Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2015


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TUMOR PLEURA

Oleh :

Mier’ Atoen Radiah

Pembimbing :

dr. Iriani Bahar, M.Kes, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2015

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Mier’ Atoen Radiah

NIM : 10542 0095 09

Judul Referat : Tumor Pleura

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, September 2015

Pembimbing

dr. Iriani Bahar, M.Kes, Sp.Rad

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT

atas segala Rahmat, Berkah dan Karunia-Nya. Shalawat dan salam kepada Rasulullah

Muhammad SAW serta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Referat ini dengan judul “Tumor Pleura” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik di Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada dosen pembimbing dr. Iriani Bahar, M.Kes, Sp.Rad yang telah meluangkan waktunya

untuk membimbing, memberikan pengarahan dan koreksi sampai referat ini selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini terdapat banyak kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan penulisan yang serupa dimasa yang akan datang. Penulis berharap laporan

kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya diri saya pribadi. Amin Yaa

Rabbal’alamin.

Makassar, November 2015

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .....................................................................................................i

Lembar Pengesahan ................................................................................................ii

Kata Pengantar .......................................................................................................iii

Daftar Isi ..................................................................................................................iv

A. Pendahuluan ........................................................................................................1
B. Anatomi Dan Fisiologi ........................................................................................2
C. Definisi ................................................................................................................4
D. Insidens dan Epidemiologi ..................................................................................5
E. Etiologi ................................................................................................................5
F. Patomekanisme ...................................................................................................6
G. Klasifikasi ..........................................................................................................7
H. Diagnosis .............................................................................................................9
1. Gambaran Klinik ...........................................................................................9
2. Pemeriksaan Radiologi .................................................................................9
a. Foto Polos Dada .......................................................................................9
b. CT Scan ...................................................................................................13
c. MRI .........................................................................................................17
d. PET Scan .................................................................................................17
3. Pemeriksaan Laboratorium ...........................................................................18
4. Pemeriksaan Histopatologi ...........................................................................18
I. Diagnosis Banding ..............................................................................................19
J. Penatalaksanaan ..................................................................................................21
K. Komplikasi ..........................................................................................................22
L. Prognosis .............................................................................................................22

Kajian Islam ..............................................................................................................22

Daftar Pustaka ........................................................................................................24

4
TUMOR PLEURA

(Mier’ Atoen Radiah, Iriani Bahar)

A. PENDAHULUAN

Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim paru,


mediastinum, diafragma serta tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura
parietal.1,2 Rongga pleura terisi sejumlah cairan tertentu yang memisahkan kedua
pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan
selama proses respirasi.1,3 Cairan pleura berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler
pleura, ruang interstitial paru, kelenjar getah bening intratoraks, pembuluh darah
intratoraks dan rongga peritoneum. Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan antara pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai
hukum Starling serta penyaliran limfatik pleura parietal.3,4 Tekanan pleura merupakan
cermin tekanan di dalam rongga toraks.3,5 Perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
pleura berperan penting dalam proses respirasi.6 Karakteristik pleura seperti ketebalan,
komponen selular serta faktor-faktor fisika dan kimiawi penting diketahui sebagai
dasar pemahaman patofisiologi kelainan pleura dan gangguan proses respirasi.3
Dalam keadaan normal, pada foto toraks tidak dapat diperlihatkan pleura.
Kelainan-kelainan yang sering dijumpai adalah cairan dalam rongga pleura (efusi
pleura), udara dalam rongga pleura (pneumotoraks), infeksi (pleuritis), dan tumor
pleura. Efusi pleura atau pneumothoraks dapat menyebabkan kompresi sebagian atau
lengkap dari paru-paru.7
Jika paru-paru mengalami robekan, maka udara lolos ke ruang pleura,
menyebabkan pneumotoraks. Kadang-kadang, udara masuk ke dalam rongga pleura
dan terjebak disana dibawah tekanan tinggi, menyebabkan "ketegangan
pneumotoraks" yang dapat menghentikan darah kembali ke jantung dan menyebabkan
kematian jika tidak dikenal dan diobati segera. Selain itu, partikel beracun terhirup
seperti asbes dapat pindah ke ruang pleura dimana kemudian, menyebabkan
mesothelioma dapat berkembang.8
Tumor pleura biasanya muncul sebagai massa di jaringan lunak, dengan sudut
tumpul ke dinding dada. Neoplasma ini mungkin fokal atau difus dan dapat
berhubungan dengan efusi pleura. Meskipun ada tumpang tindih dalam manifestasi

5
radiologis tumor jinak dan ganas, fitur tertentu membantu membedakan tumor pleura
difus dan infiltrasi Efusi pleura. Misalnya, penyakit pleura ganas menyebar, dari
proses neoplastik ditemukan penebalan pada pleura, meluas menjadi nodul pleura,
ketebalan pleura panietal melebihi 1cm. Berbeda dengan lesi ganas pleura, tumor
fibrous terlokalisir biasanya muncul sebagai soliter, baik terbatas, lobulated massa
jaringan lunak yang timbul dari permukaan pleura.8

