Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 24

Praktikum MTBS

1. Penilaian balita sakit dengan MTBS terdiri atas klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan,
pengobatan, perawatan di rumah dan kapan kembali. Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen
khas yang menguntungkan, yaitu: meningkat- kan ketrampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit, memper- baiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek
keluarga dan masyarakat dalam per- awatan di rumah dan upaya pertolongan kasus balita
sakit (Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008). Pelaksanaan MTBS tidak terlepas dari peran petugas
pelayanan kesehatan. Pengeta- huan, keyakinan dan ketrampilan petugas pelayanan kesehatan
dalam penerapan MTBS perlu ditingkatkan guna mencapai keberhasilan MTBS dalam
meningkatkan de- rajat kesehatan anak khususnya balita.Bidan sebagai salah satu petugas
pelayanan kes- ehatan perlu memiliki pemahaman di atas. Oleh karena itu, dibuatlah modul ini
untuk membantu Anda dalam memahami MTBS sehingga Anda dapat menjadi seorang bidan
yang bekerja dengan baik di komunitas. Modul ini merupakan modul terakhir dari 4 modul
praktikum yang dibuat untuk menun- jang pembelajaran Anda dalam mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas. Dalam mod- ul ada dua kegiatan belajar yang harus Anda kuasai, yaitu:
Kegiatan Belajar 1: MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Kegiatan Belajar 2: MTBM
(Manajemen Terpadu Bayi Muda)

2. Pengertian MTBS MTBS merupakan metode yang digunakan oleh petugas Puskesmas dalam
melaku- kan tatalaksana terhadap balita sakit. MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi
penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan ka- pan kembali
untuk tindak lanjut. MTBS bukan merupakan suatu program keseha- tan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Sasaran MTBS adalah anak usia 0-5 tahun dan
dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok
usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). Pada kegiatan belajar yang pertama ini kita akam
membahas tentang tatalaksana balita sakit pada kelompok usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun.
sebelumnya kita bahas dulu apa itu MTBS? Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam
bahasa Inggris yaitu Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu ma-
najemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di
pelayanan kesehatan, baik mengenai be- berapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi
maupun pen- anganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. APA YANG
DIMAKSUD ?

3. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan. WHO dan UNICEF mulai mengembangkan strategi pada tahun
1992, dan saat ini ada lebih dari 100 negara di seluruh dun- ia telah mengadopsinya.
Implementasi dari strategi MTBS memberikan hasil yang mengesankan, baik dalam mengurangi
mortalitas maupoun dalam meningkatkan kualitas hidup balita di seluruh dunia 2. Tujuan MTBS
Ada beberapa alasan tertentu yang membuat pemerintah membuat suatu pendeka- tan balita
sakit menggunakan MTBS karena

4. MTBS dibuat dengan tujuan: 1. Meningkatkan keterampilan petugas 2. Menilai,mangklasifikasi


dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul 3. Memperbaiki praktek keluarga dan
masyarakat dalam perawatan dirumah 4. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan
balita sakit 5. Memperbaiki sistem kesehatan 6. Menurunkansecara bermakna angka kematian
dan kesakitan yang terkait penya- kit tersering pada balita. 7. Memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak. 3. Manfaat MTBS Kegiatan MTBS merupakan
upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka ke- sakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti
puskesmas. World Health Organization (WHO) telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat
cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan
kecacatan pada bayi dan balita. MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti
dapat: 1. Menurunkan angka kematian balita, 2. Memperbaiki status gizi, 3. Meningkatkan
pemanfaatan pelayanan kesehatan, 4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan, 5. Memperbaiki
kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah. 4. Ruang Lingkup MTBS Materi MTBS terdiri dari
langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di
rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk
mencari riwayat penyakit dan pemer- iksaan fisik. Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu
keputusan penilaian untuk penggolongan derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan
merupakan diagnosis penyakit yang spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai
suatutindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap klasifikasi mempunyai warna dasar, yaitu

5. merah (penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning (pengobatan spesifik di pe- layanan
kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah) sesuai dengan urutan kepara- han penyakit. Tiap
klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan terdiri dari
petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk mem- berikan obat dan dosis
pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun obat yang harus diteruskan di
rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan termasuk pemberian makan dan cairan di
rumah dan nasihat kapan harus kembali segera maupunkembali untuk tindak lanjut. 5.
Pelaksanaan MTBS (Kelompok Usia 2 Bulan – 5 Tahun) Berikut ini gambaran singkat penanganan
balita sakit memakai pendekatan MTBS. Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan
MTBS oleh petugas kes- ehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma
MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang
tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak. Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan
sebelumnya, ada 5 prinsip pokok dalam tata laksanana balita sakit yang harus dilaksanakan
dalam MTBS, yaitu penilaian dan klasifikasi, menentukan tindakan, memberi pengobatan,
konseling bagi ibu dan ter- akhir tindak lanjut. Ada beberapa langkah penilaian yang dilakukan,
berikut akan di- bahas dengan lebih rinci penatalaksanaan berbagai klasifikasi berdasarkan 5
prinsip pokok di atas: 1. Menanyakan kepada Ibu tentang Masalah Anak Ini merupakan langkah
pertama penilaian dalam MTBS. Ketika seorang ibu mem- bawa anaknya kepada Anda, sangat
penting untuk melakukan komunikasi yang baik dengan ibu. Anda mungkin harus mengobati
anak nantinya. Anda akan memberi nasehat kepada ibu dan mengajari tentang cara merawat
anak di ru- mah. Dengan demikian, komunikasi yang baik dengan ibu sangat penting dilaku- kan
sejak awal kunjungan. Berikut ruang lingkup MTBS untuk kelompok usia 2 bulan – 5 tahun: 1.
Penilaian dan klasifikasi 2. Menentukan tindakan pada anak 3. Memberi pengobatan 4. Konseling
bagi Ibu 5. Pemecahan masalah dan pelayanan tindak lanjut

6. 12 Beberapa teknik sederhana akan membantu Anda agar lebih efektif pada saat menghadapi
ibu dan anaknya yang sakit. Sambut ibu den- gan baik tanpa terburu-buru dan mintalah ibu
untuk duduk bersama anaknya. Upayakan untuk: 1. Menghindari penggunaan kata yang
menghakimi ibu dan anak seperti “salah” atau “jelek” 2. Duduk dengan kepala Anda sejajar
dengan kepala Ibu 3. Melihat ibu dan memberi perhatian saat ibu berbicara 4. Menghilangkan
halangan (meja atau buku) antara Anda dan Ibu 5. Membuat Ibu merasa bahwa Anda punya
waktu untuk menden- garkan Dalam menilai masalah anak, penting untuk memeriksa apakah
berat badan dan suhu badan anak suhu dicatat. Jika belum, tunggu sampai setelah Anda
membuat penilaian dan klasifikasi gejala utama anak. Selanjutnya timbang anak dan ukur
suhunya. Jangan melepas baju anak atau mengganggu anak pada tahap ini. Tanyakan kepada ibu
apa saja masalah anak. Alasan penting diajukannya per- tanyaan ini adalah untuk mengawali
berkomunikasi yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik memberikan jaminan kepada ibu
bahwa anaknya akan mendapat perawatan yang baik. Pada bagian akhir dari kunjungan, Anda
akan mengajari dan mansehati ibu tentang perawatan anaknya di rumah. Hal ini akan mudah
bagi Anda bila sejak awal Anda mampu berkomunikasi secara baik dengan ibu. Tentukan apakah
kali ini merupakan kunjungan pertama atau merupakan kun- jungan ulang untuk masalah
tersebut. 1). Jika merupakan kunjungan pertama dari episode penyakit tersebut, berarti Anda
perlu mengikuti prosedur tatalaksana kasus dengan MTBS untuk me- nilai dan
mengklasifikasikan anak. 2). Jika anak telah datang beberapa hari sebelumnya untuk penyakit
yang sama, berarti nerupakan kunjungan ulang. Tujuan kunjungan ulang ada- lah untuk
mengetahui apakah pengobatan yang diberikan saat kunjungan pertama memberikan hasil. Jika
keadaan anak tidak membaik atau keadaan- nya memburuk, mungkin Anda perlu merujuk anak
atau mengganti pengo- batannya. Untuk lebih memahami cara menanyakan kepada ibu masalah
anaknya, perha- tikan petunjuk praktikum berikut:

7. 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 13 MENANYAKAN MASALAH ANAK
1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku
KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam melakukan tindakan Bagan MTBS,
dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas
anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri pada anak 5. Ukur suhu anak 6. Tanyakan kepada
ibu masalah anaknya Perhatikan: • Sikap: kepala ibu dan petugas sejajar • Kontak mata: petugas
kesehatan menatap ibu dan memperhatikan ibu saat bicara • Tanpa halangan: tidak ada yang
menghalangi (meja atau buku) antara petugas dan ibu 7. Tanyakan kepada ibu status kunjungan
anak (Kunjungan pertama/ ulang). Jika kunjungan ulang, penatalaksanaan dapat Anda lihat pada
bagan “Pelayanan Tindak Lanjut” pada Modul MTBS 8. Dokumentasi pada Formulir Pencatatan
MTBS Untuk pendokumentasian, dapat Anda lihat pada contoh kasus berikut: Contoh Kasus: Ina
usia 15 bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya 67 cm. Suhu badan- nya 37,5oC. Petugas
bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina batuk selama 6 hari dan dia sukar bernapas”.
Ini merupakan kunjungan pertama 2. Memeriksa Tanda Bahaya Umum Langkah kedua setelah
menanyakan kepada ibu masalah anaknya adalah me- meriksa tanda bahaya umum. Tanda
bahaya umum harus diperiksa pada semua anak sakit pada semua kelompok usia. Seorang anak
dengan tanda bahaya umum membutuhkan rujukan segera ke Ru- mah Sakit. Jika Anda
menemukan tanda bahaya pada saat penilaian, Anda harus segera menyelesaikan sisa penilaian
dengan cepat. Jikaanak harus dirujuk< Anda harus segera memberikan tindakan pra-rujukan.
Perhatikan langkah praktikum berikut: Tanda bahaya umum anak: 1. Anak tidak bisa minum atau
menyusu 2. Anak memuntahkan semua 3. Anak kejang selama sakit atau kejang saat ini 4. Anak
letargis atau tidak sadar

8. 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 14 1. Lakukan
persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA.
Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan
tindakan Bagan MTBS, dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3.
Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Mulai
memeriksa tanda bahaya umum: 7. Tanyakan “Apakah anak bisa minum atau menyusu?” 8. Jika
Anda tidak yakin dengan jawaban ibu, mintalah ibu untuk memberikan air matang atau ASI,
perhatikan apakah anak menelan air tersebut 9. Tanyakan “Apakah anak memuntahkan
semuanya?” 10. Jika Anda tidak yakin dengan jawaban ibu, minta ibu untuk memberi anak
minum. Jika anak memuntahkan kembali apa yang ibu berikan, berarti anak mengalami tanda
bahaya 11. Tanyakan “Apakah anak kejang selama sakit?” sambil melihat apakah saat ini anak
sedang kejang MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM Ingat: Seorang anak mungkin mengalami
kesulitan mengisap keti- ka hidungnya buntu. Jika hidung buntu, bersihkan, jika anak bisa minum
setelahnya berarti anak tidak mempunyai tanda bahaya “tidak bisa minum atau menyusu”
“Memuntahkan semua” berarti anak sama sekali tidak mampu menelan makanan, cairan atau
obat oral. Seorang anak yang muntah beberapa kali tapi masih bisa menelan sedikit cairan ti- dak
mempunyai tanda bahaya umum ini.

