Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk social yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya, untuk memenuhi kebutuhan tersebut individu dituntut untuk lebih
meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi dan tingkat social di
masyarakat lebih tinggi, kemudian ini merupakan dambaan setiap manusia. Peristiwa
traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang dicintai dapat
meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat memengaruhi
persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Individu akan merasa gagal, putus asa dan akhirnya mempunyai suatu pikiran negative
terhadap dirinya dan akhirnya akan merendahkan martabat sendiri, individu akan merasa
tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan merasa rendah diri, yang dikenal dengan
gangguan kosep diri : Haga Diri Rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat, Akemat, Helena, Nurhaeni, 2011). Klien dengan gangguan konsep diri : Harga
Diri Rendah yang tidak ditangani akan mengisolasi diri, perubahan sensori persepsi
halusinasi dengar atau lihat, perilaku kekerasan, dan klien akan kurang memperhatikan
kebersihan diri. Oleh karena itu diperlukan perawatan intensif baik dari segi kualitas
maupun kuantitas dari pelayanan tenaga kesehatan termasuk didalamnya adalah perawat.
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri : Harga
Diri Rendah meliputi peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada peran
promotif, perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan
dan pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk meningkatkan
kesehatan mental dan pencegahan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah. Sedangkan
pada peran kuratif perawat merencanakan dan melaksanakn rencana tindakan
keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitatif berperan pada follow
up perawat klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah melalui pelayanan di
rumah atau home visite.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Harga Diri Rendah?
2. Apa saja Tanda dan Gejala dari Harga Diri Rendah?
3. Bagaimana proses terjadinya masalah?
4. Bagaimana Tindakan Keperawatan pada klien Harga Diri Rendah?
5. Bagaimana Strategi Pelaksanaan pada Klien Harga Diri Rendah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Harga Diri Rendah.
2. Untuk mengetahui Apa saja Tanda dan Gejala dari Harga Diri Rendah
3. Untuk mengetahui Bagaimana proses terjadinya masalah.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Tindakan Keperawatan pada klien Harga Diri
Rendah.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Pelaksanaan pada Klien Harga Diri Rendah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat, Akemat, Helena, Nurhaeni, 2011). Harga diri rendah adalah perasaan negative
terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri, merasa gagal dalam mencapai suatu
keinginan (Direja, 2011)
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/ perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama (NANDA, 2005
dalam Direja, 2011). Harga diri rendah juga dapat diartikan sebagai evaluasi diri dan
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998 dalam Direja, 2011).

B. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, anda dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan
harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak
rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
bicara lambat dengan nada suara lemah (Keliat, Akemat, Helena, Nurhaeni, 2011 p.118).
Sedangkan tanda gejala yang dapat muncul pada pasien gangguan jiwa dengan
harga diri rendah menurut Fitria, (2009 dalam Direja, 2011) antara lain:

1. Mengkritik diri sendiri


2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas

3
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara.
9. Lebih banyak menunduk
10. Bicara lambat dengan nada suara lemah

C. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
situasional yang tidak diselesaikan. Atau juga dapat terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku pasien sebelumnya bahkan mungkin
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah (Direja, 2011).
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu pada
suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis
namun tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi peran. Penialaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan
tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus
menerus akan mengakibatkan individdu mengalami harga diri rendah kronis (Direja,
2011).

4
D. Tindakan Keperawatan
Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
harga diri rendah menurut Keliat, Akemat, Helena, Nurhaeni, (2011) antara lain :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk
membantu pasien agar dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
masih dimilikinya perawat dapat:
a) Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
seperti kegiatan pasien di rumah, dalam keluarga dan lingkungan keluarga serta
lingkuingan terdekat pasien.
b) Memberi pujian yang ralistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. Untuk tindakan
tersebut, anda dapat:
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan saat ini
berdasarkan kemampuan yang telah diidentifikasi.
b) Membanu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien.
c) Memperlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3. Membantu pasien memilik/menetapkan kemampuan yang akan dilatih. Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah:

5
a) Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan dan memilih kemampuan
yang dilatih.
b) Memberikan dukungan dalam memilih kemampuan yang paling mudah
dilakukannya.
c) Membantu pasien memilih kemampuan sesuai dengan kondisi pasien saat ini.
4. Melatih kemampuan yang dipilih pasien. Untuk tindakan keperawatan tersebut anda
dapat melakukan:
a) Memotivasi pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b) Mendiskusikan cara melaksanakan kemampuan yang dipilih
c) Memberi contoh cara melaksanakan kemampuan yang dipilih
d) Membantu pasien melakukan sendiri kemampuan yang dipilih
e) Memberikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
5. Membantu menyusul jadwal pelaksanaan yang dilatih. Untuk mencapai tujuan
tindakan keperawatan tersebut anda dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih
secara mandiri.
b) Membantu pasien memasukkan kelampuan yang telah dilatih dalam jadwal
kegiatan sehari-hari pasien.
c) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Tindakan keperawatan pada keluarga pasien dengan harga diri rendah menurut Sari,
Fithria (2014) meliputi :
1. Diskusikan kepada keluarga kemampuan yang dimiliki pasien
2. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang dimiliki
3. Anjurkan keluarga unuk memotivasi pasien dalam melaakukan kegiatan yang sudah
dilatihkan pasien dengan perawat.
4. Anjarkan cara mengamati perkembangan perubahan perilaku pasien.