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Pleura merupakan membran serosa yang tersusun dari lapisan sel yang
embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional dan bersifat memungkinkan
organ yang diliputinya mampu berkembang, mengalami retraksi atau deformasi sesuai
dengan proses perkembangan anatomis dan fisiologis suatu organisme.9 Terdiri dari
pleura viseral dan pleura parietal. Pleura viseral membatasi permukaan luar parenkim
paru termasuk fisura interlobaris, sementara pleura parietal membatasi dinding dada
yang tersusun dari otot dada dan tulang iga, serta diafragma, mediastinum dan struktur
servikal (Gambar2).1 Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan
vaskularisasi. Pleura viseral diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah
dari sirkulasi pulmoner, sementara pleura parietal diinervasi saraf interkostalis dan
nervus frenikus serta mendapat aliran darah sistemik. Pleura visceral dan pleura
parietal terpisah oleh rongga pleura yang mengandung sejumlah tertentu cairan
pleura.3
Pleura normal memiliki permukaan licin, mengkilap dan semitransparan. Luas
permukaan pleura viseral sekitar 4.000cm2 pada laki-laki dewasa dengan berat badan
70 kg.10 Pleura parietal terbagi dalam beberapa bagian, yaitu pleura kostalis yang
berbatasan dengan iga dan otot-otot interkostal, pleura diafragmatik, pleura servikal
atau kupula sepanjang 2-3 cm menyusur sepertiga medial klavikula di belakang otot-
otot sternokleidomastoid dan pleura mediastinal yang membungkus organ-organ
mediastinum.1,2

6
Gambar 1. Anatomi sistem respirasi.1

Gambar 2. Pleura viseral dan parietal serta struktur sekitar pleura.1

Pleura berperan dalam sistem pernapasan melalui tekanan pleura yang


ditimbulkan oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas akan
menimbulkan tekanan transpulmoner yang selanjutnya akan memengaruhi
pengembangan paru dalam proses respirasi.11 Pengembangan paru terjadi bila kerja
otot dan tekanan transpulmoner berhasil mengatasi recoil elastik (elastic recoil) paru
dan dinding dada sehingga terjadi proses respirasi.12 Jumlah cairan rongga pleura
diatur keseimbangan Starling yang ditimbulkan oleh tekanan pleura dan kapiler,
kemampuan sistem penyaliran limfatik pleura serta keseimbangan elektrolit.10
Ketidakseimbangan komponen-komponen gaya ini menyebabkan penumpukan cairan
sehingga terjadi efusi pleura.4,6

7
Tekanan pleura secara fisiologis memiliki dua pengertian yaitu tekanan cairan
pleura dan tekanan permukaan pleura. Tekanan cairan pleura mencerminkan dinamik
alirancairan melewati membran dan bernilai sekitar-10 cmH2O. Tekanan permukaan
pleura mencerminkan keseimbangan elastik recoil dinding dada ke arah luar dengan
elastic rekoil paru ke arah dalam. Nilai tekanan pleura tidak serupa di seluruh
permukaan rongga pleura; lebih negatif di apeks paru dan lebih positif di basal paru.
Perbedaan bentuk dinding dada dengan paru dan faktor gravitasi menyebabkan
perbedaan tekanan pleura secara vertikal; perbedaan tekanan pleura antara bagian
basal paru dengan apeks parudapat mencapai 8 cmH2O. Tekanan alveolus relatif rata
di seluruh jaringan paru normal sehingga gradien tekanan resultan di rongga pleura
berbeda pada berbagai permukaan pleura. Pleura viseral dan parietal saling tertolak
oleh gaya potensial molekul fosfolipid yang diabsorpsi permukaan masing-masing
pleura oleh mikrovili mesotel sehingga terbentuk lubrikasi untuk mengurangi
friksisaat respirasi. Proses tersebut bersama tekanan permukaan pleura, keseimbangan
tekanan oleh gaya Starling dan tekanan elastik rekoil paru mencegah kontak antara
pleura viseral dan parietal walaupun jarak antar pleura hanya 10 μm. Proses respirasi
melibatkan tekanan pleura dan tekanan jalan napas. Udara mengalir melalui jalan
napas dipengaruhi tekanan pengembangan jalan napas yang mempertahankan saluran
napas tetap terbuka serta tekanan luar jaringan paru (tekanan pleura) yang melingkupi
dan menekan saluran napas. Perbedaan antara kedua tekanan (tekanan jalan napas
dikurangi tekanan pleura) disebut tekanan transpulmoner. Tekanan transpulmoner
memengaruhi pengembangan paru sehingga memengaruhi jumlah udara paru saat
respirasi.4,6

C. DEFINISI
Tumor pleura adalah tumor yang ditemukan di pleura antara paru-paru dan
dinding dada. Sebuah tumor pleura hampir selalu metastatik (kanker). Kecuali Salah
satu jenis tumor yang disebut localized fibrous tumor of the pleura (LFTP). Hanya
sekitar satu dari delapan LFTP adalah kanker, dan pemulihan setelah operasi
pengangkatan cukup tinggi meskipun ukuran biasanya besa r.13
Sebuah tumor pleura kanker yang paling sering kanker sekunder, dipicu oleh
sel-sel kanker yang telah menyebar ke rongga pleura dari tempat lain dalam tubuh
(biasanya paru-paru). Hal ini sangat tidak mungkin bahwa orang-orang yang belum

8
pernah menderita kanker sebelum akan mengembangkan tumor pleura metastasis.Tapi
pasien yang menderita kanker beresiko, terutama jika pengobatan kanker yang tidak
benar-benar berhasil dalam mengendalikan itu. Meski begitu, kejadian tumor ini
adalah jarang, mempengaruhi mungkin salah satu di 2.000 pasien kanker.13

D. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI


Mesotelioma pleura sebagian besar terjadi pada pasien dengan umur lebih
dari 60 tahun, tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada anak-anak. Di Amerika Utara,
tumor pada laki-laki dan wanita sekitar 9:1, tapi dinegara-negara lain seperti Inggris,
Perancis dan Australia rasio ini lebih rendah.14
Di Amerika Utara kejadian mesothelioma pada wanita adalah sekitar 2-3/juta/
tahun dan jumlah ini pada dasarnya tidak berubah selama 30 tahun terakhir. Pada pria
kejadian sekitar 20/juta per tahun. Insiden laki-laki terus meningkat hingga awal
1990-an, tetapi tampaknya telah mencapai puncaknya dan angka-angka tersebut
menurun. Pengalaman di Amerika Utara adalah jelas berbeda dari yang di Australia,
Perancis dan Inggris, di mana kejadian yang jauh lebih tinggi dan jumlah terus
meningkat. Misalnya, di Australia, kejadian saat ini ditahun 2000 adalah 60/juta pada
pria dan 11/juta pada wanita. Di Eropa, beban mesothelioma bervariasi.14
Penyakit pleura metastase menunjukkan masalah klinik yang secara ekstensif.
Penyakit pleura metastasis 95 % termasuk Ca mamma (20 %) dan Ca paru(40%),
thymoma, dan lymphoma (10%) dan diffuse malignan mesotelioma 5 % dari jumlah
utama massa pleura malignan.14
Localized fibrous tumor sebelumnya dikenal sebagai localized mesotelioma,
localized fibrous tumor of the pleura jarang terjadi. Meskipun ditemukan pada semua
kelompok umur, lebih dari 50% dari kasus yang ditemui pada pasien selama decade 6
dan 7 dari kehidupan. Tidak ada predileksi jenis kelamin. Pasien sering tanpa gejala,
dengan tumor yang ditemukan secara kebetulan pada radiografi dada.16

E. ETIOLOGI
 Asbestosis
Kira-kira 70% kasus-kasus msetelioma berhubungan dengan paparan asbestos.
Asbes adalah suatu kelompok mineral serat silikat magnesium terhidrasi, terdiri
dari dua kelompok besar yaitu Krisotil dan Amphibole. Kristosil termasuk
kelompok serpentine merupakan serat asbes berwarna putih bersifat lentur,
9
berbentuk lengkung panjang, dianggap kurang karsinogenik. Amphibole
termasuk actinolite, amosite, anthopyllite, crocidolite, tremolite merupakan serat
berbentuk lurus dan panjang yang lebih sering menyebabkan kanker dan fibrosis
diparu, terutama crocidolite dianggap sebagai yang paling onkogenik.17

 Genetik
Kebanyakan mesotelioma ganas memiliki kariotipe kompleks, dengan aneuploidi
luas dan penataan berbagai kromosom. Kehilangan1 salinan kromosom22 adalah
perubahan kario tipe yang paling umum tunggal dalam mesothelioma ganas.
Perubahan kromosom lainnya umumnya diamati meliputi penghapusan di lengan
kromosom 1p, 3p, 9 p, dan 6Q. Beberapa perubahan dalam gen supresor tumor
p16 (CDKN2A) dan p14 (ARF) dan hilangnya fungsi neurofibromin-2 (NF2)
juga telah disebutkan.17

 Penyebab lain
Ini termasuk serat non-asbes, erionite (terlihat hanya di Cappadocia,
Turki), radiasi terapi, dan mungkin proses yang menyebabkan jaringan parut
pleura intens seperti terapi plombage sebelumnya untuk tuberkulosis.17

F. Patomekanisme
Mesetelioma akibat pajanan asbes memiliki masa inkubasi antara 30 hingga 40
tahun. Patogenesis mesetelioma karena asbes masih belum jelas dan sangat
dipengaruhi oleh bentuk serat asbes.17
Asbes dapat menyebabkan mesetelioma melalui empat mekanisme. Mekanisme
pertama terjadi iritasi pleura. Serat yang tipis dan panjang (lebar <0,25 µm dan
panjang >0,8 µm) akan lebih mudah masuk melalui inhalasi ke saluran napas.
Serat menembus epitel alveolar menuju rongga pleura maka akan terjadi iritasi
berulang permukaan mesotel dan terjadi inflamasi lokal. Proses ini dapat
menimbulkan jaringan parut atau mesetelioma. Mekanisme kedua berhubungan
gangguan proses mitosis. Mekanisme ketiga adalah pembentukan radikal oksigen.
Kandungan zat besi yang tinggi pada serat asbes berperan pada pembentukan
radikal oksigen bebas. Kandungan zat besi yang tinggi pada serat asbes berperan
pada pembentukan reaktif oksigen spesies (ROS) yang dapat menimbulkan

10
kerusakan sel berulang. Mekanisme ke empat, asbes dapat menyebabkan
persistent kinase mediated signalin. Serat asbes dapat menginduksi fosforilasi
mitogen-activated protein kinase (MAPK) dan ekstraselular signal-regulator
kinase 1 dan 2 dan meningkatkan ekspresi protoonkogen respons awal (activator
protein 1) pada sel mesotel.17