9. 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 15 Kejang bisa disebabkan oleh
demam. Dalam hal ini, biasanya tidak terlalu menakutkan bagi ibu. Akan tetapi berkaitan dengan
meningitis, malaria sere- bral atau kondisi mengancam jiwa lainnya. Semua anak dengan kejang
saat ini atau pernah kejang selama sakit harus dianggap sakit berat. 12. Lihat “Apakah anak
letargis atau tidak sadar?” Seorang anak yang letargis atau tidak sadar sangat mungkin sakit
berat. Tan- da ini berhubungan dengan berbagai kondisi. Seorang anak yang letargis tidak aktif
dan terjaga seperti seharusnya. Anak terlihat mengantuk dan ti- dak peduli terhadap sekitarnya
atau tidak bereaksi secara normal terhadap bunyi atau gerakan. Seringkali anak yang letargis
tidak melihat kea rah ibun- ya atau memperhatikan wajah Anda ketika Anda bicara. Anak
mungkin me- natap kosong dan tidak terlihat peduli dengan kejadian diselilingnya. Seorang anak
yang tidak sadar, tidak bisa dibangunkan. Anak tidak bereaksi ketika dipegang, digoyang atau
diajak berbicara. 13. Jika Anak mengalami salah satu atau lebih tanda bahaya umum selesaikan
penilaian SEGERA kemudian rujuk 14. Dokumentasikan hasil kegiatan pada Format Pencatatan
MTBS. Lihat contoh. Contoh Kasus: Ina usia 15 bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya
67 cm. Suhu badan- nya 37,5oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina
batuk selama 6 hari dan dia sukar bernapas”. Ini merupakan kunjungan pertama Petugas
kesehatan memeriksa apakah Ina mempunyai tanda bahaya umum. Ibu berkata bahwa Ina bisa
minum dan tidak muntah. Dia tidak kejang selama sakit ini maupun saat ini. Petugas bertanya,
“Apakah Ina tampak mengantuk secara tidak biasa” Ibu menjawab “Ya”. Petugas bertepuk tangan
dan meminta ibu untuk menggoyang anaknya. Ina membuka matanya tetapi tidak melihat ke
sekeliling- nya. Petugas kesehatan bicara pada Ina, akan tetapi anak itu tidak memperhati- kan
wajah petugas. Ina menatap dengan kosong dan terlihat tidak peduli terha- dap apa yang terjadi
di sekelilingnya 3. Menilai Batuk atau Sukar Bernapas Batuk atau sukar bernapas, merupakan
penilaian tahap ketiga dari MTBS. Pada semua anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak
batuk atau sukar berna- pas?” Jika ibu menjawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika
ibu men- jawab “YA” lakukan PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN. Pada saat kejang, tangan dan kaki
anak kaku karena ototnya berkontraksi. Anak bisa kehilangan kesadaran atau tidak bisa bereaksi
terhadap perintah Ingat: Jika anak sedang tidur dan menderita batuk atau sukar bernapas,
terlebih dahulu hitung frekuensi napasnya per menit sebelum Anda mencoba membangunkan
anak.

10. 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 16 1. Lakukan
persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA.
Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan
tindakan Bagan MTBS, dan obat untuk MTBS terlampir 2.. Sambut pasien dengan ramah 3.
Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda
bahaya umum 7. Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?” 8. Jika “YA”, maka
tanyakan berapa lama anak menderita batuk atau sukar ber- napas. Jika “TIDAK” JANGAN
LAKUKAN PENILAIAN! 9. Buka baju anak pada daerah dada 10. Hitung napas anak dalam 1 menit
MENILAI BATUK ATAU SUKAR BERNAFAS Sukar bernapas artinya setiap pola pernapasan yang
tidak biasa. Ibu menyebut hal ini dengan berbagai istilah. Mungkin ibu men- gatakan bahwa
pernapasan anaknya “cepat” atau “berbunyi” atau “tersengal-sengal”. Ketika Anda bertanya
kepada ibu apakah anak- nya batu atau sukar bernapas dan ibu mengatakan “TIDAK”, perha-
tikan apakah menurut Anda anak batuk atau sukar bernapas Catatan: 1. Anda harus menghitung
napas anak selama satu menit untuk menen- tukan apakah anak napas cepat 2. Anak harus
tenang ketika Anda mengamati dan mendengarkan per- napasannya 3. Batas napas cepat (titik
dimana pernapasan dianggap cepat) tergan- tung pada anak. Frekuensi pernapasan normal lebih
tinggi pada anak yang lebih muda

11. 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 17 11. Lihat tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam pada anak Tarikan dinding dada terjadi ketika upaya anak untuk menarik
napas, jauh lebih besar dibanding normal. Pada pernapasan normal, seluruh dinding dada (atas
dan bawah) dan perut bergerak keluar ketika anak menarik napas. Jika terdapat tarikan dinding
dada, dinding dada bagian bawah tertarik ke dalam ketika anak menarik napas. Tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (gerakan ke dalam dari struktur tulang dari dinding dada ketika
anak menarik napas) merupakan indicator dari pneumonia berat. Hal ini lebih spesifik
disbanding tarikan interkostal, yang meliputi jaringan lunak di antara tulang lunak diantara
tulang iga tanpa keterlibatan dari struktur tulang dari dinding dada. 12. Lihat dan dengarkan
stridor Stridor adalah suara kasar yang timbul saat anak menarik napas. Stridor ter- jadi karena
terdapat pembengkakan laring, trakea atau epiglottis. Keadaan ini biasa disebut croup.
Pembengkakan ini mempengaruhi aliran udara ke paru. Keadaan ini dapat mengancam jiwa jika
pembengkakan menyebab- kan tersumbatnya saluran udara. Seorang anak dengan stridor ketika
dalam keadaan tenang berarti dalam kondisi bahaya. 13. Klasifikasikan anak batuk atau sukar
bernapas (Lihat Bagan MTBS) Catatan: Tarikan dinding dada dianggap ada jika terlihat dengan
jelas dan terjadi terus menerus. Jika Anda melihat tarikan dinding dada hanya jika anak
menangis atau sedang makan berarti anak tidak mempunyai tarikan dind- ing dada Jika hanya
jaringan lunak di anatar iga yang tertarik ke dalam ketika anak menarik napas (tarikan atau
retraksi enterkostal), berarti nak tidak mem- punyai tarikan dinding dada. Dalam penilaian ini,
tarikan dinding dada berarti tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak termasuk tarikan
interkostal Catatan: 1. Perhatikan saat anak menarik napas untuk mendengarkan stridor 2.
Dengarkan stridor saat anak menarik napas. Letakkan telinga Anda ke dekat mulut karena
mungkin stridor sulit didengar 3. Kadang akan terdengar suara basah jika hidung anak
tersumbat. Bersihkan hidung anak den dengarkan lagi. Seorang anak tampak sakit ringan,
mungkin mempunyai stridor hanya jika menangis atau takut/ kaget. Pastikan untuk melihat dan
mendengar stridor ketika anak tenang

12. 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 18 14. Tentukan
tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS) 15. Dokumentasikan hasil
kegiatan pada format Pencatatan MTBS. Lihat con- toh.

13. 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 19 `Contoh Kasus: Ina usia 15
bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya 67 cm. Suhu badan- nya 37,5oC. Petugas
bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina batuk selama 6 hari dan dia sukar bernapas”.
Ini merupakan kunjungan pertama Petugas kesehatan memeriksa apakah Ina mempunyai tanda
bahaya umum. Ina letargis atau tidak sadar. Petugas meminta ibu untuk membuykapakaian Ina
dan selanjutnya menghitung frekuensi napas anak selama satu menit. Frekuensi napas 41
kali/menit. Petugas tidak melihat tarikan dinding dada ke dalam dan tidak mendengar adanya
stri- dor 4. Menilai Diare Diare adalah buang air besar (BAB) yang cair. Buang air besar yang
sering tapi nor- mal bukanlah diare. Jumlah BAB normal per hari berbeda tergantung makanan
dan usia anak. Di beberapa Negara diare didefinisikan sebagai BAB cair seban- yak tiga kali atau
lebih dalam 24 jam. BAB sering dialami oleh balita. Penilaian diare merupakan penilaian tahap
keempat dari MTBS. Pada SEMUA anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak ibu diare/
mencret?” Jika ibu menjawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika ibu menjawab
“YA” lakukan PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir
pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai
pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat
dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas
anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan
dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum 7.
Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?” Jika Ibu menjawab ”YA”, lakukan penilaian
batuk atau sukar bernapas terlebih dahulu. Jika “TIDAK” jangan lakukan penilaian, lanjut ke
pertanyaan berikutnya 8. Tanyakan “Apakah anak ibu diare/ mencret?”. Jika Ibu menjawab “YA”
lakukan penilaian diare, jika “TIDAK” jangan lakukan penilaian, lanjut ke pertanyaan berikutnya
9. Tanyakan “Berapa lama anak diare?” 10. Tanyakan “Adakah darah dalam tinja?” Jika ada darah
dalam tinja, berarti anak disentri. 11. Lihat keadaan umum anak Jika seorang anak mengalami
dehidrasi, pertama-tama dia akan gelisah dan rewel. Jika dehidrasi berlanjut, anak menjadi
letargis atau tidak sadar (tanda bahaya umum) 12. Lihat apakah matanya cekung MENILAI BATUK
ATAU SUKAR BERNAFAS

