Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

Laporan Praktikum

Gelombang Dan Optik


Program Studi Pend.Fisika

Percobaan I
DIFRAKSI FRAUNHOFER
OLEH;

NAMA : NURHAENI ( A 241 15 080 )


SRIMAYANTI ( A 241 15 065 )
FITRIANI D.HADU ( A 241 15 017 )
SUCIATI DJ LOLODA ( A 241 15 050 )
CANDHRA DWI DESNA R ( A 241 15 108)
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : KARTIKA. J

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan taufik-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Gelombang dan Optik mengenai
“Difraksi Fraunhofer”. Selanjutnya penulis berterima kasih kepada kak Kartika.J
selaku asisten praktikum yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan laporan
ini. Selanjutnya penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberi
kritik dan masukan terhadap penyajian laporan praktikum ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati
penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun dari pihak manapun demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan selamat membaca.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan khususnya mendapatkan nilai yang
memuaskan.
Wassalamu’alaikum wr,wb.

Palu, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Percobaan
1.3. Alat dan Bahan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Difraksi Cahaya
2.2. Difraksi Fraunhofer
2.2.1. Difraksi Fraunhofer oleh celah tunggal
2.2.2. Difraksi Fraunhofer oleh lubang bulat
2.2.3. Difraksi Fraunhofer oleh celah rangkap
2.2.4. Difraksi Fraunhofer oleh kisi
2.3. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.2. Waktu dan Tempat
3.3. Prosedur Kerja
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Analisa Data
4.3. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut optika geometrik bila sebuah benda tak tembus cahaya ditempatkan
diantara sumber cahaya titik dan layar, maka bayangan benda itu membentuk
sebuah garis tajam yang sempurna. Sama sekali tidak ada cahaya yang
menumbuk layar itu di titik-titik dalam bayangan tersebut, dan kawasan di luar
bayangan itu diterangi hampir secara 1omogeny. Tetapi, ada salah satu sifat
gelombang dari cahaya yang menyebabkan efek yang tidak dapat dipahami
dengan model optika geometri yang sederhana. Segolongan efek penting tersebut
terjadi bila cahaya menumbuk sebuah rintangan yang mempunyai sebuah celah
atau tepi. Pola interferensi yang dibentuk pada situasi seperti itu dikelompokkan
di dalam topic difaksi (diffraction).
Difraksi cahaya merupakan salah satu cara untuk menguji apakah cahaya
merupakan suatu gelombang. Difraksi terdiri atas dua jenis yaitu Difraksi
Fraunhofer (difraksi medan-jauh) dan Difraksi Fresnel (difraksi medan-dekat).
Untuk praktikum ini, hanya mempelajari mengenai Difraksi Fraunhofer yang
memuat tentang prinsip terjadinya difraksi fraunhoufer serta cara menentukan
panjang gelombang suatu sumber cahaya.
1.2 TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami prinsip terjadinya difraksi fraunhofer
2. Menentukan panjang gelombang suatu sumber cahaya
1.3 ALAT DAN BAHAN
1. Laser He-Ne 1 Buah
2. Mistar Logam 2 Buah
3. Layar 1 Buah
4. Bangku Laser 1 Buah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Difraksi Cahaya
Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi
gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang.
Medan gelombang boleh jadi suatu celah. Tiap titik pada muka gelombang dapat
dipandang sebagai sumber gelombang baru dan menghasilkan gelombang
sekunder yang memancar ke segala arah dengan kecepatan yang sama dengan
kecepatan rambat gelombang. Muka gelombang berikutnya berupa permukaan
yang menyinggung muka gelombang semua anak gelombang yang berasal dari
titik sefase pada muka gelombang terdahulu. Ini berarti semua anak gelombang
pada saat muka gelombang tertentu bersifat saling koheren. Jika gelombang datang
dari tempat yang jauh bertemu dengan sebuah celah sempit, maka bentuk
gelombang yang keluar dari celah sama dengan sebuah sumber titik tanpa
memperhatikan bentuk gelombang yang datang. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2. 1 di bawah ini:

Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit


Penyebaran gelombang ketika melewati celah sempit yang lebarnya seorde
dengan panjang gelombang akan mengalami peristiwa yang dikenal sebagai
peristiwa lenturan atau difraksi. Semakin sempit celah itu maka semakin lebar
penyebaran gelombang yang terjadi. Jika ukuran lebar celah mendekati nol, maka
gelombang yang diteruskan seperti sebuah sumber titik.
Sebelum menurunkan rumusan matematis yang bersangkutan, terlebih dahulu
dipahami karakteristik gejala difraksi secara kualitatif berdasarkan prinsip
Huygens. Perhatikan gambar 2.2 yang merupakan ilustrasi efek penyebaran arah
gelombang datar yang menjalar melalui suatu celah dengan lebar D.

Gambar 2.2 Difraksi Gelombang Datar Oleh Celah Selebar D


Muka gelombang yang tiba di celah berhimpit dengan bidang datar celah,
karena itu titik A, B pada tepi celah memiliki fase sama selain berfrekuensi sama,
serta efek difraksi diamati di titik P, maka selisih lintasan optik antara dua
gelombang sekunder itu adalah Δr = | AP – BP |, dan ini merupakan selisih lintasan
optik terbesar antara semua gelombang sekunder yang berasal dari titik- titik antara
A dan B. Mengingat bahwa semua sumber gelombang antara A dan B berfase sama
maka setibanya di titik P, gelombang-gelombang tersebut akan saling
berinterferensi. Makin jauh P dari sumber celah atau makin kecil sudut θ, makin
kecil pula Δr dimana sudut θ merupakan batas arah difraksi.
Syarat terjadinya difraksi, apabila panjang gelombang sinar yang dating
mendekati atau seorde dengan lebar celah ( D ≈ λ ). Semakin sempit celah maka
pola difraksinya semakin jelas, sebaliknya semakin lebar celah, pola difraksinya
semakin tidak jelas, sehingga ketika lebar celah jauh melebihi panjang
gelombangnya maka pola difraksi tidak akan terjadi.
Intensitas difraksi pada setiap titik di layar dapat ditentukan dengan
menggunakan diagram fasor untuk N buah celah. Sebagai ganti celah-celah dapat
digunakan titik-titik pada muka gelombang dalam celah tunggal. Hal ini dapat
dilakukan, sebab menurut teori Huygens yang berlaku untuk setiap gelombang,
titik-titik pada muka gelombang berlaku sumber gelombang sekunder yang keluar
dari celah. Sebagai contoh dapat digunakan 9 buah titik pada muka gelombang
(Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Muka Gelombang dalam Celah AB diganti dengan 9 buah titik
sebagai gelombang sekunder Huygens
Untuk mempermudah persoalan, jarak dari celah ke layar jauh lebih besar
daripada lebar celah, sehingga dalam Gambar 2.3 berkas-berkas sinar yang keluar
dari celah AB sejajar sehingga dapat dianggap bahwa sinar BP sejajar dengan sinar
CP dan AP. Difraksi ini disebut difraksi fraunhofer.
Dalam membahas pola interferensi secara analitis, ipikirkan dua cara
pendekatan Apabila jarak layar penangkap pola interferensi jauh lebih panjang
daripada ukuran celah, maka sinar-sinar pembentuk pla interferensi dapat
dipandang sebagai cara pendekatan demikian dikenal dengan difraksi Fraunhofer.
Di lain pihak apabila jarak layar dari celah tidak jauh lebih panjang dibanding
ukuran celah, sinar-sinar pembentuk pola interferensi itu tidak layak dipandang
berkas sejajar sehingga analisisnya pun tidak sesederhana pada difraksi
Fraunhofer. Difraksi yang ditinjau secara demikian disebut difraksi Fresnel.
2.2 Difraksi Fraunhofer
Celah sempit dipandang sebagai medan gelombang cahaya sehingga setiap
bagiannya adalah sumber gelombang yang koheren. Gambar 2.4 setiap bagiannya
adalah sumber gelombang yang koheren.
Difraksi Fraunhofer adalah difraksi yang terjadi jika letak sumber dan layar
pengamatan jauh sekali dari celah. Difraksi fraunhofer adalah difraksi dimana
gelombang datang dan yang keluar dari celah tetap planar atau linier.
Difraksi Fraunhofer dilakukan oleh:
a) satu celah sempit
b) satu lubang bulat
c) dua celah sempit atau lebih
d) kisi difraksi
2.2.1 Difraksi Fraunhofer oleh celah tunggal
Sebuah celah tunggal disinari akan menghasilkan pola difraksi pada layar yang
diletakkan di belakangnya. Bentuk pola akan sama dengan celahnya (persegi
panjang) yaitu daerah-daerah terang dan gelap berbentuk persegi panjang. Pola ini
disebut pita-pita atau rumbai, berupa pita terang dan pita gelap.