G. KLASIFIKASI
Tumor primer yang jinak jarang, dapat berupa lymphoma, fibroma, yang
memberi bayangan massa di dinding thoraks.7
Tumor primer ganas yang dikenal adalah mesethelioma. Metastasis tumor ganas ke
pleura lebih sering terjadi yang biasanya berupa cairan rongga pleura secara cepat
bertambah banyak.7
Ada beberapa jenis tumor pleura, yaitu:
1. Lymphoma
keterlibatanpleuraolehlimfomaterjadi baikHodgkindan penyakitnon-Hodgkin.
Semua limfoma menyebabkan pembesaran kelenjar limfe pada hilus dan
mediastinum lebih sering di bandingkan dengan kelainan foto toraks yang lain.
Pembesaran kelenjar limfe bisa local atau difus dan terutama difus pada limfoma
dengan derajat keganasan tinggi.18
Penyakit Hodgkin menyerang paru pada kasus yang berat dan lanjut (std
iv)biasanya ada nodul dan masa kecil,sering mengalami kavitasi. Bisa terjadi
suatugambaran yang menyerupai metastasis limfogen tetapi biasanya lebih
noduler.
Limfoma non Hodgkin dan kadang-kadang limfoma Hodgkin bisa tumbuh
padaparu sebagai infiltrate konsolidatif,sering dengan air broncogram sehingga
mirippneumonia atau ca bronkogenik tipe alveolar mungkin tidak di jumpai.
limfadenopati biopsy terbuka biasanya di perlukan untuk diagnosis lesi ini,karena
infiltrate limfoid benigna (pseudolimfoma)dan pneumonitis interstisial limfositik)
bisa secara radiologistidentik dengan limfoma paru.19

2. Pleural Fibroma
Tumor jinak pleura ini sering disebut “benign mesothelioma” dengan
pertumbuhan terlokalisasi yang sering melekat pada permukaan pleura oleh
pedikel. Tumor tersebut mungkin kecil (diameter 1 sampai 2cm) atau bisa

11
mencapai ukuran yang besar sekali, tetapi mesothelioma tetap membatasi
permukaan paru. Tumor ini tidak biasanya memproduksi efusi pleura. Nyata
sekali,mesothelioma terdiri dari jaringan jaringan fibrous yang padat dimana kita
terdiri dari cairan yang viscid. Secara mikroskopis,tumor tersebut menunjukan
retikulin yang kusut dan serat kolagen diantaranya,yang mana sel spindle mirip
fibroblast terdapat dimana-mana. Untuk alasan ini,mesothelioma ini juga
disebut”fibroma”. Pleural fibroma jinak tidak ada hubungannyadengan paparan
asbes.20

3. Mesethelioma
Mesotelioma adalah tumor primer yang berasal dari pleura. Tumor ini jarang
ditemukan, bila tumor masih terlokalisasi, biasanya tidak menimbulkan efusi
pleura, sehingga dapat di golongkan ke dalam tumor jinak. Sebaliknya bila ia
tersebar (difus) di golongkan sebagai tumor ganas.17
Malignant Mesethelioma
Keganasan yang melibatkan sel-sel mesothelial yang biasanya melapisi rongga
tubuh, termasuk pleura, peritoneum, perikardium, dan testis, dikenal sebagai
mesothelioma ganas. Asbes, khususnya jenis asbes amphibole dikenal sebagai
crocidolite dan asbesamosite, adalah karsinogen utama terlibat dalam
pathogenesis mesothelioma rongga dada ganas.17

Malignant mesothelioma adalah penyakit kanker yang jarang dari sel


mesotel,biasanya terdapat pleura parietal atau pleura visceral tetapi kurang umum
di peritoneum dan jarang-jarang di tempat lain. Kanker ini punya kecenderungan
menyebar dan membungkus organ yang di bawahnya. Kanker tersebut diduga
punya kepentingan besar karena di hubungkan dengan pekerjaan yang terpapar
oleh asbes udara.sebenernya di atas 8% dari pekerja yang terpapar berat dapat
menderita neoplasma ini,biasanya setelah periode laten yangpanjang yaitu 35-50
tahun. Malignant mesothelioma terdapat pada orang yang bekerja di pabrik asbes
atau menjadi anggota keluarga pekerja asbes, bagaimanapun juga,kira-kira 20%
dari orang dengan mesothelioma tidak mempunyai riwayat terpapar. Kombinasi
dari asap rokok dan asbes tidak meningkatkan resiko seperti pada karsinoma
bronkogenik.17

