Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 42

Dalam tulisan ini, sebagai pembelajar sejarah gereja saya ingin

menggali mengenai asal mula baptisan secara percik.


Pendekatan yang dilakukan tentu saja pendekatan Akademis
Historis (sejarah). Saya tidak membahas secara teologis –
dogmatis karena tentunya setiap gereja yang melakukan
baptisan percik mempunyai alasan teologis – dogmatis
tersendiri yang saya hormati.

Saya berusaha mencari jawaban yang obyektif dari sisi


sejarah/historisitas mengenai asal mula berkembangnya
tradisi baptisan percik dalam gereja. Dari hasil penelitian
sejarah ada 5 faktor yang dapat ditulis:

Pertama: Kitab Didache (diperkirakan ditulis sekitar tahun


100-120) yg ditemukan pada tahun 1873 oleh Philotheos
Bryennios, Direktur Sekolah Tinggi Teologi Yunani di
Konstantinopel dan dipublikasikan pada 1883, memuat cara
baptis secara percik sebagai pengganti cara baptis selam, jika
jumlah air yang dibutuhkan tidak memadai.

Terjemahannya sbb: Mengenai Pembabtisan. Dan mengenai


pembabtisan, babtislah dengan cara ini: Pertama tama,
babtislah dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, dengan
air kehidupan. Tapi jika tidak ada padamu air kehidupan,
baptislah kedalam air yang lain, dan kalau kamu tidak dapat
melakukannya dalam air dingin, lakukanlah dengan yang hangat.
Tapi kalau kamu tidak juga punya semua itu, curahkanlah air
tiga kali diatas kepala dalam nama Bapa dan Putera dan Roh
Kudus. Namun sebelum pembabtisan hendaknya pembabtis
berpuasa, dan yang dibabtis, dan siapapun yang dapat
melakukannya, tapi kamu harus meminta orang yang akan
dibabtis untuk berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya.

Perlu dicatat juga bahwa tidak diketahui secara pasti, apakah


kitab “Didache” itu telah tersebar scara universal ke seluruh
gereja pada waktu itu (abad 2 ) atau hanya digunakan jemaat
setempat. Penemuan kitab itu pada tahun 1873 hanya seputar
teks dalam kitab tersebut.

Kedua: dalam buku History of the Christian Church, Volume II,


karangan Philip Schaff, pada halaman 191, ditulis bahwa
baptisan percik mulai dilakukan gereja Katolik pada awalnya
terhadap orang yang sakit (orang yang bertobat tersebut
menderita sakit, sehingga tidak mungkin dilakukan baptisan
selam) di tempat tidurnya. Kondisi “sakit berat” merupakan
alasan bagi dilakukannya baptisan secara percik pada waktu itu.

Eusebius dari Caesarea (263 – 339), yang dikenal sebagai


bapak sejarah gereja perdana (karena dialah yang pertama kali
menulis buku sejarah gereja yan lengkap) menulis bahwa
Novatian (250) pernah dilarang untuk menjadi pejabat gereja,
karena dahulunya ia dibaptis secara percik (saat itu ia sedang
sakit keras). Selengkapnya: The first specifically documented
case of sprinkling involved a man by the name of Novatian (cir.
A.D. 250), who lived in Rome. Novatian was believed to be at
the point of death, and so was sprinkled in his sick bed.
However, the case was very unusual. Eusebius of Caesarea (cir.
A.D. 263-339), known as the father of church history,
described the incident. He wrote that Novatian thereafter
was restricted from being appointed as a church officer. Why
was this? Because it was not deemed “lawful” that one
administered “baptism” by “aspersion” (percik), as he was,
should be promoted to the order of the clergy” (Eusebius:
Ecclesiastical History, VI.XLIII).

