Bab Ii Tinjauan Pustaka

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Garam Beryodium

Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam

yang telah difortifikasi (ditambah) dengan yodium. Di Indonesia, yodium

ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium

yodat (KIO3) berupa larutan pada lapisan tipis garam, sehingga diperoleh

campuran yang merata. Garam beryodium yang di anjurkan untuk di konsumsi

manusia adalah yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu

berdasarkan SNI No 01 3556.2.2000 tahun 1994 dalam SNI kadar yodium dalam

garam ditentukan sebesar 30 – 80 ppm dalam bentuk KIO3 hal ini dikaitkan

dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6 – 10 gram

(Palupi,2008).

2.2. Yodium

Yodium adalah mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air

yang merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk

membentuk hormon Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan

perkembangan fisik serta kecerdasan (Depkes RI, 2001).

Menurut Pudjiati (2003) yodium adalah merupakan salah satu mineral

yang esensial sehingga keadaan kekurangan akan mengganggu kesehatan dan

pertumbuhan. Keadaan kekurangan pada ibu yang sedang mengandung dapat

1
berakibat abortus, lahir mati, kelainanan bawaan pada bayi, meningkatnya angka

kematian perinatal, melahirkan bayi kretin, dan sebagainya. Kekurangan yodium

yang diderita oleh anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar gondok,

gangguan fungsi mental dan perkembangan fisik, sedangkan pada orang dewasa

berakibat pembesaran kelenjar gondok, hipotiroidi dan gangguan mental.

Kekurangan yodium tidak saja menyebabkan pembesaran kelenjar gondok

melainkan berbagai macam gangguan lain, maka penyakit tersebut dinamakan

GAKY.

Yodium sangat berpengaruh bagi kesehatan manusia, karena yodium

merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon

tirokin. Yodium dikonsentrasikan didalam kelenjar gondok (glandula thyroide)

untuk dipergunakan dalam sintesa hormon tiroksin. Hormon ini ditimbun dalam

folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin), dan disebut

trioglobulin, bila diperlukan triglobulin dipecah dan terlepas, hormon tiroksin

yang dikeluarkan dari folikel kelenjar masuk ke dalam aliran darah (Sediaoetama,

2006). Apabila jumlah yodium yang tersedia tidak mencukupi, produksi tiroksin

menurun, akibatnya sekresi triglobulin oleh sel tiroid meningkat yang

menyebabkan kelenjar membesar dan terjadi hiperplasia yang mengakibatkan

gondok (Cahyadi, 2004).

Menurut WHO (2001) kekurangan yodium terjadi pada saat konsumsi

yodium kurang dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid

tidak mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Jumlah hormon

tiroid yang rendah di dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak

dan beberapa efek yang bersifat merusak secara kumulatif. Keadaan ini sering

2
disebut dengan nama Iodium Deficiency Disorder (IDD), atau Gangguan Akibat

Kurang Yodium (GAKY). Menurut WHO (2001), dampak yang ditimbulkan

GAKY cukup luas, mulai janin sampai dewasa. Penyakit yang ditimbulkan akibat

GAKY menurut WHO dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (Sumber: World Health Organization, 2001)

Sedangkan kelebihan yodium dapat digolongkan menjadi empat yaitu:

1. kelebihan dalam jumlah sedang, akan mempercepat penyerapan yodium

oleh kelenjar tiroid.

2. kelebihan dalam jumlah cukup besar, akan menghambat pelepasan yodium

dari tiroksin pada kelenjar tiroid atau dari kelenjar tiroid dimana pelepasan

yodium dipercepat oleh TSH.

3
3. kelebihan dalam jumlah besar, akan menghambat pembentukan yodium

organik dan menyebabkan goiter.

4. kelebihan yang sangat besar akan menjenuhkan mekanisme transportasi

aktif ion yodium (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007)

2.3. Upaya Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium

Kementerian Kesehatan RI dalam hal ini Direktorat Bina Gizi Masyarakat

dengan melibatkan lintas sektor yang duduk dalam Tim GAKY Pusat (yang terdiri

dari BAPPENAS, Kemendagri, Kemenperind, Kemenperdag, Puslitbang Gizi dan

Makanan, TP-PKK Pusat, Badan POM dan Kemenkes) melakukan advokasi dan

koordinasi kebijakan konsumsi garam beryodium kepada Pemerintah Daerah dan

DPRD di 20 Kabupaten/Kota terpilih pada tahun 2008-2009. Luaran akhir yang

diharapkan adalah adanya komitmen Pemerintah Daerah dengan menerbitkan

peraturan-peraturan yang mendukung peningkatan konsumsi garam beryodium

dan melarang peredaran garam konsumsi yang tidak yodium.

Upaya penanggulangan GAKY di Indonesia berfokus pada peningkatan

konsumsi garam beryodium. Tujuan penanggulangan GAKY adalah pada

pencapaian dan pelestarian Universal Salt Iodization (USI) atau garam beryodium

untuk semua, dengan tujuan khusus yaitu peningkatan proporsi rumah tangga

yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (≥30 ppm) dengan target 90%

rumah tangga dan pelestarian konsumsi garam beriodium cukup pada semua

rumah tangga di seluruh kabupaten kota.

Penanggulangan GAKY jangka panjang meliputi kegiatan peningkatan

program yodisasi garam, yaitu penambahan yodium pada garam yang dikonsumsi,

4
sedangkan kegiatan penanggulangan GAKY jangka pendek yaitu dengan cara

pemberian kapsul yodium. Kegiatan suplementasi kapsul yodium diberikan hanya

kepada penduduk yang tinggal di daerah endemik sedang dan berat ( Depkes,

2004).

Cara penanggulangan GAKY yang paling murah dan mudah adalah

dengan mengkonsumsi garam beryodium, yang dianjurkan sebanyak 6 – 10 gr.

Per orang per hari untuk memenuhi kecukupan (Depkes, 2004).

2.4. Uji Kandungan Garam Beryodium

Uji kandungan terhadap garam beryodium, dapat diketahui melalui dua cara,

yang biasa disebut dengan uji yodina test dan uji titrasi.

a) Uji Yodina Test

Uji yodina test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan

yodium dalam suatu garam. Pelaksanaan uji yodina test ini masih tergolong

mudah dan praktis dari pada uji titrasi.

B. Uji Titrasi

Uji titrasi pelaksanaannya lebih rumit dari pada uji Yodina test, akan tetapi

uji titrasi ini memiliki keunggulan, yaitu dapat mengetahui berapa kadar yodium

dalam garam lebih rinci ( Depkes, 2001 ).

You might also like