12
Dasar dari karsinogenenitas dari asbes adalah masih sebuah misteri. Pemyakit
dengan asbes pada paru terjadi 20% kasus. Pleura mesothelioma cenderung untuk
melekat pada thorax tetapi kadand-kadang menyebar ke hati dan bagian lain yang
jauh. Walaupun penyebarannya terlihat pada autopsy,tetapi sering bukan
merupakan yang penting secara klinis.17
Mesotelioma maligna pada pleura keganasan yang jarang terdapat dan jarang
terjadi tanpa adanya paparan terhadap asbes. Kelainan radiografis meliputi
penebalan pleura yang hebat dengan atau tanpa adanya nodul dan atau efusi
pleura.17
Bentuk keganasan ini adalah invasive local dan selalu mempunyai akibat fatal
mesotelioma benigna merupakan massa pleura local yang bisa di sertai dengan
efusi pleura,tetapi tidak ada hubungannya dengan asbes. 20 tahun atau lebih
setelah paparan terhadap asbes,sejumlah besar mendapatkan kanker paru.
Merokok pada orang-orang ini merupaka factor yang sinergik sehingga kombinasi
dari paparan asbes dan merokok pada akhirnya akan mengakibatkan kanker paru.
Paparan terhadap serabut-serabut asbes terjadi paling berat pada panambangan
asbes pabrik pengolahan asbes, bangunan yang memakai asbes sebagai bahan
penyekat galangan kapal dan berbagai lingkungan kerja yang lain. Walaupun
demikian paparan terhadap asbes yang secara kinis penting bisa terjadi bila berada
pada lingkungan pabrik asbes dan pada keluarga pekerja asbes. Pemakaian asbes
semakin meningkat,menimbulkan suatu problema kesehatan masyarakat. Paparan
berat terhadap asbes menyebabkan fibrosis interstisial yang difus (asbestosis)
yang biasanya paling nyata pada basis paru,bias terjadi insufisensi paru.17
Kelainan-kelainan pada pleura yang biasa timbul adalah sedikit efusi, plak dan
kalsifikasi-kalsifikasi multipel dan ireguleradalah khas buat asbes dan adanya
kalsifikasi pada diafragma merupakan tanda patognomik dari paparan terhadap
asbes manifestasi pada pleura ini secara klinis benigna.17

H. DIAGNOSIS
1. Gejala klinik.
Keluhan umum yang sering dirasakan pasien adalah sesak disertai nyeri dinding
dada. Sebagaian pasien tidak mengeluhkan gejala apapun dan kelainan ditemukan
berdasarkan kelainan radiologi, pada saat pemeriksaan kesehatan rutin.21

13
Gejala penyerta lain yang sering dikeluhkan adalah :21
 Demam
 Lemah
 Keringat malam
 Penurunan berat badan.

Riwayat pekerjaan pasien adalah penting, dan anggota keluarga dengan paparan
asbes juga harus dievaluasi.21

Pada pemeriksaan fisik, teraba massa pada pemeriksaan palpasi, bunyi pernapasan
yang menurun, redup pada perkusi karena adanya efusi pleura yang mendasari.
Pasien juga biasanya asimptomatik, perlu diperhatikan dengan bukti dari efusi
pleura yang kebetulan didapatkan pada pemeriksaan fisik atau dengan rontgen
dada.22

2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto thoraks

Gambar 3. Dari gambaran foto thoraks sering di dapatkan efusi pleura,


jarang sekali kita temukan single nodule dan apabila didapatkan kelainan
pada pleura kontralateral bisa dicurigai terdapat hubungan dengan
asbestos.23

14
Gambar 4. Diffuse malignant pleural mesothelioma. Radiografi
Posteroanterior dada menunjukkan difus melingkar nodular penebalan
pleura (panah), dengan ekstensi ke pleura mediastinal dan celah,
membungkus paru kanan.24

Gambar 5. Limfomapleura. radiografiFrontaldadamenunjukkan penebalan


pleurakiritidak teratur(panah).24

15
Gambar 6. Localized tumor fibrosa. Radiografi Postenoantenior dada
menunjukkan massa jaringan lunak (panah).24

a. b.

Gambar 7. Localizedtumorfibrosa. (a) radiografi Posteroanterior dada


menunjukkan abnormal, tidak jelas opacity jaringan lunak (panah) di sudut
kanan cardiophrenic. (b) Lateralrontgen dada menunjukkan opacity
aringan lunak (panah) difisura besar. Catatan perbatasan tajam
didefinisikan massa berbeda dengan definisiy ang buruk dalam tampilan
postenoanterior. Ini adalah karakteristik dari mass apleura.24

b. CT-scan

16
Gambar 8. CT scan dengan kontras (axial) menunjukkan peningkatan
nodular penebalan pleura (panah) yang melibatkan pesisir dan pleura
mediastinal, memperluas ke fisura utama (panah) dengan crowding
rusuk sugestif dari perubahan penyusutan volume.24

Gambar 9. CT scan dengan kontras (axial) menunjukkan homogen


meningkatkan nodular penebalan pleura (panah) yang melibatkan pleura
mediastinal dan pesisir dengan perubahan penurunan volume pada
hemithorax kiri.24

Gambar 10. CT scan dengan kontras (axial) menunjukkan penebalan


nodular dari pleura melibatkan hemithorax kanan dengan koleksi pleura
kecil (panah).24

17
Gambar 11. Axial contrastenhanced CT scan menunjukkan moderat efusi
pleura kiri sebagai loculated koleksi dengan penebalan pleura (panah)
dalam kasus mesothelioma.24

Gambar 12. (A) Axial CT Scan menunjukkan polos kalsifikasi (panah) dan
noncalcified (panah) plak pleura; (B) aksial polos CT Scan menunjukkan
gambar plak kalsifikasi (panah hitam) klasik yang melibatkan pleura
parietal diafragma.24

18
Gambar 13. Diffuse malignant mesothelioma. DalamCT scanini,
menunjukkanpleuraditandaidifuspenebalanolehmesothelioma,
denganmenghasilkanbungkusdariparu-paru.24

Gambar 14. CT scanmenunjukkanpenebalanpleuratidak teratur(panah


padat)sepanjangpermukaanpleurapesisirdanmediastinum,
denganekstensike dalamcelahutama(panah terbuka).24

Gambar 15. CT scan Axial kontras menunjukkan heterogen meningkatkan


lesi massa lobulated melibatkan pleura diafragma (panah) dan menyerang
dinding dada dalam kasus limfoma bermutu tinggi.24