Ketiga: Cyprian adalah tokoh gereja yang pertama kali


“mengijinkan” penggunaan baptisan percik sebagai substitusi
dari baptisan selam apabila ada kebutuhan yang mendesak,
misalnya dalam kasus orang yang akan menjadi Kristen dan
dibaptis itu sedang sakit keras. (The first defense of
sprinkling was offered by Cyprian (cir. A.D. 200-258), a writer
in Carthage, who allowed sprinkling as a substitute for
immersion, but only when “necessity compels” — as in the case
of acute sickness (Epistle lxxv).

Keempat: informasi mengenai asal mula baptisan percik yang


saya dengar dari dosen di Institut Teologi Dan Keguruan
Indonesia (Seminary Bethel) Petamburan, Jakarta, yaitu Pdt.
Thomas Bimo, M.Th pada mata kuliah Teologi Perjanjian Baru.
Beliau mengatakan tradisi baptisan percik berawal tatkala
seluruh kekaisaran Romawi harus memeluk agama Kristen,
karena Kaisar Theodosius di tahun 380 M, mengeluarkan
“dekrit/edict Theodosius” yang isinya mengatakan bahwa
“Agama kekaisaran Romawi adalah agama Kristen“.

Dampak dari keputusan tersebut, adalah Kristenisasi massal di


seluruh wilayah kekaisaran Romawi (Kalau tidak menjadi
Kristen, akan berhadapan dengan tentara Romawi dan
dihukum). Akibat kristenisasi massal tersebut, maka terjadilah
baptisan selam besar-besaran. Situasi yang seperti itu,
membuat kolam-kolam dan sungai-sungai menjadi sangat sesak.
Akibatnya untuk memudahkan, maka orang-orang tersebut
akhirnya dipercik dgn air. Alasan “praktis” yang terjadi karena
sikon yang darurat itu, kemudian dijadikan “tradisi” oleh
gereja Katolik (ingat saat itu di Barat, tidak ada aliran2
gereja, hanya ada gereja Katolik).

Demikianlah Gereja Katolik kemudian mempraktekkan dua


macam baptisan, yaitu “selam = immersion” dan “percik =
pouring/sprinkling) dalam kehidupan rohani gereja. Baptis
percik dilakukan apabila ada kondisi yang tidak memungkinkan
dilakukannya baptisan selam, misalnya orang yang akan dibaptis
tersebut sedang sakit keras, ataupun situasi darurat lainnya.

Thomas Aquinas (1225-1274), salah seorang teolog terkemuka


gereja katolik, pernah menyatakan bahwa baptisan selam
adalah metode yang lebih “aman” meskipun ia juga mengakui
baptisan dengan cara percik atau curah. (Thomas Aquinas (cir.
A.D. 1225-1274), one of the most prominent Catholic
theologians, acknowledged that immersion was the “safer”
mode, though he allowed sprinkling or pouring). (Sumber:
http://www.newadvent.org/summa/4066.htm)

Penggunaan baptisan percik yang terbatas dalam sikon darurat


tsb, dikukuhkan dalam “the Council of Nemours” (A.D. 1284)
yang mengeluarkan kebijakan bahwa “limited sprinkling to
cases of necessity.”

Kelima: akhirnya di tahun 1311 dalam Konsili Ravenna, Gereja


Katolik meresmikan “baptisan percik” sebagai satu-satunya
cara baptis yang dilakukan gereja. Alasannya adalah baptisan
selam tidak lagi penting sebab cara baru yaitu dengan dipercik
adalah cara baptis yang dipakai gereja. (Baptism went for
many years without change until the Catholic Church made the
distinction that full immersion was no longer necessary in 1311
at the Council of Ravenna. They determined that full
immersion was unnecessary and the term ‘pouring’ was the new
accepted way of performing the baptism).

