Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 49

SIMULASI PENERAPAN REMOCO (REMOTE MONITORING AND

CONTROLLING) PADA PERALATAN PROTEKSI DI JARINGAN


DISTRIBUSI TIPE CLUSTER BERBASIS ARDUINO DUE

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada Program
Diploma III Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

Oleh:
ABDUL GHANI MUTTAQIN SUPARTONO
NIM. 21060115083044

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT PLN (Persero) adalah perusahaan milik negara yang bertugas

mengelola kelistrikan di Indonesia meliputi proses bisnis pembangkitan,

penyaluran, dan distribusi. Dalam penyaluran energi listrik sering terjadi

gangguan yang berdampak pada keandalan sistem tenaga listrik dalam

menjaga kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen.

Gangguan yang sering terjadi adalah gangguan hubung singkat yang

dapat menimbulkan arus yang sangat besar pada sistem, sehingga dapat

merusak peralatan listrik. Untuk mengatasi arus gangguan tersebut, pada GI

dipasang PMT (pemutus tenaga) pada masing-masing penyulang untuk

melepas daerah yang mengalami gangguan dari sistem. Namun dengan

terbukanya PMT, maka mengakibatkan seluruh pelanggan pada penyulang

tersebut padam. Untuk meminimalisasi jumlah pelanggan padam dan

mencegah kerusakan pada peralatan listrik, dibutuhkan peralatan proteksi.

Peralatan proteksi pada jaringan distribusi adalah PMT, Penutup

Balik Otomatis (Recloser), Saklar Seksi Otomatis (Sectionalizer), dan FCO

(Fuse Cut Out). Peralatan proteksi dapat bekerja secara otomatis

berdasarkan adanya arus gangguan, dan bekerja secara manual sesuai

kebutuhan, misalnya ketika melakukan manuver di jaringan, memisahkan

daerah gangguan, atau sedang dilakukan pemeliharaan di jaringan.

1
2

Pengoperasian secara manual pada awalnya dilakukan secara

langsung di lapangan, namun pengoperasiannya lambat dan tidak efisien.

Untuk meningkatkan efisiensi, beberapa peralatan sistem proteksi dapat

dikontrol dari jarak jauh menggunakan SCADA seperti pada PMT, Saklar

Pemutus Beban (Load Break Switch) dan Penutup Balik Otomatis

(Recloser). Namun di wilayah kerja PT PLN Area Tegal penggunaan

SCADA belum optimal. Fungsi SCADA digantikan oleh REMOCO

(Remote Monitoring and Controlling) yang bekerja menggunakan prinsip

kerja SMS Gateway sehingga pengoperasiannya lebih mudah, efisien,

dengan jangkauan jaringan yang lebih luas dibandingkan SCADA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan REMOCO?

2. Bagaimana prinsip kerja dan cara pengoperasian dari REMOCO?

3. Bagaimana penerapan REMOCO pada peralatan proteksi di jaringan

distribusi?

1.3 Tujuan Tugas Akhir

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari dibuatnya alat ini

adalah:

1. Mengembangkan sikap disiplin, profesional, dan pantang menyerah

melalui pembuatan Rancang Bangun Alat Tugas Akhir menggunakan

HMI (Human Machine Interface).


3

2. Mengetahui prinsip kerja dan cara pengoperasian dari REMOCO pada

peralatan proteksi di jaringan distribusi.

3. Mengetahui sistem monitoring pada jaringan distribusi menggunakan

REMOCO.

4. Menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat dari perkuliahan baik

secara teori maupun praktik.

5. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Studi

Teknik Elektro Departemen Teknik Industri Sekolah Vokasi

Universitas Diponegoro.

1.4 Batasan Masalah

Dalam menyusun Tugas Akhir ini pembahasan hanya meliputi pada

hal-hal berikut:

1. Data diambil dari PT PLN (Persero) Area Tegal.

2. REMOCO pada alat ini hanya bersifat simulasi.

3. Tugas Akhir ini membahas tentang penerapan REMOCO pada Penutup

Balik Otomatis (Recloser) dan Saklat Pemutus Beban (Load Break

Switch).

1.5 Manfaat Tugas Akhir

Manfaat dari tugas akhir pembuatan alat yang berjudul “Simulasi

Penerapan REMOCO (Remote Monitoring and Controlling) pada Peralatan

Proteksi di Jaringan Distribusi tipe Cluster berbasis Arduino Due” adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh selama perkuliahan.


4

2. Agar lebih mengerti tentang sistem monitoring pada jaringan distribusi

menggunakan HMI.

3. Diharapkan dapat bermanfaat untuk memecahkan permasalahan dalam

pelaksanaan monitoring secara real time pada jaringan distribusi.

4. Dapat menjadi referensi bacaan dan informasi khususnya bagi para

mahasiswa Teknik Elektro yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan

pokok permasalahan yang sama.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan telaah terhadap beberapa referensi yang

ada, ada beberapa yang memiliki keterkaitan dengan perancangan yang

penulis lakukan. Referensi yang diambil dari judul “Implementasi Sistem

SCADA Untuk Pengendalian Jaringan Distribusi 20 KV” menyebutkan

bahwa SCADA dapat meningkatkan kehandalan dalam sistem jaringan

distribusi 20 KV.

Perbedaan Tugas Akhir yang akan dikerjakan penulis dengan

referensi diatas adalah penulis mencoba untuk inovasi yaitu untuk membuat

simulasi dari REMOCO untuk meningkatkan kehandalan sistem jaringan

distribusi 20 KV karena pada kenyataannya di wilayah kerja PT PLN

(Persero) Area Tegal, penggunaan SCADA belum optimal yang disebabkan

oleh kondisi sinyal yang kurang baik. Peran SCADA di wilayah kerja PT

PLN (Persero) Area Tegal digantikan oleh REMOCO.

2.2 Sistem Tenaga Listrik

Secara garis besar Sistem Tenaga Listrik dibagi menjadi tiga bagian

utama, yaitu Sistem Pembangkitan, Sistem Penyaluran (Transmisi & Gardu

Induk), dan Sistem Distribusi. Sistem Distribusi merupakan bagian akhir

dari rangkaian komponen pada sistem tenaga listrik.