E. Strategi Pelaksanaan
1. Strategi pelaksanaan (SP) pada pasien:
SP I antara lain:
a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan.

6
c) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dngan kemampuan
pasien
d) Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
e) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal keegiatan harian
SP II antara lain :
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Melatih kemampuan kedua
c) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Berikut ini contoh percakapan strategi pelaksanaan pada pasien harga diri rendah
menurut Keliat, Akemat, Helena, Nurhaeni (2011 p.120).
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki paasien, bantu pasien menilai
kemampuan yang masih dapat digunakan, bantu pasien memilih/menetapkan yang
akan dilatih, latih pasien melakukan kemampuan yang telah dipilih dan susun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
Orientasi:
“Selamat pagi, bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah T lakukan?, setelah itu kita akan menilai kegiatan mana yang masih
dapat T lakukan. Setelah kita nilai kita akan memilih satu kegiatan untuk kita latih.”
“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu ?berapa lama?
bagaimana kalau 20 menit?”
Kerja:
“T, Apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang dapat T lakukan? Bagaimana
dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring?. Wah, bagus sekali ada lima
kemampuan dan kegiatan yang T miliki.”
“T, dari lima kegiayan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan? Coba kita lihat, yang pertama dapatkah T merapikan kamar, yang kedua
dapatkah T..... dst sampai 5 (misalnya ada 3 kemampuan yang dapat dilakukan).
Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih dapat dilakukan.”
“Sekarang coba T pilih kegiatan yang masih dapaat dikerjakan.” “Oo.. yang
nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita

7
meraapikan tempat tidur T”. “Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat sudah
rapikah tempat tidurnya ?.”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur coba kita pindahkan terlebih dahulu
bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik.
Nah sekarang kita pasang spreinya. Kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir tarik dan masukkan. Sekarang
ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut,
nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
“T sudah dapat merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatika
dengan sebelum dirapikan? Bagus”
“Coba T lakukan dan jangan lupa beri tanda di jadwal harian dengan huruf M
(mandiri) kalau T lakukan tanpa di suruh, Tulis B (bantuan) jika diingatkan dapat
melakukan, dan T (tidak) jika tidak melakukan.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur? Yah, T ternyata memiliki banyak kemampuan yang dapat dilakukan
dirumah sakit ini. Salah satunya merapikan tempat tidurr, yang sudah T praktikkan
dengan baik sekali.”
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian T. Mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur?. Bagus. Dua kali yaitu pagi pukul berapa? Lalu sehabis
istirahat, pukul 4 sore.”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan kedua. T masih ingat kegiatan apalagi
yang mampu dilakukan di rumah selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring.. kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok pukul 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya.”

2. latih pasien melakukan kemampuan lain sesuai dengan kemampuan pasien.


Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini? wah, tampak cerah.”
“Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/tadi pagi ?
bagus (kalau dilakukan, kalau belum bantu lagi), sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?
“Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”. “Waktunya sekitar 15
menit, mari kita ke dapur”

8
Kerja :
“T, sebelum kita mencuci piring kita perlu menyiapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabun/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring dan
air untuk membilas, T dapat menggunakan air mengalir dari kran ini. Oya jangan
lupa menyediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan.”
“Sekarang saya perlihatkan dulu caranya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu puang
dulu sisa kotoran yang ada di piring terssebut ke tempat sampah. Kemudia T
bersihkan piring terssebut dengan sabun/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci
piring. Setelah selesai di sabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa
sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu T dapat mengeringkan piring yang suda
bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur, nah selesai..”
“Sekarang coba T yang melakukan...”
“Bagus sekali, T dapat mempraktikkan cuci piring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?”
“Bagaimana jika kegiatan mencuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari, T mau berapa kali T mencuci piring ? bagus sekali T mencuci piring tiga kali
setelah makan.”
“Besok kita akan latihan untuk kemampuan yang ketiga, setelah merapikan tempat
tidur dan mencuci piring, masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar, kita akan
latihan mengepel.”
“Mau pukul berapa? Sama dengan sekarang ? baik, selamat pagi.”
Latihan ini dapat dilakukan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan
dilatih. Setiap kemampuan yang dilatih akan menambah harga diri pasien.

