Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Hari, tanggal : Selasa, 22 April 2018

Waktu : 11.30 – 14.00

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FARMASI DAN TERAPI UMUM

CREAM

Dosen Penanggungjawab :

Prof Dr Dra Ietje Wientarsih, Apt, MSc


Bayu Febram Prasetyo, SSi, Apt, Msi
Rini Madyastuti Purwono, SSi, Apt, Msi
Dr Lina Noviyanti Sutardi, SSi, Apt, Msi
Drh Rizal Arifin Akhbari

Kelompok 21 Siang :
Dhea Rivinasari B04140057
Rayhan Dika Arfan B04140073

LABORATORIUM FARMASI VETERINER


DEPARTEMEN KLINIK, RERPRODUKSIDAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kasus dermatologi banyak diderita pendududk yang tinggal di daerah tropis.
Iklim panas dan lembab merupakan salah satu penyebab angka kejadian kasus
dermatologi yang tinggi. Selain itu predisposisis hygiene sanitasi yang kurang
sehat, adanya sumber penularan, pemakaian antibiotika dan penyakit kronis juga
meningkatkan kasus dermatologi pada manusia dan hewan daerah tropis (Nurtjahja
et al. 2006). Obat topikal merupakan salah satu sediaan obat yang paling sering
digunakan dalam terapi dermatologi. Sediaan obat yang digunakan pada kulit antara
lain untuk efek fisik yaitu kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir,
pelembut, zat pengering dan lain- lain atau untuk efek khusus dari bahan obat yang
ada. Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif. Saat ini,
banyaknya sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat efikasi
maksimal zat aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan yang
terbaik (Strober et al. 2008). Banyaknya pilihan bentuk sediaan, memerlukan
kecermatan dalam memilih, karena di samping pertimbangan bahan aktif, bentuk
sediaan berpengaruh terhadap keberhasilan terapi.
Menurut Sharma (2009), sediaan topikal adalah sediaan yang
penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, seperti
lotio, salep, dan krim. Rute pemberian obat secara transdermal merupakan suatu
alternatif untuk menghindari variabilitas ketersediaan hayati obat pada penggunaan
per oral, menghindari kontak langsung obat dengan mukosa lambung sehingga
mengurangi efek samping obat tertentu, juga untuk memperoleh konsentrasi obat
terlokalisir pada tempat kerjanya (Cross dan Robert 2008). Salah satu sediaan
topikal yang paling banyak digunakan di masyarakat adalah krim. Krim adalah
sediaan semisolid, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar/ kulit (DepkesRI 1979). Sediaan topikal dengan
bentuk krim lebih disukai karena banyak keuntungannya, diantaranya
yaitu:sederhana dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan, bentuknya yang
menarik serta menimbulkan rasa nyaman bagi pengguna (Amaliah dan Pratiwi
2017). Bentuk sediaan krim ini dipilih karena penyebaran dari krim yang merata
dan mudah dibersihkan khususnya krim emulsi minyak dalam air. Sifat umum krim
ialah mampu melakukan perlekatan pada permukaan tempat pemakaian dalam
waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan.

Tujuan
Mengetahui formula dan cara pembuatan sedian obat bentuk Cream serta
mengetahui kegunaan dari sediaan Cream berdasarkan bahan khasiat yang
digunakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Cream
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (DepkesRI 1979).
Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi ke dalam bahan dasar yang sesuai. Krim biasanya
digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit. Krim ada dua tipe yakni
krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim tipe M/A (vanishing cream)
mudah dicuci dengan air, jika digunakan pada kulit, maka akan terjadi penguapan
dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air sehingga
mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit (Ansel,2005). Stabilitas krim
akan menjadi rusak, jika terganggu oleh sistem campurannya terutama disebabkan
perubahan suhu, perubahan komposisi dan disebabkan juga oleh penambahan salah
satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya
tidak tercampurkan satu sama lain (Joshi dan Barhate 2011).
Krim dapat memberikan efek mengkilap, berminyak, melembapkan, dan
mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah/sulit diusap,
mudah/sulit dicuci air (Anwar, 2012). Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan
penyebarannya yang baik pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya
penguapan air padda kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan
air pada kulit, mudah dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Menurut
Parma et al. (2009) krim dapat digunakan pada luka yang basah, karena bahan
pembawa minyak di dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan
luka tersebut.

Acidum Stearinicum
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak. Asam Stearat memiliki Rumus molekul: C18H36O2. Merupakan zat padat,
keras mengkilat, menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip
lemak lilin, peraktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P,
dalam 2 bagian kloroform P, suhu lebur tidak kurang dari 54ºC. Asam stearat
merupakan bahan pengemulsi. Digunakan luas secara oral dan topikal dalam bidang
farmasi. Untuk penggunaan topikal asam stearat digunakan sebagai bahan
pengemulsi. Digunakan umumnya Karena tidak toksik dan tidak mengiritasi (Kibbe
2000).