14. 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 20 13. Beri anak
minum Dikatakan tidak bisa minum: jika anak tidak bisa memasukkan cairan ke da- lam mulut
dan menelannya. Contohnya pada anak letargis Dikatakan malas minum: jika anak lemah atau
tidak minum tanpa bantuan Dikatakan minum dengan lahap, haus: jika jelas anak ingin minum.
Apabila anak minum hanya karena desakan berarti anak tidak mempunyai tanda “mi- num
dengan lahap, haus” 14. Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor kulit 15. Klasifikasikan diare
anak (Lihat Bagan MTBS) Catatan: Pada anak dengan gizi buruk yang sangat kurus (marasmus),
mungkin matanya selalu telihat cekung, walaupun anak tidak menderita dehidrasi. Walaupun
tanda “mata cekung” kurang dapat dipercaya pada anak yang sangat kurus, akan tetapi tetap
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan dehidrasi anak Catatan: 1. Pilih lokasi pada perut anak
di pertengahan antara pusar dan sisi pe- rut 2. Gunakan ibu jari dan telunjuk Anda, jangan
menggunakan kuku 3. Posisikan tangan sehingga ketika Anda mencubit kulit perut, lipatan kulit
berada sejajar tubuh anak dan tidak melintang terhadap tubuh anak 4. Cubit seluruh lapisan
kulit dan jaringan di bawahnya selama 1 detik, kemudian lepaskan, lihat berapa lama lipatan kulit
kembali a. Sangat lambat : lebih dari 2 detik b. Lambat : kulit masih terlihat di atas walaupu
sekejap c. Segera

15. 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 21 16. Tentukan tindakan sesuai
dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS)

16. 25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 22 Lihat RENCANA
TERAPI A, B dan C pada bagian “PEMBERIAN CAIRAN TAM- BAHAN UNTUK DIARE” dalam Bagan
MTBS

17. 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 23 17. Dokumentasikan hasil
kegiatan pada format Pencatatan MTBS. Lihat contoh. Contoh Kasus: Petugas bertanya pada
seorang anak sakit yang datang ke Puskesmas. Saat di- tanya “Apakah anak diare?” Ibu
menjawab “Ya, selama 3 hari. Tidak ada darah dalam tinja. Mata anak terlihat cekung dan saat
petuga bertanya “Apakah ibu memperhatikan ada yang berbeda pada amata anaknya?” Ibu
menjawab “Ya”. Ketika anak diberi minum, anak tidak mau minum. Cubitan dinding perut anak
kembali lambat. 5. Menilai Demam Demam merupakan kondisi yang sering dijumpai. Demam
biasanya merupakan penyebab utama untuk membawa anak ke Puskesmas. Penyebab tersering
ada- lah infeksi ringan, akan tetapi bisa merupakan tanda paling nyata dari suatu pen- yakit
yang ,mengancam jiwa, terutama malaria atau infeksi berat lain, termasuk meningitis, demam
dengue, demam tifoid dan campak. Penilaian demam merupakan penilaian tahap kelima dari
MTBS. Pada SEMUA anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak ibu demam?” Jika ibu
men- jawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika ibu menjawab “YA” lakukan
PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan
Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam
menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS
terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak
pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum 7. Jika anak batu atau sukar
bernapas atau diare, lakukan penilai kedua hal tersebut terlebih dahulu. Jika tidak lanjut ke
pertanyaan berikutnya. 8. Tanyakan “Apakah anak demam?”. Penilaian demam dilakukan jika ibu
men- jawab “YA” atau anak teraba panas atau suhu aksila ≥37,5oC 9. Tentukan daerah risiko
malaria (Ilihat Bagan MTBS) 10. Jika risiko rendah/ tanpa risiko malaria, tanyakan “Apakah anak
berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir?” Jika ya, tentukan daerah risiko sesuai
tempat yang dikunjungi. 11. Ambil sediaan darah (untuk daerah risiko rendah/ tinggi), lakukan
RDT (be- lum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir) atau periksa mikroskopis darah (jika RDT
pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir) MENILAI DEMAM

18. 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 24 12. Tanyakan
sudah berapa lama anak demam Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari. 13. Tanyakan
pernah tidaknya mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu tera- khir. 14. Lihat dan raba
adanya kaku kuduk 15. Lihat adanya pilek 16. Tanyakan apakah anak menderita campak dalam 3
bulan terakhir. Jika ya, lihat adanya luka di mulut, nanah pada mata atau kekeruhan pada kornea
sebagai tanda infeksi yang merupakan komplikasi campak Lihat tanda yang mengarah ke campak
saat ini Untuk mengklasifikasikan seorang anak menderita campak, maka seorang anak demam
harus mempunyai ruam kemerahan yang menyeluruh dan minimal satu dari tanda berikut:
batuk/ pilek/ mata merah. Ruam pada campak tidak mempunyai vesikel atau pustule. Ruam ini
tidak ga- tal. Ruam berawal dari belakang telinga dan leher. Selanjutnya, menyebar ke daerah
wajah lalu bagian tubuh lain, lengan dan kaki. Setelah 4-5 hari ruam mulai menghilang dan kulit
mengelupas. 17. Periksa penyebab lain yang nyata dari demam, seperti luka bakar atau abses 18.
Klasifikasikan Malaria anak (Lihat Bagan MTBS) Jika sudah pernah, penanganannya anak demam
dengan malaria dilaku- kan seperti kunjungan ulang Catatan: Kaku kuduk mungkin merupakan
tanda meningitis, malaria serebral atau penyakit tumor berat dengan demam lainnya yang
membutuhkan pen- gobatan segera dengan suntikan antibiotic dan rujukan ke rumah sakit. 1.
Jika anak dapat menggerakkan dan menundukkan lehernya, anak ti- dak mempunyai kaku kuduk
2. Jika Anda tidak yakin, tarik perhatian anak ke jari kakinya atau pusar, lihat dapatkah anak
menundukkan kepalanya 3. Jika Anda masih tidak yakin, mintalah anak berbaring telentang dan
tundukkan kepala anak dengan hati-hati ke depan ke arah dada anak

19. 28. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 25

20. 29. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 26 19. Berikan
tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit anak (Lihat Bagan MTBS) Lihat “Pemberian
antibiotik”, “Pemberian Parasetamol”, “Kapan Harus Kembali Segera”, pada Bagan MTBS

21. 30. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 27 20. Jika anak sakit campak saat
ini atau dalam 3 bulan terakhir, klasifikasikan Campak pada anak (Lihat Bagan MTBS) 21. Berikan
tindakan sesuai dengan klasifikasi campak Lihat “Dosis Vitamin A”, “Pemberian antibiotik”,
“Pemberian tetes mata” dan “Pemberian gentian violet” pada Bagan MTBS

22. 31. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 28 22. Untuk anak
demam 2-7 hari lakukan penilaian tambahan untuk DBD (Demam Berdarah Dengue) a. Tanyakan
apakah demam mendadak tinggi dan terus menerus? b. Tanyakan adakah bintik merah atau
perdarahan dari hidung atau gusi c. Tanyakan apakah anak muntah, seberapa sering, dengan
darah atau sep- erti kopi d. Tanyakan apakah berak berwarna hitam e. Tanyakan apakah ada
nyeri ulu hati atau anak gelisah f. Periksa tanda-tanda syok (ujung ekstrimitas teraba dingin dan
nadi san- gat lemah/ tidak teraba) f. Lihat adakah perdarahan dari hidung/ gusi g. Adakah bintik
perdarahan di kulit (petekie). Lakukan uji tornikuet jika mungkin. h. Klasifikasikan DBD Anak i.
Berikan tindakan sesuai dengan jenis klasifikasi DBD (Lihat Bagan MTBS)

23. 32. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 29 6. Menilai Masalah Telinga
Seorang anak dengan masalah telinga mungkin menderita mastoiditis, infeksi telinga akut atau
kronis. Infeksi telinga jarang menyebabkan kematian. Walau- pun demikian, infeksi telinga dapat
menyebabkan sakit selama beberapa hari ada anak. Infeksi telinga merupakan penyebab utama
dari ketulian di negara berkembang, dan ketulian menyebabkan masalah dalam belajar di
sekolah. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI)
atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi
dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut
pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan
antropometri dan ukur suhu anak Lihat Pemberian Parasetamol pada Bagan MTBS MENILAI
MASALAH TELINGA

24. 33. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 30 5. Tanyakan
dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya
umum 7. Jika anak batuk atau sukar bernapas atau diare atau demam, lakukan pe- nilaian ketiga
hal tersebut terlebih dahulu. Jika tidak lanjut ke pertanyaan berikutnya. 8. Tanyakan “Apakah
anak ibu mempunyai masalah telinga?” Jika “Ya” lakukan penilaian terhadap masalah telinga 9.
Tanyakan “Adakah cairan/ nanah keluar dari telinga?” Jika “Ya” berapa lama? Lihat telinga anak.
10. Raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga Seorang anak dengan masalah
telinga mungkin menderita mastoiditis. Ini merupakan infeksi dari lubang udara dari tulang
mastoid. Mastoiditis terja- di akibat penyebaran infeksi dari telinga tengah. Jika anak merasa
nyeri ke- tika anda menekan tulang mastoid, bisa diperkirakan bahwa infeksi sudah menyebar ke
lubang mastoid. Oleh karena itu, seorang anak dengan pem- bengkakan yang nyeri di belakang
telinga (pada bayi, pembengkakan mun- gkin terjadi di atas telinga) diklasifikasikan sebagai
mastoiditis. 11. Klasifikasikan masalah telinga anak (Lihat Bagan MTBS)

