terjadi, ditambah lagi dengan perdarahan yang terjadi mengeluarkan darah segar. Pada
kasus ini juga di dukung dengan letak janin yang tidak beraturan karna terdapatnya
placenta pada segmen bawah rahim. Pasien ini di berikan dexamhetasone injeksi. Dan
dilakukan Seccio Caesarea.

Page
10
4. Plan :
Diagnosis klinis : G3P2A0H2 Gravid 33 - 34 minggu Janin Tunggal hidup intrauterine
Presentasi letak kepala, belum masuk PAP, PUKA Belum inpartu + Plasenta Previa Totalis

Tatalaksana :
- Informed consent untuk dirawat
- Pasang Kateter
- IVFD Asering 20 gtt/i
- Nifedipine 1 x 1
- Inj. Ceftriaxone 2 gr 2 x 1 (H 1)
Rencana : Seccio Caesarea

Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

Pendidikan :
Peranan edukasi sangat penting dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit yang diderita pasien. Selain itu juga penting dalam usaha mencapai
fungsi optimal pasien di masa mendatang. Edukasi yang diberikan meliputi :
 Penjelasan kepada pasien mengenai keadaan yang dialami dan tatalaksana yang
akan diberikan.
 Penjelasan kepada pasien mengenai komplikasi.

Konsultasi :

Perlu dilakukan konsultasi kepada dokter spesialis Obgyn untuk penatalaksanaan


selanjutnya pada G3P2A0H2 Gravid 33 - 34 minggu Janin Tunggal hidup intrauterine
Presentasi letak kepala, belum masuk PAP, PUKA Belum inpartu + Plasenta Previa
Totalis.

Page
11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdarahan Pada Kehamilan

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya .


Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan
tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua
adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .

Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak dari pada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya
kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum
pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta .

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta
serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum
jelas penyebabnya.1

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak
akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang
untuk mendapatkan pertolongan .

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada
permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan
cepat dari segi medisnya sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.1,2

Page
12
Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya
keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian
maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah
Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per
100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per
100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019)
menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpentingkematian maternal di
Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%),
sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.

Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio
plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya
tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini masih
menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor
predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam
angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Di RS
Parkland didapatkan prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark (1985) melaporkan prevalensi
plasenta previa 0,3%. Nielson (1989) dengan penelitian prospektif menemukan 0,33% plasenta.

2.1 PLASENTA PREVIA

2.1.1 ANATOMI

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal lebih
kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kearah korion.

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas
ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih
luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada
implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali.
Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung
darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta
diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit
pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama

Page
13
kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah.
akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-
kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan
pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast.1-3

2.1.2 INSIDENS

Insidens atau kejadian plasenta previa adalah satu dari 250 kehamilan. Insidens berganda
pada kehamilan kembar seperti kembar dua atau tiga. Wanita berumur lebih dari 30 tahun
cenderung mendapat plasenta previa.

2.1.3 PENGERTIAN

Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di
sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.

2.1.4 KLASIFIKASI PLASENTA PREVIA

Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi dalam bentuk
klinis, yaitu: a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada
pembukaan 4 cm. b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan
kanalis servikalis. c) Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum. d)
Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir ostium
uteri internum.

Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir :2

a. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.

b. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.

Page
14
c. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan
menutupi sebagian ostium uteri internum.

d. Plasenta letak rendah, yaitu plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

Gambar 1. Klasifikasi Plasenta Previa

Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa berdasarkan
pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :

a. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh


ostium.

b. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan ditutupi


oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila sebagian menutupi
ostium bagian belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan, dan
plasenta previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi
plasenta.

Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya


plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan
keterangan mengenai besarnya pembukaan.

2.1.5 ETIOLOGI

Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat para
ahli, penyebab plasenta previa yaitu :2

Page
15
a. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah rahim
dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.

b. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi
meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas operasi,
kelainan janin dan leiomioma uteri.

2.1.6 Faktor Risiko Plasenta Previa

a. Faktor predisposisi

Menurut Manuaba (1998), faktor – faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta
previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun,
paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau
manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan
malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas
persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun.

