Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara-negara tropis DBD umumnya meningkat pada musim penghujan dimana

banyak terdapat genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk aedes

aegypty. Di daerah perkotaan umumnya wabah DBD kembali meningkat pada musim

kemarau.

Di Asia Tenggara termasuk Indonesia epidemik DBD merupakan problem dan

penyebab utama morbiditas dan mortalitas baik pada anak-anak ataupun orang dewasa. DBD

pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya dengan angka

kematian mencapai 41,5% dan pada tahun 1997 DBD telah menyerang semua propinsi di

Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan jumlah kasus menunjukan kecenderungan

meningkatkan baik jumlah kasus maupun luas daerah yang terjangkit dan selalu terjadi KLB

setiap tahunnya. (Depkes RI, 1995).

Daerah yang terjangkit DBD pada umumnya adalah kota atau wilayah yang padat

penduduknya, rumah yang saling berdekatan memudahkan penularan penyakit ini.

Mengingat nyamuk aedes aegypty terbangnya maksimal 100 meter. Di Indonesia

penduduknya makin bertambah dan transportasi semakin baik serta perilaku masyarakat

dalam menampung air, penampungan air ini sangat rawan sebagai tempat berkembangnya

nyamuk aedes aegypty dan virus dengue karena nyamuk aedes aegypty hidup di air bersih.

Maka masalah penyakit DBD semakin besar bila tidak dilakukan upaya pemberantasan dan

pencegahan yang intensif dan masih kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terutama

keluarga tentang pencegahan penyakit DBD. (Nadesul, 2004).

1
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sejenis

arbovirus, disebabkan melalui vektor yang dikenal sebagai aedes aegipty dan aedes

albofictus dimana masa inkubasinya kira-kira satu minggu. (Depkes, 2004).

Di provinsi Sumatera Selatan menurut Dinkes Sumsel selama Januari 2007 tercatat 445

orang atau meningkat dibandingkan Desember 2006 yaitu 394 penderita, total penderita di

Sumatera Selatan sebanyak 2.200 penderita pada tahun 2006 dan 2 diantaranya meninggal

dunia.

Pada tahun 2006 penderita DBD di Kabupaten OKU sebanyak 7 penderita, pada tahun

2007 jumlah penderita sebanyak 5 orang dan Pada tahun 2008 penderita DBD tercatat

sebanyak 5 orang penderita yang 2 diantaranya terdapat di desa Kemelak wilayah kerja

Puskesmas Kemalaraja Kelurahan Kemalaraja, Sepancar, Baturaja Lama merupakan desa

yang belum terkena penyakit DBD kelurahan Kemalaraja ini terdiri dari 13.789 jiwa dengan

3.319 kepala keluarga.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap supaya pencegahan

demam berdarah dengue di desa Kemalaraja.

B. Rumusan Masalah

Belum Diketahuinya Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Dengan

Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Kemalaraja wilayah kerja puskesmas

Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2009.

2
C. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimanakah gambaran pengetahuan dan sikap kepala keluarga dengan upaya

pencegahan demam berdarah dengue?

b. Adakah hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam

berdarah dengue?

c. Adakah hubungan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah

dengue?

d. Adakah hubungan pengetahuan dan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan

demam berdarah dengue?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Dengan

Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Kemalaraja wilayah kerja

puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun

2009.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap kepala keluarga dengan upaya

pencegahan demam berdarah dengue

b. Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap kepala keluarga dengan upaya

pencegahan demam berdarah dengue?

c. Diketahuinya hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan upaya pencegahan

demam berdarah dengue?

3
d. Diketahuinya hubungan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam

berdarah dengue?

E. Manfaat Penelitian

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat antara lain:

1. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan

kinerja tenaga kesehatan Puskesmas dalam membuat perencanaan status kesehatan

masyarakat terhadap penyakit

2. Bagi Jurusan Keperawatan Baturaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi serta diharapkan

dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa/I kesehatan jurusan

keperawatan Baturaja.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penyakit DBD serta

bagaimana cara pencegahanya.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat mengetahui tentang penyakit

DBD dan bagaimana cara menanggulanginya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap upaya

pencegahan DBD.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Demam Berdarah

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam

manifestasikan pendarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian. (Mansjoer Arif, 2000).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegipty dan aedes albopictus.

B. Penyebab Terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang

disebabkan oleh salah satu dari empat serotipc virus dari genus flavivirus famili flavivirade.

Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aedgypti. (Wikipedia

Indonesia).

Virus dengue tergolong dalam famili, suku, grup flaviride dan dikenal ada 4 serotip.

Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsung perang dunia ke-II, sedangkan dengue

3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk

batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktifitas oleh dietileter dan natrium

dioksikolat, stabil pada suhu 70o C. Ke empat serotif telah ditemukan pada pasien-pasien di

Indonesia. Dengue 3 merupakan seratipe yang paling banyak beredar. (Ilmu Penyakit Demam

(dengue) Hendarwanto jilid 1, edisi ke 3).

1. Nyamuk penular demam berdarah dengue (DBD)

5
a. Ciri-ciri nyamuk DBD

1) Berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya.

2) Hidup di sekitar rumah, bangunan dan gedung.

3) Mampu terbang sampai 100 meter.

4) Nyamuk betina biasanya menggigit (menghisap darah manusia) pada pagi sampai

sore hari setiap 2 hari sekali.

5) Senang berisitirahat pada benda-benda tergantung, berwarna gelap seperti

pakaian, kelambu, goden dan lain-lain.

6) Umur nyamuk rata-rata 2 minggu tetapi dapat mencapai 2-3 bulan.

b. Tempat berkembang biak

1) Berkembang biak di tempat-tempat yang dapat menampung air bersih seperti :

bak mandi, WC, tempayan, ember, drum, tempat minum burung, ayam, binatang

lainnya, ovitrap, vas bunga, tanaman, pot tanaman hias air, perangkap semut,

penampungan air yang terdapat pada dispenser kulkas dan AC, bak meteran

PAM, talang, dak, lubang pagar, pelepah daun, pohon, barang-barang bekas

seperti: kaleng, ban, botol, mangkok, plastik, tempurung kelapa, potongan bambu

dan lain-lain.

2) Nyamuk DBD tidak dapat berkembang biak di selokan, got, kolam berisi air kotor

atau air yang lainnya langsung berhubungan dengan tanah.

c. Siklus hidup nyamuk

1) Siklus nyamuk DBD terdiri dari telur, jentik, kepompong dan nyamuk dewasa.

2) Perkembang dari telur menjadi nyamuk dewasa 7 sampai dengan 10 hari.

Telur nyamuk

6
1) Setiap kali bertelur mampu mengeluarkan sebanyak 100 telur

2) Berwarna hitam dengan ukuran ± 0,8 mm

3) Telur dapat bertahan di tempat kering (tanpa air) sampai 6 bulan.

Jentik nyamuk

1) Selalu bergerak aktif didalam air, geraknya berulang-ulang dari bawah keatas

permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun kebawah.

2) Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.

3) Setelah 6-8 hari jentik akan berubah menjadi kepompong.

Kepompong

1) Berbentuk koma

2) Gerakanya lamban

3) Sering berada dipermukaan air

4) Setelah 1-2 hari kepompong berubah menjadi nyamuk baru.

2. Epidemiologi

Epidemiologi dengue dilaporkan pertama kali di Batavia oleh David Bylon pada

tahun 1779, sedangkan DBD mula-mula dikemukakan oleh Quintos dan kawan-kawan di

Manila pada anak-anak pada tahun 1954. Penyakit dengue merupakan penyakit endemik

di Indonesia, tetapi dalam jarak 5 sampai 20 tahun dapat timbul letusan epidemi.

Demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia, pertama kali berjangkit di

Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepatian virologik baru diperoleh pada tahun 1970.

DBD pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swadana (1970) yang kemudian

secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh daerah tingkat I di Indonesia.

7
Data yang terkumpul dari tahun 1968-1993 menunjukkan DBD dilaporkan

sebanyak terjadi tahun 1973 sebanyak 10.189 pasien dengan usia pada umumnya

dibawah 15 tahun. Penelitian di pusat pendidikan Jakarta Semarang, Yogja dan

Surabaya, menunjukkan bahwa DBD dan DSS juga ditemukan pada usia dewasa dan

terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pasiennya.

Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegypti, disamping pula

Aedes Abopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan tawar

seperti bak mandi, drum penampungan air, kaleng bekas dan lain-lain. Adanya vektor

tersebut berhubungan erat dengan beberapa faktor antara lain:

a. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk kebersihan sehari-hari.

b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.

c. Penyediaan air bersih yang langka

Daerah yang terjangkit DBD adalah wilayah yang ada penduduk, karena:

a. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak

terbang Aedes Aegypti 40-100 meter.

b. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters),

yaitu menggigit bebera orang secara bergantian dalam waktu singkat. Dengan makin

lancarnya hubungan lalu lintas, kota-kota kecil atau daerah semi urban dekat kota

besarpun saat ini mudah terserang penyakit dari suatu sumber dikota besar.