5
6

Pembangkit

Trafo Penaik Tegangan

Sistem Transmisi
Tenaga Listruk
Rel Tegangan Tinggi
PMT

Jaringan Tegangan Tinggi

Gardu Induk Trafo Penurun Tegangan

Rel Tegangan Menengah

Sekering
Jaringan Tegangan Menengah
Trafo Distribusi
Sistem Distribusi Pelanggan Tegangan Menengah
Tenaga Listruk Sakelar

Pelanggan Tegangan Rendah

Gambar (2-1) Penyaluran Sistem Tenaga Listrik

2.3 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, baik buruk nya penyaluran sistem distribusi tenaga

listrik ditinjau dari hal-hal berikut ini:

1. Kontinuitas pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik

karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan. Biasanya,

kontinuitas pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban yang

dianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki mengalami

pemadaman. Misalnya: rumah sakit, pusat pelayanan komunikasi,

perkantoran, militer, dan lain-lain.

2. Kualitas daya yang baik, antara lain meliputi:


7

a. Kapasitas daya yang memenuhi.

b. Tegangan yang selalu konstan dan nominal.

c. Frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC). Tegangan

nominal di sini dapat pula diartikan kerugian tegangan yang terjadi

pada saluran relatif kecil sekali.

3. Perluasan dan penyaluran daerah beban yang dilayani seimbang.

Khususnya untuk sistem tegangan AC 3 fasa, faktor keseimbangan atau

kesimentrisan beban pada masing-masing fasa perlu diperhatikan.

4. Fleksibel dalam pengembangan dan perluasan daerah beban

Perencanaan sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak pada

kebutuhan beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan perkembangan beban

yang harus dilayani, bukan saja dalam hal penambahan kapasitas

dayanya, tetapi juga dalam hal perluasan daerah beban yang harus

dilayani.

5. Kondisi dan situasi lingkungan. Faktor ini merupakan pertimbangan

dalam perencanaan untuk menentukan tipe-tipe konfigurasi jaringan

yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan, misalnya tentang

konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, termasuk pertimbangan

estetika.

6. Pertimbangan ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untung

rugi ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersil maupun dalam

rangka penghematan anggaran yang tersedia.


8

2.4 Topologi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV)

dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan

hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan

Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.

2.4.1 Jaringan Radial

Gambar (2-2) Topologi Jaringan Radial

Sistem distribusi dengan pola Radial adalah sistem distribusi yang

paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa

penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk

konsumen. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit

dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain. Namun

keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya.

Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur

utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur

utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut

padam. Kerugian lainnya yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi


9

yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan

terbesar ada diujung saluran.

2.4.2 Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)

Gambar (2-3) Topologi Jaringan Tie Line

Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di bawah ini digunakan

untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara,

Rumah Sakit, dan lain-lain). Sistem ini memiliki minimal dua

penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic Change Over

Switch / Automatic Transfer Switch, dan setiap penyulang

terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah

satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di

pindah ke penyulang lain.

2.4.3 Jaringan Lingkaran (Loop)

Gambar (2-4) Topologi Jaringan Loop


10

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop)

seperti gambar diatas ini dimungkinkan pemasokannya dari

beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian jumlah konsumen

yang bisa dijangkau cukup besar dan mudah dioperasikan, namun

jika salah satu sisi terjadi gangguan, maka sisi yang lain harus

mampu menahan beban keseluruhan dari sistem.

2.4.4 Jaringan Spindel

Gambar (2-5) Topologi Jaringan Spindel

Sistem Spindel seperti pada gambar diatas adalah suatu pola

kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari

beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari

Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu

Hubung (GH). Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa

penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan (express) yang

akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola Spindel biasanya

digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang

menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah


11

(SKTM). Namun pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi

sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari

gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan

kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau

tegangan menengah (TM).

2.4.5 Sistem Gugus atau Cluster

Gambar (2-6) Topologi Jaringan Cluster

Konfigurasi Gugus seperti pada gambar diatas ini banyak digunakan

untuk kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi.

Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus Beban, dan penyulang

cadangan. Penyulang ini berfungsi ketika ada gangguan yang terjadi

pada salah satu penyulang konsumen sehingga penyulang cadangan

inilah yang menggantikan fungsi suplai ke konsumen.

Sistem ini mirip dengan sistem spindel, bedanya pada sistem cluster

tidak digunakan gardu hubung atau gardu switching. Express feeder

ini dapat berguna sebagai titik manufer ketika terjadi gangguan pada

salah satu bagian jaringan. Pada sistem cluster operasi lebih mudah
12

daripada sistem spindel karena tidak memerlukan gardu hubung,

selain itu jaringan bisa lebih pendek untuk jangkauan luas dengan

kawasan yang sama, serta switching bisa dilakukan sepanjang

express feeder.

2.5 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga lsitrik yang

paling dekat dengan konsumen. Ditinjau dari volume fisiknya jaringan dis-

tribusi pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan jaringan

transmisi dan jumlah gangguannya (sekian kali per 100 km pertahun) juga

paling tinggi dibandingkan jumlah gangguan pada saluran transmisi.

Jaringan distribusi seperti diketahui terdiri dari jaringan distribusi tegangan

menengah (JTM) dan jaringan distribusi tegangan rendah (JTR). Jaringan

distribusi tegangan menengah mempunyai tegangan antara 3 kV sampai 20

kV. Pada saat ini PLN hanya mengembangkan jaringan distribusi tegangan

menengah 20 kV. Jaringan distribusi tegangan menengah sebagian besar

berupa saluran udara tegangan menengah dan kabel tanah.

Jenis gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi tegangan

menengah diantaranya:

1. Gangguan hubung singkat

Pada prinsipnya setiap gangguan hubung singkat adalah gangguan yang

terjadi akibat adanya hubungan langsung antar fasa (fasa R-S, fasa R-T,

fasa S-T, fasa R-S-T) atau juga bisa terjadi akibat adanya hubungan

fasa-tanah yang ada pada jaringan, gardu induk, maupun pusat


13

pembangkit. Besarnya arus hubung singkat dan sudut fasanya

tergantung pada jenis gangguan, besarnya sistem pembangkitan,

impedansi sumber sampai dengan titik gangguan serta impedansi

gangguan itu sendiri.