Menurut Mochtar (1998), faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur dan
paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di Indonesia, plasenta previa banyak
dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia
menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat
Endometrium yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan
berulang – ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage, dan manual
plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.

b. Faktor pendukung

Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi plasenta previa
sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang
berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya : 1) Lapisan rahim (endometrium) memiliki
kelainan seperti : fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah
Caesar atau aborsi). 2) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi. 3) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

Page
16
Menurut Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar
dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel. Sebab –
sebab terjadinya plasenta previa yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan
kuretase, serta kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur.

c. Faktor pendorong Ibu merokok atau menggunakan kokain,

karena bisa menyebabkan perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon
monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok
berat (lebih dari 20 batang sehari). 1-3

2.1.7 EPIDEMIOLOGI

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia diatas
30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal. Dari
semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-45%, plasenta
previa parsialis sekitar 30% dan plasenta previa marginalis sebesar 25-50%

2.1.8 PATOFISIOLOGI

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih
awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian
pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervilus dari plasenta.

Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta
previa betapa pun pasti akan terjadi. Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan
kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada
tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi
pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen

Page
17
bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang
kejadian perdarahan. 1-3

Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain. Darah yang keluar
berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim
terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya,pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30
minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur 34 minggu ke atas. Berhubung tempat
perdarahan lebih dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke
luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih
luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang
terjadi koagulopati pada plasenta previa.1,2

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding
uterus.

2.1.9 GAMBARAN KLINIK PLASENTA PREVIA

Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar,
perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari sebelumnya, timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin
dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim, bagian terbawah janin belum
masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak oleh karena letak plasenta
previa berada di bawah janin.

2.1.10 DIAGNOSA PLASENTA PREVIA

Menurut Mochtar (1998), diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan
beberapa pemeriksaan sebagai berikut :

a. Anamnesa plasenta previa, antara lain : terjadinya perdarahan pada kehamilan 28 minggu
berlangsung tanpa nyeri , dapat berulang, tanpa alasan terutama pada multigravida.

Page
18
b. Pada inspeksi dijumpai, antara lain : perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal dan
pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.

c. Pemeriksaan Fisik Ibu, antara lain dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal
sampai syok, kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma. Pada
pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal,
tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin,
serta tampak anemis.

d. Pemeriksaan Khusus Kebidanan


Pemeriksaan palpasi abdomen, antara lain : janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri
sesuai dengan umur hamil, karena letak plasenta di segmen bawah lahir, maka dapat
dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.

e. Denyut jantung janin bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.

f. Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap
untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk menegakkan
diagnosa pasti, mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan, hasil
pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar ostium uteri internum.

2.1.11 PENGARUH PLASENTA PREVIA TERHADAP KEHAMILAN DAN PARTUS

A. Terhadap Kehamilan

a. Bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam PAP

b. Terjadi kesalahan letak janin

c. Partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks

B. Terhadap Partus

a. Letak janin yang tidak normal menyebabkan partus akan menjadi patologik

b. Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah dapat terjadi prolaps funikulli

c. Sering dijumpai inersia primer

d. Perdarahan

Page
19
2.1.12 KOMPLIKASI PLASENTA PREVIA

a. Prolaps tali pusat prolaps plasenta


b. Plasenta melekat
c. Perdarahan postpartum
d. Infeksi karena perdaraha yang banyak
e. Bayi premature/lahir mati

Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut Manuaba (2001),
adapun komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu : a. Komplikasi pada ibu, antara lain :
perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan inersio di depan., infeksi karena
anemia, robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim, terjadinya ruptura
uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui. b. Komplikasi pada janin, antara lain :
prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya
tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan kematian.

Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara
lain : 1) Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak plasenta
dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita
anemia dan syok. 2) Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan
mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan ke parametrium dan
menjadi sebab dari kejadian placenta akreta dan mungkin inkerta. 3) Servik dan segmen bawah
raim yangrapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh
perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.

2.1.13 PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA

Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu : 1,3

A. Terapi Ekspektatif
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil
sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.

1) Syarat terapi ekspektatif :

 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.