25. 34. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 31 12. Beri tindakan sesuai
dengan klasifikasi yang didapat (Lihat Bagan MTBS) 13. Dokumentasikan pada formulir
pencatatan MTBS. Lihat Contoh Contoh Kasus: Mira berusia 3 tahun. Berat badannya 13 kg. Suhu
badannya 37.5 °C. Ibunya datang ke klinik karena Mira teraba demam selama 2 hari. Mira
menangis sema- laman dan mengeluh telinganya sakit. Petugas kesehatan memeriksa dan tidak
mendapatkan tanda bahaya umum. Mira tidak batuk atau sukar bernapas dan tidak diare.
Daerahnya merupakan daerah dengan risiko tinggi malaria. Demamnya dikla- sifikasikan sebagai
MALARIA. Tidak ditemukan tanda yang mengarah ke Cam- pak atau DBD. Selanjutnya petugas
kesehatan bertanya tentang masalah telinga dari Mira. Ibu mengatakan bahwa dia yakin Mira
mempunyai nyeri telinga. Anak menangis hampir sepanjang malam karena telinganya sakit.
Tidak ada cairan/ Lihat “Pemberian antibiotik”, “Pemberian Parasetamol” dan “Mengeringkan
telinga dengan bahan penyerap” pada Bagan MTBS

26. 35. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 32 nanah keluar
dari telinga dan petugas kesehatan juga tidak melihat hal itu. Petu- gas meraba bagian belakang
telinga anak dan tidak menemukan pembengkakan yang nyeri. 7. Memeriksa Status Gizi dan
anemia Anak mungkin tidak mempunyai keluhan spesifik yang mengarah ke keadaan ku- rang
gizi atau anemia. Kalaupun ada, biasanya petugas kesehatan atau ibu tidak menyadari masalah
tersebut. Seorang anak yang kurang gizi mempunyai risiko lebih tinggi untuk sakit dan
meninggal. Bahkan anak dengan kurang gizi ringan mempunyai risiko kematian lebih tinggi.
Terdapat 2 alasan utama mengapa semua anak harus diperiksa status gizinya: 1. Untuk
identifikasi anak dengan gizi buruk yang mempunyai risiko kematian yang tinggi dan
membutuhkan rujukan segera untuk penanganannya. 2. Untuk identifikasi anak dengan gizi
kurang yang membutuhkan konseling gizi. Setelah melakukan penilaian terhadap tanda bahaya
umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan masalah telinga),
lakukan penilaian pada semua anak untuk: 1. Tanda kurang gizi: a. Anak sangat kurus b. Bengkak
pada kedua punggung kaki c. Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan kurang
sesuai d. Tanda anemia: Kepucatan pada telapak tangan 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir
pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai
pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat
dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas
anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan
dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum
dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber- napas, diare, demam dan masalah telinga), 7.
Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak 8. Lihat apakah anak tampak sangat kurus
MEMERIKSA STATUS GIZI DAN ANEMIA

27. 36. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 33 9. Lihat dan raba adakah
pembengkakan pada kedua punggung kaki Catatan: Untuk melihat apakah anak sangat kurus,
lepaskan pakaian anak. Perhatikan otot bahu, lengan, pantat dan kaki yang sangat kurus.
Perhatikan pula apakah gambaran tulang iga terlihat jelas. Lihat pinggul anak. Mungkin terlihat
kecil dibandingkan dengan dada dan perut. Perhatikan anak dari samping untuk melihat apakah
lemak di pantat menghilang. Pada keadaan sangat ekstrem, terlihat lipatan kulit pada pantat dan
paha. Anak terlihat seperti mengenakan celana baggy (longgar). Wajah dari anak yang sangat
kurus mungkin terlihat masih normal. Perut anak terlihat buncit.

28. 37. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 34 10.
Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau tabel Berat Badan Menurut Tinggi
Badan 11. Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS (Lihat Bagan MTBS) 12. Beri
tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat

29. 38. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 35 13. Lihat tanda kepucatan pada
telapak tangan Catatan: Untuk mengetahui apakah terdapat kepucatan pada telapak tangan,
lihat ku- lit telapak tangan anak. Bukalah telapak tangan anak pelan-pelan. Jangan menarik jari
tangannya ke belakang, karena tangan akan terlibat lebih pucat akibat terhalangnya aliran darah.
Bandingkan warna telapak tangan anak dengan telapak tangan anda atau anak yang lain. Jika
kulit telapak tangan anak itu pucat, dikatakan bahwa anak itu agak pucat. Jika kulit telapak
tangan pucat sekali sehingga kelihatan putih, berarti anak sangat pucat

30. 39. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 36 14.
Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS) 15. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang
didapat

31. 40. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 37 16. Dokumentasikan hasil
tindakan. Lihat Contoh Contoh Kasus: Ali, seorang anak laki-laki usia 9 bulan dengan berat badan
6.5 kg dan panjang badan 68 cm. Suhu badannya 36.8° C. Ibu mengatakan bahwa anaknya diare
sudah 5 hari Anak ini tidak mempunyai tanda bahaya umum apapun. Ali tidak batuk atau su- kar
bernapas. Dia diare dan diklasifikasikan sebagai DIARE - DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG. Ali tidak
demam dan tidak ada masalah telinga Selanjutnya petugas kesehatan memeriksa status gizi Ali.
Ali tidak tampak sangat kurus, telapak tangannya agak pucat, kedua kakinya tidak bengkak.
BB/PB Ali berada diantara > - 3SD dan < -2 SD sehingga dikklasifikasikan sebagai KURUS (gizi
kurang) Lihat contoh cara mengisi formulir pencatatan (tidak lengkap) dibawah ini. Dia juga
diklasifikasikan sebagai ANEMIA, karena telapak tangannya agak pucat. 8. Memeriksa Status
Imunisasi dan Vitamin A Status imunisasi harus diperiksa pada semua anak sakit yang dibawa ke
fasilitas kesehatan. Untuk setiap anak, sangat penting untuk mengetahui: 1. Apakah anak telah
menerima semua jenis imunisasi yang sesuai untuk usian- ya? 2. Apakah anak membutuhkan
imunisasi hari ini? Pada masa lalu, beberapa petugas kesehatan mengira penyakit ringan
merupa- kan kontra-indikasi imunisasi (suatu alasan untuk tidak memberi imunisasi pada anak).
Anak sakit diminta pulang dan ibu diminta membawa anaknya kembali ketika anak sudah sehat.
Hal ini merupakan praktik yang buruk karena menun- da imunisasi. Ibu mungkin sudah
menempuh perjalanan jauh untuk membawa anaknya yang sakit ke klinik dan sulit untuk
membawanya kembali untuk imu- nisasi pada waktu yang lain. Anak dibiarkan mendapat risiko
untuk terserang penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Sangat penting un-
tuk memberi imunisasi pada anak sakit dan anak dengan gizi kurang terhadap penyakit-penyakit
ini. Penyakit BUKAN merupakan kontra indikasi untuk imunisasi. Pada praktikn- ya, anak sakit
lebih membutuhkan perlindungan yang diberikan oleh imunisa- si dibanding anak sehat.
Kemampuan vaksin untuk melindungi tidak berkurang pada anak sakit. Penting juga untuk
memeriksa apakah setiap anak berusia 6 bulan ke atas me- nerima suplemen vitamin A dua kali
setahun. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI)
atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi
dan melakukan tindakan MEMERIKSA STATUS IMUNISASI DAN VIT. A

32. 41. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 38 Bagan MTBS,
daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu
identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan
dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum
dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber- napas, diare, demam dan masalah telinga), 7.
Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak 8. Lakukan penilaian status imunisasi
Gunakan pedoman imunisasi nasional ketika memeriksa status imunisasi anak. Jadwal Imunisasi
USIA VAKSIN 0-7 hari HB - 0 1 bulan BCG POLIO-1 2 bulan DPT+HB-1 (Combo-1) POLIO-2 3 bulan
DPT+HB-2 (Combo-2) POLIO-3 4 bulan DPT+HB-3 (Combo-3) POLIO-4 9 bulan Campak a. BCG -
Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk Tuberkulosis yang berisi strain hidup bacillus
tuberkulosis sapi yang sudah dilemah- kan. b. POLIO – merupakan vaksin oral untuk Poliomielitis
yang berisi strain hid- up yang sudah dilemahkan 3. DPT – merupakan campuran 3 vaksin untuk
mencegah difteri, pertusis (batuk rejan) dan tetanus. c. HB – adalah vaksin untuk mencegah
Hepatitis B d. Campak adalah vaksin untuk mencegah penyakit Campak Berikan vaksin yang
dianjurkan jika usia anak sesuai untuk setiap dosis. Jika anak mendapat imunisasi ketika usianya
terlalu muda, tubuh anak tidak akan mampu memerangi penyakit dengan baik. Demikian pula
jika tidak mendapat imunisasi segera setelah usianya cukup, risiko untuk mendapatkan penyakit
akan meningkat. Jika anak tidak datang untuk imunisasi pada usia yang dianjurkan, berikan
imunisasi yang diperlukan kapan saja setelah anak mencapai usia tersebut. Berikan dosis sisanya
dengan interval minimal 4 minggu. Anda tidak perlu mengulang jenis imunisasi dari awal.