2. Gangguan beban lebih

Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang

melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan

gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat

merusak peralatan.

3. Gangguan tegangan lebih

Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada

saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan

lebih ini dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu:

a. Tegangan lebih power frekwensi.

Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan

pada AVR atau pengatur tap pada trafo distribusi.

b. Tegangan lebih surja

Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau

surjapetir.

Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering

terjadi dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan

hubung singkat. Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim


14

mengacu kepada gangguan hubung singkat dan peralatan proteksi yang

dipasang cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini.

2.5.1 Penyebab Gangguan Hubung Singkat

1. Angin kencang, angin kencang dapat menjadi ancaman yang

besar bagi jaringan. Ranting pohon yang bergesekan dengan

kabel konduktor akibat tiupan dari angin bisa mengakibatkan

gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah. Bisa juga

mengakibatkan gangguan antar fasa apabila andongannya

kendor bisa meneyebabkan kabel antar fasa bersentuhan.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar, anak-anak kecil

biasanya bermain layang-layang di dekat jaringan. Apabila

layang-layang tersebut mengenai jaringan juga bisa

mengakibatkan gangguan, bisa juga akibat pemasangan antenna

televisi yang terlalu dekat jaringan.

3. Akibat Hewan merupakan salah satu penyebab gangguan yang

sering terjadi dilapangan. Sebagai contoh burung yang hinggap

di jaringan distribusi dapat menyebabkan gangguan hubung

singkat apabila burung tersebut mengenai lebih dari satu

penghantar.

4. Kualitas peralatan atau material yang kurang baik, misalnya :

pada JTR yang memakai Twisteed Cable dengan mutu yang

kurang baik, sehingga isolasinya mempunyai tegangan tembus


15

yang rendah, mudah mengelupas dan tidak tahan panas. Hal ini

juga akan menyebabkan hubung singkat antar fasa.

5. Pohon, pohon-pohon yang dilewati oleh kabel-kabel JTM

hendaknya selalu diperhatikan ROW atau jaraknya dengan kabel

agar tidak menyebabkan gangguan. Biasanya untuk hal ini sudah

dibentuk tim khusus untuk melakukan pemangkasan pohon.

2.5.2 Sifat Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat dibedakan menjadi dua berdasarkan

sifatnya, yaitu:

1. Gangguan Temporer

Gangguan temporer merupakan gangguan sementara karena

dapat hilang dengan sendirinya dengan cara memutuskan bagian

yang terganggu sesaat, kemudian menutup balik kembali, baik

secara otomatis (autorecloser) maupun secara manual oleh

operator. Biasanya terjadi pada kawat penghantar yang tidak

berisolasi, gangguannya bersifat sementara jadi setelah

gangguan itu hilang peralatan bisa bekerja kembali. Biasanya

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

 Pada daerah yang terbuka biasanya sering terjadi karena

sambaran petir yang menyebabkan flashover antara isolator

dengan traves atau crossarm.

 Bisa juga terjadi pada daerah yang banyak pepohonan,

biasanya jika terjadi angin kencang ranting pohon yang


16

bergerak dapat bersentuhan dengan kabel penghantar yang

menyebabkan hubung singkat antara fasa dengan tanah.

 Bersentuhannya antar kabel penghantar, angin kencang juga

bisa menyebabkan kabel penghantar bersentuhan biasanya

akibat andongan yang tarikannya kurang kuat atau sudah

kendor.

2. Gangguan Permanen

Gangguan permanen biasanya terjadi jika ada peralatan rusak,

kabel putus, dan lain-lain. Pada gangguan permanen peralatan

baru bisa dioperasikan kembali apabila bagian yang rusak atau

peralatan yang terganggu sudah diperbaiki maupun sudah

diganti.

2.6 Sistem Proteksi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

Adanya gangguan seperti gangguan hubung singkat dapat

menyebabkan kerusakan pada peralatan penting di sistem tenaga listrik,

misalnya trafo, penghantar, isolasi, dan peralatan hubung. Dengan adanya

kerusakan akan mengganggu kontinyuitas atau dengan kata lain keandalan

sistem kurang baik. Untuk menghindari kerusakan tersebut, maka perlu

dipasang peralatan proteksi. Dengan sistem proteksi yang benar, kerusakan

peralatan dapat dihindari. Tetapi jika sistem proteksi dilakukan secara

belebihan, yaitu terlalu mudah untuk mengamankan padahal seharusnya ada

pertimbangan tertentu sebelum memutuskan bekerjanya sitem pengaman,


17

maka keandalan system menjadi kurang baik oleh akibat hal yang tidak

perlu.

Jenis pengaman yang digunakan pada jaringan tegangan menengah

antara lain:

1. PMT

Gambar (2-7) PMT (Circuit Breaker) 20 kV

PMT atau CB (circuit breaker) merupakan sakelar otomatis yang dapat

memutuskan arus gangguan, dimana untuk mengerjakan CB dalam

keadaan tidak normal umumnya digunakan rangkaian trip yang

mendapat sinyal dari suatu rangkaian rele pengaman. Alat ini akan

membuka dan menutup jika relay telah di setting berdasarkan besar arus

gangguan maupun waktu tertentu, dan tentunya settingan atau

pengaturan berdasarkan data maupun diperhitungkan agar terjadi

koordinasi antara recloser dengan alat proteksi lainnya.

2. Penutup Balik Otomatis (Recloser)


18

Gambar (2-8) Penutup Balik Otomatis (Recloser)

Recloser pada dasarnya adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan

peralatan kontrol dan media peredam busur api. Peralatan ini dapat

merasakan arus gangguan dan memerintahkan operasi buka tutup pada

pemutus tenaga di recloser. Untuk jaringan panjang (>20km) perlu

dipasang 2 atau lebih recloser pada jarak tertentu dengan koordinasi

yang baik, agar gangguan yang terjadi dapat segera di bebaskan.

3. Sectionalizer

Gambar (2-9) LBS Sectionalizer

Sakelar Seksi Otomatis (SSO) disebut juga Sectionalizer merupakan

alat yang berfungsi sebagai pemutus secara otomatis untuk


19

membebaskan seksi-seksi yang terganggu dari suatu system distribusi

atau dengan kata lain dapat melokalisir gangguan pada seksi yang

terganggu sehingga seksi yang sehat tetap mendapatkan catu daya

listrik.

