Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR II

DISUSUN OLEH :
MUHAMAD ARMAN SALAM
( 201763011)

PROGRAM STUDI SI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PETAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVESITAS PAPUA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada


Mata Kuliah Fisika Dasar II
Program Studi SI Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Universitas Papua
Tahun Akademik 2017/2018

Disetujui dan disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Diperiksa
Asisten Dosen

Jusanli Leatemia

Mengetahui
Tim Dosen

Yohanes T. Sagisollo, ST, MT Andi Milwadi , ST


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Fisika
Dasar II dengan baik. Dalam penyusunan lapoan ini, penulis mendapat banyak
dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Bapak Yohanes T. Sagisollo, S.T ., M.T selaku Dosen pembimbing pada


mata kuliah Fisika Dasar II.
2. Bapak Andi Milwadi, S.T selaku Dosen pembimbing II pada mata kuliah
Fisika Dasar II.
3. Asisten-asisten Dosen yang telah membimbing dan mendampingi penulis
selama proses penulisan lapoan.
4. Orang tua dan keluaga yang telah sepenuhnya mendukung penulis selama
poses penulisan laporan.
5. Teman-teman dari jurusan teknik pertambangan yang telah memberi
dukungan dan semangat kepada penulis.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang
bersifat membangun, penulis harapkan.

Sorong, 07 mei 2018

Muhamad Arman Salam


DAFTAR ISI
BAB I
EKSPERIMEN MENGGUNAKAN MULTIMETER

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari dilaksanakan paktikum ini adalah mengenal prinsip kerja
multimeter dan latihan menggunakan multimeter dengan benar.
1.2 Alat Yang Digunakan
1. Multimeter
2. Sumber tegangan DC dan AC
3. Beberapa resistor
4. Kabel – kabel penghubung

1.3 Landasan Teori


1. Multimeter
Multimeter elektronik kadang-kadang disebut juga AVO-meter, Pada
dasarnya alat ini merupakan gabungan dari alat ukur searah, tegangan searah,
resistansi, tegangan bolak-balik. Untuk mengetahui fungsi dan sifat multimeter
yang dipergunakan pelajarilah baik-baik spesifikasi dan penggunaan alat tersebut.
Spesifikasi yang harus diperhatikan terutama adalah batas ukur dan skala
pada setiap besaran yang diukur arus, tegangan searah atau tegangan bolak-balik
dan resistansi. Serta harus bisa mengira satuannya, bilamana tidak diketahui maka
bisa menggunkan skala yang lebih besar. Dalam pengukuran sensitivitas yang
dinyatakan dalam ohm-per-volt pada pengukuran tegangan searah dan bolak-balik
dan ketelitian yang dinyatakan dalam %. Serta hanya mampu mengukur daerah
frekuensi yang mampu diukur pada pengukuran tegangan bolak-balik (misalnya
antara 20 Hz sampai dengan 30 KHz). Tidah kalh penting adalah batere yang
diperlukan untuk mensuplay alat ukur. Sebelum menggunakan alat tersebut, perlu
dipelajari cara membaca skala serta melakukan “zero adjustment” (membuat
jarum pada kedudukan nol). Mampu memilih batas ukur dan tahu memilih
terminal, yaitu mempergunakan polaritas (tanda + dan -) pada pengukuran
tegangan dan arus searah.
2. Alat Ukur Arus Searah
Ammeter arus searah (DC ammeter) dipergunakan untuk mengukur arus
searah. Alat ukur ini dapat berupa amperemeter, milliamperemeter dan
galvanometer. Dalam mempergunakan ammeter arus searah perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu Ammeter tidak boleh dipasang sejajar (paralel) dengan sumber
daya serta ammeter harus dipasang seri dengan rangkaian yang diukur arusnya
dan melihat polaritasnya. Bila kita mempunyai milliamperemeter arus searah,
hendak digunakan sebagai ammeter dengan beberapa macam batas ukur, dapat
dilakukan sebagai berikut:

Gambar 1 Rangkaian Dasar Ammeter Searah


Dimisalkan M milliamperemeter dengan batas ukur 1 mA dan resistansi
dianggap RM pasang resistor RP paralel dengan meter M. Dari rangkaian,dapat
dilakukan perhitungan berikut:

Arus yang diukur adalah:

Misalkan IM adalah batas ukur meter M = 1 mA dan dipilih

maka arus yang diukur adalah


Jadi, dengan memilih harga RP tertentu maka akan mendapatkan pengaturan
besaran arus IX yang diukur. Resistor RP disebut resistor paralel atau "shunt“ dari
rangkaian ammeter.

