Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

RESUME 7

KEWIRAUSAHAAN
KOMPOTENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING SERTA
ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN

ANDI NITA AYUNINGSIH

815099
PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) MUHAMMADIYAH BONE
KAMPUS III KAHU

ANDINITA97 FOR MORE INFORMATION CONTACT: @GMAIL.COM 085279019713


Pemateri Kelompok
 Susi Sulastri
 Andi Nurhafidah
Mata Kuliah Kewirausahaan
Materi Kompotensi Inti dan Strategi Bersaing serta Etika
Pembahasan Bisnis dalam Kewirausahaan
Hari/Tanggal Kamis, 12 April 2018
Heldayanti
1. Jelaskan 7 strategi menurut Richard A. D’Aveni
yang dipaparkan tadi!
Noviani
Daftar Pertanyaan 2. Bagaimana maksud dari keseimbangan antara
insentif dan resiko?
Andi Nita Ayuningsih
3. Bagaimana maksud mempertimbangkan etika bisnis
dan alasan untuk diseimbangkan?

1. Jelaskan 7 strategi menurut Richard A. D’Aveni yang dipaparkan tadi!


Jawaban:
Richard A. D’Aveni mengemukakan suatu ide dasar bahwa perusahaan
harus menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti,
pengetahuan, dan keunikan aset tidak terwujud untuk menciptakan
keunggulan. Konsep” the new 7-s’s” ini meliputi pokok-pokok dasra sebagai
berikut:
1) Superior Stakeholder Satisfation. Strategi yang pertama ini bertujuan
memberikan kepuasan jauh diatas rata-rata kepada orang-orang yang
berkepentingan terhadap perusahaan, tidak hanya memegang saham,
namun juga pemasok, karyawan manajer, konsumen, pemerintah,
dan masyarakat sekitar.
2) Soothsaying. Strategi ini berfokus pada sasaran, artinya mencari
perusahaan harus mencari posisi yang tepat bagi produk dan jasa
yang dihasilkan perusahaan.
3) Positioning for Speed. Strategi ini untuk memosisikan perusahaan
secara tepat di pasar. perusahaan harus segera mengomunikasikan
produk yang telah dihasilkan ke pasar agar segera di kenal konsumen.
4) Positioning for Surprise. strategi ini menbuat posisi yang
mencekangkan melalui barang dan jasa-jasa yang baru yang lebih
unik dan berbeda serta memberikan nilai tambah baru sehingga
konsumen lebih menyukai barang dan jasa yang diciptakan
perusahaan.
5) Shifthing the role of the Game. strategi umi adalah mengubah pola-
pola persaingan perusahaan yang dimaikan sehingga pesaing
terganggu dengan pola-pola baru yang berbeda.
6) Signaling Strategic Intent. strategi ini mengutamakan perasaan.
Kedekan dengan karyawan, relasi dan konsumen merupakan strategi
yang ampuh untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
7) Simultanous and Sequential Strategic Thrusts. Strategi ketujuh
adalah mengembangkan faktor-faktor pendorong atau penggerak
strategi secara stimulan dan berurutan melalui penciptaan barang dan
jasa yang selalu memberikan kepuasan kepada konsumen.
Kunci utama dari the new 7-S’s adalah menggunakan inisiatif untuk
merebut persaingan. Menurut D Aveni, The New 7- S’s menyangkut
penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda untuk masa yang akan datang.
Strategi ini dimaksudkan untuk membatasi strategi dinamis yang dimiliki
pesaing. D Aveni mengelompokkan New 7- S’s menjadi tiga kelompok yang
sangat efektif untuk mengganggu pasar serta melipuri visi misi, kemampuan,
dan taktik. Kerangka kerja The New 7- S’s berdasar pada penemuan dan
pengembangan keunggulan melalui gangguan besar, bukan berdasarkan
keunggulan yang berkeseninambungan dan keseimbangan yang sempurna.
Tujuan dari the new 7-s’s adalah menciptakan gangguan melalui penciptaan
keunggulan-keunggulan baru yang berkesinambungan.