4. Fuse Cut Out (FCO)

Gambar (2-10) Fuse Cut Out

Fuse cut out adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan

terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi

dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short

circuit) atau beban lebih (over load). Konstruksi dari FCO ini jauh lebih

sederhana bila dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker).

Akan tetapi FCO ini mempunyai kemampuan yang sama dengan

pemutus beban tersebut. FCO hanya dapat memutuskan satu saluran

kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran

tiga fasa maka dibutuhkan FCO sebanyak tiga buah. FCO biasanya

dipasang pada jaringan cabang atau pada transformator distribusi yang

tidak berpengaman sendiri yang fungsinya untuk mengamankan cabang

jaringan yang mengalami gangguan permanen dan transformator.


20

Untuk mendapatkan kondisi yang ideal seperti uraian diatas, maka

peralatan proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Sensitifitas (kepekaan)

Suatu pengaman harus mampu mengamankan peralatan atau bagian

tertentu dari system tenaga listrik yang termasuk dalam jangkauan

pengamanan secara sensitive, tugas suatu pengaman mendeteksi adanya

gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya untuk memisahkan

bagian yang terganggu dengan bagian yang masih aman.

2. Selektifitas (ketelitian)

Pengaman harus dapat memisahkan bagian system yang terganggu

sekecil mungkin yaitu hanya seksi yang terganggu saja yang menjadi

kawasan pengamanan utamanya. Pengaman sedemikian disebut

pengaman yang selektif.

3. Realibility (keandalan)

Dalam keadaan normal pengaman tidak bekerja selama berbulan-bilan

atau bahkan bertahun-tahun suatupengaman tidak perlu bekerja, tetapi

pengaman bila diperlukan harus dan pasti bekerja, sebab jika gagal

bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada peralatan

yang diamankan, atau mengakibatkan bekerjanya pengaman lain,

sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas. Pengaman

tidak boleh salah kerja (misstrip), sebab dapat mengakibatkan

pemutusan yang tidak perlu dan pemadaman yang tidak semestinya.


21

Oleh karena itu, pemgujian secara periodic perlu dilakukan dalam hal

ini maintenance secara periodic. Hal ini dimaksudkan untuk:

 Mengetahui pengaman masih dapat bekerja sebagai mana mestinya.

 Mengetahui penyimpangan-penyimpangan karakteristik yang

selanjutnya untuk mengadakan koreksi penyetelan.

 Membandingkan hasil-hasil pengujian sebelumnya, agar diketahui

proses memburuknya rele pengamaan, sehingga dapat direncanakan

perbaikan dan penggantinya, hasil pengujian periodic dan catatan

bekerjanya rele sebagai akibat gangguan sangat bermanfaat untuk

mengadakan evaluasi dan analisapengaman pada system tenaga

listrik.

4. Kecepatan

Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil

kerusakan tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya

akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.oleh karena itu, pada

umumnya dikehendaki waktu kerja pengaman secepat mungkin.

Adakalnya demi terciptanya selektivitas dikehendaki adanya penundaan

waktu (time delay).

2.7 Cara Kerja Peralatan Proteksi

2.7.1 PMT

PMT R L

Gambar (2-11) Cara Kerja PMT


22

Apabila terjadi suatu gangguan yang berada setelah PMT atau

biasanya pada zona pertama dari suatu penyulang, maka ada dua

kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan pertama PMT akan

langsung trip jika arus ganguan melebihi batas H2 dari PMT.

Apabila arus gangguan hanya melebihi batas H1 dan kurang dari

H2, maka PMT akan trip dengan selang waktu yang telah diatur.

Apabila PMT trip, maka seluruh penyulang tersebut akan padam dan

perlu dicari tahu apa yang menyebabkan PMT tersebut trip.

Kemungkinan kedua PMT bisa reclose apabila arus gangguan

melebihi batas arus normal yang di atur pada PMT tersebut dan arus

gangguannya kurang dari batas H1 dari PMT. Saat PMT dalam

keadaan reclose, maka penyulang tersebut hanya padam untuk

beberapa saat saja sesuai dengan waktu reclose yang di atur. Tetapi

biasanya PMT hanya di atur agar bisa trip saja, sehingga tidak bisa

reclose, karena apabila PMT tersebut menyuplai beberapa parbrik

besar maka saat reclose aka nada arus inrush yang besar yang bisa

menyebabkan tripnya trafo tenaga.

2.7.2 Penutup Balik Otomatis (Recloser)

PMT R L

Gambar (2-12) Cara Kerja Penutup Balik Otomatis (Recloser)

Gangguan yang bisa menyebabkan recloser reclose atau trip

biasanya terdapat pada zona kedua suatu jaringan. Zona kedua

terdapat pada daerah setelah recloser. Untuk mengamankan


23

gangguan pada zona kedua agar gangguan tidak berlanjut pada PMT

outgoing, maka di lakukan penyettingan batas arus gangguan dan

waktu reclose atau waktu trip terhadap recloser. Penyettingan

tersebut terbagi menjadi 3 bagian yaitu, penyettingan gangguan

pada Highset 1 (H1), Highset 2 (2), dan batas arus normal yang bisa

mengalir pada recloser. Apabila gangguan berada pada H1 dari

settingan recloser, maka ada beberapa kemungkinan yang bisa

terjadi. Yang pertama recloser bisa reclose, keadaan ini terjadi

apabila arus gangguan melebihi batas normal arus yang ditoleransi

dari suatu recloser dan arus gangguantersebut berada di bawah

settingan H1 dari recloser tersebut. Jadi recloser akan berubah ke

posisi open saat gangguan tersebut berlangsung, dan dalam

beberapa detik kemudian recloser tersebut akan kembali lagi

kekeadaan semula yaitu close. Lamanya recloser reclose dan

banyaknya recloser reclose tergantung dari settingan yang berada

pada recloser tersebut. Yang kedua yaitu recloser bisa trip. Tripnya

recloser ini terjadi karena arus gangguan yang tejadi pada zona

pertama tersebut melebihi dari H1 recloser tersebut, sehingga

recloser bisa trip tetapi masih ada delay waktu dari kerja recloser

tersebut. Delay waktu dari recloser agar trip di buat bertujuan untuk

mengantisipasi gangguan tersebut hanyalah gangguan yang bersifat

temporer. Karena gangguan yang bersifat temporer bisa hilang

kapan saja. Yang ketiga yaitu recloser bisa reclose dan dilanjutkan
24

dengan trip. Kejadian ini bisa terjadi karena adanya gangguan yang

bersifat permanen, sehingga menyebabkan recloser melakukan 3

kali reclose kemudian dilanjutkan dengan trip dalam keadaan

normalnya. Yang keempat yaitu recloser bisa memberikan status

pick up pada scada. Maksud dari pick up yaitu terjadi arus gangguan

yang melebihi dari H1 dan bersifat temporer yang hilang sebelum

recloser trip, sehingga memunculkan status pick up pada scada.