Cera Alba
Cera alba (malam putih) merupakan suatu padatan putih kekuningan, sedikit
tembus cahaya dalam keadaan lapis tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik.
Penyimpanan pada wadah yang tertutup baik (DepKes RI 1995). Malam putih
merupakan bahan yang tidak mengiritasi dan tidak beracun sehingga sangat cocok
jika digunakan sebagai basis dalam sediaan krim. Aplikasinya dalam bidang
farmasi, untuk meningkatkan konsistensi krim dan untuk menstabilkan emulsi A/M
(emulgator).Cera alba digunakan sebagai bahan pengeras dan agen peningkat
stabilitas (Rowe et al., 2009). Cera alba merupakan basis dan emulgator yang
digunakan pada krim tipe A/M.

Vaseline Album
Vaselin album adalah golongan lemak mineral diperoleh dari minyak bumi.
titik cair sekitar 10-50°C, mengikat 30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi
lunak (Sharma 2008). Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar Salep
berlemak, antara lain vaselin dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen
berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut
penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar
dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Depkes,
1995).

Triethanolamine
Trietinolamin adalah berbagai campuran terdiri dari terutama 2-2-2-
nitrilotreietanol (C2H4OH)3N, bersama dengan 2,2-iminoloisetanol dan sejumlah
kecil 2-aminoetanol (DepkesRI 1995). Biasanya dikombinasikan dengan zat asam
yang mengandung lemak untuk membentuk sabun mudah larut dalam air
(Trietinolamin stearat) (Voigt, 1984). Berupa cairan tidak berwarna atau berwarna
kuning pucat, jernih, tidak berbau/hampir tidak berbau, higroskopis. Dapat cempur
dengan air dan etanol (95%)P, sukar larut dalam eter. Digunakan sebagai pengatur
pH, surfaktan, pembusa dan pembersih (DepKesRI 1995).

Propylenglycol
Propilen glikol mengandung tidak kurang dari 99,5% C3H8O8. Pemerian
merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau;
menyerap air pada udara lembab. Kelarutan :dapat bercampur dengan air, dengan
aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan beberapa minyak esensial; tetapi
tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Penyimpanan dalam wadah tertutup
rapat. Kegunaannya adalah Pembasah (konsentrasi untuk sediaan topical = 15%)
(Rowe, et al., 2009).
METODE PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
(di buku ada ga usah ku tulis yaaa)
Metode Kerja
(di buku ada ga usah ku tulis yaaa)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil praktikum kali ini menghasilkan sediaan setengah padat yang
berwarna putih yang kental dan lembut. Sediaan ini ditempatkan pada wadah
berupa pot plastik yang dipermukaan luarnya diberikan etiket berwarna biru sebagai
tanda dari obat luar dan ditambahkan etiket obat luar. Obat ini memiliki petunjuk
penggunaan yakni diberikan jika perlu dioleskan pada bagian yang sakit. Wadah
disimpan dalam tempat yang kering dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung.

Pembahasan
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air
dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika.Pemilihan zat
pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk
krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin,
natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Salah satu bahan yang biasa
digunakan sebagai emulgator dalam sediaan krim adalah asam stearat dan
trietanolamin. Menurut Hasniar et al. (2015) asam stearat digunakan dalam krim
yang mudah dicuci dengan air, sebagai zat pengemulsi untuk memperoleh
konsistensi krim tertentu serta untuk memperoleh efek yang tidak menyilaukan
pada kulit. Jika asam stearat digunakan sebagai pengemulsi, maka umumnya
kalium hidroksida atau trietanolamin ditambahkan secukupnya agar bereaksi
dengan 8% sampai 20% asam stearat (Lachman, 2008).

Kombinasi antara asam stearat dan trietanolamin akan membentuk suatu


garam yaitu trietanolamin stearat yang bersifat anionik dan menghasilkan butiran
halus sehingga akan menstabilkan tipe emulsi minyak dalam air atau vanishing
cream. Jenis basis yang mempunyai viskositas tinggi akan menyebabkan koefisien
difusi suatu obat dalam basis menjadi rendah, sehingga pelepasan obat dari basis
akan kecil (Hasniar et al. 2015). Propilen glikol merupakan kosolven yang sering
digunakan dalam sediaan topikal, dimana konsentrasi propilen glikol yang biasa
digunakan sebesar 1- 10% (Williams dan Barry 2007) Propilen glikol digunakan
karena senyawa propilen glikol memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik, yang
memungkinkan propilen glikol untuk mengurangi gaya tarik intermolekular dari air
sehingga dapat melarutkan obat yang bersifat hidrofobik (Nayak dan Panigrahi
2012).
Cera alba merupakan eksipien yang tidak bersifat toksik dan tidak
menyebabkan iritasi pada kulit (Rowe et.al., 2009). Cera alba memberikan
pengaruh signifikan terhadap daya sebar, daya lekat, dan derajat pemisahan fase
(Arisanti et al. 2017). Penambahan cera alba pada sediaan krim dapat menyebabkan
krim memiliki sifat fisik yang baik, konsistensi sediaan krim tidak terlalu encer
sehingga lebih nyaman dan lebih mudah saat digunakan. Vaseline album
merupakan dasr salep hidrokarbon apabila semakin tinggi konsentrasi vaselin maka
semakin kental bentuk sediaan salep yang dihasilkan (Sharma 2008). Secara
keseluruhan krim ini digunakan sebagai Antifungi. Agen antijamur topikal
memiliki berbagai mekanisme tindakan dan spektrum aktivitas yang berbeda dan
memiliki beberapa reaksi merugikan atau interaksi obat (Prashar et al 2013). Zat
aktif dalam suatu sediaan topikal yang digunakan terlebih dahulu harus lepas dari
pembawa sebelum mencapai efek farmakologis obat (Suardi et al, 2008). Apabila
bahan obat tidak dapat dilepaskan dari pembawa, maka obat tersebut tidak dapat
bekerja secara efektif (Astuti et al, 2007).