33. 42. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 39 9. Amati kontraindikasi
imunisasi pada anak Pada semua situasi lainnya, di bawah ini adalah aturan yang baik untuk dii-
kuti: a. Tidak ada kontra indikasi untuk anak sakit yang cukup di rawat di rumah. b. Jika anak
harus dirujuk, jangan imunisasi anak sebelum dirujuk. Staf ru- mah sakit di tempat rujukan harus
menentukan kapan anak harus diimu- nisasi ketika anak harus dirawat inap. Hal ini untuk
mencegah tertundan- ya rujukan. c. Anak dengan diare yang sudah waktunya mendapat
imunisasi POLIO ha- rus mendapatkan 1 dosis POLIO pada kunjungan ini. Akan tetapi, dosis
tersebut tidak dihitung dan tidak dicatat. Anak harus kembali setelah 4 minggu untuk
mendapatkan dosis POLIO ekstra. 10. Tentukan apakah anak membutuhkan imunisasi hari ini
Hanya terdapat 4 situasi yang merupakan kontra indikasi imunisasi: 1. Vaksin hidup (BCG,
campak, polio) tidak boleh diberikan pada anak den- gan penyakit imunodefisiensi atau pada
anak dengan imunosupresi kare- na penyakit keganasan, terapi dengan bahan imunosupresif
atau iradiasi. Walaupun demikian, semua vaksin, termasuk BCG, dapat diberikan pada anak
dengan atau diduga mempunyai infeksi HIV tetapi belum menunjuk- kan gejala. 2. DPT2 dan
DPT3 tidak boleh diberikan pada anak yang pernah kejang atau syok dalam waktu 3 hari setelah
mendapat dosis sebelumnya. Sebagai gantinya dapat diberikan DT. 3. DPT tidak boleh diberikan
pada anak dengan kejang berulang atau penya- kit neurologis aktif lainnya pada susunan syaraf
pusat. Sebagai gantinya dapat diberikan DT. 4. Anak dengan demam tinggi (38.5°C atau lebih).
TANYA kepada ibu apakah anak mempunyai kartu imunisasi Jika ibu menjawab “Ya”, tanyakan
apakah ibu membawanya hari ini. 1. Jika ibu membawa kartu imunisasi atau buku KIA, lihatlah
kartu tersebut. 2. Bandingkan catatan imunisasi anak dengan jadwal yang dianjurkan. Ten- tukan
apakah anak sudah mendapat semua imunisasi yang dianjurkan sesuai usianya. 3. Jika anak tidak
akan dirujuk, jelaskan kepada ibu bahwa anaknya mem- butuhkan imunisasi hari ini. Jika ibu
menjawab bahwa ibu TIDAK mempunyai/membawa kartu imunisasi atau buku KIA: 1. Tanyakan
kepada ibu jenis imunisasi yang pernah diterima anak. 2. Gunakan penilaian anda untuk
menentukan apakah jawaban ibu dapat dipercaya. Jika anda ragu, berikan imunisasi pada anak
sesuai usianya.

34. 43. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 40 11. Pemberian
Vitamin A pada setiap bulan Februari dan Agustus sesuai dosis yang di- tentukan 1Vitamin A
sangat diperlukan agar sistem kekebalan berfungsi dengan baik dan un- tuk tumbuh kembang
yang sehat pada anak. Secara global, diperkirakan 140–250 juta anak dibawah usia 5 tahun
mengalami defisiensi vitamin A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kematian pada anak
yang mendapatkan dosis tinggi vitamin A setiap 6 bulan, hanya dua per tiga (atau kurang)
dibanding yang tidak mendapatkan vitamin A. Pemberian suplemen vitamin A setiap 6 bulan
adalah cara yang murah, cepat dan efektif untuk meningkatkan status vitamin A dan
menyelamatkan nyawa banyak anak. Di Indonesia, vitamin A diberikan secara gratis di Posyandu
dua kali dalam se- tahun yaitu bulan Februari dan Agustus. Berikan vitamin A pada semua anak
untuk mencegah penyakit berat: 1. Dosis pertama diberikan setelah anak berusia 6 bulan (dosis
pemberian vitamin A, klik ikon “Lihat bagan MTBS’ di atas) 2. Sesudahnya vitamin A diberikan
setiap 6 bulan kepada SEMUA ANAK 12. Dokumentasikan hasil kegiatan pada formulir
pencatatan MTBS. Lihat Contoh Ka- sus: Salim berusia 4 bulan. Dia tidak mempunyai tanda
bahaya umum. Klasifikasinya diare TANPA DEHIDRASI. Pada kartu imunisasi tertulis bahwa dia
sudah mendapat imunisasi HB-0, BCG, POLIO 1, POLIO 2, POLIO 3, DPT+HB-1, DPT+HB-2.
Imunisasi DPT 2 + HB-2 dan POLIO 3 diberikan 4 minggu yang lalu. Berhubung Salim berusia 4
bulan, dia tidak membutuhkan suplemen vitamin A. 9. Menilai masalah lain dan mengkaji ulang
penilaian dan klasifikasi Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya pada modul ini, anda perlu
menilai setiap anak untuk tanda bahaya umum dan 4 gejala utama – batuk atau sukar bernapas,
di- are, demam dan masalah telinga. Anda juga perlu memeriksa status gizi, anemia, status
imunisasi dan suplementasi vitamin A. 1. Langkah penilaian yang ada pada setiap gejala utama,
perlu mempertimbangkan beberapa masalah umum lainnya. Sebagai contoh, meningitis, sepsis,
tuberkulosis, konjungtivitis, dan berbagai penye- bab demam (seperti infeksi telinga dan campak)
secara rutin dinilai dalam proses 3. Berikan kartu imunisasi kepada ibu dan mintalah ibu untuk
mem- bawa kartu tersebut setiap kali membawa anaknya ke klinik. 4. Nasihati ibu untuk
memastikan bahwa anaknya yang lain sudah diimunisasi. 5. Jika perlu, beri ibunya imunisasi
Tetanus toksoid.

35. 44. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 41 tatalaksana kasus pada MTBS.
Jika pedoman digunakan secara tepat, anak dengan kondisi ini akan mendapat pengobatan
presumptif atau rujukan segera. 2. Anda masih harus mempertimbangkan penyebab lain dari
penyakit berat atau akut lainnya. Sangat penting untuk memperhatikan keluhan anak lainn- ya.
Sebagai contoh, mungkin ibu berkata bahwa anaknya mempunyai infeksi ku- lit, gatal atau
bengkak pada kelenjar leher. Atau mungkin anda mengamati adanya masalah lain saat anda
melakukan penilaian. 3. Lakukan identifikasi dan pengobatan untuk semua masalah lain sesuai
pen- getahuan, pengalaman anda dan kebijakan klinik. Rujuk anak untuk masalah yang tidak bisa
anda tangani di klinik. 4. Ingat bahwa setiap anak dengan tanda bahaya umum membutuhkan
ruju- kan dan pengobatan segera. Hanya ada satu pengecualian dari aturan ini: Jika seorang anak
mengalami dehidrasi berat, maka rehidrasi secara benar mungkin bisa menghilangkan tanda
bahaya umum yang terkait dengan dehi- drasi sehingga rujukan mungkin tidak lagi diperlukan.
Pada pelatihan ini anda akan belajar cara memberikan pengobatan yang tepat. 5. Ada
kemungkinan, walaupun jarang, bahwa seorang anak mempunyai tanda bahaya umum, tetapi
tidak mempunyai klasifikasi berat untuk suatu gejala utama. Nantinya pada pelatihan ini, anda
akan belajar cara menentukan dan merencanakan rujukan seorang anak dengan tanda bahaya
umum dan tan- pa klasifikasi berat lainnya (lihat unit pelatihan: Menentukan tindakan). 10.
Menilai Pemberian Makan pada Anak Lakukan Penilaian Pemberian Makan Anak untuk anak
kurus atau anemia atau usia < 2 tahun dan tidak akan dirujuk segera. 1. Lakukan persiapan alat,
obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan
MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan
MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan
pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak Pastikan
bahwa setiap anak dengan tanda bahaya umum, dirujuk setelah mendapatkan tindakan pra-
rujukan yang sesuai MENILAI PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK

36. 45. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 42 5. Tanyakan
dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya
umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber- napas, diare, demam dan masalah
telinga), 7. Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak 8. Lakukan penilaian status
imunisasi dan Vitamin A 9. Lakukan penilaian pemberian makan untuk anak kurus atau anemia
atau usia < 2 tahun dan tidak akan dirujuk segera (Lihat Bagan MTBS) 10. Tanyakan apakah ibu
menyusui anaknya saat ini, jika “Ya”, berapa kali dalam 24 jam 11. Tanyakan apakah ibu juga
menyusui di malam hari 12. Tanyakan apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Jika
ibu menjawab “Ya”, TANYAKAN: makanan dan minuman apa? Alat apa yang digunakan untuk
memberi makan/minum anak? Jika anak KURUS, TANYAKAN:Berapa banyak makanan/minuman
yang diber- ikan kepada anak? Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Siapa yang memberi
makan dan bagaimana caranya? 13. Selama sakit ini apakah ada perubahan pemberian makan
kepada anak? Jika ibu menjawab “Ya”, TANYAKAN: Bagaimana? Perhatikan bahwa ada
pertanyaan yang diajukan hanya jika anak ku- rus. Bagi anak ini, sangat penting untuk
menyediakan waktu tambahan menanyakan tentang porsi makanan dan pemberian makan
secara aktif.
37. 46. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 43 14. Nasihati ibu tentang
masalah pemberian makan sesuai masalah yang ditemu- kan 15. Dokumentasikan hasil kegiatan
pada formulir pencatatan MTBS (Lihat Con- toh) 11. Penanganan pada Anak dengan Dua
Klasifikasi atau Lebih 1. Pemberian Obat yang sama pada dua klasifikasi atau lebih Pada anak
yang mempunyai dua atau lebih jenis klasifikasi, kemungkinan untuk mendapat jenis obat yang
sama sangat mungkin terjadi. Contohnya dapat kita lihat pada kasus anak yang mempunyai
klasifikasi pneumonia dan infeksi telinga akut. Kedua klasifikasi ini memerlukan “antibiotik yang
sesuai” sebagai tindakan/ pengobatan. Untuk menghindari dosis ganda, pemberian antibiotik
pada kasus infeksi yang lebih berat lebih diutamakan. Perhatikan contoh berikut 2. Penentuan
kunjungan ulang Daftar waktu untuk kunjungan ulang tercantum dalam kolom tindakan. Ini
menunjukkan kepada ibu untuk kembali pada waktu yang tertentu. Ketika anda menulis
informasi tentang kunjungan ulang pada formulir pencatatan, anda bisa menyingkatnya dengan
“K/u“ untuk “Kunjungan ulang“ Jika terdapat beberapa kunjungan ulang, ibu perlu diberitahu
hanya untuk waktu yang ter- pendek dan pasti. Inilah yang harus ditulis di bagian akhir dari
formulir pen- catatan Lihat contoh di bawah tentang cara menulis informasi tentang kunjungan
ulang Penulisan tindakan tetap dilakukan untuk semua klasifikasi. Coret tulisan pada tindakan
yang sama Catatan: anda juga perlu memberitahu ibu tentang waktu kunjungan ulang yang lebih
cepat jika suatu masalah menetap. Sebagai contoh, “Kembali untuk kunjungan ulang dalam 5
hari, tapi kembali dalam 2 hari jika tetap demam”.

