Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Hernia : Definisi Hingga Penatalaksanaan

October 29, 2009

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Hernia adalah penonjolan jaringan atau organ suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
(lokus minoris) yang normalnya tidak dapat dilewati, keluar ke bawah kulit atau masuk
rongga lainnya yang terjadi secara kongenital atau akuisita.(1, 3, 4, 5, 6)

2.2. Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan
bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis. Di
medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, dikanal dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus. Atapnya ialah
aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Kanal berisi tali sperma pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita. (1,3)

Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada
didalam muskulus kremaster terletak anteromedial terhadap vas diferens dan struktur lain
dalam tali sperma. (1,2)
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan
melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial.
Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga
daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin
hernia longgar. (1)
Nervus ilioinguinalis dan nervus iliofermoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar
kanalis inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan
sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.(1)

2.3. Klasifikasi
1. Menurut kejadiannya :
a. Hernia kongenital
- Sempurna:
o Hernia terjadi sejak lahir, proses terjadi di dalam intrauterine. Misalnya, hernia umbilikalis
fetalis, hernia epigastrika.
- Tidak sempurna
o Pada waktu lahir kelainan belum tampak, tapi sudah ada predisposisi terjadinya hernia.
o Kelainan ini dapat terjadi pada 1-2 minggu setelah lahir, dapat pula setelah berumur
beberapa tahun.
b. Hernia akuisita
- Terjadi karena tingginya tekanan intraabdominal yang tinggi:
o Umumnya didapat pada umur >15 tahun.
o Terjadi pada keadaan (faktor pencetus terjadinya hernia), misal: batuk kronis, prostat
hipertrofi, sering partus, ascites, vesicolitiasis, orang tua.
- Konstitusi tubuh
o Misalnya: kurus, lemah, kakhesi (keadaan kurus disertai lemah dan anemis serta berat
badan turun drastis, seperti pada penderita tumor ganas) akan memudahkan.
- Banyak preperitoneal fat:
o Dibawah fascia transversa banyak terdapat lemak, sehingga mendesak fascia transversa.
Akibatnya fascia menjadi lemah sehingga lemak akan keluar dan terjadi hernia adiposa.
o Bila hal ini terjadi terus-menerus, peritoneum akan tertarik keluar juga, misalnya hernia
epigastrika.
- Distensi dinding perut, karena macam-macam penyebab, misalnya: ascites, partus, dan
lain-lain.
- Cikatrix:
o Menyebabkan kelemahan otot dan fascia
o Misal: jahitan tidak sempurna  organ keluar di bawah kulit.
- Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut, misalnya: poliomyelitis anterior acuta
(memudahkan terjadinya Locus minoris resistensia)

2. Menurut letaknya :
a. Hernia abdominalis eksterna:
- Isi hernia berasal dari cavitas abdominalis dan atau cavitas pelvicum melalui LMR keluar
sampai subkutis.
- Berdasarkan topografinya, hernia eksterna dibagi atas:
o Hernia inguinalis lateralis
 Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis
(lateralis / internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis dan dapat
melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai di scrotum.

 Locus Minnoris Resistentiae :


a. Kongenital. Pada annulus inguinalis lateralis / internus. Hal ini sesuai dengan em riologik
turunnya testis dari cavum abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis. Pada keadaan
ini terjadi kegagalan obliterasi proc.Vaginalis peritonii.
b. Akuisital. Bagian lateral dari fovea inguinalis tateralis dimana ductus deferens dan vasa
spermatica berlalu di tempat itu. Hernia inguinalis lateralis disebut hernia scrotalis, bila isi
hernia berlanjut ke scrotum.
c. Pada wanita, Locus Minoris Resistent terletak di canalis inguinalis. Canalis inguinalis
tersebut berisi ligamentum yang menyangga uterus (ligamentum rotundum) dan hernia
muncul sebagai jaringan penghubung uterus yang bersinggungan dengan jaringan yang
mengelilingi tulang pubis. Canalis ini lebih dikenal dengan nama canalis Nuck.
Pada kasus hernia labialis harus dicari kemungkinan pseudohermafroditisme female, yaitu
fenotip wanita dan genotip laki-laki. Timbulnya fenotif wanita tersebut terdapat testis yang
membentuk estrogen untuk beberapa lamanya. Kurang lebih 70-80% female
hermafroditisme ini mempunyai H.Inguinalis yang isinya testis. Pada bayi atau anak-anak
dengan hernia inguinalis lateralis, kurang dari 1/1000 merupakan pseudohermafrodite.

o Hernia inguinalis medialis


 Hernia inguinalis medialis merupakan hernia yang berjalan melalui dinding inguinal
belakang, medial dari vasa epigastrica inferior ke daerah yang dibatasi oleh trigonum
Hasselbachii.
 Locus Minoris Resistentiae. Trigonum Hasselbachii (pada fovea inguinalis medialis),
sebelah dorsal dari annulus inguinalis medialis.
 Hernia ini biasanya hanya mendesak trigonum Hasselbachii dan sampai pada annulus
inguinalis externus di bawah kulit dan tidak sampai pada scrotum. Jadi trigonum masih utuh.
o Hernia Pantalon
 Hernia inguinalis lateralis dan medialis terjadi di kedua sisi/pihak (bilateral).
 Harus diingat : tidak ada hernia pantalon yang duplex.
o Hernia femoralis
 Merupakan hernia yang berjalan melalui annulus femoralis dan canalis femoralis menuju
fascia iliopectinea, dan tiba di bawah kulit pada fosca ovalis, melewati lamina criosa.