 Belum ada tanda inpartu

Page
20
 Keadaan umum ibu cukup baik ( kadar Hb dalam batas normal )
 Janin masih hidup dan keadaan umumnya baik.
 Baru perdarahan pertama kali
 Anak premature
 Belum pernah dilakukan VT / pemeriksaan dalam

2) Rawat inap, tirah baring dan diberikan antibiotika profilaksis

3) Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil


biofisik, letak, dan presentasi janin.

4) Berikan tokolitik bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g


setiap 6 jam Nifedipin 3 x 20 mg/hari

5) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

6) Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari hasil
amniosentesis.

7) Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60
mg selama 1 bulan.

8) Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi.

9) Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien
dapat rawat jalan ( kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam
untuk mencapai rumah sakit ) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika
terjadi perdarahan.

10) Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan risiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.

11) Jenis persalinan apa yang kita pilih, untuk pengobatan plasenta previa dan kapan
melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :


Perdarahan banyak atau sedikit

Keadaan ibu dan anak

Besarnya pembukaan

Tingkat plasenta previa

Paritas 1,2,3

Page
21
B. Terapi Aktif
Kriteria :

 Umur kehamilan >/ = 37 minggu


 BB janin >/ = 2500 gram.
 Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
 Ada tanda-tanda persalinan.
 Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut. Umumnya
hal ini dapat terjadi pada keadaan :
 Perdarahan banyak
 Keadaan umum anak dan ibu jelek
 Syok
 Anak masih preterm
 Kehamilan cukup bulan
 Parturien
 Anak mati ( tidak selalu )
Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah
semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
 Infus/transfusi telah terpasang, kamar dan Tim operasi telah siap
 Kehamilan ≥37 minggu (berat badan ≥2500 gram) dan inpartu, atau:
 Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor ( misal:
anensefali)
 Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

Penanganan secara terminasi / aktif dapat dilakukan dengan cara :4


a. Cara vaginal
Bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan demikian
menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka ( tamponade pada plasenta ).
Cara-cara vaginal terdiri dari :

Pemecahan ketuban , dapat menghentikan perdarahan karena :

 Setelah pemecahan ketuban dengan menggunakan ½ kokcher, uterus mengadakan


retraksi hingga kepala anak menekan pada plasenta.

Page
22
 Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding
rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.

Versi Braxton Hicks

 Tujuan : untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan untuk


menghentikan perdarahan daram rangka menyelamatkan ibu. Hanya dilakukan
padakeadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas
untuk operasi.

 Bahayanya, robekan pada serviks dan segmen bawah rahim ; sekarang sudah
jarang sekali digunakan di kota besar, tapi di daerah terpencil yang tidak bisa
dilakukan seksio sesarea dapat dipertimbangkan perasat ini.

 Syarat untuk melakukannya adalah : pembukaan yang harus dapat dilalui oleh 2
jari supaya dapat menurunkan kaki.

 Tehniknya adalah setelah ketuban dipecahkan atau setelah plasenta ditembus


tangan yang sepihak dengan bagian-bagian yang kecil masuk. Setelah labia
dibeberkan, satu tangan masuk secara obstetri dan 2 jari ( telunjuk dan jari
tengah ) masuk ke dalam kavum uteri. Tangan satunya menahan fundus. Kepala
anak ditolak ke samping yaitu ke pihak punggung anak. Tangan luar mendekatkan
bokong kepada jari yang mencari kaki. Setelah kaki didapatkan oleh tangan
dalam, tangan luar menolak kepala anak ke fundus dan kaki dibawa ke luar. Pada
kaki ini digantung timbangan yang seringan-ringannya, tetapi cukup berat untuk
menghentikan perdarahan. Jika beratnya berlebihan ,mungkin terjadi robekan
serviks. Selanjutnya kita tunggu sampai anak lahir sendiri. Sekali-kali jangan
melakukan ekstraksi walau pembukaan sudah lengkap, mengingat mudahnya
terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim5.

Versi Cunam Willett Gauss


Tujuannya untuk mengadakan tamponade plasenta dengan kepala. Kulit kepala
anak dijepit dengan cunam Willett-Gauss dan diberati dengan timbangan 500 gr.
Perasat ini hampir tidak pernah dilakukan lagi. 5

Page
23
b. Seccio Caesarea


Mempersingkat lamanya perdarahan


Mencegah terjadinya robekan cervix dan segmen bawah rahim. Robekan mudah
terjadi, karena cervix dan segmen bawah rahim pada placenta previa banyak
mengandung pembuluh – pembuluh darah.


