Pada awalnya gagasan tentang atom dikemukakan oleh Demokritus dan Leukipos. Mereka menganggap bahwa pembagian materi bersifat diskontinu, jika suatu materi dibagi dan dibagi lagi maka pada akhirnya akan diperoleh partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, partikel kecil tersebut disebut atom. Kemudian (1803), John Dalton menempatkan konsep atom secara kokoh menjadi konsep pokok keilmuan kimia. Menurut Dalton, Atom berupa bola yang amat kecil, tidak dapat dibelah, tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat diciptakan. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur. Pada tahun 1897 ditemukanlah adanya elektron dalam atom oleh Joseph John Thomson melalui percobaannya yang menggunakan tabung pengawa muatan. Menurut Thomson: Elektron merupakan komponen pokok penyusun materi Semua atom mengandung elektron, atom terdiri atas materi bermuatan positif dan elektron tersebar merata didalamnya. Model atom Thomson ini disebut juga model ”plum-pudding” (roti kismis). Kemudian pada tahun 1910 Ernest Rutherford bersama kedua orang asistennya, Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui lebih banyak tentang susunan atom. Dari penemuannya Rutherford berasumsi: Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif yang berada pada pusat atom. Akan tetapi teori atom Rutherford ini tidak sesuai dengan teori dinamika klasik yang menyatakan: ”Jika partikel bermuatan bergerak cepat maka partikel tersebut akan kehilangan energi dalam bentuk radiasi. Jadi, jika elektron bergerak mengelilingi inti, maka lama kelamaan elektron tersebut akan jatuh ke inti”. Selanjutnya teori atom Rutherford disempurnakan oleh Neils Bohr. Dengan menerapkan teori kuantum Planck, Bohr menerangkan spektrum atom Hidrogen. Menurut Bohr: Elektron mengelilingi inti pada lintasan tertentu, yaitu lintasan yang memberikan momentum sudut sebesar , dimana h = tetapan Planck = 6,63 x 10-34J/s. Energi elektron dalam lintasan berbanding lurus dengan jarak lintasan dari inti. Makin jauh lintasan dari inti, makin tinggi tingkat energi lintasan. Selama elektron berada pada lintasannya elektron tidak melepas dan menyerap energi. Jika elektron menyerap energi maka elektron pindah ke lintasan yang tingkat energinya lebih tinggi. Dan jika elektron pindah dari lintasan dengan tingkat energi tinggi ke lintasan dengan tingkat energi rendah, maka elektron akan memancarkan energi dalam bentuk radiasi. Akan tetapi, teori atom Bohr tidak dapat menjelaskan spektrum atom berelektron banyak, efek Zeeman dan sifat keperiodikan unsur. Untuk menerangkan kelemahan teori atom Bohr, maka lahirlah teori atom baru ”teori atom mekanika kuantum” yang ditopang oleh hipotesa De Broglie dan Azas ketidakpastian Heisenberg. Hipotesa De Broglie berbunyi: ”elektron dalam atom dapat dipandang sebagai partikel dan sebagai gelombang”. Azas ketidakpastian Heisenberg berbunyi: ”tidak mungkin menentukan kecepatan sekaligus posisi yang pasti dari elektron dalam ruang, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti”. Daerah kebolehjadian menemukan elektron disebut orbital. Pada tahun 1926, Erwin Schrodinger berhasil merumuskan persamaan gelombang yang menggambarkan orbital, dimana setiap orbital mempunyai bentuk dan energi tertentu. Satu orbital dapat ditempati oleh maksimal 2 elektron. Kedudukan elektron dalam atom dijelaskan oleh 4 bilangan kuantum yaitu: 1. bilangan kuantum utama (n) yang menyatakan tingkat energi 2. bilangan kuantum azimuth (l) yang menyatakan orbital 3. bilangan kuantum magnetik (m) yang menyatakan