 Locus Minorus Resistentiae berada di Fascia tranversa yang menutupi annulus femoralis
yang disebut : Septum Cloquetti. Bangunan antara annulus femoralis dan lamina cribosa
(pada fosca ovalis) berbentuk canal dan disebut canalis femoralis.
 LMR bisa berupa fascia, aponeurosis, muskulus, tapi tidak berupa lobang, kecuali pada
hernia inguinalis lateralis (karena sebagian besar bersifat kongenital.
 Wanita lebih sering mengalami hernia femoralis karena:
 pada canalis femoralis, pembukaan dari canalis inguinalis dimana arteri femoralis, vena
dan syaraf melewati canalis tersebut.
 Selain itu wanita sering partus sehingga tekanan intraabdominal meningkat dan anulus
femoralis menjadi lemah.
 Bentuk pelvis wanita yang lebih horisontal sehingga tekanan pada ligamentum
inguinalenya menjadi lebih besar sehingga mudah kendor yang akan menyebabkan anulus
femoralisnya menjadi lebih lemah.
 Cara mengenali hernia femoralis :
 Letak dibawah lipat paha (lipat DD nya)
 Bila melanjut, bisa sampai diatas lipat paha bila isinya bukan usus (misal : omentum atau
pre pritoneal fat) karena bila isinya usus biasanya mudah mengalami incarserata meskipun
kecil, karena pintu annulus femoralis adalah kecil.
o Hernia umbilikalis
 Hernia umbilikalis intra uterine (fetalis)
 Hernia umbilikalis infantilis
 Hernia umbilikalis dewasa
o Hernia epigastrika
 Locus minoris resistantnya adalah linea alba antara procesus xypoideus dan umbilicus.
Biasanya terdapat pada orang gemuk.
 Hernia ini mula-mula hanya sebagai tonjolan lemak sehingga lebih merupakan hernia
adiposa yang terletak di epigastrika. Keadaan ini disebut juga hernia epigastrika spuria (tidak
berkantong).
 Lemak tersebut keluar melalui foramen kecil pada linea kecil pada linea alba yang dilalui
oleh vasa darah. Bila keadaan berlanjut, maka lemak preperitoneal akan ikut tertarik dan
akan menarik peritoneum pula sehingga terbentuk kantong hernia. Inilah hernia yang murni,
disebut hernia epigastrica vera.
 Kebanyakan membutuhkan operasi dini saat hernia masih kecil karena nyeri.
o Henia lumbalis
 Locus minoris resistent terletak pada trigonum Grynvelt.
 Hernia ini mempunyai insidensi rendah dan biasanya tidak pernah menjadi hernia
ireponibilis, banyak ditemukan pada orang tua post nefraktomi.