Dilakukan pada placenta previa totalis dan pada placenta previa lainnya kalau
perdarahan hebat.

Indikasi Seksio Sesarea

 Plasenta previa totalis.

 Plasenta previa pada primigravida.

 Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang

 Anak berharga dan fetal distress

 Plasenta previa lateralis,jika didapatkan :

 Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.

 Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.

 Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).

2.1.14 Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari


implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
lahir. Sedangkan Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan
definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat
janin di atas 500 gram.4,5

Page
24
Perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta

No. Ciri-ciri plasenta previa Ciri-ciri solusio plasenta

1. Perdarahan tanpa nyeri Perdarahan dengan nyeri

2. Perdarahan berulang Perdarahan tidak berulang

3. Warna perdarahan merah segar Warna perdarahan merah coklat

4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak Adanya anemia dan renjatan yang tidak
sesuai dengan keluarnya darah sesuai dengan keluarnya darah

5. Timbulnya perlahan-lahan Timbulnya tiba-tiba

6. Waktu terjadinya saat hamil Waktu terjadinya saat hamil Inpartu

7. His biasanya tidak ada His ada

8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi Rasa tegang saat palpasi

9. Denyut jantung janin ada Denyut jantung janin biasanya tidak ada

10. Teraba jaringan plasenta pada periksa Teraba ketuban yang tegang pada periksa
dalam vagina dalam vagina

11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas Penurunan kepala dapat masuk pintu atas
panggul panggul

12. Presentasi mungkin abnormal Tidak berhubungan dengan presentasi

Tabel 1. Perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta

Page
25
BAB III

PROGNOSIS

Prognosis ibu dengan plasenta previa sekarang ini lebih baik jika dibandingkan dengan
dahulu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan transfusi darah, dan infus
cairan yang telah ada hampir di semua rumah sakit. Demikian juga dengan kesakitan dan
kematian anak mengalami penurunan, namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran
prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea.

Page
26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.


Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.
Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Perdarahan ante partum
dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa
previa. . Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin.
Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan
plasenta previa.

Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters kedua dan
ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan janin. Ini adalah salah satu
penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta
Previa biasanya digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium interna uteri
(didekat cervix uteri).

Solusio plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari dinding uterus.
Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri,
dan fetal distres.

4.2 Saran

a. Melakukan deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum dan membantu


penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi angka mortalitas.
b. Penatalaksanaan perdarahan antepartum yang baik dapat mengurangi angka mortalitas
dan morbiditas ibu dan janin.
c. Penggunaan Ultrasonography pada plasenta previa sangat akurat dan menunjang
diagnosa secara cepat.

Page
27
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H.Ilmu kebidanan (keempat ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;2011.

2. Sulaiman Sastrawinata. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman. 1985. Hal 102-122.

3. Prawirohardjo, Sarwono. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan; Bagian


Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir (Masalah Ibu);
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Penerbit P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008. h. 492-513.

4. Mose, Johanes C. Penyulit Kehamilan; Perdarahan Antepartum; Dalam: Obstetri


Patologi, edisi ke-2. Editor: Prof. Sulaiman Sastrawinata, dr, SpOG(K),Prof. Dr.
Djamhoer Martaadisoebrata, dr, MPSH, SpOG(K), Prof. Dr. Firman F. Wirakusumah, dr,
SpOG(K). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC dan Padjadjaran Medical Press. 2004.
h. 91-96 .

5. Suyono,Lulu,Gita,Harum,Endang. Hubungan Antara Umur Ibu Hamil Dengan Frekuensi


Solusio Plasenta di RSUD Dr. Moewardi Surakarta; Dalam: Cermin Dunia Kedokteran
vol.34 no.5. 2007.h 233-238.

6. Howkin’s & Bourne. Shaw’s Textbook of Gynaecology. Edisi ke-12. New Delhi: B. I.
Churchill Livingstone; 22: 275 – 284.

7. DeCherney AH, Nathan L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and Therapy.
McGraw-Hill, 2003; p: 693 – 699.

Page
28

You might also like