Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruksi


Kronis (PPOK) adalah penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan
ventilasi berupa obstruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversible. Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi abnormal
paru terhadap partikel asing atau gas yang berbahaya bahaya (GOLD, 2010 ;
Robbins et al., 2010). COPD mengaju pada sekelompok penyakit paru kronis yang
mengakibatkan keterbatasan aliran udara dan terdiri dari dua kondisi yaitu
emphysema dan bronchitis kronis.
COPD merupakan gangguan saluran pernapasan yang banyak di derita oleh
orang di dunia, menurut World Health Organization (WHO, 2015) COPD telah
mengakibatkan lebih dari 3 juta orang meninggal dunia pada tahun 2012 atau
sebesar 6% dari total kematian di dunia pada tahun tersebut dan diprediksikan akan
menjadi penyebab kematian nomor tiga di dunia pada tahun 2030 dan angka
kejadiannya diperkirakan akan terus meningkat (Terzikhan et al., 2016). Masalah
ini tidak hanya bagi negara maju namun juga bagi negara berkembang seperti
Indonesia (Depkes, 2008). Di Indonesia COPD menjadi masalah kesehatan utama
dan penyebab kematian peringkat ke-4 (PDPI, 2016).
Menurut McPhee & Ganong (2010) pasen dengan COPD akan menunjukan
tanda dan gejala berupa batuk produktif dengan sputum purulen, bunyi nafas
wising, rochi kasar ketika inspirasi dan ekspirasi. Penderita COPD cenderung lebih

sulit melakukan ekspirasi daripada inspirasi (Sherwood, 2011). Hal tersebut

dikarenakan menutupnya saluran napas yang meningkat akibat tekanan ekstra


positif dalam dada selama ekspirasi. Sebaliknya, tekanan ekstra negatif terjadi pada
pleura saat inspirasi yang menyebabkan saluran napas membuka bersamaan dengan
mengembangnya alveoli. Kondisi tersebut menyebabkan udara cenderung
memasuki paru dengan mudah, tetapi kemudian terperangkap di dalam paru
(Guyton & Hall, 2007).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pola pernapasan
pada penderita dengan gejala sesak nafas yaitu dengan mengunakan teknik pursed
lips breathing (PLB). PLB adalah latihan pernapasan dengan menghirup udara
melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan atau
dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di perpanjang. Terapi rehabilitasi
paru-paru dengan pursed lips breathing ini adalah cara yang sangat mudah
dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negative
seperti pemakaian obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2013).
Tujuan dari pursed lips breathing ini adalah untuk membantu klien
memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan dalam,
membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, mencegah kolaps dan melatih otot-
otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan
napas selama ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara yang terjebak (Smeltzer &
Bare, 2013).
Langkah-langkah atau cara melakukan pursed lips breathing ini adalah
dengan cara menghirup napas melalui hidung sambil menghitung sampai 3 seperti
saat menghirup wangi bunga mawar. Hembuskan dengan lambat dan rata melalui
bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan otot-otot abdomen (Merapatkan bibir
meningkatkan tekanan intratrakeal; menghembuskan melalui mulut memberikan
tahanan lebih sedikit pada udara yang dihembuskan). Hitung hingga 7 sambil
memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang dirapatkan seperti saat sedang meniup
lilin. Sambil duduk dikursi: Lipat tangan diatas abdomen, hirup napas melalui
hidung sambil menghitung hingga 3, membungkuk ke depan dan hembuskan
dengan lambat melalui bibir yang dirapatkan sambil menghitung hingga 7
(Smeltzer & Bare, 2013).
Tahap mengerutkan bibir ini dapat memperpanjang ekshalasi, hal ini akan
mengurangi udara ruang rugi yang terjebak dijalan napas, serta meningkatan
pengeluaran CO2 dan menurunkan kadar CO2 dalam darah arteri serta dapat
meningkatkan O2, sehingga akan terjadi perbaikan homeostasis yaitu kadar CO2
dalam darah arteri normal, dan pH darah juga akan menjadi normal (Muttaqin,
2013).
1.2 Rumusan Masalah
Sasaran pelaksanaan praktek profesi keperawatan medikal bedah adalah
pasien dengan gangguan sesak nafas seperti COPD. COPD adalah salah satu
penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia saat ini, tidak hanya
bagi negara maju namun juga negara berkembang seperti Indonesia (Depkes, 2008).
Penyakit paru obstruktif kronis mempengaruhi fungsi paru-paru sehingga bisa
merubah fisiologi pernapasan dan mempengaruhi oksigenasi ke seluruh tubuh,
dengan demikian diperlukan latihan pernapasan untuk mendapatkan pengaturan
napas yang lebih baik salah satunya dengan teknik pursed lips breathing. Pursed
lips berething merupakan salah satu latihan memperbaiki pola napas, meningkatkan
volume tidal dan mengurangi sesak napas. Hal ini merujuk pada hasil penelitian
Hartono 2015 tentang peningkatan kapasitas vital paru pada pasien PPOK
menggunakan metode pernapasan pursed lips breathing di RSUD Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka mahasiswa tertarik untuk mengaplikasikan
hasil penelitian dari Hartono 2015 tentang peningkatan kapasitas vital paru pada
pasien PPOK menggunakan metode pernapasan pursed lips breathing di RSUD Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengontrol pernapasan pada pasien penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui pengaruh teknik pursed lips breathing pada pasien penyakit paru
obstruktif kronis
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Literature ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu keperawatan khususnya
ilmu keperawatan medical bedah pada manajemen relaksasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat praktis dari literature ini yaitu masukan informasi bagi perawat
mengenai manajemen relaksasi.
2. Literature ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang teknik pursed lips
breathing pada pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
3. Literature ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta
cara berfikir baik teoritis maupun praktek, juga secara spesifik mengenai
pemberian teknik pursed lips breathing pada pasien penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK).

You might also like