o Hernia obturatoria
 Foramen obturatoria ditutup oleh membrane obturatoria dan sulcus obtorius dapat
terbentuk canalis obturius (locus minoris resistant)
 Pintu hernia mulai dari foramen obturatorium masuk canalis obturatoria dan keluar dari
rongga pelvis menuju dorsal dari m.gracillis setinggi percabangan a.femoralis yang memberi
cabang rr.perinealis a.femoralis
 Kelainan ini sulit dikenali karena keluhan sangat umum, yaitu nyeri di bagian medial
kanan atas sehingga orang tidak mengira merupakan gejala hernia.
 Setelah beberapa hari sudah mulai ada gejala ileus sampai disini masih sulit ditentukan
diagnosisnya, karena ileus dan nyeri median atas paha tidaklah hanya merupakan gejala
hernia obturatoria karena itu adanya ileus sebagai prediagnosis dan preoperatif mendorong
dilakukannya laparatomi eksploratif. Barulah kelainan tersebut ditemukan dalam eksplorasi
karena ada bagian usus yang terjepit di foramen obturatorium.
 Dengan demikian diagnosis hernia incarserata selalu ditegakkan durante operatif
 Sedangkan yang non inkarserata umumnya justru tidak terdiagnosis.
o Hernia semilunaris
 Locus minoris resistant terletak pada sudut dimana linea semicircularis dengan linea
semilunaris bertemu.
 Pada titik tersebut serabut aponeurosis transverses abdominis dari sarung rectus
posterior membeluok menjadi sarang rectus anterior.
 Dengan demikian defek terletak pada serabut aponeurosis m.transversus abdominis.
o Hernia perinealis
 Hernia keluar dari rongga pelvis dengan LMR nya pada diafragma pelvis dan diafragma
perinealis yang dibentuk oleh serabut m.levator ani.
 Dikenal dua macam:
 Hernia perinealis anterior :
Terletak di depan, diantara serabut m.levator ani sebagai pintu hernia ke subcutan pada
perineum.
 Hernia perinealis posterior
Terletak di belakang, diantara serabut m.levator ani. Tidak keluar ke subcutan tetapi masuk
fossa ischiorectalis.
o Hernia ischiadica
 Pintu hernia terletak setinggi percabangan plexus nn.sacralis yang waktu keluar melalui
foramen ischiadicum yang terpisah oleh m. piriformis menjadi foramen supra dan infra
piriformis. Jadi hernia keluar melalui foramen suprapiriformis (disebut hernia glutealis
inferior).
 Jadi pada hernia ischiadica buka berarti hernianya bercabang jadi dua, tetapi pintu pada
foramen ischiadicum setinggi percabangan plexus sacralis.
b. Hernia abdominalis interna
- Isi hernia dari cavum abdominalis masuk rongga lain, misalnya ke rongga thorax, atau tetap
di rongga abdomen yaitu tersembunyi di dalam recessus ileocecalis, resesus
rectosigmoideus, recessus rectoduodenojejunalis dan mesentrium.
- Jadi hernia terjadi antara organ perut yang retro dan intra peritoneal.
- Diagnosis ditegakkan dengan roentgen foto.
- Menurut topografinya hernia interna terdiri dari:
o Hernia epiploicum winslowi
o Hernia bursa omentalis
o Hernia mesentrica
o Hernia retroperitonealis
 Hernia paraduodenalis
 Hernia resessus ileocecalis
 Hernia resessus sigmoideus
o Hernia diafragmatica
Hernia akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Menurut sebabnya dibagi menjadi:
- hernia diafragmatica traumatica
- hernia difragmatica non traumatica
3. Menurut ada tidaknya kantong:
a. hernia berkantong. Kantong adalah peritoneum
b. hernia tidak berkantong
- hernia adipose
- hernia incisionalis
- hernia cicatricalis
4. Menurut berlangsungnya hernia:
a. Hernia insipidus/iminen:
Hernia yang terjadi pada tahap awal, locus minoris resistensia belum berlubang/menonjol
tetapi isi hernia sudah mendesak.
b. Hernia manifest
Hernia yang telah nyata terbentuk, dimana isi hernia sudah keluar di dalam kantong hernia.
5. Hernia dengan bentuk khusus:
a. Hernia Richter
- Sebagian dinding usus menonjol, sedangkan sebagian besar usus di luar kantong hernia
dan lumen tetap terbuka, sehingga pasase makanan belum mengalami gangguan.
- Biasanya terjadi pada hernia femoralis dimana isi hernia sudah keluar sedikit melalui
annulus femoralis.
b. Hernia littre
- Sedikit berbeda dengan hernia richter dimana terjadinya hernia berkaitan dengan adanya
kelainan embriologik, yaitu diverticulum Mackell yang tetap ada dan jumlahnya banyak.
c. Hernia slidding
- merupakan jenis herinia dimana seakan hernia meluncur ke bawah dan pada stadium akhir
organ tersebut akan membentuk dinding posterior kantong hernia
- Organ yang masuk: colon sigmoid, vesica urinaria.
d. Hernia interstitialis
- Hernia yang terjadi karena kesalahan reposisi hernia reponibel, dimana reposisi kurang
hati-hati sehingga waktu memasukkan usus/isi hernia tidak masuk ke rongga abdomen
tetapi masuk ke celah antara jaringan atau jaringan interstitial.
- Apabila pembuluh darah dinding usus pecah maka terjadi perdarahan sehingga terjadi
rupture isi hernia.
e. Hernia pantalon
- Keadaan dimana terdapat hernia inguinalis lateralis bersama-sama dengan hernia medialis
pada satu sisi.
f. Hernia Spiegel
- Hernia yang terjadi di linea semilunaris pada atau di bawah linea semilunaris, namun dari
atas tempat vasa epigastrium inferior menyilangi tepi lateral m.Rectus Abdominis.
g. Hernia permagna
- Separuh isi rongga perut keluar ke dalam kantong hernia.
6. letak penonjolan
a. Hernia inguinalis lateralis/indirek
b. Hernia inguinalis medialis/direk

2.4. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar. Faktor yang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan didalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena usia,
aktivitas, obesitas, keadaan-keadaan penyakit tertentu (asites, batuk menahun), kehamilan
dan adanya massa abdomen yang besar.(1,2,3)