2. Bagaimana maksud dari keseimbangan antara insentif dan resiko?


Jawaban:
Aspek keseimbangan antara insentif dan resiko dapat pula bermakna adil.
Artinya, dalam berbisnis, pasti akan ada resiko yang harus dipikul masing-
masing pihak dan ada insentif yang diterima masing-masing sebagai hasil atau
dampak dari resiko yang ditanggung tersebut. Keseimbangan antara insentif
dan resiko senantiasa ada selama kerja sama usaha tersebut ada dan kedua
pihak sepakat untuk tetap mempertahankannya. Bila salah satu pihak sudah
tidak sanggup untuk menjalankan resiko, maka otomatis insentif berupa
keuntungan pun tidak akan diraihnya dan tentu saja ini akan menganggu
kontinuitas kerja sama usaha.
Munculnya persaingan dalam berwirausaha merupakan hal yang tidak
dapat dihindari. Dengan adanya persaingan, maka wirausahawan dihadapkan
pada berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam perusahaan yang akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
kelangsungan hidup usaha. Untuk itu setiap wirausaha dituntut untuk selalu
mengerti dan memahami apa yang terjadi dipasar dan apa yang menjadi
keinginan konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan bisnis
sehingga mampu bersaing dengan dunia bisnis lainnya dan berupaya untuk
meminimalisasi kelemahan-kelemahan dan memaksimalkan kekuatan yang
dimiliki. Dengan demikian para wirausaha dituntut untuk meinilih dan
menetapkan strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan.
Dengan adanya tekanan persaingan begitu ketat, baik secara langsung atau
tidak langsung sangat mempengaruhi kinerja organisasi bisnis baik dalam hal
teknologi, kebutuhan pelanggan dan siklus produk. Pada saat kondisi seperti
itulah sangat diperlukan strategi yang tepat dalam mengambil keputusan
maupun langkah-langkah tertentu untuk mempertahankan usahanya tersebut.
Strategi bersaing juga diperlukan teknik atau cara-cara yang akan dilakukan
untuk pengembangan usaha dan menyimbangkan usaha yang sedang digeluti.
Pembelajaran kewirausahaan diharapkan siswa dapat memiliki dan
meningkatkan karakteristik seorang wirausaha (Nugraheni, 2015:103).
3. Bagaimana maksud mempertimbangkan etika bisnis dan alasan untuk
diseimbangkan?
Jawaban:
Etika bisnis dan moral dalam berbisnis merupakan salah satu aspek yang
harus mendapatkan perhatian yang serius dalam upaya mengelola suatu
kegiatan bisnis, Karenna hal ini akan mampu menjamin kepercayaan serta
loyalitas dari seluruh unsur yang berpengaruh terhadap perusahaan
(stakeholders), yang berarti sangat menentukan maju-mundurnya suatu
perusahaan.
Seorang wirausaha dengan segala kelebihan dan kekurangannya
memerlukan kerja sama dengan pihak lain, yang pada gilirannya tercapai Win-
win Solution. Kerja sama yang baik akan tercipta, bila kerjasama tersebut
dilandasi nilai-nilai kerja sama yang disepakati bersama. Salah satu yang harus
diperhatikan dalam masalah kerja sama usaha adalah “Etika Bisnis dalam
Bekerja sama”.
Etika wirausaha secara umum:
a. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku
dalam suatu negara atau masyarakat.
b. Berpenampilan sopan dalam suatu situasi atau acara tertentu.
c. Cara berpakaian yang layak dan pantas.
d. Cara berbicara yang santun dan tidak menyinggung orang lain
e. Perilaku yang menyenangkan orang lain.
Tujuan dan manfaat etika wirausaha:
a. Tujuan etika harus sejalan dengan tujuan perusahaan.
b. Manfaat etika bagi perusahaan.
1) Persahabatan dan pergaula;
2) Menyenangkan orang lain;
3) Membujuk pelanggan;
4) Mempertahankan pelanggan; dan
5) Membina dan menjaga hubungan.
Wirausahawan sebagai pelaku bisnis dalam interaksinya dengan mitra