38. 47. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 44 Anda telah
selesai mempelajari kegiatan belajar 1, apakah Anda sudah paham? Apa yang dapat petik dari
materi tersebut ? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut. Jika sudah paham lakukan praktikum
di bawah ini, Anda bisa lanjut mempelajari Kegiatan Belajar 2 jika nilai Anda mencapai nilai 3
dengan lambang “B” pada seluruh praktikum mahasiswa. Jika belum, pelajari kembali bagian –
bagian yang belum Anda pahami dan ulangi kembali praktikum tersebut.

39. 48. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 45 Praktikum Mahasiswa Lakukan
praktikum berikut untuk menilai penguasaan Anda terhadap materi yang telah diberikan.
Lakukan masing-masing praktikum berikut dengan contoh kasus yang diber- ikan Kasus 1 Dito
berusia 16 bulan. Berat badannya 8.6 kg. Panjang badannya 68 cm. Suhu badannya 37.5 °C.
Petugas kesehatan bertanya, “Anak ibu sakit apa?” Ibu menjawab “Dito batuk selama 7 hari dan
sukar bernapas.” Ini merupakan kunjungan pertama untuk penyakit ini. Petugas kesehatan
memeriksa apakah Dito mempunyai tanda bahaya umum. Ibu menga- takan bahwa Dito bisa
minum dan tidak muntah. Dia tidak kejang selama sakit ini. Petugas kesehatan bertanya, “Apakah
Dito nampak mengantuk tidak seperti biasanya?” Ibu men- jawab, “Tidak.” Petugas kesehatan
bertepuk tangan dan meminta ibu untuk menggoyang anaknya. Dito membuka matanya, dan
memperhatikan sekelilingnya. Petugas kesehatan berbicara dengan Dito, dan Dito merespon
dengan baik. Petugas kesehatan meminta ibu untuk membuka pakaian Dito dan selanjutnya dia
meng- hitung frekuensi napas anak selama satu menit. Frekuensi napasnya 41 kali per menit.
Petu- gas kesehatan tidak melihat tarikan dinding dada, tidak mendengar stridor

40. 49. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 46 LANGKAH DAN
KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan
Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam
menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan
salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas
anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah
anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7.
Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN
DENGAN BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM :
TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai :
Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan
dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang
dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan
dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 =
Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu
yang dipergunakan.

41. 50. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 47 9. Tanyakan “Apakah anak
batuk atau sukar bernapas? Jika “YA”, maka tanyakan berapa lama anak menderita ba- tuk atau
sukar bernapas. Jika “TIDAK” JANGAN LAKUKAN PENILAIAN! 10. Buka baju anak pada daerah
dada 11. Hitung napas anak dalam 1 menit 12. Lihat tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam pada anak 13. Lihat dan dengarkan stridor 14. Klasifikasikan anak batuk atau sukar
bernapas (Lihat Ba- gan MTBS) 15. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat
Bagan MTBS) 16. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 17. Nasihati ibu kapan
harus kembali segera 18. Tentukan kunjungan ulang 19. Dokumentasikan pada formulir
pencatatan MTBS

42. 51. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 48 Kasus 2 Risa
berusia 15 bulan. Berat badannya 8.5 kg. Panjang badannya 67 cm. Suhu badannya 37.5 °C.
Petugas kesehatan bertanya, “Anak ibu sakit apa?” Ibunya menjawab “Risa diare selama 3 hari.”
Ini merupakan kunjungan pertama. Risa tidak mempunyai tanda bahaya umum Petugas
kesehatan bertanya “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?” Ibu menjawab tidak Petugas
kesehatan bertanya, “Apakah anak diare?” Ibu menjawab, “Ya, selama 3 hari” Tidak ada darah
dalam tinja. Mata Risa terlihat cekung. Petugas kesehatan bertanya, “Apakah ibu memperhatikan
ada yang berbeda dengan mata Risa?” Ibu berkata, “Ya.” Petugas memberi ibu secangkir air
bersih dan meminta ibu untuk memberikannya kepada Risa. Ketika cangkir diberikan, Risa tidak
mau minum. Cubitan kulit dinding perut Risa kembalinya lambat.

43. 52. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 49 LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum
dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal,
bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5.
Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU
BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN DENGAN DIARE NAMA
MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan
ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan
langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah
belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup :
Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih
lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai
dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.

44. 53. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 50 9. Tanyakan
“Apakah anak batuk atau sukar bernapas? Jika “YA”, maka lak.ukan penilaian batuk atau sukar
bern- pas terlebih dahulu 10. Tanyakan “Apakah anak ibu diare/ mencret?”. Jika “YA”, maka
lakukan penilaian diare. Jika “TIDAK” JAN- GAN LAKUKAN PENILAIAN! 11. Tanyakan “Berapa lama
anak diare?” 12. Tanyakan “Adakah darah dalam tinja?” 13. Lihat keadaan umum anak 14. Lihat
apakah matanya cekung 15. Beri anak minum 16. Periksa turgor kulit anak 17. Klasifikasikan diare
anak (Lihat Bagan MTBS) 18. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan
MTBS) 19. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 20. Nasihati ibu kapan harus
kembali segera 21. Tentukan kunjungan ulang 22. Dokumentasikan pada formulir pencatatan
MTBS

45. 54. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 51 Kasus 3 Budi, anak laki-laki
berusia 10 bulan. Berat badannya 8.2 kg. Panjang badannya 78 cm. Suhu badannya 37.5 °C. Ibu
berkata bahwa Budi menderita bintik kemerahan dan batuk selama 5 hari. Ini merupakan
kunjungan pertama. Petugas kesehatan memeriksa Budi untuk tanda bahaya umum. Ia bisa
minum, tidak muntah, tidak kejang dan masih sadar serta tidak letargis. Petugas menghitung
napas: 43 kali per menit. Ia tidak melihat tarikan dinding dada ke dalam dan tidak mendengar
stridor ketika Budi tenang.atau wheezing. Budi tidak menderita diare. Risiko malaria di daerah itu
tinggi. Ibu berkata bahwa Budi demam selama 2 hari. Lehernya tidak kaku. Menurut ibu, saat ini
Budi pilek. Pada pemeriksaan RDT, hasilnya positif falsi- parum. Seluruh tubuh Budi tertutup
ruam kemerahan, matanya merah. Petugas kesehatan tidak menemukan luka di mulut, tidak ada
nanah pada mata dan tak ada kekeruhan pada kornea.

46. 55. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jen[jang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 52 LANGKAH DAN
KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan
Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam
menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan
salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas
anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah
anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7.
Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum 9. Jika anak batuk atau sukar bernapas atau
diare, lakukan penilaian terhadap 2 masalah tersebut terlebih dahulu DAFTAR TILIK PENILAIAN
PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D
5 TAHUN DENGAN DEMAM NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL : Beri nilai
untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik tidak
dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker-
jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama
dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya
belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan
dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.
47. 56. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 53 10. Tanyakan “Apakah anak
demam?”. Penilaian demam dilakukan jika ibu menjawab “YA” atau anak teraba panas atau suhu
aksila ≥37,5oC 11. Tentukan daerah risiko malaria (Ilihat Bagan MTBS) 12. Jika risiko rendah/
tanpa risiko malaria, tanyakan “Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu tera-
khir?” Jika ya, tentukan daerah risiko sesuai tempat yang dikunjungi. 13. Ambil sediaan darah
(untuk daerah risiko rendah/ ting- gi), lakukan RDT (belum pernah dilakukan dalam 28 hari
terakhir) atau periksa mikroskopis darah (jika RDT pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir) 14.
Tanyakan sudah berapa lama anak demam 15. Tanyakan pernah tidaknya mendapat obat anti
malaria dalam 2 minggu terakhir 16. Lihat dan raba adanya kaku kuduk 17. Lihat adanya pilek 18.
Tanyakan apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir. 19. Lihat tanda yang mengarah
ke campak saat ini 20. Periksa penyebab lain yang nyata dari demam, seperti luka bakar atau
abses 21. Klasifikasikan demam anak (Lihat Bagan MTBS) 22. Tentukan tindakan sesuai dengan
klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS) 23. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan
24. Nasihati ibu kapan harus kembali segera 25. Tentukan kunjungan ulang 26. Dokumentasikan
pada formulir pencatatan MTBS

48. 57. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 54 Kasus 4 Sita
berusia 3 tahun. Berat badannya 13 kg. Suhu badannya 37.5 °C. Ibunya datang ke klinik karena
Sita teraba demam selama 2 hari. Sita menangis semalaman dan mengeluh telingan- ya sakit.
Petugas kesehatan memeriksa dan tidak mendapatkan tanda bahaya umum. Sita tidak batuk
atau sukar bernapas dan tidak diare. Daerahnya merupakan daerah dengan risiko tinggi malaria.
Demamnya diklasifikasikan se- bagai MALARIA. Tidak ditemukan tanda yang mengarah ke
Campak atau DBD. Selanjutnya petugas kesehatan bertanya tentang masalah telinga dari Sita.
Ibu mengatakan bahwa dia yakin Sita mempunyai nyeri telinga. Anak menangis hampir
sepanjang malam karena telin- ganya sakit. Tidak ada cairan/nanah keluar dari telinga dan
petugas kesehatan juga tidak melihat hal itu. Petugas meraba bagian belakang telinga anak dan
tidak menemukan pem- bengkakan yang nyeri.

