This document is the resume of Andi Nita Ayuningsih, who teaches economics at the Muhammadiyah University of Bone. It discusses a presentation she gave on April 12, 2018 about core competencies and competitive strategies as well as business ethics in entrepreneurship. The presentation covered Richard A. D'Aveni's seven strategies for competition, the balance between incentives and risks, and the importance of considering business ethics to maintain balance.
This document is the resume of Andi Nita Ayuningsih, who teaches economics at the Muhammadiyah University of Bone. It discusses a presentation she gave on April 12, 2018 about core competencies and competitive strategies as well as business ethics in entrepreneurship. The presentation covered Richard A. D'Aveni's seven strategies for competition, the balance between incentives and risks, and the importance of considering business ethics to maintain balance.
This document is the resume of Andi Nita Ayuningsih, who teaches economics at the Muhammadiyah University of Bone. It discusses a presentation she gave on April 12, 2018 about core competencies and competitive strategies as well as business ethics in entrepreneurship. The presentation covered Richard A. D'Aveni's seven strategies for competition, the balance between incentives and risks, and the importance of considering business ethics to maintain balance.
KEWIRAUSAHAAN KOMPOTENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING SERTA ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN
ANDI NITA AYUNINGSIH
815099 PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH BONE KAMPUS III KAHU
ANDINITA97 FOR MORE INFORMATION CONTACT: @GMAIL.COM 085279019713
Pemateri Kelompok Susi Sulastri Andi Nurhafidah Mata Kuliah Kewirausahaan Materi Kompotensi Inti dan Strategi Bersaing serta Etika Pembahasan Bisnis dalam Kewirausahaan Hari/Tanggal Kamis, 12 April 2018 Heldayanti 1. Jelaskan 7 strategi menurut Richard A. D’Aveni yang dipaparkan tadi! Noviani Daftar Pertanyaan 2. Bagaimana maksud dari keseimbangan antara insentif dan resiko? Andi Nita Ayuningsih 3. Bagaimana maksud mempertimbangkan etika bisnis dan alasan untuk diseimbangkan?
1. Jelaskan 7 strategi menurut Richard A. D’Aveni yang dipaparkan tadi!
Jawaban: Richard A. D’Aveni mengemukakan suatu ide dasar bahwa perusahaan harus menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti, pengetahuan, dan keunikan aset tidak terwujud untuk menciptakan keunggulan. Konsep” the new 7-s’s” ini meliputi pokok-pokok dasra sebagai berikut: 1) Superior Stakeholder Satisfation. Strategi yang pertama ini bertujuan memberikan kepuasan jauh diatas rata-rata kepada orang-orang yang berkepentingan terhadap perusahaan, tidak hanya memegang saham, namun juga pemasok, karyawan manajer, konsumen, pemerintah, dan masyarakat sekitar. 2) Soothsaying. Strategi ini berfokus pada sasaran, artinya mencari perusahaan harus mencari posisi yang tepat bagi produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. 3) Positioning for Speed. Strategi ini untuk memosisikan perusahaan secara tepat di pasar. perusahaan harus segera mengomunikasikan produk yang telah dihasilkan ke pasar agar segera di kenal konsumen. 4) Positioning for Surprise. strategi ini menbuat posisi yang mencekangkan melalui barang dan jasa-jasa yang baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan nilai tambah baru sehingga konsumen lebih menyukai barang dan jasa yang diciptakan perusahaan. 5) Shifthing the role of the Game. strategi umi adalah mengubah pola- pola persaingan perusahaan yang dimaikan sehingga pesaing terganggu dengan pola-pola baru yang berbeda. 6) Signaling Strategic Intent. strategi ini mengutamakan perasaan. Kedekan dengan karyawan, relasi dan konsumen merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan kinerja perusahaan. 7) Simultanous and Sequential Strategic Thrusts. Strategi ketujuh adalah mengembangkan faktor-faktor pendorong atau penggerak strategi secara stimulan dan berurutan melalui penciptaan barang dan jasa yang selalu memberikan kepuasan kepada konsumen. Kunci utama dari the new 7-S’s adalah menggunakan inisiatif untuk merebut persaingan. Menurut D Aveni, The New 7- S’s menyangkut penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda untuk masa yang akan datang. Strategi ini dimaksudkan untuk membatasi strategi dinamis yang dimiliki pesaing. D Aveni mengelompokkan New 7- S’s menjadi tiga kelompok yang sangat efektif untuk mengganggu pasar serta melipuri visi misi, kemampuan, dan taktik. Kerangka kerja The New 7- S’s berdasar pada penemuan dan pengembangan keunggulan melalui gangguan besar, bukan berdasarkan keunggulan yang berkeseninambungan dan keseimbangan yang sempurna. Tujuan dari the new 7-s’s adalah menciptakan gangguan melalui penciptaan keunggulan-keunggulan baru yang berkesinambungan.