3. Alat Ukur Tegangan Searah


Suatu alat ukur tegangan searah umumnya terdiri dari: meter dasar
(Amperemeter) dan rangkaian tambahan untuk memperoleh hubungan antara
tegangan searah yang diukur dengan arus searah yang mengalir melalui meter
dasar. Meter dasar merupakan suatu alat yang bekerja (merupakan stator), dan
suatu kumparan yang akan dilalui arus yang bebas bergerak dalam medan magnet
tetap tersebut. Rangkaian dasar voltmeter dapat digambarkan seperti pada Gambar
2.

Gambar 2 Rangkaian Dasar Voltmeter Searah


Dari gambar 2 dapat diperoleh suatu persamaan
VX = IM RS + IM RM Ket: VX = tegangan yang diukur
RS = resistor seri
RM = resistansi dalam meter
M = meter dasar (berupa mA meter)
Bila IM adalah batas ukur meter M atau skala penuh maka RS harus dipilih
sehingga VX merupakan batas ukur dari seluruh rangkaian sebagai voltmeter.
4. Alat Ukur Tegangan Bolak-Balik
Pada dasarnya voltmeter bolak-balik terdiri dari: rangkaian penyearah,
meter dasar (misalnya mA-meter searah) dan resistor seri (lihat Gambar 3).

Gambar 3 Rangkaian Dasar Voltmeter Bolak-Balik


Untuk gambar 3a Arus Searah memperolah persamaan sebagi berikut:

Atau Vx (harga efektif = 1,11 IM (RS + RM)


Sedangkan untuk gambar 3b Arus Searah dengan persamaan sebagai berikut:

Atau Vx (harga efektif = 2,22 IM (RS + RM)


Jadi untuk skala multimeter ssebagai voltmeter bolak-balik umumnya
dikalibrasi, untuk bentuk gelombang sinusoida murni. Dengan demikian
diharapkan meter akan menunjukan harga yang salah dipengukuran tegangan
bolak-balik bukan sinus murni.

5. Alat Ukur Resistansi


Umum suatu rangkaian ohmmeter terdiri dari meter dasar berupa
miliammeter atau mikroammeter arus searah, beberapa buah resistor dan
potensiometer serta suatu sumber tegangan searah atau baterai. Ada dua macam
jenis ohmmeter, yaitu ohmmeter seri dan ohmmeter paralel.
Gambar 4 Rangkaian Dasar Ohmmeter seri
V merupakan sumber tegangan searah atau baterai dan RM adalah resistansi
dalam meter dasar M. a) Mula-mula diambil RX = nol atau A-B dihubungkan
sehingga diperoleh arus melalui meter M adalah:

atau

Pada keadaan tersebut R2 diatur

agar meter M menunjukan harga maksimum. Imaks = arus skala penuh (full-
scale). b) Bila diambil RX = tak terhingga atau A-B dalam keadaan terbuka, maka
diperoleh I M = 0 c) Sekarang dimisalkan suatu resistor RX dipasang pada A-B,
maka arus melalui M adalah
Sehingga
Dalam persamaan tersebut IM = arus yang mengalir melalui meter M dan RX =
resistansi yang diukur.

Gambar 5 Rangkaian Dasar Ohmmeter Paralel


V = Sumber Tegangan Searah/Baterai
RM = Resistansi Dalam Meter M
Dalam keadaan tidak dipergunakan, saklar S harus dibuka agar baterai V
tidak lekas menjadi lemah. Bila ohmmeter dipergunakan, maka saklar S akan
ditutup. Mula-mula diambil RX = tak terhingga atau A-B dalam keadaan terbuka,
sehingga diperoleh arus melalui M + IM. Pada keadaan ini pontensiometer R2
diatur agar arus melalui M mencapai harga maksimum (skala penuh), sehingga

Kedudukan R2 jangan diubah lagi sehingga selalu terpenuhi persamaan diatas


dengan demikian akan diperoleh bahwa skala dengan RX = tak terhingga terletak
di sebelah kanan.
Untuk RX = nol atau A-B dihubungsingkatkan maka tidak ada arus melalui M atau
IM = 0
Jadi, pada ohmmeter skala nol ohm akan terletak di sebelah kiri