orientasi orbital dalam ruang 4. bilangan kuantum spin (s) yang menyatakan spin elektron Jumlah maksimum elektron dalam kulit tertentu sebesar 2n2 dengan n adalah nomor kulit. Pengisian elektron dimulai pada kulit dengan tingkat energi terendah yaitu kulit pertama atau kulit K yang dilanjutkan dengan kulit L, M, N dan seterusnya. Pengisian dilakukan dengan pengisian maksimum terlebih dahulu untuk tiap kulit. Apabila terdapat 18 elektron maka elektron akan mengisi kulit K sebanyak 2 yang dilanjutkan dengan pengisian kulit L sebanyak 8 elektron dan diakhiri dengan pengisian kulit L sebanyak 8 elektron. Konfigurasi elektron Susunan elektron dalam atom dapat dijelaskan menggunakan konfigurasi elektron. Penyusunan elektron dalam atom didasarkan pada teori-teori dualisme gelombang partikel yang dikemukakan oleh de Broglie pada tahun 1924, Azas ketidakpastian yang dikemukakan oleh Heisenberg pada tahun 1927, dan teori persamaan gelombang yang dikemukakan oleh Erwin Schrodinger. Adanya konfigurasi elektron ini menyatakan penataan/susunan elektron dalam sebuah atom. Untuk menentukan konfigurasi elektron pada atom, terdapat 3 aturan yang harus digunakan yaitu : a. Aturan Aufbau Dalam aturan ini, pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang tinggi. Besarnya tingkat energi dari suatu subkulit dapat diketahui dari bilangan utama (n) dan bilangan kuantum azimuth (l) dari orbital tersebut. b. Aturan Pauli Dalam aturan ini, Wolfgang Pauli menyatakan bahwa tidak boleh terdapat dua elektron dalam satu atom dengan empat bilangan kuantum yang sama. Orbital yang sama akan mempunyai bilangan kuantum n, l, m yang sama tetapi yang membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). Dengan demikian, setiap orbital hanya dapat berisi 2 elektron dengan spin yang berlawanan. c. Aturan Hund Dalam aturan ini, Friedrick Hund menyatakan elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan. Dalam menerapkan aturan Hund, kita harus menuliskan arah panah ke atas terlebih dahulu pada semua kotak, kemudian diikuti dengan arah panah ke bawah jika masih terdapat elektron sisa.
Spektrum elektron dan Transisi elektron
Spektrum gelombang elektromagnetik dan transisi elektron adalah perpindahan elektron dari orbit yang satu ke orbit yang lain dengan memancarkan gelombang elektromagnetik. Ketika berpindah dari orbit yang luar ke orbit yang dalam, elektron akan memancarkan energy sebesar E=hf, dengan f adalah frekuensi gelombang yang dipancarkan. Jika elektron berpindah dari orbit yang lebih dalam ke orbit yang lebih luar, elektron akan menyerap energy sebesar hf. Energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses transisi elektron dari kulit yang lebih dalam ke kulit yang lebih luar harus lebih besar dari pada selisih tingkat energi dari lintasan asal dan lintasan tujuan. Proses ini disebut sebagai proses eksitasi. Proses transisi elektron tidak hanya terjadi pada lintasan-lintasan yang berurutan, mungkin saja terjadi transisi dari lintasan M ke lintasan K. Energi yang dipancarkan oleh transisi elektron dari lintasan M ke lintasan K lebih besar daripada transisi darilintasan L ke lintasan K. Tingkat energi lintasan dari setiap atom tidak sama. Pada tingkat proses eksitasi tertentu didapatkan spectrum yang sederhana yang menunjukkan adanya gerak inti yang lain berbeda halnya dengan yang digambarkan pada model kulit yang justru memperkirakan spectrum eksitasi yang lebih rumit. Pada intinya, proses eksitasi pada atom merupakan suatu proses dimana keluarnya suatu muatan yang ada pada inti atom.