Apabila gangguan berada pada H2 dari settingan recloser, maka

yang terjadi adalah recloser akan langsung trip atau berada pada

posisi open. Hal ini terjadi karena adanya arus gangguan yang

bersifat temporer atau pun permanen yang arusnya melebihi dari H2

recloser, sehingga recloser tersebut langsung trip secara langsung

atau instant. Arus gangguan yang melebihi H2 dari recloser tidak

ada delay waktu untuk trip karena, apa bila di beri waktu delay

dengan arus gangguan yang besar maka arus gangguan tersebut bisa

langsung menuju PMT outgoing. Apabila gangguan tersebut sampai

ke PMT outgoing dan arus gangguannya melebihi H1 atau H2 dari

PMT outgoing akan mengakibatkan PMT outgoing reclose tau trip.

Arus gangguan yang berada pada TD bisa menyebabkan recloser

menjadi reclose atau memberi status pick up saja. Karena arus

gangguan yang berada pada TD biasanya bersifat temporer yang

dapat hilang kapan saja.


25

2.7.3 Saklar Seksi Otomatis (Sectionalizer)

PMT R L

Gambar (2-13) Cara Kerja Sectionalizer

Apabila suatu jaringan mempunyai recloser dan setelahnya dipasang

LBS sectionalizer maka akan mempermudah untuk mengetahui

tempat dimana arus gangguan itu berasal. Misalnya apabila recloser

mengalami reclose, maka sebelum reclose terakhir dari recloser,

LBS sectionalizer akan trip terlebih dahulu. Apabila recloser yang

reclose sampai batas maksimal reclose tetapi masih megalami

gangguan tetapi LBS sectionalizer sudah trip dan setelah itu recloser

langsung trip, maka arus gangguan yang sifatnya permanen tersebut

terdapat di daerah sebelum LBS sectionalizer. Tetapi apabila setelah

LBS sectionalizer sudah trip dan recloser tidak merasakan arus

gangguan lagi, maka arus gangguan tersebut berada di daerah

setelah LBS sectionalizer tersebut dipasang.

2.7.4 FCO (Fuse Cut Out)

PMT R L

FCO

Gambar (2-14) Cara Kerja FCO (Fuse Cut Out)

Apabila terjadi arus gangguan yang berada pada jaringan setelah

FCO, maka yang terjadi adalah FCO tersebut akan terbuka.


26

Sehingga arus gangguan yang terdapat pada taping tersebut tidak

menuju ke jaringan utama. Tetapi pemasangan pembatas arus pada

FCO harus memperhatikan arus yang berada pada taping tersebut.

Jangan memasang pembatas yang besar tetapi arus yang mengalir

pada taping tersebut kecil. Sehingga apa bila ada arus gangguan

yang besar maka akan langsung mengalir ke jaringan utama yang

mengakibarkan recloser atau PMT menjadi reclose atau trip.

Setelah gangguan terjadi maka FCO akan putus, sehingga jaringan

pada taping tersebut akan mati. Kemudian perlu dicari apa yang

menyebabkan arus gangguan itu terjadi, sehingga saat FCO

dimasukkan tidak akan terjadi arus gangguan.

2.8 Pengoperasian Peralatan Proteksi

Pengoperasian pada Recloser dan LBS dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Lokal

Pengoperasian secara lokal dilakukan secara langsung melalui panel

kontrol.

2. Remote

Pengoperasian secara remote dilakukan dari jarak jauh menggunakan

SCADA atau REMOCO dengan menonaktifkan menu Supervisory Off

terlebih dahulu (pada Recloser merk Cooper).


27

2.9 REMOCO (Remote Monitoring and Controlling)

Gambar (2-15) REMOCO (Remote Monitoring and Controlling)

REMOCO (Remote Monitoring and Controlling) merupakan peralatan

yang digunakan sebagai alat kontrol jarak jauh pada peralatan proteksi

(Recloser dan LBS) yang berbasis SMS Gateway. REMOCO pertama kali

dibuat pada tahun 2010 oleh Y. B. Wawan, Faried Widya Nugroho, dan

Ryan Wayuanto Candra di PT PLN (Persero) Area Tegal di bagian Operasi

Jaringan.

2.9.1 Fungsi dan Manfaat REMOCO

1. Mengontrol Saklar Pemutus Beban (Load Break Switch) dan

Penutup Balik Otomatis (Recloser) dari jarak jauh melalui SMS

(Short Message Circuit) menggunakan sinyal GSM.

2. Memonitor besar arus yang sedang mengalir di jaringan.


28

3. Mengurangi durasi pemadaman karena mempercepat

pengoperasian Recloser dan LBS.

4. Menghemat biaya operasional dalam pengoperasian keypoint.

2.9.2 Kelebihan dan Kekurangan REMOCO

 Kelebihan:

1. Jangkauan lebih luas dan stabil karena hanya menggunakan

sistem SMS Gateway dengan sinyal GSM.

2. Pengoperasian dan pemeliharaannya lebih mudah.

3. Biaya operasional lebih ekonomis.

4. Tidak terlalu sulit mencari komponen pengganti jika terjadi

kerusakan.