2.5. Patofisiologi(1,2,3)
a. Hernia inguialis
Hernia inguinalis dapat terjadi karena ano¬mali kongenital atau karena sebab yang didapat.
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita.
Berbagai faktor penyebab ber¬peran pada pempentukan pintu masuk her¬nia pada anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu
diperlukan pula fak¬tor yang dapat mendorong isi hernia mele¬wati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada tiga meka¬nisme yang dapat mencegah terjadinya her¬nia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus
adominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia
transversa yang kuat yang me¬nutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada meka¬nisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang ter¬buka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prose¬sus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka se¬dangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Te¬tapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa
persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada
anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih
dari separo, sedangkan insidens hernia tidak melebihi 20%. Umum¬nya disimpulkan bahwa
adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia
tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus ingui¬nalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertro¬fi
prostat, konstipasi, dan asites sering diser¬tai hernia inguinalis.
Insidens hernia meningkat dengan ber¬tambahnya umur mungkin karena mening¬katnya
penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan jaringan penunjang ber¬kurang
kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus inter¬nus turut
kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis ingui¬nalis berjalan
lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke
dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
n.ilio¬inguinalis dan n.iliofemoralis setelah apen¬dektomi. Jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis
(lateralis / internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis dan dapat
melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai di scrotum.
Locus Minnoris Resistentiae hernia inguinalis lateralis congenital adalah pada annulus
inguinalis lateralis / internus. Hal ini sesuai dengan embriologik turunnya testis dari cavum
abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis. Pada keadaan ini terjadi kegagalan
obliterasi proc.Vaginalis peritonii. Sedangkan pada yang akuisital adalah bagian lateral dari
fovea inguinalis lateralis dimana ductus deferens dan vasa spermatica berlalu di tempat itu.
Pada wanita, Locus Minoris Resistent terletak di canalis inguinalis. Canalis inguinalis tersebut
berisi ligamentum yang menyangga uterus (ligamentum rotundum) dan hernia muncul
sebagai jaringan penghubung uterus yang bersinggungan dengan jaringan yang mengelilingi
tulang pubis. Canalis ini lebih dikenal dengan nama canalis Nuck.
Pada kasus hernia labialis harus dicari kemungkinan pseudohermafroditisme female, yaitu
fenotip wanita dan genotip laki-laki. Timbulnya fenotif wanita tersebut terdapat testis yang
membentuk estrogen untuk beberapa lamanya. Kurang lebih 70-80% female
hermafroditisme ini mempunyai H.Inguinalis yang isinya testis. Pada bayi atau anak-anak
dengan hernia inguinalis lateralis, kurang dari 1/1000 merupakan pseudohermafrodite.
Hernia inguinalis medialis merupakan hernia yang berjalan melalui dinding inguinal
belakang, medial dari vasa epigastrica inferior ke daerah yang dibatasi oleh trigonum
Hasselbachii. Locus Minoris Resistentiaenya Trigonum Hasselbachii (pada fovea inguinalis
medialis), sebelah dorsal dari annulus inguinalis medialis. Hernia ini biasanya hanya
mendesak trigonum Hasselbachii dan sampai pada annulus inguinalis externus di bawah
kulit dan tidak sampai pada scrotum. Jadi trigonum masih utuh.

b. Hernia femoralis
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan kira¬-kira 4
kali laki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang
atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita datang ke dokter
atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik dite¬mukan benjolan
lunak di lipat paha di ba¬wah ligamentum inguinale di medial v.fe¬moralis dan lateral
tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan
benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau karena penderita gemuk.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk ke
dalam kanalis femoralis yang ber¬bentuk corong sejajar dengan v.femoralis sepanjang
kurang lebih 2 cm dan keluar pada vosa ovalis di lipat paha.
Secara patofisiologi peninggian tekanan in¬traabdomen akan mendorong lemak
pre¬peritoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya
her¬nia. Faktor penyebab lain¬nya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi
jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat ter¬jadi sebagai komplikasi
herniorafi pada her¬nia inguinalis terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice
yang menye¬babkan fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.
Hernia femoralis merupakan hernia yang berjalan melalui annulus femoralis dan canalis
femoralis menuju fascia iliopectinea, dan tiba di bawah kulit pada fosca ovalis, melewati
lamina criosa. Locus Minorus Resistentiae berada di Fascia tranversa yang menutupi annulus
femoralis yang disebut Septum Cloquetti. Bangunan antara annulus femoralis dan lamina
cribosa (pada fosca ovalis) berbentuk canal dan disebut canalis femoralis. LMR bisa berupa
fascia, aponeurosis, muskulus, tapi tidak berupa lobang, kecuali pada hernia inguinalis
lateralis (karena sebagian besar bersifat kongenital.
Wanita lebih sering mengalami hernia femoralis karena:
 pada canalis femoralis, pembukaan dari canalis inguinalis dimana arteri femoralis, vena
dan syaraf melewati canalis tersebut.
 Selain itu wamota sering partus sehingga tekanan intraabdominal meningkat dan anulus
femoralis menjadi lemah.
 Bentuk pelvis wanita yang lebih horisontal sehingga tekanan pada ligamentum
inguinalenya menjadi lebih besar sehingga mudah kendor yang akan menyebabkan anulus
femoralisnya menjadi lebih lemah.