2. Strategi Pelaksanaan (SP) pada keluarga :


SP I antara lain :
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluargaa dalam merawat pasien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
c) Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.
SP II antara lain :

9
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawaat pasien dengan harga diri rendah.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien dengan harga diri
rendah
SP III antara lain:
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah teermasuk minum obat
b) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Berikut ini contoh percakapan strategi pelaksanaan pada keluarga dengan pasien
harga diri rendah menurut Keliat, Akemat, Helena, Nurhaeni (2011).
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien dengan HDR di
rumah, jelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala HDR, jelaskan cara merawat
pasien HDR , demonstrasikan cara merawat pasien HDR, dan beri kesempatan pada
keluarga mempraktikkan merawat pasien HDR.
Orientasi:
“Selamat pagi”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu hari ini ?”“Bagaimana kalau pagi ini kita
bercakap-cakap tentang merawat T?”“Berapa lama waktu Bapak/Ibu ? 30 menit ?
mari duduk di ruang tamu!.”
Kerja
“Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang masalah T ?”
“Ya, memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri
dan sering menyalahkan diri sendiri. Misalnya T sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak
Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah (HDR) yang ditandai dengan
muculnya pikiran-pikiraan yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T
terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya
T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, Bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud dengan
HDR?”“Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti”. “Setelah kita mengerti bahwa
masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan
yang baik bagi T”
“Bapak/Ibu, kemampuan apa saja yang T miliki? Ya, benar dia juga
mengatakan hal yang sama (jika sama dengan pernyataan pasien).
“T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapikan tempat tidur dan mencuci piring.
Serta telah membuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat

10
mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya ya Pak/Bu. Dan jangan lupa berikan pujian agaar harga
diri T kembali meningkat. Ajak pula memberikan tanda ceklis pada jadwal
kegiatannya.”
“Selain itu Bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan T. Jika masalah
harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangaani lagi, Bapak/Ibu dapat
membawa T ke puskesmas.”
“Nah, Bagaimana kalau sekarang kita praktikkan cara memberikan pujian
kepada T”
“Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dilakukan lalu berikan pujian
dengan mengatakan : bagus sekali T, kamu sudah semakin trampil mencuci piring”
“Coba Bapak/Ibu praktikkan sekarang. Bagus”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah percakapan kita?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembaali masalah yang dihadapi T dan
bagaimana merawatnya?”
“Bagus sekali Bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumaah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu kembali dalam dua hari mendatang? Baik saya
tunggu sampai jumpa”
2) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri
rendah langsung kepada pasien
Orientasi :
“Selamat pagi, Pak/Bu..”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawaat anak Bapak/Ibu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik hari ini kita akan mempraktikkan langsung kepada T”
“Waktunya 20 menit”
“Sekarang mari kita temui T”
Kerja :
“Selamat pagi T, Bagaimana perasaan T hari ini?”
“Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T lebih cepat pulih.”

11
(Kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
“Nah, Pak/Bu, sekarang bapak/Ibu dapat mempraktikkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak
Bapak/Ibu”
(Anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang
telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)
“Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bindang dengan orang tua T ?”
“Baiklah sekarang saya dan orang tua T keruang perawat dulu”
(Anda dan keluaarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi ?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi
kepada T”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan peengalaman
Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya
sama seperti sekarang Pak/Buk. Sampai jumpa”

3) Buat perencanaan lanjutan merawat bersama keluarga.


Orientasi :
“Selamat pagi Pak/Bu!”
“Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan membicarakan
jadwal T selama di rumah.”
“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu ? mari kita bicarakan di kantor”
Kerja :
“Pak /Bu ini jadwal kegiatan T selama di sini”. “Pak/Bu tolong dilanjutkan.
baik jadwal ini maupun jadwal minum obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaaku yang
ditampilkan ileh T. Misalnya, kalau terus menerus menyalahkan diri sendiri dan
berfikir negatif terhadap diri sendiri, meenolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi kader Ani
atau telpon saya di puskesmas indrapuri, nomor telfon puskesmasnya xxxxx.”
Terminasi:

12
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal harian T. Jangan
lupa kontrol ke puskeesmas sebelum obat habis atau jika ada gejala yang tampak.
Selamat siang “

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum Harga Diri Rendah penilaian pribadi terhadap diri atau individu
yang menganggap dirinya tidak mampu melakukan sesuatu untuk mencapai keberhasilan
tanpa mencoba terlebih dahulu. Klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
yang tidak ditangani akan mengisolasi diri, perubahan sensori persepsi halusinasi dengar
atau lihat, perilaku kekerasan, dan klien akan kurang memperhatikan kebersihan diri.
Oleh karena itu diperlukan perawatan intensif baik dari segi kualitas maupun kuantitas
dari pelayanan tenaga kesehatan termasuk didalamnya adalah perawat.Peran perawat
dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah meliputi
peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan agar lebih menambah pengetahua mengenai pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah.
2. Mahasiswa lebih meningkatkan komunikasi theraupetik dalam berinteraksi dengan
klien.
3. Mahasiswa hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan berkerjasama dengan
perawat ruangan untuk memvalidasi data

14
DAFTAR PUSAKA

Capernito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Dalami, E. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.TIM. Jakarta

Dermawan, D. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Gosyen Publishing. Yogyakarta

Direja, A.H.S. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika. Yogyakarta

Keliat, Budu Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. EGC. Jakarta

Tomb, D.A. (2003). Buku Saku Psikiatri. EGC. Jakarta

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta

Wilkinson, J.M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC, EGC. Jakarta

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama, Bandung.

15

You might also like