19
Gambar 16. CT scan Axial kontras menunjukkan homogen meningkatkan
nodular penebalan pleura (panah) yang melibatkan pleura pesisir dengan
limfadenopati mediastinum (tanda bintang).24

Gambar 17.CT scanmenunjukkanpenebalanpleuradifus(panah) lebih besar


dari 1cm dengan ketebalan, melibatkankirimediastinumdanKostapleura.24

20
Gambar 18. CT scanmenunjukkanmassamemanjangbulat telur(panah
padat), denganbeakingdi kedua ujungnya,
berorientasidalamfissurebesar(panah terbuka).24

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Gambar 19. EvaluasipencitraanMRIdariMPM. (a, b) Coronal(a) dan


kontrasditingkatkanlemakjenuh(b) T1MRI menunjukkanbesar,
meningkatkanmassaapikalkanan(M) denganinvasidinding dada(panah
dalam). Sebuahmeningkatkanfissureutamakananjuga terlihat(panah dib).
(c, d) SagittalT1-tertimbang (c) dancoronalT2(d)
MRImenunjukkanmassa(M) denganketerlibatanpleuradiafragma(panah).
Namun,tidak adainvasiototdiafragmaitu sendiri,
yangdivisualisasikansebagaigaris hitamutuhdi atashati(panah).24

d. PET scan

Tomografi emisi positronmenjadiberguna dalamdua pengaturanklinis :


 membedakan antaraasbesterkaitpenebalanpleurajinak dan
ganasmenilaiuntukmetastasisnodal.

21
 Selaintampaknya adakorelasiantara
tingkatserapanFDGdanagresivitasbiologitumor, yang dapat membantu
untuk memandu pengobatan.

Gambar 20.GambarproyeksianteriorscanFDG-PET menunjukkanbeberapa


fokusserapantracerabnormal yangmenguraikanpermukaanpleuraparu-
parukanan.22

3. Laboratorium21
 Lebih dari 90% pasien dengan pleuralmesotheliomahadirdenganefusi pleura.
 Biasanya, temuancairan pleurayangnondiagnostik, dengan<1000 leukosit/uL,
beberapaeritrosit, kadarproteintinggi,dantingkat laktatdehidrogenaseyang
normal.
4. Histopathology

Gambar 21. Mesotheliomadesmoplastic. A,Proliferasiselspindlelunak-


munculdenganpola pertumbuhanserampangan(hematoxylin-eosin,

22
perbesaran200). B, Keratinpewarnaanimunohistokimiamenyorotiinfiltrasimenjadi
lemak(pembesaran 200).25

I. DIAGNOSIS BANDING
a. Non-small cell lung cancer (NSCLC)
menyumbang sekitar85% dari semua kankerparu-paru. Secara histologi,
NSCLCdibagi menjadiadenokarsinoma, karsinomasel skuamosa(SCC)
(lihatgambar di bawah), dan karsinomasel besar. Pasien
denganNSCLCmemerlukanpementasanpemeriksaanlengkap
untukmengevaluasisejauh manapenyakit, karena tahapmemainkan peran
utamadalam menentukan pilihanpengobatan.21
NSCLCseringmembahayakan, memproduksitanpa gejalahingga penyakitjuga
sudah lanjut.
Pada diagnosis awal, 20% pasien telah terlokalisasi penyakit, 25% pasien
memiliki metastasis regional, dan 55% dari pasien memiliki penyebaran jauh dari
penyakit. Gejala tergantung pada lokasi kanker.

Tanda-tandadan gejalakanker paru-paruyang paling umummeliputi berikut ini:


 Batuk
 Sakit dada
 Sesak napas
 Batuk darah
 Mengi
 suara serak
 Infeksi berulang sepertibronchitis dan pneumonia
 Penurunan berat badan dankehilangan nafsu makanKelelahan

23
Gambar 23. Sebuahkavitasilobuskanan bawahkarsinoma sel skuamosa.

b. Penebalan pleura
Penebalan pleura mungkin fokal atau difus. Difus penebalan pleura didefinisikan
sebagai penebalan pleura (lebih dari 5 mm) dengan luas gabungan keterlibatan
lebih dari 25% dari dinding dada jika keterlibatan bilateral dan 50% jika
unilateral. apikal penebalan pleura adalah proses penuaan normal, tetapi jika
penebalan lebih dari 2 cm, membutuhkan lebih bekerja-up.Pada pencitraan,
penebalan pleura jinak muncul sebagai keterlibatan difus dari pleura.Penebalan
pleura lebih besar dari 5 cm lebar, 8 cm luasnya craniocaudal, dan 3 mm tebal
biasanya menunjukkan etiologi jinak. Penyebab difus penebalan pleura adalah
empiema, asbestosis, hemotoraks, fibrosis paru, iradiasi, operasi sebelumnya,
trauma, dan obat-obatan.Di negara berkembang, TBC merupakan penyebab
penting dari penebalan pleura.Keterlibatan pleura di TB adalah baik karena
pecahnya fokus subpleural caseous dalam paru-paru, penyebaran hematogen, atau
keterlibatan dari kelenjar getah bening yang berdekatan.Keterlibatan pleura TBC
mungkin dalam bentuk efusi pleura, penebalan pleura, empiema, bronkopleural
atau pleurocutaneous fistula, atau kalsifikasi.Pada pencitraan, kehilangan volume,
kalsifikasi, dan proliferasi lemak extrapleural sugestif menyebar penebalan pleura
jinak.Namun, nilai serapan standar (SUVmax) lebih besar dari 2 membutuhkan
evaluasi lebih lanjut dengan korelasi klinis atau biopsi gambar-dipandu. pleura
plak adalah deposito dari serat kolagen hyalinized di pleura parietal.Plak pleura
dapat kalsifikasi atau noncalcified.Pada pencitraan, plak pleura dilihat sebagai
focal penebalan pleura.