Demikianlah baptisan percik menjadi satu-satunya cara


membaptis bagi petobat baru yang dipakai oleh Gereja Katolik
sejak tahun 1311.
Dalam buku berjudul Historical Exhibition of Administration
of Baptism, hlm 306, seorang imam Gereja Katolik, Brenner,
memberikan pernyataan mengenai hal ini “Selama 1300 tahun,
baptisan umumnya dan biasanya dilakukan dengan menyelamkan
seseorang ke dalam air, dan pada kasus yang luar biasa, percik
atau menyiram air dilakukan. Kemudian belakangan ditolak
sebagai metode baptisan, bahkan dilarang.” (For thirteen
hundred years was baptism generally and regularly an
immersion of the person under the water, and only in
extraordinary cases a sprinkling or pouring of water; the
latter was moreover, disputed as a mode of baptism, nay even
forbidden).

Setelah reformasi Protestan yang dimotori Martin Luther


pada tahun 1517, aliran-aliran dalam gereja Protestan banyak
yang kembali pada baptisan selam (immersion) (Yunani: baptizo)
seperti yang tertulis literal di Alkitab dan juga tradisi gereja
(kira-kira tahun 30 M – 1311 M), namun ada juga yg tetap
mempertahankan tradisi baptisan percik

Salah satu ritual wajib seorang Kristiani adalah menjalani


Baptisan Air. Namun tidak dipungkiri bahwa sedikitnya ada dua
macam cara baptisan, yakni baptisan selam dan baptisan
percik. Lantas timbul pertanyaan: mengapa terdapat tata cara
berbeda mengenai ritual baptisan ini?
Thomas Aquinas menyatakan bahwa baptisanselam adalah
metode yang lebih aman, karena lebih alkitabiah. Kitab
Injilmencatat bahwa dahulu Yohanes Pembaptis melakukan
baptisan selam. Hal itu disimpulkan dari peristiwa ketika Yesus
dibaptis oleh Yohanes, dikatakan: ”Sesudah dibaptis, Yesus
keluar dari air”.Lantas kapankah ritual baptisan berubah dari
baptis selam menjadibaptis percik?

Menurut sejarah baptisan, tradisi baptisan percik berawal


tatkala seluruh kekaisaran Romawi harus memeluk agama
Kristen, karena Kaisar Theodosius di tahun 380 M,
mengeluarkan “dekrit/edict Theodosius” yang isinya
mengatakan bahwa “Agama kekaisaran Romawi adalah agama
Kristen“.

Dampak dari keputusan tersebut, adalah Kristenisasi massal di


seluruh wilayah kekaisaran Romawi (Kalau tidak menjadi
Kristen, akan berhadapan dengan tentara Romawi dan
dihukum). Akibat kristenisasi massal tersebut, maka terjadilah
baptisan selam besar-besaran. Situasi yang seperti itu,
membuat kolam-kolam dan sungai-sungai menjadi sangat sesak.
Akibatnya untuk memudahkan, maka orang-orang tersebut
akhirnya dipercik dengan air. Alasan “praktis” yang terjadi
karena sikon yang darurat itu, kemudian dijadikan “tradisi”
oleh gereja Katolik (ingat saat itu di Barat, tidak ada aliran2
gereja, hanya ada gereja Katolik).
akhirnya di tahun 1311 dalam Konsili Ravenna, Gereja Katolik
meresmikan “baptisan percik” sebagaisatu-satunya cara baptis
yang dilakukan gereja. Alasannya adalah baptisan selam tidak
lagi penting sebab cara baru yaitu dengan dipercik adalah cara
baptis yang dipakai gereja. (Baptism went for many years
without change until the Catholic Church made the distinction
that full immersion was no longer necessary in 1311 at the
Council of Ravenna. They determined that full immersion was
unnecessary and the term ‘pouring’ was the new accepted way
of performing the baptism).

Demikianlah baptisan percik menjadi satu-satunya cara


membaptis bagi petobat baru yang dipakai oleh Gereja Katolik
sejak tahun 1311. Jadi kondisi darurat lah yang mendorong
gereja Katolik saat itu untukmengambil langkah praktis, dengan
memercik orang yang dibaptis, dengan alasan kurangnya air.
Menurut kitab nabi Musa, jika seorang lelaki mengalami ”mimpi
basah” di malam hari, maka ia menjadi najis sampai matahari
terbenam. Dan untuk pemtahirannya (menyucikan diri dari
kenajisan), maka ia harus mengguyur seluruh tubuhnya dari
ujung rambut sampai ujung kaki, atau menenggelamkan seluruh
badannya ke dalam air. Inilah sepertinya yang mengacu kepada
baptisan air yang benar.