Kasus DBD cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan:

a. Perubahan musim dipengaruhi frekuensi gigitan nyamuk, karena pengaruh musim

hujan, puncak jumlah gigitan terjadi pada siang dan sore hari.

8
b. Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap gigitan

nyamuk, misalnya dengan lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan.

Biasanya DBD akan menyerang orang-orang yang tinggal di pinggiran, kumuh dan

lembab serta anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Untuk mencegah serangan, tentunya

adalah dengan membasmi nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi media virus, dengan

tidak menyediakan tempat berkembang bianya di tempat lembab dan berair. Untuk

memberantas nyamuk itu, jentik-jentiknya di tempat lembab dan berair. Untuk

memberantas jenitik-jentiknya atau sarang-sarangnya harus diberantas (PSN-DBD).

Karena tempat berkembang biaknya ada di rumah-rumah dan tempat-tempat umum,

setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD, secara teratur sekurang-urangnya

seminggu sekali selain itu, fogging dan memutuskan mata rantai pembiakan Aedes

Aegypti lewat abastisasi juga harus dilakukan.

C. Tanda dan Gejala Anak yang Menderita DBD

Dapat terjadi demam bersifat mendadak dan berlangsung 5 hari. Anak yang terkena

demam berdarah biasanya terlihat lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala nyeri pada bola

mata, punggung dan persendian. Timbul pula bercak-bercak pada tubuh terutama di daerah

muka dan dada. Gejala lanjut yang terjadi adalah timbulnya keriput kulit di kening, lengan,

paha dan anggota tubuh lainnya. (Widjaja, 2005).

Jika untuk pertama kali terinfeksi virus dengue maka pada anak-anak hanya

menimbulkan demam selama lima hari maka untuk mengetahui apakah anak terserang

demam lima hari atau dengue fever apabila darahnya diperiksa untuk melihat

imunoglobulinnya (IgM).

9
Jika infeksi terjadi untuk yang kedua kalinya, dan infeksinya disebabkan oleh virus

dengue dari tipe yang berbeda, ini yang menjangkitkan penyakit demam berdarah atau

dengue haemoragic fever (DHF). (Nadesul Hendrawan, 2004).

Menurut WHO derajat beratnya penyakit DBD diukur dengan gradasi:

1. Grade 1 : ditandai dengan demam dan gejala umum yang tidak khas (muntah, sakit

kepala, nyeri otot atau sendi), kecuali perdarahan yang dibuktikan dengan test tourniguet

positif.

2. Grade 2 : gejala pada grade 1 ditambah dengan perdarahan spontan atau perdarahan lain.

3. grade 3 : adanya kegagalan peredaran darah yang ditandai dengan nadi cepat dan lembut,

penyempitan tekanan nadi (20 mmHg) atau hipotensi yang disertai dengan kulit dingin

berkeringat dan gelisah.

4. Grade 4 : ditandai dengan syok berat dimana nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur.

D. Pencegahan Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada mengurangi atau menghapuskan vektor

nyamuk demam berdarah, inisiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna

(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan

nyamuk.

1. Ada 2 cara pemberantasan vektor dengue khususnya Aedes Aegypti.

a. Menggunakan insektisida

Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah dengue

adalah melathion untuk membunuh nyamuk dewasa (aldustisida) dan temephos

10
(abate) untuk membunuh jentik (larvasida), cara penggunaan melathion ialah dengan

pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging).

Untuk pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai jenis insektisida yang

disemprotkan didalam kamar, ruangan misalnya golongan organofosfat, karbonat atau

prethoid. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate (sand granules)

ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih.

Dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air.

b. Tanpa insektisida

Caranya adalah:

1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1x

seminggu (perkembangan telur ke nyamuk lamanya 7-10 hari.

2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan

benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

Bisa juga dengan pengendalian biologis yaitu dengan ikan pemakan jentik

nyamuk. Ikan yang biasa digunakan yaitu ikan cupang atau ikan adu.

Isolasi pasien agar pasien tidak digigit vektor untuk ditularkan kepada orang lain

sulit dilaksanakan lebih awal dari perawatan dirumah sakit karena kesulitan praktis.

Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok, repellent maupun cegah

gigitan nyamuk, tetapi cara ini dianggap kurang praktis.

11
E. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Sedangkan menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989) keluarga adalah

dua atau lebih individu yang bergabung karena bergabungnya darah dalam suatu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan

serta mempertahankan kebudayaan.

2. Struktur keluarga

Struktur terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Partilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa

generasi, dimana hubungan disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawinan

12
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keduanya karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.