24
Gambar 24. Rontgen dada menunjukkan penebalan pleura apikal (panah) di wilayah
apikal kiri.

J. PENATALAKSANAAN

 Pembedahan
Suatu eksplorasi thoracotomy mungkin perlu untuk menentukan apakah pasien
pantas untuk pengangkatan . tergantung pada dokter bedah, antara 5% dan 20%
dari pasien di ajukan untuk eksplorasi thoracotomy yang mungkin tidak perlu
dilakukan pengangkatan. Pada usia lanjut tidak dimungkinkan untuk dilakukan
pembedahan,tetapi system sirkulasi yang rusak atau fisiologi dari pernapasan dapat
mengarah pada kontraindikasi untuk dilakukan pneumonectomy atau lobectomy.
Efusi pleura bukanlah suatu kontraindikasi yang mutlak untuk pembedahan.
Pneumoectomy atau lobectomy adalah salah satu pilhan dalam pengobatan dari
tumor primer yang jarang seperti fibrosarcoma. Mesothelioma pleura diobati
dengan berhasil oleh pengangkatan dengan pembedahan.21
 Radioterapi
Radioterapi juga suatu alternative yang cukup beralasan untuk pengangkatan
terhadap pasien yang tidak dapat di sembuhkan dengan pembedahan secara
medis.21
 Kemoterapi
Karsinoma sel kecil lebih responsive terhadap obat secara individual dibandingkan
sel jenis lainnya. Kombinasi yang luas baik dari pemberian obat secara individual
maupun dosis yang ditetapkan telah di evaluasi.21
Obat yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin
(adriamycin),vincristine, methotrexate, ccnu, procarbazine, dan
epipodophyllotoxin. Obat tunggal yangpaling efektif adalah cyclophosphamide dan
obat tersebut suatu bagian yang mendekatisetiap regimen.21

K. KOMPLIKASI
Ketika mesethelioma pleura menyebar di dada, kondisi ini akan menempatkan
tekanan pada struktur di sekitar area tersebut. Hal ini dapat menyebabkan :

25
 Kesulitan bernapas
 Nyeri dada
 Kesulitan menelan
 Pembengkakan leher dan wajah yang disebabkan oleh tekanan pada vena besar,
yaitu vena yang mengarah dari tubuh bagian atas ke jantung (sindrom vena cava
superior)
 Nyeri yang disebabkan oleh tekanan pada saraf dan sumsum tulang belakang.
 Akumulasi cairan di dalam dada (efusi pleura), yang dapat memampatkan paru-
paru dan membuat seseorang sulit bernapas.21

L. PROGNOSIS
Malignant mesothelioma dapat timbul baik pada pleura parietal maupun pleura
visceral. Hal ini diduga karena peningkatan insiden pada orang dengan paparan
asbestos yang berat.
Resiko waktu hidup dari perkembangan mesothelioma pada individu yang
terpapardengan berat adalah setinggi 7 sampai 10%,itu membutuhkan waktu yang
panjanag 25sampai 45 tahun untuk perkembangannya mesothelioma yang
berhubungan denganasbestos, dan kelihatannya tidak ada peningkatan resiko
mesothelioma pada pekerjaasbes yang merokok. Ini berlawanan dengan resiko
asbestos yang berhubungan dengankarsinoma bronkogenik,dimana sudah tinggi,dan
ditandai dengan besarnya resiko akibatdari merokok jadi bagi pekerja
asbestos(khususnya yang peroko)resiko meninggal akibatkarsinoma paru jauh
melebihi daripada akibat mesethelioma.21

M. KAJIAN ISLAM
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain dimuka bumi ini.

Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan

Sang Khalik-Nya dan alam surga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang

bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis. “Kesehatan merupakan salah satu

hak bagi tubuh manusia“, demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan

merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam

26
menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama

Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan

meninggalkan larangan-Nya:

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan

penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan

rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (Q.S:Yunus 57).26

Di ayat ini, Allah SWT mendorong manusia mendatangi kitab yang mulia ini dengan

memperingatkan tentang amal-amal yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah dan

hukuman-Nya, dan mengingatkan kamu agar menjauhi semua itu dengan menerangkan

pengaruh dan bahayanya. Seperti penyakit syahwat yang dapat menghalangi seseorang dari

tunduk kepada syara’, dan penyakit syubhat yang menodai ilmu yang yakin. Di dalam Al

