Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Pembentukan Spektrum Elektron pada Inti Atom

A. Perkembangan Teori Atom


Pada awalnya gagasan tentang atom dikemukakan oleh Demokritus dan
Leukipos. Mereka menganggap bahwa pembagian materi bersifat diskontinu, jika
suatu materi dibagi dan dibagi lagi maka pada akhirnya akan diperoleh partikel
terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, partikel kecil tersebut disebut atom.
Kemudian (1803), John Dalton menempatkan konsep atom secara kokoh
menjadi konsep pokok keilmuan kimia. Menurut Dalton, Atom berupa bola yang
amat kecil, tidak dapat dibelah, tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat
diciptakan. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur.
Pada tahun 1897 ditemukanlah adanya elektron dalam atom oleh Joseph
John Thomson melalui percobaannya yang menggunakan tabung pengawa
muatan. Menurut Thomson: Elektron merupakan komponen pokok penyusun
materi Semua atom mengandung elektron, atom terdiri atas materi bermuatan
positif dan elektron tersebar merata didalamnya. Model atom Thomson ini disebut
juga model ”plum-pudding” (roti kismis).
Kemudian pada tahun 1910 Ernest Rutherford bersama kedua orang
asistennya, Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan
untuk mengetahui lebih banyak tentang susunan atom. Dari penemuannya
Rutherford berasumsi: Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif yang berada
pada pusat atom. Akan tetapi teori atom Rutherford ini tidak sesuai dengan teori
dinamika klasik yang menyatakan: ”Jika partikel bermuatan bergerak cepat maka
partikel tersebut akan kehilangan energi dalam bentuk radiasi. Jadi, jika elektron
bergerak mengelilingi inti, maka lama kelamaan elektron tersebut akan jatuh ke
inti”.
Selanjutnya teori atom Rutherford disempurnakan oleh Neils Bohr. Dengan
menerapkan teori kuantum Planck, Bohr menerangkan spektrum atom Hidrogen.
Menurut Bohr: Elektron mengelilingi inti pada lintasan tertentu, yaitu lintasan
yang memberikan momentum sudut sebesar , dimana h = tetapan Planck = 6,63 x
10-34J/s. Energi elektron dalam lintasan berbanding lurus dengan jarak lintasan
dari inti. Makin jauh lintasan dari inti, makin tinggi tingkat energi lintasan.
Selama elektron berada pada lintasannya elektron tidak melepas dan menyerap
energi. Jika elektron menyerap energi maka elektron pindah ke lintasan yang
tingkat energinya lebih tinggi. Dan jika elektron pindah dari lintasan dengan
tingkat energi tinggi ke lintasan dengan tingkat energi rendah, maka elektron akan
memancarkan energi dalam bentuk radiasi. Akan tetapi, teori atom Bohr tidak
dapat menjelaskan spektrum atom berelektron banyak, efek Zeeman dan sifat
keperiodikan unsur.
Untuk menerangkan kelemahan teori atom Bohr, maka lahirlah teori atom
baru ”teori atom mekanika kuantum” yang ditopang oleh hipotesa De Broglie dan
Azas ketidakpastian Heisenberg. Hipotesa De Broglie berbunyi: ”elektron dalam
atom dapat dipandang sebagai partikel dan sebagai gelombang”. Azas
ketidakpastian Heisenberg berbunyi: ”tidak mungkin menentukan kecepatan
sekaligus posisi yang pasti dari elektron dalam ruang, yang dapat ditentukan
adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti”.
Daerah kebolehjadian menemukan elektron disebut orbital. Pada tahun
1926, Erwin Schrodinger berhasil merumuskan persamaan gelombang yang
menggambarkan orbital, dimana setiap orbital mempunyai bentuk dan energi
tertentu. Satu orbital dapat ditempati oleh maksimal 2 elektron. Kedudukan
elektron dalam atom dijelaskan oleh 4 bilangan kuantum yaitu:
1. bilangan kuantum utama (n) yang menyatakan tingkat energi
2. bilangan kuantum azimuth (l) yang menyatakan orbital
3. bilangan kuantum magnetik (m) yang menyatakan orientasi orbital dalam ruang
4. bilangan kuantum spin (s) yang menyatakan spin elektron
Jumlah maksimum elektron dalam kulit tertentu sebesar 2n2 dengan n
adalah nomor kulit. Pengisian elektron dimulai pada kulit dengan tingkat energi
terendah yaitu kulit pertama atau kulit K yang dilanjutkan dengan kulit L, M, N
dan seterusnya. Pengisian dilakukan dengan pengisian maksimum terlebih dahulu
untuk tiap kulit. Apabila terdapat 18 elektron maka elektron akan mengisi kulit K
sebanyak 2 yang dilanjutkan dengan pengisian kulit L sebanyak 8 elektron dan
diakhiri dengan pengisian kulit L sebanyak 8 elektron.
Konfigurasi elektron
Susunan elektron dalam atom dapat dijelaskan menggunakan konfigurasi elektron.
Penyusunan elektron dalam atom didasarkan pada teori-teori dualisme gelombang
partikel yang dikemukakan oleh de Broglie pada tahun 1924, Azas ketidakpastian
yang dikemukakan oleh Heisenberg pada tahun 1927, dan teori persamaan
gelombang yang dikemukakan oleh Erwin Schrodinger. Adanya konfigurasi
elektron ini menyatakan penataan/susunan elektron dalam sebuah atom. Untuk
menentukan konfigurasi elektron pada atom, terdapat 3 aturan yang harus
digunakan yaitu :
a. Aturan Aufbau
Dalam aturan ini, pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang rendah
ke tingkat energi yang tinggi. Besarnya tingkat energi dari suatu subkulit
dapat diketahui dari bilangan utama (n) dan bilangan kuantum azimuth (l)
dari orbital tersebut.
b. Aturan Pauli
Dalam aturan ini, Wolfgang Pauli menyatakan bahwa tidak boleh terdapat
dua elektron dalam satu atom dengan empat bilangan kuantum yang sama.
Orbital yang sama akan mempunyai bilangan kuantum n, l, m yang sama
tetapi yang membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). Dengan
demikian, setiap orbital hanya dapat berisi 2 elektron dengan spin yang
berlawanan.
c. Aturan Hund
Dalam aturan ini, Friedrick Hund menyatakan elektron-elektron dalam
orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan. Dalam
menerapkan aturan Hund, kita harus menuliskan arah panah ke atas
terlebih dahulu pada semua kotak, kemudian diikuti dengan arah panah ke
bawah jika masih terdapat elektron sisa.

