Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“pentingnya relaksasi otot mencegah nyeri sendi “

Dosen pembimbing :Ns.Nurlinawati ,S.Kep.,M.Kep

Kelompok 2 :

1. Nadya resyanti G1B115006


2. Intan iwanda sari G1B115007
3. Ria novita sari G1B115011
4. Ardian firmansyah G1B115012
5. Nur afriza G1B115013
6. Sindy ulfa nilasari G1B115014
7. Winarni G1B115015
8. Intan yullya kardila G1B115026
9. Yuza olsi rahmi G1B115027
10. Shinta rahmadhani fitri G1B11502
11. Eka apriliani G1B115035

UNIVERSITAS JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah dapat menyelesaikan sap tentang “
relaksasi otot mencegah nyeri sendi ” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai relaksasi otot mencegah nyeri sendi dan penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Jambi ,07 maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... iii
1.1 Latar belakang ........................................................................................................... iii
BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) .............................................................. 1
2.1 Tujuan Penyuluhan ........................................................................................................... 1
1. Tujuan Umum .............................................................................................................. 1
2. Tujuan Khusus ............................................................................................................. 1
2.2 Materi (terlampir) ............................................................................................................. 1
2.2 Kegiatan Penyuluhan........................................................................................................ 1
2.3 Metode............................................................................................................................. 2
2.4 Alat/Media........................................................................................................................ 2
2.5 Evaluasi ............................................................................................................................ 2
BAB III TINJAUAN TEORI .................................................................................................... 3
3.1 Nyeri sendi .................................................................................................................. 3
3.1.1 definisi.................................................................................................................. 3
3.1.2 Etiologi ................................................................................................................. 3
3.1.3 jenis-jenis nyeri sendi .......................................................................................... 4
3.1.4 patofisiologi ......................................................................................................... 5
3.1.5 Manifestasi klinis ................................................................................................. 7
3.1.6 Penatalaksanaan ................................................................................................... 7
3.2 Relaksasi...................................................................................................................... 9
3.2.1 Definisi ................................................................................................................. 9
3.2.2 Tujuan .................................................................................................................. 9
3.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam terhadap
penurunan nyeri ................................................................................................. 10
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 13
1.1. kesimpulan ................................................................................................................ 13
1.2. Saran .......................................................................................................................... 13
Daftar pustaka .......................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sesungguhnya
maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti mengalami dan
merasakan nyeri selama perjalanan hidupnya. Perasaan nyeri kualitas dan
kuantitasnya berbeda dari satu orang ke orang lain, tergantung dari tempat
nyeri, waktu, penyebab dan lain – lain.Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut padasemua organ dan jaringan tubuh. Seiring
dengan proses menua dan bertambahnya usia maka akan timbul berbagai
masalah terutama masalah ketidak puasan fisik yang mengakibatkan gangguan
pada fungsi muskuluskeletal. ( Nasution, 2006). Masalah fisik yang di alami akibat
proses degeneratif terutama menyerang pada persendian di akibatkan adanya
permukaan sendi dan tulang. Lanjut usia akan sering terjadi peradangan pada tulang
sendi yang merupakan respon tubuh yang normal terhadap cidera dan berperan
penting dalam penyembuhan atau mengurangi infeksi. Nyeri sendi juga diiringi
adanya nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan. (Manjoer dkk, 2001).Penderita nyeri sendi di seluruh dunia telah
mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia menderita nyeri sendi.
Di perkirakan angkaterus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih
dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia
(WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit nyeri sendi.
Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia
55 tahun (Wiyono,2010)Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al
2008, prevalensi nyeri sendi di indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini
menunjukkan bahwa rasa nyeri sendi sudah cukup mengganggu aktivitas
masyarakat indonesia..

iii
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : relaksasi otot mencegah myeri sendi


Sasaran : pekerja (safety care )
Waktu : 1 x 60 menit
Tempat : fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
Hari /Tanggal : jum’at / 09 maret 2018

2.1 Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penjelasan tentang pentingnya relaksasi otot


mencegah nyeri sendi peserta dapat mengetahui cara mencegah nyeri sendi
sehingga berguna pada saat berkerja sehari-hari

2. Tujuan Khusus

Setelah mendapatkan penjelasan tentang perkembangan psikologis


remaja, peserta diharapkan dapat :