2.2.2 Difraksi Fraunhofer oleh lubang bulat


Difraksi oleh lubang bulat lebih penting daripada celah persegi karena
kebanyakan alat-alat optik berbentuk bulat dan difraksi akan membatasi daya
pisahnya. Pola difraksi yang terbentuk mempunyai daerah yang berbentuk
piringan yang terang dengan pusat piringan terletak pada garis tegak lurus melalui
pusat lubang. Di sekeliling piringan atau lingkaran terang terdapat cincin-cincin
gelap dan terang.

2.2.3. Difraksi Fraunhofer oleh celah rangkap


Kedua celah ini sejajar, identik berjarak d. Masing-masing celah akan
menghasilkan pola difraksi.

2.2.4. Difraksi Fraunhofer oleh kisi


Kisi difraksi adalah alat optis yang terdiri dari banyak celah yang identik, yang
disusun sejajar, berjarak sama.
2.3 Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Aplikasi Teori Difraksi Fraunhofer ke Desain Detektor yang Bersifat Spesifik
Cahaya menyebar dari sel epithelial di dalam suatu celah penelitian aliran
sistem diperagakan menggunakan difraksi Fraunhofer kondisi skalar. Kekuatan
spektrum dihitung untuk posisi model sel yang berurutan di dalam baris fokus dari
suatu dariberkas cahaya laser dengan suatu program komputer transformasi
Fourier. Menggunakan kekuatan spektrum yang dihitung, bentuk wujud detektor
dirancang untuk mendeteksi struktur sel secara spesifik. Bentuk wujud detektor
diuji di dalam suatu piranti celah penelitian sebaran statis. Data menandakan
kemampuan untuk orientasi mendeteksi sel dan batasan-batasan tertentu.
2. Perhitungan Resolusi Teleskop
Gambaran mengenai ruang dari kuat cahaya yang melintas suatu celah adalah
transformasi Fourier pada celah itu. Ini mengikuti dari dasar teori difraksi
Fraunhofer. Suatu celah adalah suatu rangkaian celah kecil sekali. Cahaya yang
melintas dua celah bertentangan dengan dirinya sendiri, secara berurutan secara
konstruktif dan destrktif. Intensitas deret di belakang celah adalah penyiku dari
amplitudo menyangkut garis vektor yang elektromagnetis itu. Pengintegrasian ke
seberang celah, ditemukan bahwa intensitas cahaya, sebagai fungsi jarak off-axis
𝜃 adalah 𝐼 = 𝐼0 𝑠𝑖𝑛2 (𝑢)/𝑢2
Teropong bintang yang biasanya mempunyai tingkap lingkaran, karena profil
mengenai ruang dari intensitas adalah transformasi Fourier dari suatu lingkarab.
Seseorang dapat juga lakukan pengntegrasian 2- dimensional. Bagaimanapun,
bahkan semakin dekta sumber dengan sama terang akan menghasilka suatu puncak
pusat tidak melingkar, kaleng sumber dengan sama terang/cerdas pada prinsipnya
dideteksi ke sekitas 1/3 jarak rayleigh
Teropong bintang riil tidak mempunyai semata-mata tingkap lingkaran. Efek
dari suatu penggelapan pusat akan berkurang jumlah cahya di dalam puncak pusat,
dan meningkatkan intensitas di dalam cincin difraksi. Sebgai tambahan,
pendukung untuk penggelapan pusat lenturan cahaya yang datang berikutnya,
memberi poin-poin untuk melihat gambaran dari bintang terang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara langsung peristiwa yang terjadi pada sistem
peralatan Difraksi Fraunhofer
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat : Laboratorium Gelombang dan Optik
Waktu : Sabtu, 24 Maret 2018
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan ini
2. Meletakkan kertas di dinding sebagai layar
3. Menyusun alat dan bahan seperti gambar di bawah