Jadi, baptisan mula-mula diduga kuat adalah baptis selam, dan


tradisi baptisan percik baru dimulai sejak tahun 1311.
Asal Mula Baptisan Percik

Saya ingin sedikit memberi informasi mengenai asal mula


baptisan percik yang saya dengar dari dosen saya di Institut
Teologi Dan Keguruan Indonesia (Seminary Bethel)
Petamburan, Jakarta, yaitu Pdt. Thomas Bimo, M.Th pada mata
kuliah Teologi Perjanjian Baru.

Beliau mengatakan tradisi baptisan percik berawal tatkala


seluruh kekaisaran Romawi harus memeluk agama Kristen,
karena “sang Kaisar” Konstantin Agung telah menjadi Kristen.
Kaisar Kristen berikutnya, Kaisar Theodosius bahkan di tahun
380 M, mengeluarkan “dekrit/edict Theodosius” yang isinya
mengatakan bahwa “Agama kekaisaran Romawi adalah agama
Kristen“.

Dampak dari keputusan kedua Kaisar Kristen tersebut, adalah


Kristenisasi massal di seluruh wilayah kekaisaran Romawi
(Kalau tidak menjadi Kristen, akan berhadapan dengan tentara
Romawi dan dihukum). Akibat kristenisasi massal tersebut,
maka terjadilah baptisan selam besar-besaran. Situasi yang
seperti itu, membuat kolam-kolam dan sungai-sungai menjadi
sangat sesak. Akibatnya untuk memudahkan, maka orang-orang
tersebut akhirnya dipercik dgn air. Alasan “praktis” yang
terjadi karena sikon yang darurat itu, kemudian dijadikan
“tradisi” oleh gereja Katolik (ingat saat itu, tidak ada aliran2
gereja, hanya ada satu gereja , yaitu gereja Katolik).
Hal itulah yang membuat Baptisan Percik tidak mempunyai
referensi di dalam Alkitab. Karena memang baptisan percik
baru lahir dan kemudian dijadikan tradisi gereja sejak kira-
kira tahun 380 M (sebagai dampak edik Kaisar Theodosius).

Selain akibat Kristenisasi terhadap penduduk kekaisaran


Romawi tersebut, saya mendapat penjelasan kedua, mengenai
berkembangnya tradisi baptisan percik. Dalam buku History of
the Christian Church, Volume II, karangan Philip Schaff, pada
halaman 181, ditulis bahwa baptisan percik mulai dilakukan
gereja Katolik pada awalnya terhadap orang yang sakit (orang
yang bertobat tersebut menderita sakit, sehingga tidak
mungkin dilakukan baptisan selam).

Kedua alasan inilah yang menjadi awal mula dari


berkembangnya tradisi baptisan percik di dalam gereja Katolik
sejak tahun 380 M sampai masa reformasi (ingat waktu itu blm
ada aliran Protestan). Setelah reformasi Protestan yang
dimotori Martin Luther pada tahun 1517, aliran-aliran dalam
gereja Protestan ada yang tetap menganut tradisi baptisan
percik, namun ada juga yang kembali pada baptisan selam
(baptizo) seperti yang tertulis literal di Alkitab dan juga
tradisi gereja mula-mula (kira-kira tahun 30 M - 380 M).

Baptisan Sebagai Tanda Dan Meterai


Sekarang marilah melihat tentang sakramen sebagai TANDA
dan METERAI. Perlu diketahui bahwa BAPTISAN TIDAK
MENYELAMATKAN tetapi merupakan SUATU TANDA
pekerjaan Allah dalam diri orang yang dibaptis bahwa ia telah
percaya pada Tuhan Yesus Kristus dan mengalami pembaharuan
yang dikerjakan Roh Kudus. Ia telah bertobat dan memiliki
pembaharuan pikiran dan tujuan hidup yang hanya bagi
kemulian Kristus.