c. Hernia umbilikalis
 Hernia umbilikalis intra uterine (fetalis)
Dalam keadaan normal pertumbuhan janin intra uterina, terjadi perputaran usus menuju
posisi viscera seperti orang dewasa. Dalam proses tersebut usus sempat menonjol ke
umbilicus mulai minggu ke 6 dan berbalik lagi pada minggu ke 10 - 12, tumbuh dan
menyelesaikan rotasinya. Kegagalan viscera untuk kembali secara lengkap ke rongga
abdomen menyebabkan dinding ventral perut fetus tak terbentuk. Hal ini disebabkan
rongga abdomen tak cukup besar untuk menampung viscera-viscera yang menonjol ke
umbilicus (ketidak sesuaian volume usus dan volume abdomen). Pada bayi dengan
omphalocele, viscera yang terletak pada umbilicus tak dilapisi kulit namun hanya dilapisi
membran tralusen yang terdiri atas membran amnion tak dilapisi peritoneum. Yang
dikawatirkan adalah karena udara (terkena udara) maka membran tersebut cepat kering,
terjadi nekrosis sehingga membahayakan penderita. Karenanya perlu segera dilakukan
tindakan operatif dengan cara sebagian usus dipotong dan dinding usus dirapatkan.

 Hernia umbilikalis infantilis


Terjadinya hernia dapat disebabkan oleh :
a. Kongenital tak sempurna :Sejak lahir anak telah mempunyai umbilicus yang menonjol
(LMR telah ada sejak lahir).
b. Akuisital. Perawatan tali pusat yang kurang baik. Kesalahan pemotongan tali pusat,
sehingga timbul infeksi dan akibatnya apponcurosis or linea alba yang melalui umbilicus
berlubang.
Dengan defek di atas dan dicetuskan oleh tekanan intra abdominal yang meninggi
(menangis, batuk, mengejan) maka terjadi hernia. Biasanya terjadi beberapa hari setelah
lahir, sampai usia 1 - 2 tahun.
 Hernia umbilikalis dewasa
 Paling banyak dijumpai pada usia pertengahan,wanita yang sering portus atau wanita
gemuk ( apponeurosis sekitar umbilicus menjadi kendor / renggang ).
 Meskipun tekanan intra abdominal yang meninggi merupakan faktor terjadinya hernia ini,
namun keadaan biologik yang patut ini (untuk di tekankan ) adalah adanya defek kecil
persistent sejak lahir. Umbilicus yang normal tidak akan ,mengalami hernia. Biasanya defek
kecil ini hanya berisis omentum yang tidak tampak. Faktor presipitasi yang ada akan
mendorong omentum kedalam defek dan selanjutnya diikuti oleh colon transversum
sebagai viscera pertama.
 Tindakan :
 Operatif dan dilakukan reposisi untuk menutup defek yang ada. yang digunakan adalah
MAYO. LMR pada Annulus umbilicalis, tu,pada perpotongan dengan linea alba.

d. Hernia epigastrika
Locus minoris resistantnya adalah linea alba antara procesus xypoideus dan umbilicus.
Biasanya terdapat pada orang gemuk. Hernia ini mula-mula hanya sebagai tonjolan lemak
sehingga lebih merupakan hernia adiposa yang terletak di epigastrika. Keadaan ini disebut
juga hernia epigastrika spuria (tidak berkantong). Lemak tersebut keluar melalui foramen
kecil pada linea kecil pada linea alba yang dilalui oleh vasa darah. Bila keadaan berlanjut,
maka lemak preperitoneal akan ikut tertarik dan akan menarik peritoneum pula sehingga
terbentuk kantong hernia. Inilah hernia yang murni, disebut hernia epigastrica vera.
Kebanyakan membutuhkan operasi dini saat hernia masih kecil karena nyeri.

e. Hernia obturatoria
Foramen obturatoria ditutup oleh membrane obturatoria dan sulcus obtorius dapat
terbentuk canalis obturius (locus minoris resistant). Pintu hernia mulai dari foramen
obturatorium masuk canalis obturatoria dan keluar dari rongga pelvis menuju dorsal dari
m.gracillis setinggi percabangan a.femoralis yang memberi cabang rr.perinealis a.femoralis.