mitra usaha akan dihadapkan pada kondisi yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Wirausahawan akan berada pada lingkungan yang beragam, bila
dilihat dari aspek dunia usahanya, status sosialnya, maupun dari aspek norma
yang dianutnya. Wirausahawan yang berhasil salah satu cirinya dapat dilihat
dari segi kemampuan bergaul dalam kehidupan bisnisnya. Oleh karena itu,
aspek pergaulan memegang peranan penting, maka bagi seorang wirausahawan
disamping memiliki kemampuan memimpin dan berbisnis harus memiliki serta
memahami etika bisnis.
John L. Mariotti (1993) mengungkapkan ada 6 dasar etika bisnis yang
harus diperhatikan, yaitu:
a. Karakter, integritas, dan kejujuran.
Setiap orang pada hakekatnya memiliki karakter yang berbeda antara
yang satu dengan yang lain, sehingga karakter menunjukkan personality atau
kepribadian seseorang yang menunjukkan kualitas yang dimiliki oleh
seseorang atau sekelompok komunitas tertentu. Seorang yang memiliki
karakter yang baik, biasanya memiliki integritas diri yang tinggi. Jadi, yang
dimaksud dengan integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh, sehingga dapat memancarkan kewibawaan. Oleh karena
itu, seseorang yang berintegritas tinggi biasanya memiliki kejujuran lebih dari
mereka yang integritas dirinya kurang. Dengan demikian, kejujuran
menunjukkan ketulusan hati dan sikap dasar yang dimiliki setiap manusia.
Sudah seharusnya seorang wirausaha memilih mitra kerja yang selain jujur
juga potensial. Ia juga memiliki karakter dan integritas yang tinggi. Karakter,
integritas, dan kejujuran merupakan tiga hal yang saling terkait atau merupakan
satu kesatuan yang membentuk “pribadi tangguh”. Wachyu Suparyanto (2004)
dalam bukunya yang berjudul “Petunjuk Untuk Memulai Berwirausaha”
mengatakan “Mitra kerja yang sempurna adalah yang mempunyai kemampuan
dalam berbagai hal melebihi kemampuan kita serta jujur karena jika
kemampuannya sangat tinggi, tapi tidak jujur dia akan membohongi kita atau
dengan kata lain pagar makan tanaman. Di sisi lain jika mitra kita jujur tetapi
kemampuannya rendah, dia akan membuat kita lelah.
b. Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu yang
dipercaya itu benar atau nyata. Kepercayaan merupakan modal dalam berbisnis
yang tidak muncul begitu saja atau dadakan, kepercayaan lahir dan dibangun
dari pengalaman. Oleh karena itu, kepercayaan dimunculkan dari proses yang
mungkin dalam waktu singkat, bahkan bisa pula dalam waktu yang lama.
Seorang wirausaha yang akan berkerja sama dengan pihak atau orang lain akan
memilih mitra yang ia percaya, yang telah melalui proses uji kelayakan sebagai
mitra. Proses pengujian ini dapat dilakukan baik melalui pengamatan maupun
membaca track record calon mitra, baik secara langsung maupun melalui pihak
lain yang dipercaya. Sudah selayaknya mitra yang diajak berkerja sama adalah
orang atau pihak yang benar-benar dapat dipercaya, karena sekali salah
memilih mitra maka akan sulit membangun kembali kepercayaan.
c. Komunikasi yang terbuka
Dikarenakan kerja sama didasarkan atas kepentingan kedua pihak, maka
dalam kerja sama usaha harus ada komunikasi yang terbuka antara keduanya.
Komunikasi kedua pihak penting, mengingat dalam usaha atau bisnis
memerlukan banyak informasi untuk menunjang kepentingan usaha.
Pertukaran informasi dan diskusi kedua pihak mengenai usaha bersama yang
dijalankan tidak mungkin terjadi jika salah satu pihak menutup diri atau kurang
terbuka. Oleh karena itu, komunikasi yang terbuka merupakan salah satu dasar
bermitra yang harus dibangun.
d. Adil