Baptisan juga merupakan METERAI karena BAPTISAN itu


sendiri mengesahkannya sebagai orang percaya karena “ia
telah mengenakan Kristus” (Galatia 3:27). Meskipun baptisan
tidak menyelamatkan, namun itu merupakan salah satu
sakramen yang ditetapkan Kristus agar setiap orang percaya
menerima Baptisan Kudus (Matius 28:19). Tidak ada alasan
apapun untuk menolak baptisan kudus jika memang sudah
benar-benar percaya pada Yesus. Roh Kudus yang ada dalam
dirinya akan mendorong dan memotivasinya untuk menerima
baptisan kudus. Sebagai bukti ketaatan seorang percaya, ia
harus tunduk pada perintah Yesus dengan menerima baptisan
kudus dan menaati Yesus seumur hidupnya serta berjanji
meninggalkan jalan hidup lama dan mengikuti jalan hidup baru
yang diajarkan Kristus.

Singkatnya, baptisan sebagai METERAI berarti mengukuhkan


dan mengesahkan iman percaya seseorang pada Yesus di
hadapan Allah dan jemaatNya. Itulah sebabnya Baptisan tidak
bisa dilakukan tersembunyi atau diam-diam. Baptisan harus
dilakukan dihadapan jemaat atau dihadiri beberapa saksi
jemaat yang ikut menghadiri upacara sakramen baptisan itu
bila orang itu sedang sakit keras di Rumah Sakit. Itu jugalah
sebabnya baptisan dilakukan oleh gereja Kristus dan bukan
perorangan. Seorang pendeta tidak bisa membaptis dengan
sembarangan atau membaptis sesukanya disembarang tempat
karena setiap orang yang dibaptis harus menjadi anggota
sebuah gereja Kristus. Jadi gereja yang menyelenggarakan
baptisan bagi seseorang yang berbaring di rumah sakit harus
mengundang beberapa jemaat dan pengurus gereja untuk
menghadiri upcara baptisan tersebut dan mereka bertindak
sebagai saksi bahwa orang itu telah percaya pada Yesus
Kristus dan menjadi anggota jemaat gereja tersebut. Tidak
bisa membaptis seseorang lalu kemudian membiarkannya begitu
saja tanpa memiliki ikatan keanggotaan gereja karena ketika
seseorang menerima baptisan kudus, ia juga berjanji mengikuti
ibadah dan kegiatan rohani dalam gereja Kristus bagi
pertumbuhan dan kedewasaan imannya.

1. YESUS DIBAPTIS DENGAN CARA DISELAMKAN


ATAUKAH DIPERCIK?

Penjelasan saya dibawah ini -- tidak mempersoalkan validitas


atau keabsahan antara "baptis" dan "percik" -- saya tidak
mempersoalkan praktek di lapangan atas kata "baptis" dan
"percik". Dalam hal ini, hanya mengkaji makna konseptual dari
kata itu.

Tidak selamanya bahasa asli Alkitab itu dikaji untuk


kepentingan penafsiran, doktrin, dan lain-lain, karena bahasa
asli Alkitab itu boleh juga dikaji untuk kepentingan penyusunan
kamus, konkordansi, ensiklopedia. Pembahasan ini menyediakan
makna kata βαπτω – baptô dan βαπτιζω – baptizô secara
leksikal. Kata apa yang paling tepat untuk menerjemahkan kata
βαπτω – baptô dan βαπτιζω – baptizô jika seandainya kata itu
akan dimasukkan ke dalam kamus Yunani - Indonesia?.

Dan secara Alkitabiah, sebenarnya tidak ada istilah "baptis


selam atau baptis percik", yang ada hanyalah "baptis" atau
"percik".