f. Hernia diafragmatica
Hernia akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Menurut sebabnya dibagi menjadi:
- hernia diafragmatica traumatica
- hernia difragmatica non traumatica
1. Hernia Diafragmatica traumatica
Merupakan hernia akuisital, karena pukulan, tembakan, tusukan yang dapat menyebabkan
diafragma menjadi lemah atau berlubang. Sehingga isi rongga abdomen menuju rongga
thorax. Bisa juga karena abses hepar yang meluas kebawah diafragma (abses Subphrenicus )
sehingga bagian diafragma disitu menjadi lemah dan menjadi LMR. Sebagian besar hernia (
70 % ini terjadi di bagian kiri,karena di bagian kanan terdapat hepar ). Pada hernia
diafragmatica yang disebabkan adanya abses hepar pada umumnya terdapat fistula dengan
bronchus lobus bawah. Hal ini disebabkan oleh permukaan diafragma dari lobus bagian
bawah menjadi lengket jauh sebelum terjadi perforasi.
2. Hernia diafragmatica non – traumatica
a. Kongenital
Yang sering terjadi adalah tidak menutupnya diafragma secara sempurna selama
pertumbuhan janin, sehingga usus bisa masuk kerongga thorax.
Dikenal antara lain :
1. Hernia pleuroperitoneal ( hernia bochdalek )
Enam kali lebih sering terjadi pada bagian sebelah kiri. Locus Minoris Resistent di foramen
bochdalek. Foramen bochdalek merupakan celah yang terbentuk oleh serabut -serabut
diafragma yang saling bersimpangan, yaitu pars lumbalis dan pars cotalis diafragma.
Akibatnya menjadi hubungan bebas kedua organ tanpa kantong hernia (baik peritoneum
maupun leural). Dengan demikian thorax dipenuhi oleh viscera abdomen dan tidak hanya
terjadi colaps pilmo homolateral tetapi juga terjadi pergeseran jantung dan struktur
mediastinal kesisi yang berlawanan. Dan dengan demikian menekan pulmo yang
berlawanan pula. Keadaan ini cukup gawat dan perlu koreksi segera.
2. Hernia parasternalis ( hernia morgagni )
Locus Minoris Resistent di foramen morgagni. Foramen Morgagni merupakan celah antara
perlekatan diafragma pada costa dan sternum dimana bisa dilalui oleh vasa epigastrica
superior. Disebabkan pertumbuhan otot yang kurang di sekitar foramen morgagni. Pada
infant terbentuk kantong peritoneum yang berisi hepar atau usus. Bila terjadi pada orang
dewasa, selain disebabkan karena foramen morgagni yang cukup besar juga dikarenakan
faktor-faktor predisposisi lainnya. Isi hernia umumnya lemak pre peritoneal.
3. Tak terbentuknya segmen pleuroperitoneal
Terletak disebelah lateral arcus lumbocostalis. Bisa hanya merupakan celah kecil dimana
pleura langsung berhubungan dengan lemak pre peritoneal dari dekat kutub superior ginjal.
Bila segmen tak terbentuk sama sekali (congenital absent) terdapat kantong yang
merupakan kombinasi pleura dan peritoneum. Yang lebih sering terjadi: celah terletak jauh
ke belakang sehingga organ peritoneal mendesak masuk rongga thorax dengan kantong
hanya terdiri dari pleura.
b. Akuisital
1. Hernia hiatus oesophagus
Sebetulnya kurang tepat menggolongkan hernia ini pada jenis akuisital, karena untuk
terbentuknya kadang ada faktor kongenital, yaitu : hiatus terlalu besar (lebar ) dan
oesophagus terlalu pendek bila oesophagus terlalu pendek ( kongenital ) maka ketika lahir
telah dijumpai bagian atas ventriculus yang berada di mediastinum posterior. Namun
oesophagus pendek dapat juga terjadi secara akuisital, misal akibat kontraktur ( jaringan
parut akibat oesophagus peptic ).
Locus Minoris Resistent didekat hiatus oesophagus. Dalam keadaan demikian maka isi
hernia adalah oesophagustratic junction yang tertarik keatas. Sedang bila hernia terjadi
karena hiatus terlalu besar (lebar) hernia timbul secara perlahan, tergantung ukuran hiatus
dan kekuatan otot yang membatasi hiatus. Dalam hal ini maka kantong peritoneum beserta
fundus lambung akan mendesak ke hiatus oleh tekanan abdomen dan thorax yang berbeda.
Biasanya oesophagastrik juntion pada keadaan ini terletak normal di bawah diafragma.
Dalam keadaan normal oesophagus dan ventriculus membentuk sudut yang runcing
sehingga tidak memungkinkan terjadinya reflux. Namun kadang – kadang terdapat kelainan
dimana sudut tersebut tidak runcing sehingga ada kemungkinan terjadi reflux.Sehingga
cardia bisa masuk ke rongga thorax melalui hiatus.Hernia yang demikian disebut hernia
oesophagus tipe sliding ( sudut oesophagus dan ventriculus tumpul ). Ini lain dengan sliding
hernia.
Jadi pada hernia histus oesophagus :
- Sudut menjadi tumpul ( normal runcing )
- Cardia dapat masuk ke rongga thorax
- Terjadi reflux
- Rasa seperti gejala – gejala radang oesophagus
- Hernia oesophagus kadang dapat terjadi melalui tempat yang lemah. Pada keadaan ini
sudut yang terbentuk normal, namun karena suatu sebab terdapat defek disamping hiatus.
Akibat cardia masuk melalui defek tadi.

2.6. Gejala Klinis


Dari anamnesis dapat ditanyakan gejala dan keluhan hernia. Umumnya pasien mengatakan
turun berok, burut, atau kelingsir, atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau
kemaluan. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan menghilang waktu
berbaring sedangkan pada hernia strangulasi dan inkarserata maka benjolan bersifat
irreponible. Hernia yang kecil menyebabkan penderita merasa tidak nyaman (discomfort)
sering terjadi pada saat bekerja dan berdiri. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada
biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah, aflatus dan tidak BAB baru timbul kalau
terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren dan bisa
menyebabkan gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pasien dengan
hernia indirect mengeluh sensasi “terbakar” akibat tarikan kantung peritoneal. Pada hernia
inkarserata yang sudah kronis, biasanya isi hernia adalah omentum, tidak akan
menimbulkan perasaan tidak nyaman (discomfort).(1)
Gejala dan tanda hernia berkaitan erat dengan letak dan isi hernia, sedangkan keluhan yang
timbul tergantung macam hernia, misalnya:
- Hernia pada anak kecil
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu, anak sering
menangis, mengejan, dan batuk, sedangkan yang berkaitan dengan phimosis ditanyakan
kencing lancar atau tidak.
- Hernia pada orang dewasa
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu pekerjaan,
aktivitas, penyakit kronis yang diderita (misalnya: batuk kronis, prostat hipertrofi,
vasikulolitiasis, multiparitas).
- Hernia Femoralis
Ditanyakan benjolan pada paha dan biasaya diderita oleh wanita, jika isinya kandung kemih
akan menimbulkan frekuensi, urgensi, disuria terminal dan hematuria.