Qur’an terdapat pelajaran, targhib (dorongan) dan tarhib (peringatan), janji dan ancaman, di

mana hal itu dapat menjadikan seorang hamba memiliki rasa harap dan cemas. Ia akan

berharap untuk memperoleh kebaikan yang dijanjikan dengan mengerjakan amalan yang

dapat mencapai ke arahnya serta ia akan merasa takut jika mengerjakan keburukan karena

ancaman yang diancamkan itu. Di dalam Al Qur’an juga terdapat bukti dan dalil yang

disebutkan Allah dengan cara yang paling baik dan diterangkan-Nya dengan penjelasan yang

paling baik, di mana semua itu dapat menyingkirkan syubhat dan menjadikan hati seseorang

mencapai ke derajat yakin yang sebelumnya ragu. Ketika hati sembuh dari penyakit-penyakit

itu, maka anggota badan yang lain pun menjadi baik.27

27
Jika dilihat dari defenisi sehat menurut WHO adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Dalam hal ini tujuan Islam megajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah

menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial sehingga umat

manusia mampu menjadi umat yang pilihan. Selain itu juga kosa kata “Sehat Wal Afiat“

dalam bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi dan bagian-bagiannya yang terbebas

dari virus penyakit. Sehat Wal Afiat ini dapat diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi

mental maupun kesehatan masyarakat.28

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR eds. Clinically Oriented Anatomy, 6th ed. Ch.
1, Thorax. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. p. 72–180.
2. Lee P, Colt HG eds. Flex-rigid Pleuroscopy Step-by-step. Steps to understanding
thoracic anatomy. Singapore: CMPMedica Asia Pte Ltd; 2005. p. 10–7.
3. Light RW ed. Pleural Diseases, 5th ed. Ch. 1, Anatomy of the pleura. Tennessee:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 2–7.
4. Miserocchi G. Mechanisms controlling the volume of pleural fl uid and
extravascular lung water. Eur Respir Rev. 2009;114(18):244–52.
5. De Troyer A, Leduc D. Role of pleural pressure in the coupling between the
intercostal muscles and the ribs. J Appl Physiol. 2007;102:2332–7.
6. Light RW ed. Pleural Diseases, 5th ed. Ch. 2, Physiology of the pleural space.
Tennessee: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 8–16.
7. Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Balai penerbit FKUI : Jakarta.
2010. p. 116-120.
8. Lee YCG, Light RW. Future directions. In: Light RW, Lee YCG, eds. Textbook of
PleuralDiseases. London, England: Hodder Arnold; 2003:536–541.
9. Wang NS. Anatomy and physiology of the pleural space. Clin Chest Med.
1985;6(1):3-16. [abstract].
10. Neas JF. Respiratory system – embryological development. In: Martini FH,
Tallitsch RB, Timmons MJ, eds. Human Anatomy, 6th ed. San Fransisco:
Benjamin-Cummings Pub. Co.; 2008. p.638–56.
11. Washko GR, O’Donnell CR, Loring SH. Volume-related and volume-independent
eff ects of posture on esophageal and transpulmonary pressures in healthy
subjects. J Appl Physiol.2006;100:753–8.
12. Lai-Fook SJ. Pleural mechanics and fl uid exchange. Physiol Rev. 2004:84;385–
410.
13. Pleural Tumors - Online Medical Encyclopedia - University of Rochester Medical
Center.htm.
14. Boylan A. Broaddus VC. Tumours of the pleura. In: Mason RJ, Murray JF, Nadel
JA, Broaddus VC, eds. Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine.
4th ed. 2005.

29
15. Sutton : textbook of radiology and medical imaging.churchill
livingstone,Edinburgh,London,Melbourne and newyork,1987.
16. Knipe H. Fibrous tumor pleura. Sumber:
http://learningradiology.com/archives2011/COW%20448.Fibrous%20Tumor%20
Pleura/lftpcorrect.htm. (diakses tanggal 8 November 2015)
17. Sureka B, Thukral BB et al. Metastatic Pleural tumours. Medical encylopedia.
Sumber: Metastatic pleural tumor MedlinePlus Medical Encyclopedia (diakses
tanggal 4 November 2015)
18. Knipe H, Gerstenmaier F et al. Lipoma Pleura. Radiopedia. Sumber: Lipoma
pleura _ Radiologi Referensi Artikel _ Radiopaedia.org.htm (diakses tanggal 4
November 2015)
19. Light RW (ed). Pleural Diseases, 5th ed. Ch. 5, Cytokines and the pleura.
Tennessee: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 45–54.
20. Light RW (ed). Pleural Diseases, 5th ed. Ch. 7, Clinical manifestations and useful
tests. Tennessee: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 73–109.
21. Yuranga Weerakkody. Mesothelioma. radiopedia. sumber:
http://radiopaedia.org/articles/mesothelioma (diakses tanggal 18 November 2015)
22. Winston W Tan. Mesothelioma. radiopedia. sumber:
radiopaedia.org/articles/mesothelioma (diakses tanggal 13 November 2015)
23. RadioGraphics Multimodality Imaging for Characterization, Classification, and
Staging of Malignant Pleural Mesothelioma.htm.
24. RadioGraphics Malignant Pleural, Mesothelioma:Evaluation with CT,
MR Imaging, and PET.htm
25. Allen TC. Recognition of histopathologic patterns of diffuse malignant
mesotheliomain differential diagnosis of pleural biopsies. Arch Pathol Lab Med.
2005;129:1415–1420.
26. Bakhruddin. Kesehatan Menurut Pandangan Islam. Palembang. 2009.

27. Tafsir Al-Qur’an Al Karim, sumber: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-

surat-yunus-ayat-45-60.html(diakses tanggal 8 November 2015)

28. Fajrin, dkk. Kesehatan Masyarakat Dalam Perspektif Islam. Universitas

Airlangga. Surabaya. 2012.

30

You might also like