Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

MAKALAH

KERACUNAN MAKANAN AKIBAT BAHAN KIMIA ( BORAKS )


MATAKULIAH KEAMANAN PANGAN HASIL TERNAK

OLEH

KARDILA
C1071141005

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh
terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi,
pada dasarnya pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
sepenuhnya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia (Depkes RI, 2004).

Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah


bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan (Depkes RI, 2012). Dalam Kehidupan sehari-hari, BTP telah
digunakan oleh produsen pangan sebagai bahan pembantu pengolahan pangan.
Namun, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sampai hari ini masih
dijumpai produsen pangan yang menggunakan bahan kimia yang dilarang.
Praktik yang salah semacam ini dilakukan oleh produsen atau pengelola
pangan yang tidak bertanggung jawab atau dapat juga disebabkan karena
ketidaktahuan produsen pangan baik mengenai sifat-sifat dan keamanan bahan
kimia tersebut (Rahayu, WP. et all. 2011).

Bakso merupakan salah satu jenis makanan yang banyak


dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, khususnya bakso sapi. Bahan baku
bakso adalah daging, sehingga karakteristik dari bakso itu sendiri menjadi
mudah rusak, oleh karena itu diperlukan bahan pengawet untuk meningkatkan
masa simpannya. Selain itu, cara pengolahan dan penyimpanan bakso sangat
menentukan kualitasnya, sehingga sangat perlu bagi praktikan untuk
mengetahui prosedur pengolahan bakso yang baik dan benar,
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang pelarangan
penggunaan bahan berbahaya untuk pangan seperti penggunaan boraks
sebagai Bahan Tambahan Pangan. Namun, sampai saat ini masih banyak
ditemukan penyalahgunaan penggunaan boraks sebagai bahan untuk membuat
pangan lebih kompak (kenyal) teksturnya dan sebagai pengawet (Rahayu, WP.
et all. 2011).Boraks banyak digunakan dalam pembuatan berbagai makanan
seperti bakso, mie basah, pisang molen, lemper, lontong, ketupat, pangsit dan
siomay (Sugiyatmi, Sri, 2006).

B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah;
a. Mengetahui bahaya dari penggunaan boraks pada makanan
b. Ciri ciri makanan yang mengandung boraks
BAB II

ISI PEMBAHASAN

Daging menurut SNI-01-3947-1995 adalah urat daging yang melekat pada


kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal
dari hewan sehat pada saat dipotong (Dewan Standarisasi Nasional, 1995). Daging
didefinisikan sebagai daging mentah atau flesh dari hewan yang digunakan
sebagai makanan. Buckle et al. (1987) menyatakan bahwa daging merupakan
bagan pangan yang mudah rusak oleh mikroorganisme karena ketersediaan gizi di
dalamnya yang sangat mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme, terutama
mikroba perusak. Menurut Elveira (1988), daging sapi yang biasa digunakan
untuk membuat bakso adalah daging penutup (top side), gandik (silver side), dan
lemusir (cube roll). Penggunaan daging gandik menyebabkan bakso mempunyai
kadar protein, daya iris (shear WB), kecerahan dan kemerahan tertinggi, serta
kadar lemak terendah (Indarmono, 1987).

Zat pengawet adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan guna


mencegah atau menghambat tumbuhnya jamur, bakteri, atau jasad renik (Fachrudin,
1995). Bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman, atau penguraian terhadap makanan
yang disebabkan oleh bakteri (Depkes RI, 1997).Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang
digunakan untuk mengawetkan, menghambat fermentasi dan penguraian yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan pengawet ini dapat memperpanjang daya
simpan makanan. Dari segi kegunaan bahan pengawet ada yang boleh digunakan
dalam makanan dan ada juga yang tidak boleh digunakan dalam makanan. Salah
satu bahan pengawet yang dilarang digunakan dalam makanan adalah boraks
sebab boraks merupakan bahan pengawet yang digunakan untuk mengawetkan
kayu. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang menambahkan boraks dalam
produk-produk makanan dengan maksud mengenyalkan atau mengompakan dan
sekaligus mengawetkan.