Gejala dan tanda Hernia Inkarserata Hernia Strangulata


Nyeri Kolik Menetap
Suhu Badan Normal Normal/meninggi
Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas

2.7. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien diperiksa dalam keadaan
berdiri dan diminta untuk mengejan, Pada saat pasien mengedan dapat dilihat hernia
inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral
atas ke medial bawah. Ini juga dilakukan untuk membedakan dengan limfadenopati.
Benjolan yang terlihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis, sedang di bawah
lipat paha menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia yang telah terjadi incarserata atau
strangulasi maka disekitar hernia akan terlihat eritema dan udema.(1,4)

b. Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia adalah usus maka
akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia omentum tidak akan terdengar
apa-apa. (2, 6)
c. Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal tergantung dari isi
hernia tersebut. Untuk membedakan hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
digunakan 3 cara:
- Finger test
Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat teraba isi dari
kantong hernia, misalnya usus atau omentum (seperti karet). Dari skrotum maka jari
telunjuk ke arah lateral dari tuberkulum pubicum, mengikuti fasikulus spermatikus sampai
ke anulus inguinalis internus. Dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Pada keadaan normal jari tidak bisa masuk. Dalam hal hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan.
( 4, 6, 7) Bila hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis, dan bila hernia
menyentuh samping ujung jari berarti hernia inguinalis medialis.
- Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan tuberculum pubicum dan
palpasi dilakukan di garis tengah, sedang untuk bagian medialis dilakukan dengan jari
telunjuk melalui skrotum. Kemudian pasien diminta mengejan dan dilihat benjolan timbal di
annulus inguinalis lateralis atau annulus inguinalis medialis dan annulus inguinalis femoralis.
- Tumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus inguinalis lateralis, annulus
inguinalis medialis, dan annulus inguinalis femoralis adalah ibu jari.
- Pada anak kecil pada saat palpasi dari corda maka akan teraba corda yang menebal, saat
mengejan, yang mudah dilakukan dengan menggelitik anak. Maka akan teraba seperti
benang sutra yang dikumpulkan (silk sign).
- Diapanoskopi
Untuk melihat apakah ada cairan atau tidak, dilakukan untuk membedakan dengan
hidrocele testis. Caranya dengan menyinari scrotum dengan senter yang diletakkan di
belakang scrotum. Pada pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil negatif karena hernia
berisi usus, omentum atau organ lainnya, bukan cairan.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang foto roentgen biasanya tidak diperlukan untuk mendiagnosis
hernia. Rontgen hanya diperlukan untuk hernia interna, misalnya hernia diafragmatica.
Sedangkan USG bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis massa yang berada di dalam
dinding abdomen atau untuk menyingkirkan diagnosis bengkaknya testis.

Jika dicurigai adanya hernia strangulata, maka bisa dilakukan pemeriksaan radiologik
berupa:
 Foto rontgen dada untuk menyingkirkan adanya gambaran udara bebas (sangat jarang
terjadi).
 Foto abdomen PA dan posisi supine untuk mendiagnosis obstruksi VU untuk
mengidentifikasi daerah diluar rongga abdomen.
CT Scan atau USG bisa juga digunakan untuk penegakan dignosis:
 Spigelian atau hernia obturator
 Pada pasien dengan bentuk tubuh yang kurang baik.

Gambar 10. Contoh hasil CT Scan Abdomen


2.8. Diagnosis
Diagnosa hernia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, gejala klinis
maupun pemeriksaan khusus.
a. Anamnesis
 Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut dapat menetap
(irreponible), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi irreponibilis.
 Penonjolan timbul jika tekanan intraabdomen naik.
 Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan (manual).
 Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada herinia inkarserata.
 Nyeri pada keadaan strangulasi.
 Terdapat faktor-faktor predisposisi.
b. Pemeriksaan Fisik
 Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas, bising usus (+),
transiluminasi (-).
 HIL :
o Terletak diatas ligamentum inguinalis
o Lateral terhadap vasa epigastrika inferior
o Jika dapat dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin eksternus
teraba tekanan pada ujung jari, jalan keluar hernia tertutup (finger test)
o Bentuk hernia biasanya lonjong
 HIM :
o Terletak diatas ligamentum inguinalis
o Medial terhadap vasa epigastrika inferior
o Jika dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin eksternus
teraba tekanan pada sisi medial dan hernia timbul lagi (finger test)
o Bentuk hernia biasanya bulat
 Hernia femoralis :
o Terletak dibawah ligamentum inguinalis.
Bila benjolan tidak tampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam
keadaan berdiri. Bila hernia maka akan tampak benjolan, atau pasien diminta berbaring,
bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan abdominal.
Untuk menilai keadaan cincin hernia melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas
lateral dari tuberkulum. Ikuti funikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus.
Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan
merasakan apakah ada masa yang menyentuh jari tangan. Bila masa tersebut menyentuh
ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis/indirek. Sedangkan bila menyentuh sisi
jari maka diagnosisnya hernia inguinalis medialis.(8)