6. Rangkaian Multimeter
Gambar di bawah ini merupakan beberapa rangkaian multimeter yang
digambarkan secara terpisah, sebagai ammeter searah (Gambar 6), sebagai
voltmeter searah (Gambar 7), sebagai voltmeter bolak-balik (Gambar 8), dan
sebagai ohmmeter.
Gambar 6 Rangkaian Ammeter Searah

Gambar 7 Rangkaian Voltmeter Searah

Gambar 8 Rangkaian Voltmeter Bolak-Balik


1.4 Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada percobaan pertama.
1. Praktikan diberikan alat multimeter digital oleh asisten
2. Kemudian dosen pengampu mata kuliah Fisika Dasar II menjelaskan
secara lisan bagian – bagian alat dan kegunaanya kepada praktikan yang
dibantu oleh asisten.
3. Setelah dosen pengampu menjelaskan praktikan memulai untuk
mempraktikan cara menggunakan multimeter.
4. Praktikan diminta untuk menuliskan hasil darri percobaan tersebut.
5. Praktikan dapat mengambil gambar pada kamera untuk mendukung
terlengkapnya data – data untuk dimasukkan pada laporan.
1.5 Hasil Dan Pembahasan
1.5.1 Hasil
Hasil dari percobaan pertama ini adalah baterai 1,5 V yang digunakan arus
listrik yang diahsilkan masih baik.
1.5.2 Pembahasan
Jika pada alat multimeter menunjukkan tanda negatif, maka baterai
tersebut yang menjadi bahan percobaan kondisinya masih layak atau baik.

1.6 Soal Latihan


BAB II
HUKUM OHM

2.1. Tujuan Praktikum


Tujuan darri praktikum ini adalah untuk menentukan besarnya tahanan
suatu rangkaian yang tesusun secara seri dan pararel degan metode gafik.

2.2. Alat Yang Digunakan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah.
1. Sumber tegangan DC 6V
2. Miliampermeter DC (100mA)
3. Voltmeter DC (15 V)
4. Potensiometer 10 kΩ
5. Dua buah tahanan (Rn)

2.3. Landasan Teori


Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan
mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap
besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun
pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun
istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang
digunakan dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere
dengan beda potensial 1 Volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan
pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial dan kuat arus.
Semakin besar sumber tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan.
Jadi, besar kecilnya hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh besar tegangan
dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang
dan jenis bahan. Hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas dan
jenis bahan. Hambatan berbading lurus dengan panjang benda, semakin
panjang maka semakin besar hambatan suatu benda. Hambatan juga
berbading terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas
penampangnya maka semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa
kabel yang ada pada tiang listrik dibuat besar-besar, tujuannya adalah untuk
memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah.
Hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis)
semakin besar hambatan jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu.
Kalau antara dua kutub positif dan kutub negatif dari sebuah sumber tegangan
kita hubungkan dengan sepotong kawat penghantar, maka akan mengalir arus
listrik dari kutub positif ke kutub negatif. Arus ini mendapat hambatan dalam
penghantar itu. Dari peristiwa di atas dapat diketahui bahwa ada hubungan
antara arus yang mengalir dalam hambatan kawat dan adanya sumber
tegangan.
Besarnya arus listrik yang mengalir tergantung dari besarnya hambatan
kawat. Semakin besar hambatan kawat, maka semakin kecil arus yang
mengalir. Apabila sumber listrik bertegangan 1 volt dihubungkan dengan
hambatan sebesar 1 Ohm, maka arus yang mengalir sebesar 1 amper. Dalam
penyelidikannya George Simon Ohm (ahli ilmu fisika dari Jerman)
menemukan bahwa arus listrik yang mengalir dalam hambatan akan
bertambah besar jika tegangan dinaikkan, sementara nilai hambatannya tetap.
Dari uraian diatas dapat dituliskan rumus hukum Ohm, yaitu:
V=IxR
Dimana,
V = tegangan dalam satuan volt
I = arus dalam satuan ampere
R = hambatan dalam satuan ohm

2.4. Cara Kerja


Berikut cara kerja yang dilakukan pada pecobaan ini.
1. Praktikan diberikan alat yang dinamakan resistor.
2. Praktikan diminta untuk mengukur kapasitas tegangan pada resistorr
tersebut.
3. Pengukuran tegangannya menggunakan alat multimeter.
4. Setelah melakukan pengukuran praktikan mencatat hasil yang tertera
pada multimeter.
5. Praktikan dapat mengambil gamabr untuk mendukung terlengkapinya
data untuk pembuatan laporan.