2. Bagaimana maksud dari keseimbangan antara insentif dan resiko?
Jawaban: Aspek keseimbangan antara insentif dan resiko dapat pula bermakna adil. Artinya, dalam berbisnis, pasti akan ada resiko yang harus dipikul masing- masing pihak dan ada insentif yang diterima masing-masing sebagai hasil atau dampak dari resiko yang ditanggung tersebut. Keseimbangan antara insentif dan resiko senantiasa ada selama kerja sama usaha tersebut ada dan kedua pihak sepakat untuk tetap mempertahankannya. Bila salah satu pihak sudah tidak sanggup untuk menjalankan resiko, maka otomatis insentif berupa keuntungan pun tidak akan diraihnya dan tentu saja ini akan menganggu kontinuitas kerja sama usaha. Munculnya persaingan dalam berwirausaha merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan, maka wirausahawan dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari dalam perusahaan yang akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelangsungan hidup usaha. Untuk itu setiap wirausaha dituntut untuk selalu mengerti dan memahami apa yang terjadi dipasar dan apa yang menjadi keinginan konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan bisnis sehingga mampu bersaing dengan dunia bisnis lainnya dan berupaya untuk meminimalisasi kelemahan-kelemahan dan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki. Dengan demikian para wirausaha dituntut untuk meinilih dan menetapkan strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan. Dengan adanya tekanan persaingan begitu ketat, baik secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi kinerja organisasi bisnis baik dalam hal teknologi, kebutuhan pelanggan dan siklus produk. Pada saat kondisi seperti itulah sangat diperlukan strategi yang tepat dalam mengambil keputusan maupun langkah-langkah tertentu untuk mempertahankan usahanya tersebut. Strategi bersaing juga diperlukan teknik atau cara-cara yang akan dilakukan untuk pengembangan usaha dan menyimbangkan usaha yang sedang digeluti. Pembelajaran kewirausahaan diharapkan siswa dapat memiliki dan meningkatkan karakteristik seorang wirausaha (Nugraheni, 2015:103). 3. Bagaimana maksud mempertimbangkan etika bisnis dan alasan untuk diseimbangkan? Jawaban: Etika bisnis dan moral dalam berbisnis merupakan salah satu aspek yang harus mendapatkan perhatian yang serius dalam upaya mengelola suatu kegiatan bisnis, Karenna hal ini akan mampu menjamin kepercayaan serta loyalitas dari seluruh unsur yang berpengaruh terhadap perusahaan (stakeholders), yang berarti sangat menentukan maju-mundurnya suatu perusahaan. Seorang wirausaha dengan segala kelebihan dan kekurangannya memerlukan kerja sama dengan pihak lain, yang pada gilirannya tercapai Win- win Solution. Kerja sama yang baik akan tercipta, bila kerjasama tersebut dilandasi nilai-nilai kerja sama yang disepakati bersama. Salah satu yang harus diperhatikan dalam masalah kerja sama usaha adalah “Etika Bisnis dalam Bekerja sama”. Etika wirausaha secara umum: a. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu negara atau masyarakat. b. Berpenampilan sopan dalam suatu situasi atau acara tertentu. c. Cara berpakaian yang layak dan pantas. d. Cara berbicara yang santun dan tidak menyinggung orang lain e. Perilaku yang menyenangkan orang lain. Tujuan dan manfaat etika wirausaha: a. Tujuan etika harus sejalan dengan tujuan perusahaan. b. Manfaat etika bagi perusahaan. 