49. 58. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 55 LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum
dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal,
bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5.
Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum 9. Jika anak batuk atau sukar bernapas, diare, atau demam
lakukan penilaian terhadap 3 masalah tersebut terlebih dahulu DAFTAR TILIK PENILAIAN
PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D
5 TAHUN DENGAN MASALAH TELINGA NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL :
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik
tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker-
jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama
dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya
belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan
dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.
50. 59. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 56 10. Tanyakan
“Apakah anak mempunyai masalah telinga?”. Jika “Ya” lakukan penilaian terhadap masalah
telinga 11. Tanyakan “Adakah cairan/ nanah keluar dari telinga?” Jika “Ya” berapa lama? Lihat
telinga anak. 12. Raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telin- ga 13. Klasifikasikan
masalah telinga anak (Lihat Bagan MTBS) 14. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi
penyakit (Lihat Bagan MTBS) 15. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 16.
Nasihati ibu kapan harus kembali segera 17. Tentukan kunjungan ulang 18. Dokumentasikan
pada formulir pencatatan MTBS

51. 60. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 57 Kasus 5 Abi, seorang anak laki-
laki usia 9 bulan dengan berat badan 6.5 kg dan panjang badan 68 cm. Suhu badannya 36.8° C.
Ibu mengatakan bahwa anaknya diare sudah 5 hari. Anak ini tidak mempunyai tanda bahaya
umum apapun. Abi tidak batuk atau sukar berna- pas. Dia diare dan diklasifikasikan sebagai
DIARE - DEHIDRASI RINGAN/SEDANG. Abi tidak demam dan tidak ada masalah telinga
Selanjutnya petugas kesehatan memeriksa status gizi Abi. Abi tidak tampak sangat kurus, telapak
tangannya agak pucat, kedua kakinya tidak bengkak.

52. 61. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 58 LANGKAH DAN
KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan
Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam
menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan
salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas
anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah
anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7.
Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum 9. Periksa 4 gejala utama terlebih dahulu (batuk,
diare, demam dan infeksi telinga) 10. Lakukan penilaian status gizi DAFTAR TILIK PENILAIAN
PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D
5 TAHUN DENGAN MASALAH GIZI DAN ANEMIA NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM :
TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai :
Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan
dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang
dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan
dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 =
Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu
yang dipergunakan.

53. 62. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 59 11. Lihat apakah anak tampak
sangat kurus 12. Lihat dan raba adakah pembengkakan pada kedua pung- gung kaki 13.
Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau tabel Berat Badan Menurut Tinggi
Badan 14. Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS (Lihat Bagan MTBS) 15. Beri
tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat 16. Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan
17. Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS) 18. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi
yang didapat 19. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 20. Nasihati ibu kapan
harus kembali segera 21. Tentukan kunjungan ulang 22. Dokumentasikan pada formulir
pencatatan MTBS
54. 63. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 60 Kasus 6 Kayla,
seorang bayi perempuan usia 3 bulan dengan berat badan 5 kg dan panjang badan 60 cm. Suhu
badannya 36.8° C. Ibu mengatakan bahwa bayinya diare sudah 5 hari. Bayi ini tidak mempunyai
tanda bahaya umum apapun. Kayla tidak batuk atau sukar berna- pas. Dia diare dan
diklasifikasikan sebagai DIARE - DEHIDRASI RINGAN/SEDANG. Kayla tidak demam dan tidak ada
masalah telinga. Saat diperiksa status gizi, bayi diklasifikasikan “KURUS”. Ketika dilakukan
penilaian tentang pemberian makan. Berikut hasil yang didapat dari wawan- cara dengan ibu:
Ibu menyusui 5 kali sehari, baik siang maupun malam hari. Bayi mendapat tambahan susu
formula dikarenakan ibu merasa ASI saja tidak cukup untuk bayinya. Susu formula diberikan 3-5
kali sehari oleh ibu menggunakan botol susu. Tidak ada perubahan dalam pemberian makan saat
anak sakit.

55. 64. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 61 LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum
dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal,
bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5.
Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum 9. Periksa 4 gejala utama terlebih dahulu (batuk, diare, demam
dan infeksi telinga) 10. Lakukan penilaian status gizi DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN
DENGAN MASALAH PEMBERIAN MAKAN NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM :
TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai :
Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan
dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang
dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan
dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 =
Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu
yang dipergunakan.

56. 65. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 62 11. Lihat
apakah anak tampak sangat kurus 12. Lihat dan raba adakah pembengkakan pada kedua pung-
gung kaki 13. Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau tabel Berat Badan
Menurut Tinggi Badan 14. Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS (Lihat Bagan
MTBS) 15. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat 16. Lihat tanda kepucatan pada
telapak tangan 17. Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS) 18. Beri tindakan sesuai
dengan klasifikasi yang didapat 19. Lakukan penilaian pemberian makan 20. Identifikasi masalah
pemberian makan 21. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 22. Nasihati ibu
kapan harus kembali segera 23. Tentukan kunjungan ulang 24. Dokumentasikan pada formulir
pencatatan MTBS

57. 66. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 63 Kegiatan Belajar 2 Tujuan
Pembelajaran Umum Waktu 60 menit (1 JAM) Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar 2. Pada
kegiatan belajar 1 Anda telah mempe- lajari tentang MTBS. Pada kegiatan belajar 2 ini Anda juga
masih membahas tentang MTBS hanya saja pada kelompok usia yang berbeda. Pada kegiatan
belajar ini kelompok usia yang dibahas adalah 0 – 2 bulan. Setelah menyelesaikan Unit kegiatan
belajar 2 diharapkan Anda mampu untuk melak- sanakan MTBM Di akhir kegiatan belajar satu,
Anda diharapkan mampu untuk : 1. Menjelaskan pengertian MTBM 2. Menjelaskan tujuan
MTBM 3. Menjelaskan ruang lingkup MTBM 4. Melaksanakan MTBM Untuk dapat melaksanakan
kegiatan Posyandu, berikut materi yang harus Anda pela- jari: 1. Pengertian MTBM 2. Tujuan
MTBM 3. Ruang Lingkup MTBM MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM) Tujuan
Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi

58. 67. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 64 Uraian Materi
Pada kegiatan belajar sebelumnya Anda telah mempelajari bagaimana tatalaksana bal- ita sakit
pada kelompok usia 2 bulan – 5 tahun. Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari tentang
tatalaksana balita sakit pada kelompok usia 0-2 bulan. 1. Pengertian MTBM MTBM atau
Manajemen Terpadu Bayi Muda merupakan perpanjangan dari MTBS pada kelompok usia bayi 0-
2 bulan. MTBM sudah terintegrasi dalam dalam pendeka- tan MTBS sehingga bagan MTBM
sendiri menjadi bagian dari bagan MTBS. Agar lebih mudah dipelajari, maka bagan MTBM ini
ditampilkan terpisah dengan bagan MTBS 2. Tujuan MTBM Tujuan MTBM sama dengan tujuan
MTBS yaitu: 1. Meningkatkan keterampilan petugas 2. Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui
resiko dari penyakit yang timbul 3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam
perawatan dirumah 4. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
Manajemen Terpadu Bayi Muda adalah tatalaksana bayi sakit meng- gunakan MTBS pada
kelompok usia bayi di bawah 2 bulan. APA YANG DIMAKSUD ?

59. 68. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 65 5. Memperbaiki sistem
kesehatan 6. Menurunkansecara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penya- kit
tersering pada balita. 7. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak. 3. Manfaat MTBM Manfaat dari diberdayakannya MTBM sama dengan MTBS,
yaitu: 1. Menurunkan angka kematian balita, 2. Memperbaiki status gizi, 3. Meningkatkan
pemanfaatan pelayanan kesehatan, 4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan, 5. Memperbaiki
kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah. 4. Ruang Lingkup MTBM Karena MTBM
sebenarnya merupakan bagian dari MTBS, maka secara garis besar ruang lingkup keduanya sama
.Materi MTBM terdiri dari langkah penilaian, klasifika- si penyakit, identifikasi tindakan,
pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit
terdiri dari petunjuk langkah untuk men- cari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Tiap
klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan terdiri dari
petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk mem- berikan obat dan dosis
pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun obat yang harus diteruskan di
rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan termasuk pemberian makan dan cairan di
rumah dan nasihat kapan harus kembali segera maupunkembali untuk tindak lanjut. 5.
Pelaksanaan MTBS (Kelompok Usia 0-2 Bulan) Berikut ini gambaran singkat penanganan balita
sakit memakai pendekatan MTBM. Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan
MTBM oleh petugas kes- ehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut
Algoritma MTBM Berikut ruang lingkup MTBS untuk kelompok usia 0-2 bulan adalah: 1. Penilaian
dan klasifikasi 2. Menentukan tindakan pada anak 3. Memberi pengobatan 4. Konseling bagi Ibu
5. Pemecahan masalah dan pelayanan tindak lanjut
60. 69. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 66 untuk
melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja
keluhan-keluhan/masalah anak. Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, ada 5
prinsip pokok dalam tata laksanana balita sakit yang harus dilaksanakan dalam MTBM, yaitu
penilaian dan klasifikasi, menentukan tindakan, memberi pengobatan, konseling bagi ibu dan
terakhir tindak lanjut. Ada beberapa langkah penilaian yang dilakukan, berikut akan dibahas
dengan lebih rinci penatalaksanaan berbagai klasifikasi berdasarkan 5 prin- sip pokok di atas: 1.
Menanyakan kepada Ibu tentang Masalah Anak Selain MTBS,menanyakan kepada ibu masalah
anak juga merupakan langkah pertama pada MTBM. Ketika seorang ibu membawa anaknya
kepada Anda, san- gat penting untuk melakukan komunikasi yang baik dengan ibu. Anda
mungkin harus mengobati anak nantinya. Anda akan memberi nasehat kepada ibu dan
mengajari tentang cara merawat anak di rumah. Dengan demikian, komunikasi yang baik dengan
ibu sangat penting dilakukan sejak awal kunjungan. Tentukan apakah kali ini merupakan
kunjungan pertama atau merupakan kun- jungan ulang untuk masalah tersebut. Jika merupakan
kunjungan pertama dari episode penyakit tersebut, berarti Anda perlu mengikuti prosedur
tatalaksana kasus dengan MTBS untuk menilai dan mengklasifikasikan anak. Jika anak telah
datang beberapa hari sebelumnya untuk penyakit yang sama, be- rarti merupakan kunjungan
ulang. Tujuan kunjungan ulang adalah untuk meng- etahui apakah pengobatan yang diberikan
saat kunjungan pertama memberikan hasil. Jika keadaan anak tidak membaik atau keadaannya
memburuk, mungkin Anda perlu merujuk anak atau mengganti pengobatannya. Untuk lebih
memahami cara menanyakan kepada ibu masalah anaknya, perhati- kan petunjuk praktikum
berikut: 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat Ibu (KNI)
atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda dalam melakukan tindakan
Bagan MTBM, daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah Jika
bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang atau henti napas, segera lakukan tindakan/
pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan RUJUK SEGERA MENANYAKAN
MASALAH ANAK