5. Tidak bergantung pada jaringan internet.

 Kekurangan

1. Transfer data lambat (9,6 – 14,4 kbps)

2. Pengoperasian bergantung pada provider tertentu.

3. Tidak dapat membaca arus gangguan.

2.10 Komponen Pendukung REMOCO

1. Kartu SIM

Gambar (2-16) Kartu SIM


29

Kartu SIM (Subscriber Identity Module) adalah sebuah kartu pintar

seukuran prangko yang ditaruh di telepon genggam yang menyimpan

kunci pengenal jasa telekomunikasi. Kartu SIM harus digunakan dalam

sistem GSM. Kartu SIM pada REMOCO digunakan sebagai identitas

agar REMOCO dapat berkomunikasi dengan server sehingga Recloser

dapat dikontrol dari jarak jauh menggunakan prinsip kerja SMS

Gateway.

2. Antenna

Gambar (2-17) Antenna

Antenna adalah alat untuk mengirim dan menerima gelombang

elektromagnetik, yang bergantung kepada pemakaian dan penggunaan

frekuensinya. Antenna pada REMOCO digunakan agar transfer data

menjadi lebih cepat.


30

2.11 Relay 24 VDC

Gambar (2-18) Relay 24 VDC

Relay adalah komponen yang terdiri dari sebuah kumparan berinti besi yang

akan menghasilkan elektromagnet ketika kumparannya dialiri oleh arus

listrik. Elektromagnet ini kemudian menarik mekanisme kontak yang akan

menghubungkan kontak Normally-Open (NO) dan membuka kontak

Normally-Closed (NC). Sedikit menjelaskan, kata Normally disini berarti

relay dalam keadaan non-aktif atau non-energized, atau gamblangnya

kumparan relay tidak dialiri arus. Jadi kontak Normally-Open (NO) adalah

kontak yang pada saat Normal tidak terhubung, dan kontak Normally-

Closed (NC) adalah kontak yang pada saat Normal terhubung.

2.12 RANGKAIAN CATU DAYA

Gambar (2-19) Diagram Blok Rangkaian Catu Daya

Arus Listrik yang kita gunakan di rumah, kantor dan pabrik pada umumnya

adalah dibangkitkan, dikirim dan didistribusikan ke tempat masing-masing


31

dalam bentuk Arus Bolak-balik atau arus AC (Alternating Current). Hal ini

dikarenakan pembangkitan dan pendistribusian arus Listrik melalui bentuk

arus bolak-balik (AC) merupakan cara yang paling ekonomis dibandingkan

dalam bentuk arus searah atau arus DC (Direct Current).

Akan tetapi, peralatan elektronika yang kita gunakan sekarang ini sebagian

besar membutuhkan arus DC dengan tegangan yang lebih rendah untuk

pengoperasiannya. Oleh karena itu, hampir setiap peralatan Elektronika

memiliki sebuah rangkaian yang berfungsi untuk melakukan konversi arus

listrik dari arus AC menjadi arus DC dan juga untuk menyediakan tegangan

yang sesuai dengan rangkaian Elektronika-nya. Rangkaian yang mengubah

arus listrik AC menjadi DC ini disebut dengan DC Power Supply atau dalam

bahasa Indonesia disebut dengan Catu daya DC. DC Power Supply atau

Catu Daya ini juga sering dikenal dengan nama “Adaptor”.

Sebuah DC Power Supply atau Adaptor pada dasarnya memiliki 4 bagian

utama agar dapat menghasilkan arus DC yang stabil. Keempat bagian utama

tersebut diantaranya adalah Transformer, Rectifier, Filter dan Voltage

Regulator.

Gambar (2-20) Rangkaian Catu Daya


32

2.13 IC ULN2803

Gambar (2-21) IC ULN 2803

ULN2803 adalah paket NPN Transistor di dalam satu chip yang mempunyai

18 pin. ULN2803 sesuai sebagai interface low logic voltage (TTL, CMOS

dan PMOS/NMOS) dengan high logic voltage (lampu, relay dan

sebagainya). Setiap pin keluarannya adalah open-collector dan bersambung

free wheeling diode.

Gambar (2-22) Rangkaian Driver Relay dengan IC ULN 2803


33

Salah satu aplikasinya adalah relay driver seperti skematik di atas. Oleh itu,

apabila memerlukan penggunaan relay yang banyak, penggunaan ULN2803

sangat sesuai. Menggunakan ULN2803 membolehkan PIC interface dengan

delapan unit relay. Selain itu, free wheeling diode tidak perlu di

sambungkan kerana sudah mempunyai free wheeling diode di dalam

ULN2803.

2.14 SENSOR ARUS ACS712

Gambar (2-23) Sensor Arus ACS712

Sensor arus yang dipasang di alat ini merupakan sensor arus dengan tipe

ACS 712. Sensor arus 5 Ampere ini merupakan modul sensor untuk

mendeteksi besar arus yang mengalir lewat blok terminal menggunakan

current sensor chip ACS712-5 yang memanfaatkan efek Hall.

Besar arus maksimum yang dapat dideteksi sebesar 5A di mana tegangan

pada pin keluaran akan berubah secara linear mulai dari 2,5 Volt (½×VCC,

tegangan catu daya VCC= 5V) untuk kondisi tidak ada arus hingga 4,5V

pada arus sebesar +5A atau 0,5V pada arus sebesar −5A (positif/negatif
34

tergantung polaritas, nilai di bawah 0,5V atau di atas 4,5V dapat dianggap

lebih dari batas maksimum). Perubahan tingkat tegangan berkorelasi linear

terhadap besar arus sebesar 400 mV / Ampere.

Efek Hall adalah fenomena fisika dimana aliran listrik / elektron dalam pelat

konduktor terpengaruh oleh paparan medan magnet.