1) Persahabatan dan pergaula; 2) Menyenangkan orang lain; 3) Membujuk pelanggan; 4) Mempertahankan pelanggan; dan 5) Membina dan menjaga hubungan. Wirausahawan sebagai pelaku bisnis dalam interaksinya dengan mitra mitra usaha akan dihadapkan pada kondisi yang menguntungkan maupun yang merugikan. Wirausahawan akan berada pada lingkungan yang beragam, bila dilihat dari aspek dunia usahanya, status sosialnya, maupun dari aspek norma yang dianutnya. Wirausahawan yang berhasil salah satu cirinya dapat dilihat dari segi kemampuan bergaul dalam kehidupan bisnisnya. Oleh karena itu, aspek pergaulan memegang peranan penting, maka bagi seorang wirausahawan disamping memiliki kemampuan memimpin dan berbisnis harus memiliki serta memahami etika bisnis. John L. Mariotti (1993) mengungkapkan ada 6 dasar etika bisnis yang harus diperhatikan, yaitu: a. Karakter, integritas, dan kejujuran. Setiap orang pada hakekatnya memiliki karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, sehingga karakter menunjukkan personality atau kepribadian seseorang yang menunjukkan kualitas yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok komunitas tertentu. Seorang yang memiliki karakter yang baik, biasanya memiliki integritas diri yang tinggi. Jadi, yang dimaksud dengan integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, sehingga dapat memancarkan kewibawaan. Oleh karena itu, seseorang yang berintegritas tinggi biasanya memiliki kejujuran lebih dari mereka yang integritas dirinya kurang. Dengan demikian, kejujuran menunjukkan ketulusan hati dan sikap dasar yang dimiliki setiap manusia. Sudah seharusnya seorang wirausaha memilih mitra kerja yang selain jujur juga potensial. Ia juga memiliki karakter dan integritas yang tinggi. Karakter, integritas, dan kejujuran merupakan tiga hal yang saling terkait atau merupakan satu kesatuan yang membentuk “pribadi tangguh”. Wachyu Suparyanto (2004) dalam bukunya yang berjudul “Petunjuk Untuk Memulai Berwirausaha” mengatakan “Mitra kerja yang sempurna adalah yang mempunyai kemampuan dalam berbagai hal melebihi kemampuan kita serta jujur karena jika kemampuannya sangat tinggi, tapi tidak jujur dia akan membohongi kita atau dengan kata lain pagar makan tanaman. Di sisi lain jika mitra kita jujur tetapi kemampuannya rendah, dia akan membuat kita lelah. b. Kepercayaan Kepercayaan adalah keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu yang dipercaya itu benar atau nyata. Kepercayaan merupakan modal dalam berbisnis yang tidak muncul begitu saja atau dadakan, kepercayaan lahir dan dibangun dari pengalaman. Oleh karena itu, kepercayaan dimunculkan dari proses yang mungkin dalam waktu singkat, bahkan bisa pula dalam waktu yang lama. Seorang wirausaha yang akan berkerja sama dengan pihak atau orang lain akan memilih mitra yang ia percaya, yang telah melalui proses uji kelayakan sebagai mitra. Proses pengujian ini dapat dilakukan baik melalui pengamatan maupun membaca track record calon mitra, baik secara langsung maupun melalui pihak lain yang dipercaya. Sudah selayaknya mitra yang diajak berkerja sama adalah orang atau pihak yang benar-benar dapat dipercaya, karena sekali salah memilih mitra maka akan sulit membangun kembali kepercayaan. c. Komunikasi yang terbuka Dikarenakan kerja sama didasarkan atas kepentingan kedua pihak, maka dalam kerja sama usaha harus ada komunikasi yang terbuka antara keduanya. Komunikasi kedua pihak penting, mengingat dalam usaha atau bisnis memerlukan banyak informasi untuk menunjang kepentingan usaha. Pertukaran informasi dan diskusi kedua pihak mengenai usaha bersama yang dijalankan tidak mungkin terjadi jika salah satu pihak menutup diri atau kurang terbuka. Oleh karena itu, komunikasi