Professional Documents
Culture Documents
Keuangan Pusat Dan Daerah
Keuangan Pusat Dan Daerah
Nama Anggota :
Winda Mustika 162010055
Muhammad Nizar 162010068
Gina Brigitha A 162010089
Isnan F 162010094
Obay Gunawan 162010095
A. KRITERIA UMUM
B. KRITERIA KHUSUS
C. KRITERIA TEKNIS
1. Dalam hal terjadi sisa tender atas pelaksanaan kegiatan DAK, maka penggunaan sisa
tender tersebut diarahkan untuk kegiatan yang bersifat fisik sejalan dengan petunjuk
teknis DAK yang ditetapkan.
2. Sisa tender yang akan dimanfaatkan dalam tahun anggaran berjalan dilaksanakan
mendahului perubahan APBD dengan merubah peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD yang terlebih dahulu berkonsultasi dan mendapat persetujuan
Pimpinan DPRD.
3. Untuk dasar penganggaran dan pelaksanaan sisa tender sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), SKPD menyusun RKA-SKPD dan DPA-SKPD yang baru.
4. Dalam hal sisa tender belum dilaksanakan setelah ditetapkannya Perda tentang
Perubahan APBD, dapat langsung dilaksanakan dan disesuaikan dalam laporan
realisasi anggaran.
5. Untuk tertib dan disiplin anggaran serta menjamin ketersediaan dana atas pelaksanaan
sisa tender, SKPD selaku Pengguna Anggaran telah menyelesaikan administrasi
kegiatan paling lambat pada awal bulan Oktober.
6. Pengadaan barang dan jasa atas kegiatan yang bersumber dari dana sisa tender baik
dilaksanakan secara swakelola maupun mekanisme kontrak berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Untuk diketahui bersama bahwa proses penyaluran DAK dari Kas Umum Negara ke
Kas Umum Daerah dengan tiga tahap yaitu :
TAHAP I disalurkan ke Kas Umum Daerah apabila Peraturan Daerah tentang APBD
sudah ditetapkan, Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahun sebelumnya telah
disampaikan dan Surat Pernyataan Penyediaan Dana Pendamping;
TAHAP II disalurkan ke Kas Umum Daerah apabila penyerapan sudah mencapai 90%
dari TAHAP I atau sisa DAK TAHAP I di Kas Umum Daerah maksimal 10%;
TAHAP III disalurkan ke Kas Umum Daerah apabila penyerapan sudah mencapai
90% dari akumulasi TAHAP I dan II atau sisa akumulasi DAK TAHAP I dan II di
Kas Umum Daerah maksimal 10%.
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa proses penganggaran DAK
harus dilengkapi dengan data-data yang akurat agar pagu DAK yang di peroleh daerah
sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Kekhususan DAK juga diatur dengan ketentuan yang khusus sehingga dalam
pelaksanaan di daerah dapat berjalan secara optimal. Begitu juga dengan proses
penyaluran DAK berbeda dengan dana transfer lainnya yang menggunakan triwulan,
khusus untuk DAK penyaluran ke Kas Umum Daerah berdasarkan progres yang
diserap oleh Pemerintah Daerah. Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan DAK seperti Peraturan Menteri Keuangan tentang pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah dan Surat Edaran tentang
Langkah-langkah Menghadapi Akhir Tahun, Dalam Rangka Penyaluran Anggaran
Transfer ke Daerah. Karena aturan-aturan tersebut mengatur batas waktu DAK,
sehingga apabila Pemerintah Daerah tidak tepat menyampaikan laporan atau
penyerapan dibawah ketentuan maka sisa DAK tidak akan disalurkan ke Kas Umum
Daerah (hangus) dan juga daerah harus menanggung pembiayaan dari sumber dana
lain apabila pekerjaan DAK telah selesai dilaksanakan pihak ketiga
Pasal 52 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2005 jelas dikatakan bahwa
program dan kegiatan yang akan didanai dari Dana Alokasi Khsus merupakan program
yang menjadi prioritas nasional yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah. Kegiatan
dan program yang akan didanai tersebut merupakan program yang diusulkan oleh
kementerian teknis yang melalui proses koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sebelum ditetapkan
dan sesuai dengan RKP. Tahapan berikutnya adalah ketetapan program tersebut
disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk dilakukan penghitungan alokasi DAK.
Dana pendamping
Khusus untuk penyediaan dana pendamping DAK di dalam APBD selain
diatur di dalam pedoman penyusunan APBD juga telah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah, pasal 41 ayat (1) “Daerah penerima DAK wajib
menyediakan dana pendamping sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari
alokasi DAK. (2) Dana pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dianggarkan dalam APBD”.
Dari beberapa regulasi yang saya sajikan di atas, maka penyediaan dana
pendamping di dalam APBD secara limitatif hanya untuk dana pendamping DAK
(Dana Alokasi Khusus), dan Program Penanggulangan Kemiskinan melalui
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan dan Perkotaan,
serta penerimaan hibah dan bantuan luar negeri. Muncul pertanyaan, bagaimana
dengan program nasional lainnya selain untuk dana pendamping DAK (Dana
Alokasi Khusus), dan Program Penanggulangan Kemiskinan melalui Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan dan Perkotaan, serta
penerimaan hibah dan bantuan luar negeri, yang mempersyaratkan dana
pendamping.