Secara sederhana, pemanfaatan efek Hall oleh IC ACS712 ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 18. Efek Hall pada Sensor Arus ACS712

Karakteristik ACS712:

 Memiliki sinyal analog dengan sinyal-ganguan rendah (low-noise)

 Ber-bandwidth 80 kHz

 Total output error 1.5% pada Ta = 25 °C

 Memiliki resistansi dalam 1.2 mΩ

 Tegangan sumber operasi tunggal 5.0 V

 Sensitivitas keluaran 66 sd 185 mV/A

 Tegangan keluaran proporsional terhadap arus AC ataupun DC

 Fabrikasi kalibrasi
35

 Tegangan offset keluaran yang sangat stabil

 Hysterisis akibat medan magnet mendekati nol

 Rasio keluaran sesuai tegangan sumber

2.15 ATMEL SAM3X8E ARM CORTEX-M3 (ARDUINO DUE)

Gambar (2-24) Arduino DUE

Papan pengembang ini memiliki pin masukan/keluaran digital sebanyak

54 pin (12 di antaranya berkemampuan PWM), 12 pin masukan analog, 4

UART / hardware serial port, pencacah-waktu / clock berfrekuensi 84

MHz, koneksi dengan kemampuan USB OTG, 2 DAC (digital-to-analog

converter), 2 TWI (Two Wire Interface, kompatibel dengan protokol I2C

dari Phillips), soket jack catu daya standar (5,5/2,1mm), konektor SPI

header, konektor JTAG header, tombol reset, dan sebuah tombol hapus

(erase button).

Kelebihan utama Arduino Due dibanding varian Arduino lainnya terletak

pada penggunaan CPU ARM Cortex-M3 yang memiliki fitur sebagai

berikut:
36

 Core processor 32-bit yang memungkinkan operasi data sebanyak

4 byte sekaligus (tipe data DWORD) pada satu siklus waktu jauh

lebih cepat dengan frekuensi CPU clock 84 MHz.

 RAM statis / SRAM sebesar 96 KiloByte (48 kali lipat lebih besar

dibanding Arduino Uno, 12 kali lipat lebih besar dibanding

Arduino Mega 2560). Ruang untuk kode program / Flash Memory

sebesar 512 KB (16 kali lipat lebih besar dibanding Arduino Uno,

2 kali lipat lebih besar dibanding Arduino Mega 2560).

 Tidak seperti kebanyakan board Arduino, board Arduino Due

berjalan pada 3.3V. Tegangan maksimum yang dapat ditoleransi I /

O pin adalah 3.3V. Menerapkan voltase yang lebih tinggi dari 3.3V

ke pin I / O manapun dapat merusak board

 Board berisi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendukung

mikrokontroler; cukup hubungkan ke komputer dengan kabel

micro-USB atau nyalakan dengan adaptor AC-ke-DC atau baterai

untuk memulai. The Due kompatibel dengan semua perisai

Arduino yang bekerja di 3.3V dan sesuai dengan pinout Arduino

1.0.

 The Due mengikuti 1.0 pinout:

1. TWI: pin SDA dan SCL yang berada di dekat pin AREF.

2. IOREF: memungkinkan perisai terlampir dengan

konfigurasi yang tepat untuk menyesuaikan voltase yang

disediakan oleh board. Hal ini memungkinkan


37

kompatibilitas perisai dengan board 3.3V seperti board

berbasis Due dan AVR yang beroperasi pada 5V.

3. Pin yang tidak terhubung, disediakan untuk penggunaan

masa depan.

Microcontroller features:

 Microcontroller AT91SAM3X8E.

 Operating Voltage 3.3V

 Input Voltage (recommended) 7-12V

 Input Voltage (limits) 6-16V

 Digital I/O Pins 54 (of which 12 provide PWM output)

 Analog Input Pins 12

 Analog Output Pins 2 (DAC)

 Total DC Output Current on all I/O lines 130 mA

 DC Current for 3.3V Pin 800 mA

 DC Current for 5V Pin 800 mA

 Flash Memory 512 KB all available for the user applications

 SRAM 96 KB (two banks: 64KB and 32KB)

 Clock Speed 84 MHz

 Length 101.52 mm

 Width 53.3 mm

 Weight 36 g

Dibawah merupakan sederet pin dari kaki Atmel SAM3X8E ARM

Cortex-M3 (Arduino Due) berbagai fungsi diantaranya:


38

Gambar (2-25) Konfigurasi Pin Arduino DUE

2.16 VT SCADA

VTScada memberi platform intuitif untuk menciptakan aplikasi

pemantauan dan kontrol industri yang sangat disesuaikan yang dapat

dipercaya dan digunakan pengguna dengan mudah. Berbagai macam

industri di seluruh dunia menggunakan VTScada untuk aplikasi-aplikasi

penting setiap ukuran.

1. Perangkat HMI

Perangkat lunak antarmuka mesin manusia memungkinkan pengguna

akhir industri untuk memantau dan mengontrol peralatan menggunakan

komputer..
BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode

Dalam penyusunan dan pembuatan tugas akhir ini, penyusun menggunakan

metode :

1. Studi Pustaka

Dalam metode ini, penyusun mencari literture, artikel, maupun sumber

lainnya untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan

pembuatan tugas akhir ini.

2. Observasi

Metode observasi merupakan metode langsung ketempat yang

berhubungan dengan materi REMOCO pada peralatan proteksi di

jaringan distribusi 20 KV ke PT PLN (Persero) Area Tegal untuk

mengumpulkan dan mendapatkan data pendukung tugas akhir. Penulis

melakukan pengamatan langsung ke PT PLN (Persero) Area Tegal saat

melaksanakan Kerja Praktik di PT PLN (Persero) Area Tegal.

3. Laboratorium

Metode laboratorium adalah suatu cara untuk mengumpulkan data

dengan pengujian dan pengukuran pada alat simulasi yang telah dibuat.

Dalam hal ini penyusun melakukan pengujian dan pengukuran alat

simulasi yang telah dibuat tentang REMOCO pada peralatan proteksi di

jaringan distribusi 20 KV.

39
40

Metode ini dibagi menjadi :

a. Pembuatan Alat

Pada tahap ini penulis membuat rancangan alat dan sistem dari awal

sampai dengan selesai.

b. Pengukuran Alat

Pengukuran yang akan dilakukan pada proyek tugas akhir ini

adalah:

 Arus pada masing-masing trafo arus.

 Tegangan pada sumber utama

 Tegangan pada beban.

 Arus pada beban saat kondisi normal

 Arus pada beban saat kondisi beban melebihi settingan

 Tegangan pada catu daya.

 Tegangan pada Arduino DUE.

c. Pengujian Alat

Pengujian yang akan dilakukan pada tugas akhir ini adalah :

 Uji simulasi keadaan normal

 Uji simulasi terjadi beban berlebih pada penyulang 20 kV

 Uji simulasi pelaksanaan manuver jaringan guna menghindari

beban berlebih menggunakan REMOCO pada Recloser atau

LBS.
41

4. Bimbingan

Metode ini untuk mendapatkan pengarahan dan bimbingan dari dosen

pembimbing dalam pembuatan Tugas Akhir sehingga pembuatan Tugas

Akhir berjalan dengan lancar.