yang terbuka merupakan salah satu dasar bermitra yang harus dibangun. d. Adil Telah diungkapkan pada uraian terdahulu bahwa maksud dan tujuan dari kerja sama adalah “Win-win Solution”, yang bermakna bahwa dalam kerja sama harus ada keadilan di antara kedua pihak. Artinya bahwa bila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka bukan hanya salah satu pihak saja yang harus menanggung kerugian tersebut, melainkan harus ditanggung bersama. Begitu pula sebaliknya, bila mendapatkan keuntungan, keduanya pun memperoleh keuntungan. Besarnya kerugian dan keuntungan bagian masingmasing ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama pada awal kontrak kerja sama ditandatangani, yang biasanya didasarkan pada sumbangan masing- masing pihak dalam kerja sama tersebut. Dengan demikian, adil menunjukkan sikap tidak berat sebelah atau menguntungkan/merugikan pihak lain. Adil memang mudah untuk diucapkan, namun berat untuk dilaksanakan oleh manusia karena hanya Allah yang maha adil. e. Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra Seorang wirausaha yang melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain memiliki motivasi tertentu, yang dibentuk oleh keinginan-keinginan tertentu yang akan diraihnya dari kerja sama tersebut. Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada kerja sama yang tidak didasari keinginan-keinginan tertentu dari pihak yang bermitra tersebut. Keinginan-keinginan dari kedua pihak dapat keinginan yang bersifat ekonomi, seperti keinginan untuk lebih maju dan berkembang, keinginan memperluas pasar dan sebagainya, maupun keinginan nonekonomi, seperti peningkatkan kemampuan dan pengalaman serta pergaulan usaha yang lebih luas. Keinginan-keinginan tersebut akan menjadi penggerak atau motivator uantuk menjalankan kerja sama secara harmonis. f. Keseimbangan antara insentif dan resiko Sebagaimana dalam aspek “adil‟ yang diuraikan sebelumnya, aspek keseimbangan antara insentif dan resiko dapat pula bermakna adil. Artinya, dalam berbisnis, pasti akan ada resiko yang harus dipikul masing-masing pihak dan ada insentif yang diterima masing-masing sebagai hasil atau dampak dari resiko yang ditanggung tersebut. Keseimbangan antara insentif dan resiko senantiasa ada selama kerja sama usaha tersebut ada dan kedua pihak sepakat untuk tetap mempertahankannya. Bila salah satu pihak sudah tidak sanggup untuk menjalankan resiko, maka otomatis insentif berupa keuntungan pun tidak akan diraihnya dan tentu saja ini akan menganggu kontinuitas kerja sama usaha. Etika bisnis ini sangat berpengaruh bagi perusahaan dalam upayanya untuk mempertahankan loyalitas stakeholders berkenaan dengan upaya memecahkan problem maupun membuat keputusan perusahaan. Hal ini mengingat bahwa antara perusahaan dengan stakeholders merupakan dua pihak yang saling mempengaruhi. DAFTAR PUSTAKA
Murtini Wiedy. 2009. Kewirausahaan Pendekatan Success Story (Edisi ke-1).
Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Nugraheni, S. 2015. Penerapan Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Etika Bisnis Untuk Meningkatkan Kejujuran Siswa Kelas Xi Perbankan SMK Cendekia Madiun. Jurnal Studi Sosial. 2(2). Pp 102-105 Nurnida, I & Ramdhani, N. T. 2017. Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa. Jurnal Ecodemica. 1(1). Pp 89-97 Sumardi, K. 2007. Menakar jiwa wirausaha mahasiswa teknik mesin angkatan 2005. Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan. IV (10). Zimmerer, T.W, Norman, S. 2014. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Indeks Gramedia.