61. 70. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 67 3. Tanyakan pada ibu identitas
anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri pada anak 5. Ukur suhu anak 6. Tanyakan kepada
ibu masalah anaknya Perhatikan: Sikap: kepala ibu dan petugas sejajar Kontak mata: petugas
kesehatan menatap ibu dan memperhatikan ibu saat bicara Tanpa halangan: tidak ada yang
menghalangi (meja atau buku) antara petu- gas dan ibu 7. Tanyakan kepada ibu status kunjungan
anak (Kunjungan pertama/ ulang). Jika kunjungan ulang, penatalaksanaan dapat Anda lihat pada
bagan “Pelayanan Tindak Lanjut” pada Modul MTBM 8. Dokumentasi pada Formulir Pencatatan
MTBM Untuk pendokumentasian, dapat Anda lihat pada contoh berikut: Contoh Kasus: Mika
usia 1 bulan, Berat badannya 3.600, Panjang badannya 51 cm. Suhu badan- nya 37,6oC. Petugas
bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Mika demam selama 3 hari”. Ini merupakan
kunjungan pertama 2. Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri
SEMUA bayi muda harus diperiksa untuk tanda penyakit sangat berat dan infeksi bakteri. Bayi
muda bisa menjadi sakit dan meninggal dengan cepat akibat infeksi bakteri berat seperti
pneumonia, sepsis dan meningitis. Infeksi pada bayi muda dapat terjadi secara sistemik atau
lokal. Infeksi sistemik gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan fungsi sistem
organ sep- erti: gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum, tidak
bisa minum atau muntah, diare, demam atau hipotermia. Pada infeksi lokal biasanya bagian yang
terinfeksi teraba panas, bengkak, merah. Infeksi lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah
infeksi pada tali pusat, kulit, mata dan tel- inga. Penting untuk menjaga bayi tetap tenang dan
mungkin bayi tertidur ketika anda memeriksa 2 tanda pertama: menghitung napas dan melihat
tarikan dinding dada. Setelah itu anda harus membuka pakaian dan memeriksa seluruh badan
bayi. Jika bayi bangun, sekaligus anda dapat menentukan tingkat kesadarannya. Amati gerakan
tangan dan kakinya. Anda akan belajar cara memeriksa kejang, gangguan napas dan hipotermia.
Se- lanjutnya anda akan mempelajari cara mengklasifikasikan kemungkinan penya- kit sangat
berat atau infeksi bakteri.

62. 71. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 68 1. Lakukan
persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA.
Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda dalam melakukan tindakan Bagan MTBM,
daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada
ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri pada anak 5. Tanyakan pada ibu
mengenai masalah pada anaknya 6. Periksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri 7. Tanyakan apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya Ajukan kepada
ibu pertanyaan ini. Setiap kesulitan minum yang disebutkan ibu, sangat penting. Seorang bayi
baru lahir yang tidak bisa minum sejak la- hir, mungkin prematur atau mempunyai komplikasi
seperti asfiksia lahir. Bayi muda yang bisa minum dengan baik sebelumnya, tetapi saat ini sulit
minum, mungkin mempunyai infeksi serius. 8. Periksa kejang bayi a. TANYA: Adakah riwayat
kejang? b. LIHAT: Apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? c. DENGAR:
Apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? d. LIHAT: Apakah ada gerakan yang tidak
terkendali? e. LIHAT: Apakah mulut bayi mencucu? f. LIHAT DAN RABA: Apakah bayi kaku seluruh
tubuh dengan atau tanpa rangsangan? 9. Periksa apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang
LIHAT: Apakah bayi muda bergerak hanya jika dirangsang, tapi kemudian berhenti atau bayi tidak
bergerak sama sekali? Bayi muda biasanya tidur sepanjang hari dan ini bukan merupakan suatu
tanda penyakit. Amati gerakan bayi saat anda melakukan penilaian. Jika bayi muda tidur saat
dilakukan penilaian, mintalah ibu untuk membangunkannya. MEMERIKSA KEMUNGKINAN
PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI Bayi menunjukkan tanda “tidak bisa minum
atau menyusu“ jika bayi terla- lu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap/menelan apabila
diberi minum atau disusui. Bayi mempunyai tanda “memuntahkan semuanya“ jika bayi sama
sekali tidak dapat menelan apapun. Semua cairan atau makanan yang masuk akan keluar lagi.
Bayi yang tidak bisa minum atau malas minum atau memuntahkan semuanya, membutuhkan
rujukan segera. Mungkin juga ibu mengalami kesulitan dalam menyusui. Anda akan me- nilai
masalah ini nanti pada saat menilai pemberian ASI.

63. 72. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 69 Jika anda amati selama 1
menit, anda akan melihat beberapa gerakan dari lengan atau kakinya atau memutar kepalanya.
Jika bayi muda bangun tapi tidak ada gerakan spontan, hati-hati rangsanglah anak. Jika anak
bergerak hanya jika dirangsang, lalu berhenti bergerak, atau tidak bergerak sama seka- li, ini
merupakan suatu tanda penyakit berat. Seorang bayi yang tidak bisa dibangunkan, bahkan
setelah dirangsang, juga harus dianggap mempunyai gejala ini 10. Periksa gejala gangguan napas
a. LIHAT: Hitung napas selama satu menit. Hitung napas dalam 1 menit seperti pada anak usia 2
bulan sampai 5 tahun. Jika hitungan pertama > 60 kali per menit, ulangi menghitung. Hal ini
penting karena pernapasan pada bayi muda seringkali tidak teratur, kadang-kadang berhenti
bernapas beberapa detik diikuti dengan periode pernapasan yang lebih cepat. b. LIHAT apakah
ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat? c. DENGAR: Apakah bayi merintih?
Merintih adalah suara napas pendek-pendek dan halus yang terdengar saat bayi
menghembuskan napas. Terdengar suara merintih menanda- kan bayi mengalami kesulitan
bernapas. 11. Periksa gejala hipotermia dengan mengukur suhu aksila bayi dengan ter- mometer
Ukur suhu bayi muda menggunakan termometer pada aksila selama 5 menit. Tidak dianjurkan
mengukur secara rektal karena dapat mengakibatkan ter- jadinya perlukaan pada anus. Sebelum
mengukur suhu, pastikan air raksa pada termometer menunjukkan angka yang terendah Jika
tidak ada termometer, anda dapat meraba bagian tangan, kaki, aksila atau perut bayi untuk
mengetahui apakah demam atau dingin. 12. Periksa infeksi bakteri lokal Infeksi bakteri lokal yang
sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada kulit, mata dan pusar. a. LIHAT: Apakah ada
pustul di kulit? b. LIHAT: Apakah mata bernanah c. LIHAT: Apakah pusar kemerahan atau
bernanah? Jika kemerahan, apakah meluas sampai ke kulit perut? Apakah pusar ber- bau busuk?
Pusar yang terinfeksi, di daerah pangkal tali pusat biasanya kemerahan, mengeluarkan nanah,
atau pusar berbau. Jika warna kem- erahan meluas ke kulit daerah perut (abdomen) berarti bayi
mengalami Hitung napas > 60 kali per menit, artinya bayi muda bernapas cepat Hitung napas <
30 kali per menit, artinya bayi muda bernapas lambat Disebut Hipotermia Berat : suhu < 35.5°C
Hipotermia Sedang : suhu 35.5 – 36.0°C Demam : Suhu > 37.5°C

64. 73. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 70 infeksi berat.
Biasanya tali pusat “lepas“ ketika bayi berusia 7 hari. 13. Klasifikasikan Kemungkinan Penyakit
Berat/ Infeksi Bakteri (Lihat Bagan MTBS) 14 Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit
yang didapat

65. 74. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 71 15. Dokumentasikan hasil
kegiatan dengan formulir pencatatan MTBS (Lihat Contoh) Kasus: Bima, seorang anak laki-laki
usia 2 minggu dengan berat badan 3,4 kg dan pan- jang badan 51 cm. Suhu badannya 37.5° C.
Ibu mengatakan bahwa anaknya demam sudah 3 hari 3. Memeriksa Diare Untuk SEMUA bayi
muda sakit, TANYAKAN: “Apakah bayi diare?” Diare disebut juga tinja cair. Hal ini biasa terjadi
pada bayi usia < 6 bulan yang diberi susu sapi atau susu formula. Tinja normal yang encer dan
sering dari bayi yang mendapat ASI, bukan diare. Ibu yang menyusui bayinya mudah mengenali
bayi yang diare, karena konsistensi dan frekuensi tinja yang berbeda dari normal. Bayi dengan
diare bisa mengalami dehidrasi berat – suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kematian.
Penilaian diare pada kelompok usia < 2 bulan hampir sama dengan kelompok usia 2 bulan-5
tahun 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat Ibu (KNI)
atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda dalam melakukan tindakan
Bagan MTBM, daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3.
Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri pada anak 5.
Tanyakan pada ibu mengenai masalah pada anaknya 6. Periksa kemungkinan penyakit sangat
berat atau infeksi bakteri 7. Tanyakan apakah bayi diare? Jika ibu menjawab “Tidak”, JANGAN
MENILAI bayi muda untuk diare. Lanjut- kan dengan pertanyaan berikutnya. Jika ibu menjawab
“Ya”, tanyakan sudah berapa lama? 8. Lihat keadaan umum bayi • Apakah bayi letargis atau tidak
sadar? • Apakah bayi rewel? 9. Lihat apakah matanya cekung 10. Periksa turgor kulit bayi Sangat
lambat (> 2 detik) atau Lambat atau Segera 11. Klasifikasikan diare bayi (Lihat Bagan MTBS)
MEMERIKSA DIARE
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/praktikum-4-petunjuk-praktikum-manajemen-terpadu-balita-
sakit-mtbs

You might also like