SIMPULAN
Krim merupakan sediaan semisolid yang berkhasiat sebagai obat luar salah
satunya untuk mengatasi penyakit akibat jamur (antifungal). Kandungan dari krim
membuat krim memiliki kemampuan penyebaran yang baik pada kulit dan
perlekatan yang cukup lama pada target.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel C. Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta. UI Press.


Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi (Karakterisasi dan
Aplikasi). Dian Rakyat : Jakarta
Anggia Diani Amaliah, Rimadani Pratiwi. 2017. STUDI FORMULASI DAN
EVALUASI FISIK SEDIAAN KRIM ANTISKABIES DARI MINYAK
MIMBA (Azadirachta Indica A.Juss). Farmaka Suplemen. 15 (2) : 70 -81
Arisanti, C. I. S.1, Indraswari, P. I. I.1, Budiputra, D.K1 2017. PENGARUH
KOMPOSISI SPAN®80 DAN CERA ALBA TERHADAP STABILITAS
FISIK SEDIAAN COLD CREAM EKSTRAK ETANOL 96% KULIT
BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
Astuti, I.Y., Iskandar, S., & Umi, H.,. 2007. Pengaruh Konsentrasi Adeps Lanae
Dalam Dasar Salep Cold Cream Terhadap Pelepasan Asam Salisilat. Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto. Pharmacy
Vol. 05 No. 1 April
Cross S, Robert M. Transdermal drug delivery. (Internet) Cited Nov 28 2008.
Available from: www.chemelab.ucsd.edu/hydrogel/index.html.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi
III . Jakarta : Dekpes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi
IV . Jakarta : Dekpes RI.

Hasniar1*, Yusriadi1, Akhmad Khumaidi1 2015 FORMULASI KRIM


ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN KAPAS (Gossypium sp.)
ANTIOXIDANT CREAM FORMULATION OF Gossypium sp. LEAF
EXTRACT GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 1 (1) : 9 - 15
Joshi SS, Barhate SD, 2011. Physical characteristics of three component creams
containing span (60, 80) as surfactants, Der Pharmacia Sinica ;2: 81- 87.
Lachman, L. (2008). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerbit UI-Press.
Jakarta.
Nayak, A.K., dan Panigrahi, P. 2012. Solubility Enhancement of Etoricoxib by
Cosolvency Approach. ISRN Physical Chemistry. 20 (12): 1-5.
Nurtjahja, Kiki., Dwi Suryanto dan Lavarina Winda. 2006. Identifikasi Jenis dan
Jumlah Bakteri Pada Pasien Mikosis Kulit vol.1, No 1, hlm.1-2 ISSN 1907-
5537. Medan: Departemen Biologi, FMIPA Universitas Sumatera Utara
Parmar RB, Baria AH, Faldu SD, Tank HM, 2009. Design and Evaluation of Poly-
herbal Formulation in Semisolid Dosage Form for its Antibacterial Activity,
Journal of Pharmacy Research ; 2:1095-1097.
Parashar B, Kabra A, Chandel A, Formulation and evaluation of gel containing
miconazole nitrate an antifungal agent, International journal of pharma
research and review 2013; 2: 8-28.

Rowe, R.C., J. S. Paul, J.W. Paul. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients.


London: Pharmaceutical Press. Hal: 1-974.
Sharma S. Topical drug delivery system: A review. Pharmaceut. Rev. 2008;6:1-29.
Strober BE, Washenik K, Shupack JL. Principles of topical therapy. In: Fitzpatrick
TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen K, eds. Dermatology in
general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill, 2008:2090-6.
Suardi, M., Nasrul, R., & Rahman, A., 2008. Pengaruh Virgin Coconut Oil
Terhadap Liberasi Salep Kalium Iodida. Skripsi. Fakultas Farmasi UNAND.

Williams, A.C. dan Barry B.W. Chemical Permeation Enhancement in Drug


Delivery. New York. CRC Press. 2007 : 233-248, 603-618.

You might also like