Kata "baptis" berasal dari kata Yunani βαπτιζω – baptizô dan


"percik" berasal dari kata ραντιζω - rhantizô . Kedua kata itu
digunakan dalam salah satu ayat Perjanjian Lama:

* Imamat 4:6

LAI TB, Imam harus mencelupkan ('BAPTO') jarinya ke dalam


darah itu, dan memercikkan ('RHAINO') sedikit dari darah
itu, tujuh kali di hadapan TUHAN, di depan tabir penyekat
tempat kudus."
KJV, And the priest shall dip ('BAPTO') his finger in the
blood, and sprinkle ('RHAINO') of the blood seven times
before the LORD, before the vail of the sanctuary.

BHS with vowels,

‫הַ קֹּ דֶ ש׃ פָרֹּ כֶת אֶ ת־פְ נֵי יְ הוָה לִ פְ נֵי פְ ָע ִמים שֶ בַ ע ִמן־הַ דָ ם וְ הִ זָה בַ דָ ם אֶ ת־אֶ צְ בָ עֹּ ו הַ כֹּ הֵ ן וְ טָ בַ ל‬

Translit, VETAVAL (dan ia mencelupkan) HAKOHEN 'ET-


'ETSBA'O BADAM VEHIZAH (dan ia memercikkan)) MIN-
HADAM SYEVA' PE'AMIM LIFNEY YEHOVAH 'ET-PENEY
PAROKHET HAQODESY

Note:

‫ וטבל‬VETAVAL, "dan ia mencelupkan" dari kata ‫ טבל‬-- TAVAL.


Kata inilah yang digunakan dalam kalangan Yudaisme sebagai
‫ – טבילה‬TEVILAH, "baptisan".

Perhatikan Terjemahan Septuaginta untuk Imamat 4:6 :

* Septuaginta (LXX),

και βαψει ο ιερευς τον δακτυλον εις το αιμα και προσρανει απο
του αιματος επτακις εναντι κυριου κατα το καταπετασμα το αγιον

Translit, KAI BAPSEI ('membaptiskan/mencelupkan') HO


IEREUS TON DAKTULON EIS TO HAIMA KAI PROSRANEI
('memercikkan') APO TOU HAIMATOS HEPTAKIS ENANTI
KURIOU KATA TO KATAPETASMA TO HAGION
Lihat Artikel :

‫ – טבילה‬TEVILÂH - BAPTISAN, STUDY KATA IBRANI, di


tevilah-baptisan-study-kata-ibrani-vt279.html#p613

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu
itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung
merpati turun ke atas-Nya

Menjawab pertanyaan diatas, mari kita cek ayatnya, sbb :

* Matius 3:16

LAI TB, Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan
pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah
seperti burung merpati turun ke atas-Nya,

KJV, And Jesus, when he was baptized, went up straightway


out of the water: and, lo, the heavens were opened unto him,
and he saw the Spirit of God descending like a dove, and
lighting upon him:

TR, και βαπτισθεις ο ιησους ανεβη ευθυς απο του υδατος και
ιδου ανεωχθησαν αυτω οι ουρανοι και ειδεν το πνευμα του θεου
καταβαινον ωσει περιστεραν και ερχομενον επ αυτον

Translit interlinear, kai {lalu} baptistheis {setelah dicelup


(baptis)} ho iêsous {Yesus} anebê {bangkit/naik} euthus
{segera/ immediately} apo {dari} tou hudatos {air} kai {dan}
idou {lihatlah} aneôkhthêsan {terbuka} autô {bagi Dia} hoi
ouranoi {langit} kai {dan} eiden {Ia melihat} to pneuma {Roh}
tou theou {Allah} katabainon {turun} hôsei {seperti} peristeran
{burung merpati} kai {lalu} erkhomenon {datang} ep {ke atas}
auton {Dia}

Catatan :

Setelah dibaptis ("dicelup"), βαπτισθεις – baptistheis, verb


ditulis dalam bentuk – aorist passive participle - nominative
singular masculine dari kata βαπτιζω – baptizô, leksikon
Yunani: 1) to dip repeatedly, to immerse, to submerge (of
vessels sunk). 2) to cleanse by dipping or submerging, to wash,
to make clean with water, to wash one's self, bathe. 3) to
overwhelm

Keluar/ Bangkit/ naik, ανεβη – anebê, verb, ditulis dalam


bentuk – second aorist active indicative - third person
singular, dari kata ανεβαιω – anabainô, leksikon Yunani: to go
up -- arise, ascend (up), climb (go, grow, rise, spring) up, come
(up).