Boraks adalah senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan


nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7. 10H2O), dapat dijumpai dalam
bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan
asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat merupakan bahan untuk
membuat deterjen, mengurangi kesadahan air, dan bersifat antiseptik.
Boraks terkandung juga dalam bleng. Bleng ada yang terdapat dalam
bentuk padatan yang biasa disebut cetitet yang terdiri dari campuran garam
dapur, soda, boraks, dan zat warna. Bleng ada juga yang terdapat dalam
bentuk cair (Rahayu, WP. et all. 2011).
Boraks yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat
terakumulasi dalam tubuh. Ketika asam borat masuk kedalam tubuh, dapat
menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit, kerusakan
ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian. Organ target
kedua setelah otak, yang ditemukan menyimpan boraks dalam jumlah
tinggi adalah hati. Tiga sampai enam gram (3–6 g) boraks bila tertelan
oleh anak-anak dapat menyebabkan shock dan kematian (Rahayu, WP. et
all. 2011).
Penggunaan boraks (dipasaran dikenal sebagai “bleng”) sebagai
bahan tambahan dalam pangan tidak diperbolehkan karena sangat
berbahaya, kerena dapat berdampak buruk pada susunan syaraf pusat,
ginjal, dan hati jika tertelan. Dosis fatal untuk dewasa dan anak-anak
berturut-turut berkisar 15-20 g dan 3-6 g (Rahayu, WP. et all. 2011).
Pangan yang mengandung boraks biasanya lebih mengkilat dan
tidak lengket. Sedangkan untuk bakso, atau lontong teksturnya sangat
kenyal. Empek-empek atau bakso yang berwarna putih bersih dan sangat
kenyal, kemungkinan dibuat dengan penambahan boraks (Rahayu, WP. et
all. 2011).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman, atau penguraian terhadap makanan
yang disebabkan oleh bakteri, namun untuk meningkatkan kualitas dari suatu
produk tidak boleh mengguakan bahan yang berbahaya atau dilarang oleh
pemerintah, karena akan berakibat fatal bagi kesehatan manusia.

B. Saran

Untuk meningakatkan kualitas bahan pakan seperti daging sebaiknya


menggunakan bumbu bumbu dapur yang mengandung minyak atsiri yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti lengkuas , bawang putih dll.
DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wootton. 1987.

Ilmu Pangan Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Universitas


Indonesia Press, Jakarta.

Depkes RI. 1997. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pada jurnal “Siga,


Stefania A, 2007. Identifikasi Boraks Dalam Bakso Yang Dijual di
Warung “X” Ciliwung Malang. Akademi Analis Farmasi Dan
Makanan“Putera Indonesia”. Malang. [pdf]”
Depkes RI. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
28Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Depkes
RI, Jakarta.
Depkes RI. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 033Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan.
Depkes RI, Jakarta.

Dewan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3818, Bakso Daging.

DewanStandardisasi Nasional, Jakarta.

Fachrudin, 1. 1995. Memilih dan Memanfaatkan Bahan

Tambahan Makanan. Bogor: Trubus Agriwidaya. Pada jurnal


“Siga, Stefania A, 2007. Identifikasi Boraks Dalam Bakso Yang
Dijual di Warung “X” Ciliwung Malang. Akademi Analis Farmasi
Dan Makanan“Putera Indonesia”. Malang. [pdf]”

Indarmono, T. P. 1987. Pengaruh lama pelayuan dan jenis daging karkas


serta jumlah es yang ditambahkan ke dalam adonan fisikokimia
bakso sapi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Rahayu, WP, Wulandari N, Nurfaidah D, Koswara S, Subarna,
Kusumaningrum HD. 2011. Keamanan Pangan Peduli Kita
Bersama. Bogor: IPB Press. pada jurnal ”Rahmadani, 2013.
Identifikasi Boraks Pada Siomay di Kecamatan Jekan Raya Kota
Palangka Raya. Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Palangka
Raya.”
Sugiyatmi, Sri, 2006. Analisis Faktor-Faktor Resiko Pencemaran Bahan
Toksik Boraks dan Pewarna pada Makanan Jajanan Tradisional
yang Dijual di Pasar-Pasar Kota Semarang Tahun 2006. Program
Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.

You might also like