Spektrum elektron dan Transisi elektron


Spektrum gelombang elektromagnetik dan transisi elektron adalah perpindahan
elektron dari orbit yang satu ke orbit yang lain dengan memancarkan gelombang
elektromagnetik. Ketika berpindah dari orbit yang luar ke orbit yang dalam,
elektron akan memancarkan energy sebesar E=hf, dengan f adalah frekuensi
gelombang yang dipancarkan. Jika elektron berpindah dari orbit yang lebih dalam
ke orbit yang lebih luar, elektron akan menyerap energy sebesar hf. Energi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses transisi elektron dari kulit yang lebih
dalam ke kulit yang lebih luar harus lebih besar dari pada selisih tingkat energi
dari lintasan asal dan lintasan tujuan. Proses ini disebut sebagai proses eksitasi.
Proses transisi elektron tidak hanya terjadi pada lintasan-lintasan yang berurutan,
mungkin saja terjadi transisi dari lintasan M ke lintasan K. Energi yang
dipancarkan oleh transisi elektron dari lintasan M ke lintasan K lebih besar
daripada transisi darilintasan L ke lintasan K. Tingkat energi lintasan dari setiap
atom tidak sama.
Pada tingkat proses eksitasi tertentu didapatkan spectrum yang sederhana yang
menunjukkan adanya gerak inti yang lain berbeda halnya dengan yang
digambarkan pada model kulit yang justru memperkirakan spectrum eksitasi yang
lebih rumit. Pada intinya, proses eksitasi pada atom merupakan suatu proses
dimana keluarnya suatu muatan yang ada pada inti atom.

You might also like