3.2 Perancangan Alat Simulasi

Blok diagram dirancang untuk mempermudah dalam perancangan

alat simulasi penerapan REMOCO (Remote Monitoring and Controlling)

pada peralatan proteksi di jaringan distribusi tipe Cluster berbasis Arduino

DUE.

Untuk mempermudah proses pemahaman, maka dibuat blok

diagram rangakain secara keseluruhan seperti berikut:

SUMBER
220VAC GSM
HMI
SHIELD

RANGKAIAN
MIKROKONTROLLER
CATU DAYA

RELAY BEBAN

SENSOR OP-AMP
ARUS
42

3.3 Flowchart

START

CONTROL ON

CONTROL ON
BERHASIL
TIDAK

YA

QUERY STATUS

STATUS
CONTROL ON
DITERIMA
TIDAK

YA

OPEN PMT/ CLOSE PMT

OPEN PMT/
CLOSE PMT
BERHASIL
TIDAK

YA

QUERY STATUS

STATUS
OPEN PMT/
CLOSE PMT
TIDAK

YA

CONTROL OFF
43

3.4 Cara Kerja Alat Simulasi

a. Rangkaian catu daya akan menyuplai Rangkaian Pull-Down, Arduino

DUE (Mikrokontroller), GSM Shield, Rangkaian Relay, dan Sensor

Arus ACS712.

b. Rangkaian sensor arus ACS712 mendeteksi perubahan arus yang terjadi

di beban.

c. Output sensor arus yang berupa tegangan selanjutnya akan dikuatkan

melalui Op-Amp dan dirubah batas atas dan batas bawahnya.

d. Setelah itu output Op-Amp dikirim ke Arduino Due untuk diolah,

sehingga besarnya nilai arus dapat terhitung.

e. GSM Shield digunakan sebagai modul agar Arduino dapat mengirim

atau menerima SMS yang disimulasikan sebagai REMOCO.

f. GSM Shield akan memberikan SMS perintah kepada Arduino DUE.

g. Arduino DUE akan mengubah posisi relay yang disimulasikan sebagai

Recloser atau LBS.

3.5 Pengukuran

Pengukuran yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini adalah :

a. Pengukuran tegangan pada sumber utama

b. Pengukuran tegangan pada setiap rangkaian catu daya

c. Pengukuran tegangan pada setiap rangkaian pembagi tegangan

d. Pengukuran arus menggunakan sensor arus ACS 712


44

3.6 Pengujian

Pengujian yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini adalah :

a. Pengujian simulasi pada keadaan normal

b. Pengujian simulasi pada keadaan overload shedding penyulang

c. Pengujian simulasi manuver menggunakan REMOCO pada Recloser

atau LBS.

3.7 Jadwal Pembuatan dan Penyusunan Tugas Akhir

APRIL MEI JUNI


KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Pustaka

Pembuatan Alat Simulasi

Pengujian dan Pengambilan

data

Pembuatan Laporan Tugas

Akhir

1. Bulan April minggu pertama dan kedua: Studi pustaka dan penyusunan

proposal.

2. Bulan April minggu ketiga: Proposal sudah selesai, dan mulai membuat

rangkaian

3. Bulan April minggu keempat: Percobaan Rangkaian dan mulai

menyusun laporan Tugas Akhir


45

4. Bulan Mei minggu pertama: Membuat box dan konsul laporan tugas

akhir bab 1

5. Bulan Mei minggu kedua: Merangkai wiring, membuat pemrograman

dan pengujian.

6. Bulan Mei minggu ketiga: Melanjutkan pengujian dan konsul laporan

tugas akhir bab 2 dan 3

7. Bulan Mei minggu keempat: Pembuatan monitoring menggunakan

REMOCO.

8. Bulan Juni minggu pertama: Pengujian dan pengambilan data

3.8 Sistematika Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Demi terwujudnya penyusunan yang baik, maka diperlukan adanya

Sistematika penyusunan. Sistematika dari Laporan Tugas Ahir ini adalah

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang hal-hal yang melatarbelakangi

pembuatan Tugas Akhir, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah,

Tujuan Tugas Akhir, Manfaat Tugas Akhir, dan Sistematika Penyusunan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai dasar teori dari masing-masing bagian

yang menjadi panduan atau dasar dari pembuatan Tugas Akhir.

BAB III PEMBUATAN ALAT

Pada bab ini membahas mengenai proses perancangan dan cara kerja

rangkaian.
46

BAB IV PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT

Dalam bab ini berisi data apa saja yang akan diukur dan diuji pada

rangkaian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan benda kerja

serta buku laporan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

[1.] Surat Edaran General Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta. 2009. Pengoperasian Jaringan 20 KV.
Semarang
[2.] Silaban, Abraham. 2009. Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada
Sistim Jaringan Distribusi 20 KV. Medan
[3.] Pandjaitan, Bonar. 2012. Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta.
Andi Offset
[4.] Sarimun, Wahyudi. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
Depok. Garamond
[5.] Lesmana, Wima. 2010. Modifikasi Kontrol Recloser Tegal
[6.] Taqiyyudin, Muhammad. 2006. Proteksi Sistem Tenaga Listrik Seri
Rele Elektromagnetis. Malang. Penerbit UIN
[7.] SPLN 52-3: 1983 tentang Pola Pengamanan Sistem (Bagian 3: Sistem
Distribusi 6 kV dan 20 kV

47
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir


SIMULASI PENERAPAN REMOCO (REMOTE MONITORING AND
CONTROLLING) PADA PERALATAN PROTEKSI DI JARINGAN
DISTRIBUSI TIPE CLUSTER BERBASIS ARDUINO DUE

Diajukan Oleh:
ABDUL GHANI MUTTAQIN SUPARTONO

21060115083044

TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH:

Dosen Pembimbing

Yuniarto, ST, MT Tanggal:


NIP 197106151998021001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

Arkhan Subari, ST, Mkom Tanggal:


NIP. 197710012001121002

You might also like