Telah diungkapkan pada uraian terdahulu bahwa maksud dan tujuan dari
kerja sama adalah “Win-win Solution”, yang bermakna bahwa dalam kerja
sama harus ada keadilan di antara kedua pihak. Artinya bahwa bila usaha yang
dijalankan mengalami kerugian, maka bukan hanya salah satu pihak saja yang
harus menanggung kerugian tersebut, melainkan harus ditanggung bersama.
Begitu pula sebaliknya, bila mendapatkan keuntungan, keduanya pun
memperoleh keuntungan. Besarnya kerugian dan keuntungan bagian
masingmasing ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama pada awal kontrak
kerja sama ditandatangani, yang biasanya didasarkan pada sumbangan masing-
masing pihak dalam kerja sama tersebut. Dengan demikian, adil menunjukkan
sikap tidak berat sebelah atau menguntungkan/merugikan pihak lain. Adil
memang mudah untuk diucapkan, namun berat untuk dilaksanakan oleh
manusia karena hanya Allah yang maha adil.
e. Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra
Seorang wirausaha yang melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain
memiliki motivasi tertentu, yang dibentuk oleh keinginan-keinginan tertentu
yang akan diraihnya dari kerja sama tersebut. Dapat dikatakan bahwa hampir
tidak ada kerja sama yang tidak didasari keinginan-keinginan tertentu dari
pihak yang bermitra tersebut. Keinginan-keinginan dari kedua pihak dapat
keinginan yang bersifat ekonomi, seperti keinginan untuk lebih maju dan
berkembang, keinginan memperluas pasar dan sebagainya, maupun keinginan
nonekonomi, seperti peningkatkan kemampuan dan pengalaman serta
pergaulan usaha yang lebih luas. Keinginan-keinginan tersebut akan menjadi
penggerak atau motivator uantuk menjalankan kerja sama secara harmonis.
f. Keseimbangan antara insentif dan resiko
Sebagaimana dalam aspek “adil‟ yang diuraikan sebelumnya, aspek
keseimbangan antara insentif dan resiko dapat pula bermakna adil. Artinya,
dalam berbisnis, pasti akan ada resiko yang harus dipikul masing-masing pihak
dan ada insentif yang diterima masing-masing sebagai hasil atau dampak dari
resiko yang ditanggung tersebut. Keseimbangan antara insentif dan resiko
senantiasa ada selama kerja sama usaha tersebut ada dan kedua pihak sepakat
untuk tetap mempertahankannya. Bila salah satu pihak sudah tidak sanggup
untuk menjalankan resiko, maka otomatis insentif berupa keuntungan pun tidak
akan diraihnya dan tentu saja ini akan menganggu kontinuitas kerja sama
usaha.
Etika bisnis ini sangat berpengaruh bagi perusahaan dalam upayanya
untuk mempertahankan loyalitas stakeholders berkenaan dengan upaya
memecahkan problem maupun membuat keputusan perusahaan. Hal ini
mengingat bahwa antara perusahaan dengan stakeholders merupakan dua
pihak yang saling mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA

Murtini Wiedy. 2009. Kewirausahaan Pendekatan Success Story (Edisi ke-1).


Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Nugraheni, S. 2015. Penerapan Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Etika Bisnis
Untuk Meningkatkan Kejujuran Siswa Kelas Xi Perbankan SMK Cendekia
Madiun. Jurnal Studi Sosial. 2(2). Pp 102-105
Nurnida, I & Ramdhani, N. T. 2017. Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan
Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa. Jurnal Ecodemica. 1(1). Pp 89-97
Sumardi, K. 2007. Menakar jiwa wirausaha mahasiswa teknik mesin angkatan
2005. Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan. IV (10).
Zimmerer, T.W, Norman, S. 2014. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen
Bisnis Kecil, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Indeks Gramedia.

You might also like