4. Mengatur posisi laser sehingga diperoleh pola titik pada layar dengan jarak
beberapa meter dari penggaris.
5. Mengukur jarak D
6. Memberikan tanda X pada layar sebagai posisi sumber cahaya laser sebelum
penggaris diletakkan
7. Mengatur posisi penggaris hingga sehingga menghasilkan berkas cahaya pola
terang dan gelap pada layar
8. Mengamati pola cahaya yang paling terang kemudian memberi tanda Q0 pada
kertas
9. Memberi tanda pada layar untuk titik terang P0, P1, P2, P3, P4 hingga P5
10. Mengukur jarak titik O terhadap titik X sebagai Q 0
11. Mengukur jarak tiap titik terang masing-masing terhadap titik X sebagai P0,
P1, P2, P3, P4 hingga P5
12. Mencatat hasil pengamatan yang diperoleh ke dalam tabel hasil pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

n 𝑃𝑛 (𝑚) 𝑌𝑛 = 𝑃𝑛 − 𝑄0 (𝑚) 𝑌𝑛2 − 𝑌02 (𝑚) 𝜆𝑛 (𝑚)


0 1 x 10−1 4 x 10−3 0 0
1 104 x 10−1 10,304 106,171 3,68 𝑥 10−2
2 108 x 10−1 10,704 114,574 1,98 𝑥 10−2
3 113 x 10−1 11,204 125,528 1,45 𝑥 10−2
4 118 x 10−1 11,704 136,982 1,57 𝑥 10−2
5 123 x 10−1 12,204 148,936 1,03 𝑥 10−2

d = 1 x 10−4 𝑚
𝑄0 = 9,6 x 10−2 𝑚
𝐷 = 3,8 x 10−1 𝑚
𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 = 1 x 10−4 𝑚
4.2 Analisa Data
a. Perhitungan Umum
1. Nilai 𝑌𝑛 = 𝑃𝑛 − 𝑄0
a. 𝑌0 = 1 x 10−1 − 9,6 x 10−2 = 4 x 10−3 𝑚
b. 𝑌1 = 104 x 10−1 − 9,6 x 10−2 = 10,304 𝑚
c. 𝑌2 = 108 x 10−1 − 9,6 x 10−2 = 10,704 𝑚
d. 𝑌3 = 113 x 10−1 − 9,6 x 10−2 = 11,204 𝑚
e. 𝑌4 = 118 x 10−1 − 9,6 x 10−2 = 11,704 𝑚
f. 𝑌5 = 123 x 10−1 − 9,6 x 10−2 = 12,204 𝑚
2. Nilai 𝑃𝑛2 − 𝑌02
a. 𝑌12 − 𝑌02 = (10,304)2 − (4 x 10−3 )2 = 106,171 𝑚2
b. 𝑌22 − 𝑌02 = (10,704)2 − (4 x 10−3 )2 = 114,574 𝑚2
c. 𝑌32 − 𝑌02 = (11,204)2 − (4 x 10−3 )2 = 125,528 𝑚2
d. 𝑌42 − 𝑌02 = (11,704)2 − (4 x 10−3 )2 = 136,982 𝑚2
e. 𝑌52 − 𝑌02 = (12,204)2 − (4 x 10−3 )2 = 148,936 𝑚2
3. Nilai 𝜆𝑛
𝑑
𝜆𝑛 = (𝑌 2 − 𝑌02 )
2𝐷2 𝑛 𝑛
a. n = 1
1 x 10−4
𝜆1 = 106,171 = 3,68 𝑥 10−2 𝑚
2(3,8 x 10−1 )2 1
b. n = 2
1 x 10−4
𝜆2 = 114,574 = 1,98 𝑥 10−2 𝑚
2(3,8 x 10−1 )2 2
c. n = 3
1 x 10−4
𝜆3 = 125,528 = 1,45 𝑥 10−2 𝑚
2(3,8 x 10−1 )2 3
d. n = 4
1 x 10−4
𝜆4 = 136,982 = 1,57 𝑥 10−2 𝑚
2(3,8 x 10−1 )2 4
e. n = 4
1 x 10−4
𝜆5 = 148,936 = 1,03 𝑥 10−2 𝑚
2(3,8 x 10−1 )2 5
b. Perhitungan Persentase Kesalahan
𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝜆1 1 x 10−4 − 3,68 𝑥 10−2
%𝜆1 = | |=| | = −367 %
𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 1 x 10−4

𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝜆2 1 x 10−4 − 1,98 𝑥 10−2


%𝜆2 = | |=| | = −197 %
𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 1 x 10−4

𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝜆3 1 x 10−4 − 1,45 𝑥 10−2


%𝜆3 = | |=| | = −144 %
𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 1 x 10−4
𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝜆4 1 x 10−4 − 1,57 𝑥 10−2
%𝜆4 = | |=| | = −156 %
𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 1 x 10−4

𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝜆5 1 x 10−4 − 1,03 𝑥 10−2


%𝜆5 = | |=| | = −0,99 %
𝜆𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 1 x 10−4

4.3 Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk memahami prinsip terjadinya difraksi
fraunhofer dan untuk menentukan panjang gelombang suatu sumber cahaya.
Difraksi Fraunhofer adalah difraksi yang terjadi jika letak sumber dan layar
pengamatan jauh sekali dari celah. Difraksi fraunhofer adalah difraksi dimana
gelombang datang dan yang keluar dari celah tetap linier. Dalam percobaan ini
yaitu celah yang digunakan berupa skala pada mistar yang berfungsi sebagai kisi
difraksi
Alat dan bahan yang digunakan pada perobaan ini yaitu Sumber cahaya
monokromatis dalam hal ini adalah laser helium neon, bangku laser, mistar logam,
layar pengamat berupa kertas HVS. Adapun fungsi dari masing-masing alat antara
lain laser digunakan sebagai sumber cahaya monokromatis yang akan diukur
panjang gelombnagnya, bangku optik sebagai dasar penempatan laser, mistar
logam digunakan sebagai kisi difraksi serta untuk mengukur jarak antara layar dan
sinar laser, dan layar sebagai tempat pengamatan pola terang gelap hasil dari
difraksi.
Adapun prinsip kerja dari percobaan ini yaitu ketika laser helium neon, cahaya
laser dipantulkan melalui garis-garis millimeter pada mistar yang berfungsi
sebagai kisi difraksi sehingga dihasilkan cahaya berupa pola terang dan gelap pada
layar di dinding terbentuk pola terang dan gelap. Dimana pol terang terdiri dari
terang pusat dan terang lainnya. Jarak dari titik X ke terang pusat Q ke terang 1
sampai terang ke 5 diukur dengan menggunakan mistar.
Adapun proses terjadinya Difraksi Fraunhofer yaitu terjadi karena sinar laser
yang ditembakkan ke sasaran, melewati celah sehingga terjadi pembelokan cahaya
yang apabila kedua gelombang fase, maka akan terjadi intensitas maksimal yang
membuat pola terang terjadi. Dan jika kedua gelombang tidak sefase maka akan
terjadi interaksi minimal yang membuat pola gelap terjadi.
Pada prosedur kerja, titik x adalah titik jatuhnya sinar laser dilayar ketika
penggaris belum dipasang. Kemudian titik P0 adalah titik terang pertama yang
jaraknya diukur dari titik X sehingga titik Pn adalah titik terang ke-n yang jaraknya
diukur dari titik X. Titik O merupakan titik nol untuk pengukuran jarak Y0, Y1,
Y2, Yn. Jarak d adalah jarak terpendek antara dua titik garis yang berdekatan pada
mistar (NST Mistar) dan jarak D adalah jarak dari penggaris tempat titik dimana
laser datang pada penggaris ke layar.