2.9. Diagnosis banding


- Hidrokel
Mempunyai batas atas tegas, iluminensi positif dan tidak dapat dimasukkan kembali. Testis
pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel pemeriksaan
transluminasi/diapanoskopi akan memberi hasil positif.
- Limpadenopali anguinal
Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.
- Testis ektopik
Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
- Lipoma/herniasi
Lemak praperitoneal melalui cincin inguinal.
- Granuloma inguinalis
- Orkitis (1, 2, 3, 4, 6, 8)

2.10. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan
merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau
abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan
hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya
gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Jika dalam 6 jam tidak ada
perbaikan atau reposisi gagal segera operasi. (1, 3, 6)

b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah sekitar hernia,
yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isis hernia
keluar dari cavum peritonii.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan menolak dilakukan operasi.
Bentuk kepala sabuk seperti kepala ular. Kepala sabuk ditempatkan tepat di pintu hernia
supaya menghalangi keluarnya organ intra abdomen.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada:
- Hernia reponibilis
- Hernia irreponibilis
- Hernia strangulasi
- Hernia incarserata
Tujuan operasi hernia:
- Reposisi isi hernia
- Menutup pintu hernia
- Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
Dasar indikasi operasi untuk hernia adalah:
- Timing Operasi
o Elektif dilakukan pada hernia reponibilis
o 2 x 24 jam dilakukan pada hernia irreponibilis
o Speed operasi dilakukan untuk hernia incarserata dengan penderita yang mengalami
tanda-tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemi dan ganggren pada isi hernia.
- Bila keadaan yang mengancam jiwa maka dilakukan Tindakan konservatif dilakukan bila
hernia masih reponibilis. Tindakan paliatif dilakukan pada pasien dengan keadaan umum
yang jelek dan hernia incarserata untuk mengatasi ileus, baru kemudian dilakukan
penutupan hernia.
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:
1. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum
abdominalis.
2. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan
antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan m.transversus abdominis yang
berinsersio di tuberculum pubicum).
3. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR hilang/tertutup dan
dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis
lateralis ada bermacam-macam menurut kebutuhannya:
a. Ferguson
Yaitu fuuniculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari m.obliquus eksternus dan
internus abdominis dan m.obliquus internus dan m.transversus abdominis dijahitkan pada
ligamentum inguinale dan meletakkan funiculuc spermaticus di dorsal, kemudian
apponeurosis m.obliquus eksternus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi analis inguinalis.
b. Bassini
M.Obliquus internus dan m.transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinale.
Funiculus spermaticus diletakkan ventral dari m. tadi tetapi dorsal dari apponeurosis
m.obliquss eksternus sehingga canalis inguinalis tetap ada. Dengan cara ini kedua muskuli
tadi memperkuat dinding belakang dari canalis inguinalis, sehingga locus minoris resistens
hilang.

c. Halstedt
Dilakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minoris resistens. M.Obliquus
eksternus abdominalis, m.obliquus internus abdominis dan m.obliquus transversus
dijahitkan pada ligamentum inguinal dan meletakkan funiculus spermaticus pada subcutis.
Hernioplasty pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
Mc.Vay, yaitu dengan menarik m.Obliquus abdominis internal dan m.transversa abdominis
serta conjoint tendon lalu dijahitkan pada ligamentum Cowperi lewat sebelah dorsal dari
ligamentum inguinale. Sehingga dengan demikian annulus femoralis tertutup oleh
m.obliquus abdominis internus dan contjoint tendon, dan juga m.transversus abdominis.
Operasi hernia pada anak:
Operasi hernia dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2 yaitu:
 Anak berumur kurang dari 1 tahun
 Menggunakan teknik Michele Benc. Dilakukan tanpa membuka aaponeurosis
m.Abdominis eksternus (tanpa membuka canalis inguinalis medialis) , yaitu mengambil
kantong hernia lewat anulus inguinalis medialis, kemudian dilakukan herniotomy dilanjutkan
herniorapy (tanpa digantung) dan tanpa hernioplasty.
 Anak berumur lebih dari 1 tahun
 Menggunakan teknik POTT. Canalis Inguinalis dibuka (membuka aponeurosis m.abdominis
eksternus) , kemudian dilakukan herniotomy, herniorapy tanpa digantung pada contjoint
tendon dan tanpa hernioplasty.
Kontraindikasi operasi:
o Bayi berumur <6>

You might also like