2.2 Materi (terlampir)

2.2 Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan
No Tahapan Waktu
Penyuluhan Peserta
1 Pembukaan 1. Memberikan salam Menanggapi 10
2. Perkenalkan diri menit
3. kontrak waktu

1
2 Pemberian 1. Memberikan penyuluhan Mendengarkan 30
materi Perubahan pikososial pada dan menanggapi menit
remaja
-2. Memberi kesempatan
bertanya

-3. Menjawab pertanyaan

3 Evaluasi 1. Menggali pengetahuan Dapat memberi 10


sasaran dengan memberi jawaban menit
pertanyaan

4 Penutup 1. Memberi salam Penutup 10


- menit

2.3 Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

2.4 Alat/Media
1. Alat :sound system,infocus dan laptop
2. Media : ppt , leafleat poster,dan spanduk

2.5 Evaluasi
1. Apa Definisi remaja dan psikososial pada remaja ?
2. Apa Ciri ciri remaja ?
3. Bagaimana Tahap perkembangan remaja dan tahap perkembahangan psikososial
remaja ?
4. Apa saja Aspek perkembangan remaja ?
5. Apa saja Perubahan fisik dan psikososial remaja ?
6. Apa saja Tugas-tugas perkembangan remaja ?
7. Apa saja Permasalahan remaja ?
8. Bagaimana Cara mengatasi masalah perkembangan remaja ?

2
BAB III
TINJAUAN TEORI

3.1 Nyeri sendi


3.1.1 definisi

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang
individu (Potter, P. 2005)
Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan pembengkakan
sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan
ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang terserang (Handono,
2013).
Nyeri musculoskeletal yaitu nyeri yang berasal dari sistem musculoskeletal, yang
terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan
bursa. Sejumlah penelitian menunjukkan penyebab nyeri yang sering terjadi pada
lansia, mulai
dari yang paling sering terjadi, yaitu fibromyalgia, gout, neuropati (diabetik,
postherpetik), osteoartritis, osteoporosis dan fraktur, serta polimialgia rematik
(Rachmawati, 2006).

3.1.2 Etiologi

Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui secara pasti.
Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor
sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti
bakteri, mikroplasma dan virus. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai
penyebab nyeri sendi yaitu:
a. Mekanisme imunitas.
Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam serumnya yang di kenal
sebagai faktor rematoid anti bodynya adalah suatu faktor antigama globulin (IgM)

3
yang bereaksi terhadap perubahan IgG titer yang lebih besar 1:100 Biasanaya di
kaitkan dengan vaskulitis dan prognosis yang buruk.
b. Faktor metabolik.
Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses autoimun.
c. Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan.
Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik. Juga dengan
masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan penataan yang buruk dan lembab
juga memicu penyebab nyeri sendi.
d. Faktor usia. Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan terhadap
penyakit baik yang bersifat akut maupun kronik. (Smeltzer, 2002)

3.1.3 jenis-jenis nyeri sendi

Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular. Rematik
artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang berlokasi
pada persendian diantarannya meliputi arthritis rheumatoid, osteoarthritis dan gout
arthritis. Rematik non artikular atau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang
disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya bursitis, fibrositis dan sciatica.
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu :
a. Osteoartritis.
Osteoartritis adalah gangguan yang berkembang secara lamabat, tidak simetris dan
noninflamasi yang terjadi pada sendi yang dapat digerakkan khususnya pada sendi
yang menahan berat tubuh. Osteoartritis ditandai oleh degenerasi kartilago sendi
dan oleh pembentukan pembentukan tulang baru pada bagian pinggir sendi.
(Stockslager, 2007)
b. Artritis rematoid.
Arthritis reumatoid adalah kumpulan gejala (syndrom) yang berjalan secara kronik
dengan ciri: radang non spesifik sendiperifer. Penyebab dari Reumatik hingga saat
ini masih belum terungkap. (Yuli,R. 2014)
c. Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan
yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.
Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas

4
d. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada
pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.