* Markus 1:9-10

1:9 LAI TB, Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di
tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes.

KJV, And it came to pass in those days, that Jesus came from
Nazareth of Galilee, and was baptized of John in Jordan.
TR, και εγενετο εν εκειναις ταις ημεραις ηλθεν ιησους απο
ναζαρετ της γαλιλαιας και εβαπτισθη υπο ιωαννου εις τον
ιορδανην

Translit interlinear, kai {dan} egeneto {(itu) terjadi} en {pada}


ekeinais {itu} tais hêmerais {hari-hari} êlthen {datang} iêsous
{Yesus} apo {dari} nazaret {nazaret} tês galilaias {di galelia} kai
{lalu} ebaptisthê {dibaptis} hupo {oleh} iôannou {yohanes} eis
{di (dalam)} ton iordanên {sungai Yordan}

1:10 LAI TB, Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit
terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.

KJV, And straightway coming up out of the water, he saw the


heavens opened, and the Spirit like a dove descending upon
him:

TR, και ευθεως αναβαινων απο του υδατος ειδεν σχιζομενους


τους ουρανους και το πνευμα ωσει περιστεραν καταβαινον επ
αυτον

Translit interlinear, kai {lalu} eutheôs {segera} anabainôn


{ketika naik} apo {dari} tou hudatos {air} eiden {Ia melihat}
skhizomenous {dikoyak} tous ouranous {langit} kai {dan} to
pneuma {Roh} hôsei {seperti} peristeran {burung merpati}
katabainon {turun} ep {kepada} auton {Dia}
Catatan :

Dibaptis, εβαπτισθη – ebaptisthê, verb dalam bentuk – aorist


passive indicative - third person singular, dari kata βαπτιζω –
baptizô.

Keluar/ Bangkit/ naik, αναβαινων – anabainôn, verb dalam


bentuk – present active passive - nominative singular masculine
dari kata ανεβαιω – anabainô.

Air, υδατος - hudatos noun dalam bentuk – genitive singular


neuter, kata dasar hudor hoo'-dore: water (as if rainy)
literally or figuratively -- water.

"Keluar dari air" menandakan bahwa sebelumnya "di dalam air"


menandakan bahwa Yesus sebelumnya ditenggelamkan/
dicelupkan ke dalam air. Pada pembaptisan Sida-sida dari
Etiopia juga kita jumpai cara yang sama, demikian :

* Kisah 8:36

8:36 LAI TB, Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba


di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di
situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"

KJV, And as they went on their way, they came unto a certain
water: and the eunuch said, See, here is water; what doth
hinder me to be baptized?
TR, ως δε επορευοντο κατα την οδον ηλθον επι τι υδωρ και φησιν
ο ευνουχος ιδου υδωρ τι κωλυει με βαπτισθηναι

Translit interlinear, hôs {ketika} de {lalu} eporeuonto {mereka


pergi} kata {sepanjang} tên {itu} hodon {jalan} êlthon {mereka
datang} epi {pada} ti {tertentu} hudôr {air} kai {lalu} phêsin
{berkata} ho eunoukhos {sida-sida} idou {disini ada} hudôr {air}
ti {apa yang} kôluei {menghalangi} me {aku} baptisthênai {untuk
dibaptis}

Catatan :

Frasa επι τι υδωρ – epi ti hudôr , harfiah "kepada air tertentu"