2.5. Hasil Dan Pembahasan


2.5.1 Hasil
Berikut tabel hasil pada pecobaan kedua.
Arus listrik I (Ma)
Susunan Susunan
No Tegangan V (volt)
rangkaian seri Rangkaian seri
100 47
1 2 ohm 0,084 0,046
2 20 ohm 0,09 0,04
3 200 ohm - -

2.5.2 Pembahasan
Dari data hasil percobaan didapatkan bahwa beda resistor (hambatan)
dapat mempengaruhi besar arus listrik yang dihasilkan. Semakin besar sebuah
hambatan maka akan semakin kecil arus listrik yang terjadi pada rangkaian listik.
Pada pecobaa ini hanya dicoba besar arus listrik pada rangkaian seri saja.

2.6 Soal Latihan


1. Bila hasil pengamatan grafik tidak linear, apa komentar anda? Jelaskan
menurut pendapat anda.
2. Berdasarkan hasil perhitungan saudara, berapakah nilai dari masing –
masing hambatan (R1=R2)?
BAB III
PENGUKURAN DAYA LENSA POSITIF

3.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan panjang fokus lensa positif,
menentukan daya lensa positif serta menentukan sifat bayangan pada lensa positif.
3.2 Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah.
1. Meja optik
2. Sumber cahaya
3. Objek
4. Lensa
5. Layar

3.3 Landasan Teori


Lensa adalah benda bening yang di batasi oleh dua bidang lengkung atau
sebuah bidang lengkung dengan sebuah bidang datar. Lensa cembung adalah lensa
yang bagian tengahnya lebih tebal dari pada bagian tepinya. Lensa cembung
bersifat konvergen, artinya pembiasan pada lensa cembung selalu bersifat
mengumpulkan cahaya.
Lensa cembung terdiri atas 3 macam bentuk yaitu lensa bikonveks
(cembung rangkap), lensa plankonveks (cembung datar) dan lensa konkaf
konveks (cembung cekung). Lensa cembung disebut juga lensa positif.
Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan menuju titik fokus
2. Sinar datang melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui titik pusat lensa diteruskan (tanpa dibiaskan)
Dengan sinar-sinar istimewa itulah pembentukan bayangan oleh lensa
cembung dapat dilukiskan. Sifat bayangan yang terbentuk tergantung pada letak
bendanya. Sifat bayangan dari lensa cembung adalah nyata, terbalik, dan
diperbesar.
Jika sebuah lensa cembung dengan panjang focus f, terhadap sebuah objek
yang jaraknya v akan terbentuk bayangan di suatu titik (tempat) yang berjarak b.
pada peristiwa terbentuknya bayangan pada lensa dipenuhi oleh persamaan
(Halliday dan Resnick, 1997) :
1 1 1
+𝑏=𝑓
𝑣

Kekuatanlensa (P) atau daya lensa adalah kemampuan lensa dalam


memfokuskan sinar yang diterimanya. Kekuatan lensa merupakan kebalikan jarak
fokusnya, yaitu :
1
D=𝑓

Pada kehidupan sehari-hari, lensa cembung diaplikasikan dalam lup, lensa


kacanata, mikroskop, teropong, dan kamera.

3.4 Cara Kerja


Berikut cara kerja yang dilakukan pada percobaan ini.
1. Praktikan diberikan alat untuk percobaan berupa alat yang telah
dicantumkan pada alat yang digunakan.
2. Praktikan merakit sendiri alat yang diberikan.
3. Setelah itu pecobaan dimulai dengan mengatur letak jarak lensa, objek
dan sumber cahaya.
4. Kemudian diberi cahaya pada titik sumber cahaya.
5. Kemudian praktikan mengamati bayangan yang dihasilkan objek
tersebut.
3.5 Hasil dan Pembahasan
3.3.1 Hasil
Berikut hasil dari percobaan ketiga.
Jarak
No Jarak Benda S (cm) bayangan S’ 1/s (cm-1) 1/s’ (cm-1)
(cm)
1 14 cm 12 cm 1/14 cm 1/12 cm
2 14 cm 17 cm 1/14 cm 1/17 cm
3 14 cm 11,5 cm 1/14 cm 1/11,5 cm
4 11 cm 17,5 cm 1/11 cm 1/17,5 cm
5 12 cm 19,5 cm 1/12 cm 1/19,5 cm

3.5.2 Pembahasan
Dari data yang didapatkan dapat diketahui bahwa sifat dari bayangan
lenca cembung atau lensa positif adalah semakin

You might also like