3.1.4 patofisiologi

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologi berikut:
a. Resepsi
Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik,
kimiawi atau stimulus listrik, menyebabkan pelepasan substansi yang
menghasilkan nyeri. Pemaparan terhadap panas atau dingin tekanan friksi dan zat-
zat kimia menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamin,bradikinin dan
kalium yang brgabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor. Impuls saraf yang
dihasilkan stimulus nyeri, menyebar disepanjang serabut saraf perifer aferen. Dua
tipe saraf perifer mengonduksi stimulus nyeri.
b. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medula spinalis ke talamus dan otak tengah. Dari talamus,
serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak., termasuk korteks
sensori dan korteks asosiasi. Pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka
akan terjadi reaksi yang kompleks. Faktor-faktor psikologisdan kognitif
berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri.
c. Reaksi
1. Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang otak dan
talamus sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stres. Neri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial
menimbulkan reaksi “flight atau fight) yang merupakan sindrom adaptasi
umum.
2. Respon perilaku

5
Pada saat nyeri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus, yang apabila
tidak diobati atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya, dapat
mengubah kualitas kehidupan individu secara bermakna. Antisipasi terhadap
nyeri memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkannya. Dengan intruksi dan dukungan yang adekuat, klien belajar
untuk memahami nyeri dan mengontrol ansietas sebelum nyeri terjadi. Perawat
berperan penting dalam membantu klien selama fase antisipatori. Penjelasan
yang benar membantu klien memahami dan mengontrol ansietas yang mereka
alamiNyeri mengancam kesejahteraan fisik dan fisiologis. Klien mungkin
memilih untuk tidak mengekspresika nyeri apabila mereka yakin bahwa
ekspresi tersebut akan membuat orang lain merasa tidak nyaman atau hal itu
akan merupakan tanda bahwa mereka kehilangan kontrol diri. Klien yang
memiliki toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus
ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet
untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
mensekresikan cairan kedalamruang antara-tulang. Cairan sinovial ini
berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang
memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi dan
degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri sendi. Meskipun memiliki
keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga
kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi
inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus.
Inflamasi akan terlihat pada persendian yang mengalami pembengkakan.
Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon
imun. Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degeneratif dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder, pembengkakan ini biasanya lebih ringan serta
menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk
terlihat pada penyakit yang lanjut. Pembengkakan dapat berhubungan dengan
pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari karilago artikuler yang
mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat.

6
Nyeri yang dirasakan bersifat persisten yaitu rasa nyeri yang hilang timbul.
Rasa nyeri akan menambahkan keluhan mudah lelah karena memerlukan
energi fisik dan emosional yang ekstra untuk mengatasi nyeri tersebut.
(Smeltzer, 2002).

3.1.5 Manifestasi klinis

Rasa nyeri merupakan gejala penyakit reumatik yang paling sering


menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis. Gejala yang sering lainnya
mencakup pembengkakan sendi, gerakan yang terbatas, kekakuan, kelemahan dan
perasaan mudah lelah.
Ketebatasan fungsi sendi dapat terjadi, sekalipun dalam stadium penyakit yang
dinisebelum terjadi perubahan tulang dan dan ketika terdapat reaksi inflamasiyang
akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak serta
nyeri tidak mudah digerakkan, dan pasien cenderung menjaga atau melindungi sendi
tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi yang lama dapat menimbulkan kontraktur
sehingga terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh
ketidaksejajaran sendi yang terjadi akibat pembengkakan, destruksi sendi yang
progresif atau subluksasio yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya
dan menghilangkan rongga sendi. (Smeltzer, 2002)

3.1.6 Penatalaksanaan

Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit saat diagnosis dibuat dan
termasuk kedalam kelompok yang mana sesuai dengan kondisi tersebut.

a. Pendidikan pada pasien mengenal penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan


dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk
tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.

b. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) diberikn sejak dini untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.

c. DMARD (Desease Modifying Antirheumatoid Drugs) digunakan untuk


melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat athritis

7
reumatoid. Keputusan penggunaannya tergantung pertimbangan risiko manfaat
oleh dokter.

d. Rehabilitasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas harapan hidup pasien.