2. Ciri-ciri keluarga

Menurut Anderson Certer dalam Nasrul Effendy (1998) adalah:

a. Terorganisir

Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.

b. Ada keterbatasan

Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan

dalam menjalankan fungsinya masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan

Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsinya masing-masing.

3. Tipe atau bentuk keluarga

a. Keluarga inti (nuclear familiy)

Adalah keluarga yang etrdiri dari ayah, ibu dan anak.

b. Keluarga besar (extended familiy)

Adalah keluarga inti yang ditambah dengan sanak keluarga.

c. Keluarga berantai (serial family)

Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali

dan merupakan satu keluarga.

d. Keluarga duda/janda (single family)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.


e. Keluarga berkomposisi (composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

13
f. Keluarga kabitas (chabitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
4. Peran Keluarga
a. Peran Ayah
Ayah adalah suami dari istri dan anak-anak berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya.
c. Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual..

F. Konsep Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003:121), pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman rasa dan raba.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

pengetahuan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

14
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4. Analisa (Analysis)

Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis

itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang

ditentukan sendiri menggunakan kriteria yang telah ada.

15
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan

tentang isi materi yang telah diukur dari subjek tentang isi kedalam pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita dapat ukur sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas.

G. Konsep Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. (Notoatmodjo, 2007)

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen, yakni :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terahdap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Notoatmodjo, mengemukakan sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

a. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

b. Bertanggung Jawab (Responsible)

16
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap

suatu objek (Notoatmodjo, 2003 : 132)

H. Kerangka Teori

Ada beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan menurut Lawrence Green (1980) perilaku itu ditentukan atau terbentuk

dari 3 faktor.

1. Faktor predisposisi (predisfosing factor)

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor)

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor)

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain

yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau

masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan prilaku

17
para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku.

Menurut kerangka teori Lawrence W. Green (1980) tiga kategori yang memberikan

kontribusi atau prilaku kesehatan, yaitu:

Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Keyakinan
- Nilai
- Sikap

Fakor Pemungkin
- Kesediaan sumber daya kesehatan.
- Keterjangkauan sumber daya kesehatan.
- Prioritas komitmen
Masalah perilaku
masyarakat/pemerintah terhadap
kesehatan
kesehatan.
- Keterampiln yang berkaitan dengan
kesehatan.

Faktor penguat
- Keluarga.
- Teman sebaya.
- Guru.
- Petugas kesehatan.
- Majikan.

Keterangan :

Garis utuh menunjukkan pengaruh langsung

Garis putus-putus menunjukkan akibat sekunder

18
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang psikologi pendidikan membagi prilaku

manusia kedalam tiga domain kawasan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan dari teori

diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut.

Pengetahuan kepala
keluarga
Pencegahan demam
berdarah dengue
Sikap kepala keluarga

Variabel independent Variabel dependent

B. Definisi Operasional

Definisi Cara Ukur Skala


No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Pencegahan Segala Wawancara Kuesioner Melakukan, Ordinal
demam upaya atau jika responden
berdarah tindakan menjawab
kepala benar ≥ mean
keluarga kode 2.
terhadap Tidak
upaya melakukan, jika
pencegahan responden
DBD. menjawab
benar < mean
kode 1.

Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur

19
2 Pengetahuan Pemahaman Kuesioner Wawancara Tinggi, jika Ordinal
tentang kepala responden
demam keluarga menjawab
berdarah tentang benar ≥ mean
pengertian kode 2.
serta gejala, Rendah, jika
penularan responden
dan menjawab
pengetahuan benar < mean
dari pada kode 1.
penyakit
DBD

3 Sikap Reaksi atau Kuesioner Wawancara Positif, jika Ordinal


kepala respon yang responden
keluarga masih menjawab
tentang tertutup dari benar ≥ mean
DBD. kepala kode 2.
keluarga Negatif, jika
terhadap responden
upaya menjawab
pencegahan benar < mean
DBD. kode 1.

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan kepala keluarga dengan upaya pencegahan DBD di

desa Kemalaraja.

2. Ada hubungan antara sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan DBD di desa

Kemalaraja.

20
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain yang digunakan adalah

cross sectional yang bertujuan untuk melihat dinamika korelasi hubungan antara variabel

independen pengetahuan dan sikap dan dependen pencegahan DBD di desa Kemalaraja

dengan studi dokumentasi yang dilakukan secara bersamaan.

B. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga baik yang didalam

keluarganya pernah menderita atau tidak pernah menderita penyakit DBD di desa

Kemalaraja wilayah kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten

Ogan Komering Ulu Tahun 2009 sebanyak 3.319 kepala keluarga.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian berjumlah 94 kepala keluarga, berdasarkan perhitungan seperti

pada rumus berikut:

Z2.1-α/2.P (1-P).N
n =
d2.(N – 1) + Z2.1-α/2.p (1-p)

Keterangan :

N : Sampel yang akan diteliti.


Z .1-α/2 : Derajat kepercayaan diri seluruh populasi yaitu 95% (1,96).

P : Proporsi pada populasi 0,5.

21
d : Simpangan dari proporsi populasi yaitu presisi digunakan 0,1

n : Jumlah seluruh populasi 3.319 kepala keluarga.

Z2.1-α/2.P (1-P).N
n =
d2.(N – 1) + Z2.1-α/2.p (1-p)

n = 1,962.0,5 (1-0,5).3319
0,12 x (3319-1) + 1,962. 0,5.(1-0,5)

n = 3,8416.(0,25).3319
(0,01) (3319) + (3,8416).0,25

n = 0,9604 . 3319
33,18 + 0,9604

n = 3187,5676
34,1404

n = 93,336

= dibulatkan menjadi 94 sampel dari jumlah populasi.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di desa Kemalaraja wilayah kerja Puskesmas Kemalaraja

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni tahun 2009.

22
D. Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data primer langsung dari responden di desa sedangkan data sekunder diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Oku, Puskesmas dan kepala desa.

2. Teknik Pengolahan Data

Menurut Hartono (2001) pengolahan data dapat dilakukan dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Editing (pengeditan)

Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat dip

roses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika

terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.

b. Coding (pengkodean)

Usaha mengklarifikasikan jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,

menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

c. Entry (pemasukan data)

Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.

d. Cleaning data (pembersihan data)

Data yang telah dimasukan kedalam perangkat computer diperiksa kembali untuk

mengoreksi kemungkinan kesalahan.

3. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Metode ini digunakan untuk menganalisa distribusi frekuensi dari variabel

pengetahuan, sikap dan pencegahan DBD di desa Kemalaraja wilayah kerja

23
Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu

Tahun 2009.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dinyatakan untuk melihat ada hubungan antara variabel

independent yaitu pengetahuan dan sikap dengan variabel dependen yaitu pencegahan

demam berdarah dengan ujistatistic chi square bila nilai p value < 0,05 berarti data

sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan) atau ada hubungan

antara pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap upaya pencegahan DBD.

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap kepala keluarga

dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Kemalaraja Wilayah

Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu

Tahun 2009 didapat Dari 94 responden didapatkan sebagian besar kepala keluarga di

kelurahan Kemalaraja memiliki pengetahuan tinggi dengan upaya pencegahan demam

berdarah dengue. Akan tetapi masih banyak kepala keluarga yang memiliki sikap negatif, hal

ini dapat terjadi karena masih banyak kepala keluarga yang tidak melakukan upaya

pencegahan seperti menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air dan masih

banyak menggunakan vas bunga yang berisi air.

Setelah dilakukan uji statistik chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara

sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengan p.value 0,029.

B. Saran

1. Bagi Petugas kesehatan

Supaya petugas kesehatan lebih meningkatkan lagi untuk memberikan penyuluhan

kepada masyarakat dalam upaya pencegahan demam berdarah dengue, agar minat

masyarakat dalam melakukan pencegahan demam berdarah dengue meningkat.

2. Bagi institusi pendidikan

25
Hendaknya tenaga pendidikan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kepada

mahasiswa/i dan memperbanyak literatur tentang pendidikan kesehatan tentang penyakit

demam berdarah dengue serta cara pencegahanya agar mahasiswa/i dapat menambah

wawasan sebagai bekal ke masyarakat.

3. Bagi masyarakat

Berupaya meningkatkan pengetahuan dengan cara mencari informasi sebanyak-

banyaknya tentang penyakit demam berdarah dengue baik di media elektronik agar

kepala keluarga dapat mengerti pentingnya melakukan upaya pencegahan demam

berdarah dengue.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan RI. 1995. Menggerakan Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
DBD (PSN-DBDB). Jakarta : Dinas Kesehatan.

Hastono, P. Sutanto. 2001. Analisis Data. Jakarta : FKMUI.

Hendrawan. Ilmu Penyakit Demam (dengue) jilid I (http//www.wikipedia.co.id.diakses 15 April


2009).

Hidayat, A. Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.

Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Nadesul, Hendrawan. 1999. 100 pertanyaan + jawaban Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
Puspa Swara.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Noer, Syaifoellah, dkk. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

Suprajitno. 2006. Asuhan keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Widjaja. 2002. Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka.

27

You might also like