Dari hasil pengamatan, dapat diketahui faktor yang mempengaruhi panjang
gelombang yang diperoleh yaitu lebar celah d dalam percobaan ini yaitu
1𝑥10−4 𝑚, jarak antara sumber cahaya pantul ke layar (D) , jarak antara titik O ke
orde ke n, serta nilai pola atau orde n itu sendiri. Syarat agar terbentuk pola difraksi
fraunhofer adalah jarak antara sumber cahaya ke layar harus jauh, pada percobaan
ini D yang digunakan sebesar 3,8 𝑥 10−1 𝑚.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data, diperoleh panjang gelombang
𝜆1 sebesar 3,68 𝑥 10−2 𝑚, 𝜆2 sebesar 1,98 𝑥 10−2 𝑚, 𝜆3 sebesar 1,45 𝑥 10−2 𝑚,
𝜆4 sebesar 1,57 𝑥 10−2 𝑚, dan 𝜆5 sebesar 1,03 𝑥 10−2 𝑚.
Berdasarkan literatur, panjang geombang dari laser helium neon yang
digunakan yaitu sebesar 632,8 nm atau senilai dengan 6,328 x 10-7 m sedangkan
hasil panjang gelombang rata-rata yang diperoleh dari praktikum ini yaitu lebih
kecil dibandingkan literatur yaitu sebesar 1,942 x10-2 m.
Adapun perbedaan nilai ini terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan dalam
memberikan tanda pola pada layar yang disebabkan oleh gambar pola yang
dihasilkan tidak stabil. Serta kurangnya keterampilan praktikan dalam
menggunakan alat. Sehingga akan mempengaruhi nilai-nilai yang diperoleh
Adapun besar persentase kesalahan yang diperoleh sebesar -864,99% hal ini
terjadi karena celah yang kami gunakan hanya menggunakan celah yang berasal
dari garis-garis skala mistar. Selain itu posisi mistar mudah bergerak-gerak
dikarenakan mistar tersebut kami pegang dengan cara manual serta
ketidakketelitian mengukur jarak pantul ke layar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari percobaan, dapat disimpulkan bahwa
1. Difraksi Fraunhofer adalah difraksi yang terjadi jika letak sumber dan layar
pengamatan jauh sekali dari celah.
2. Pola difraksi Fraunhofer dapat dihasilkan melalui percobaan kisi difraki
3. Adapun untuk menentukan panjang gelombang digunakan persamaan berikut
𝑑
𝜆𝑛 = (𝑌 2 − 𝑌02 )
2𝐷2 𝑛 𝑛
dengan;
λ = panjang gelombang
d = jarak antara dua garis berdekatan pada mistar (NST mistar)
D = jarak dari mistar (ketika laser memantul) ke layar
n = orde ke = 1,2,3…5
Yn = jarak antara orde ke n dengan titik O
4. Adapun nilai persentase kesalahan yang diperoleh yaitu
𝜆1 = −367 %
𝜆2 = −197 %
𝜆3 = −144 %
𝜆4 = −156 %
𝜆5 = −0,99 %
5.2 Saran
Sebaiknya materi difraksi cahaya ini perlu dikaji dan dipahami lebih dalam,
agar materi difraksi cahaya ini dapat dikuasai dengan sempurna oleh mahasiwa
serta modul yang dibagikan ke praktikan lebih di perjelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arieli, Rami. 2009 . Interference experiment using a Ruler, [online]. Tersedia:
https://perg.phys.ksu.edu/vqm/laserweb/Labs/Labrul/Flabrul1.htm. [27 April
2018]
Dinafitri, Helsy. 2015. Makalah Optik Difraksi Frauhofer, [online]. Tersedia:
http://docslide.us/documents/makalah-optik-difraksi-fraunhofer-1.html. [27
April 2018]
Syam, Ma’firani. 2016. Laporan Praktikum Gelombang dan Optik. Palu : UNTAD.
Tim Penyusun. 2016. Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Palu:
UniversitasTadulako.

You might also like