Caranya antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan,
pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada
sendi berkurang atau minimal.
e. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat
alasan yang cukup kuat. Dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis
pengobatan ini pada pasien arthritis reumatoid umumnya bersifat orthopedic,
misalnya sinovectomi, artrodesis, memperbaiki deviasi ulnar.
Untuk menilai kemajuan pengobata dipakai parameter:

1. Lamanya morning stiffness

2. Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakkan atau berjalan

3. Kekuatan menggenggam

4. Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter

5. Peningkatan LED

6. Jumlah obat-obatan yang digunakan


(Yuli, R. 2014)

f. Non-Farmakologis
a. Bimbingan antisipasi
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri,
menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk menghilangkan
nyeri yang lain. Cemas yang sedang akan bermanfaat jika klien
mengantisipasi pengalaman nyeri.
b. Distraksi
Sistem aktivasi retikular menghambat stimulus yang menyakitkan jika
seseorang menerima masukan sensori yang menyenangkan menyebabkan

8
pelepasan endorfin. Individu yang merasa bosan atau diisolasi hanya
memikirkan nyeri yang dirasakan sehingga ia mempersepsikan nyeri
tersebut dengan lebih akut. Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal
yang laindan degan demikian menurunkan kewaspadaan trerhadap nyeri
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
c. Hipnosis diri
Hipnosis dapat membantu menurunkan persepsi nyeri melalui
pengaruh sugesti positif untuk pendekatan kesehatan holistik, hipnosis diri
menggunakan sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang nyaman dan
damai.
d. Relakasasi dan teknik imajinasi
Klien dapat merubah persepsi kognitif dan motivasi-afektif.
Latihan relaksasi progresif meliputi latihan kombinasi pernapasan yang
terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Klien
mulailatihan berbafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh. Saat klien melakukan pola pernapasan yang teratur,
perawat mengarahkan klien untuk melokalisasi setiap daerah yang
mengalami ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya, menenangkan
otot sepenuhnya dan kemudian merelaksasikan otot-otot tersebut.

3.2 Relaksasi
3.2.1 Definisi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

3.2.2 Tujuan

9
Menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional
yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. (Smeltzer & Bare,
2002)

3.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam terhadap


penurunan nyeri

Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri


melalui mekanisme yaitu :

a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan


oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan
akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic.

b. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk


melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin

c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat Relaksasi melibatkan sistem otot dan
respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja
atau sewaktu-waktu. (Smeltzer & Bare, 2002) yang mendasari penurunan nyeri
oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan
bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan
internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,
prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf simpatis sehingga
menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang
menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh
darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot
yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak dan
dipersepsikan sebagai nyeri.

d. Prosedur teknik relaksasi napas dalam (Potter, P: 2005): Bentuk pernapasan yang
digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang mengacu pada
pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran

10
abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi.
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut:

1. Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi

2. Letakkan kaki datar pada lantai

3. Letakkan kaki terpisah satu sama lain

4. Letakkan tangan pada sisi atau letakkan pada lengan kursi

5. Pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang

6. Ciptakan lingkungan yang tenang

7. Usahakan tetap rileks dan tenang

8. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3

9. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas


atas dan bawah rileks

10. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

11. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan

12. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

13. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam

14. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

15. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

11
12
BAB IV
PENUTUP

1.1. kesimpulan
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang
individu (Potter, P. 2005) .
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

1.2. Saran
banyak masalah yang dapat menyebabkan nyeri sendi terutama pada pekerja
berat jadi diperlukannya relaksasi meregangkan otot untuk meringankan rasa nyeri
yang dirasakan

13
Daftar pustaka

1. Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi, Cetakan
Pertama, Penerbit EGC; Jakarta.1997. 1058-1064.
2. Sabiston. DC; alih bahasa: Andrianto.P; Editor Ronardy DH. Buku Ajar Bedah
Bagian 2. Penerbit EGC; Jakarta.
3. Schwartz.SI; Shires.GT; Spencer.FC; alih bahasa: Laniyati; Kartini.A; Wijaya.C;
Komala.S; Ronardy.DH; Editor Chandranata.L; Kumala.P. Intisari Prinsip Prinsip
Ilmu Bedah. Penerbit EGC; Jakarta.2000.
4. Reksoprojo.S: Editor; Pusponegoro.AD; Kartono.D; Hutagalung.EU; Sumardi.R;
Luthfia.C; Ramli.M; Rachmat. KB; Dachlan.M. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Penerbit Bagian Ilmu Bedah FKUI/RSCM; Jakarta.1995.

14

You might also like