(kata Yunani: τι – ti, kata jenis indefinite pronoun ditulis dalam
bentuk – accusative singular neuter, dari kata τις –tis, leksikon
Yunani : 1) a certain, a certain one 2) some, some time, a while
, oleh beberapa kalangan tertentu diartikan agar sesuai
doktrin tertentu sebagai "sedikit" (air), untuk mengadakan
pembenaran bahwa peristiwa ini tidak memungkinkan sida-sida
itu "dicelup" (Charles Hodge, ‘Systematic Theology’, vol III, p
535). Namun ayat ini tidak dapat dipandang sendirian, kita
harus menimbang juga ayat berikutnya :

* Kisah 8:37-39

8:37 LAI TB, [Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan


segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus
Kristus adalah Anak Allah."]
KJV, And Philip said, If thou believest with all thine heart,
thou mayest. And he answered and said, I believe that Jesus
Christ is the Son of God.

TR, ειπεν δε ο φιλιππος ει πιστευεις εξ ολης της καρδιας εξεστιν


αποκριθεις δε ειπεν πιστευω τον υιον του θεου ειναι τον ιησουν
χριστον

Translit interlinear, eipen {berkata} de {lalu} ho philippos


{filipus} ei {jikalau} pisteueis {kamu percaya} ex {dari} olês
{segenap} tês kardias {hari} exestin {diperbolehkan}
apokritheis {menjawab} de {lalu} eipen {dia berkata} pisteuô
{aku percaya} ton huion {Anak} tou theou {Allah} einai {yaitu}
ton iêsoun {Yesus} khriston {Kristus}

8:38 LAI TB, Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan


kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus
maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.

KJV, And he commanded the chariot to stand still: and they


went down both into the water, both Philip and the eunuch;
and he baptized him.

TR, και εκελευσεν στηναι το αρμα και κατεβησαν αμφοτεροι εις το


υδωρ ο τε φιλιππος και ο ευνουχος και εβαπτισεν αυτον

Translit interlinear, kai {lalu} ekeleusen {ia menyuruh} stênai


{menghentikan} to {itu} arma {kereta} kai {kemudian}
katebêsan {turun} amphoteroi {keduanya} eis {kedalam} to
hudôr {air} ho te {baik} philippos {Filipus} kai {maupun} ho
eunouchos {sida-sida} kai {dan} ebaptisen {ia membabtis
(mencelup)} auton {dia}

8:39 LAI TB, Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan
tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya
lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.

KJV, And when they were come up out of the water, the Spirit
of the Lord caught away Philip, that the eunuch saw him no
more: and he went on his way rejoicing.

TR, οτε δε ανεβησαν εκ του υδατος πνευμα κυριου ηρπασεν τον


φιλιππον και ουκ ειδεν αυτον ουκετι ο ευνουχος επορευετο γαρ
την οδον αυτου χαιρων

Translit interlinear, hote {ketika} de {lalu} anebêsan {mereka


naik} ek {dari} tou hudatos {air} pneuma {Roh} kuriou {Tuhan}
hêrpasen {mengambil dengan tiba-tiba} ton philippon {Filipus}
kai {dan} ouk {tidak} eiden {melihat} auton {dia} ouketi {lagi} ho
eunoukhos {sida-sida} heporeueto {ia meneruskan} gar {lalu}
tên hodon {perjalanan} autou {nya} khairôn {(dengan) sukacita}

Perhatikan frasa "keduanya turun kedalam air" (Yunani "


κατεβησαν αμφοτεροι εις το υδωρ ; katebêsan amphoteroi eis to
hudôr"), diteruskan dengan kata "baptis" (Yunani βαπτιζω –
baptizô, harfiah "mencelup") ; Dan keterangan selanjutnya
"mereka keluar" (Yunani ανεβησαν - anebêsan dari kata
ανεβαιω – anabainô, keluar/ bangkit/ arise/ ascend) dari air
(Yunani, "hudôr"):

βαπτω – baptô dan βαπτιζω – baptizô, mengandung arti


"membasuh", tetapi "membasuh dengan mencelup" misalnya,
makna inilah yang terkandung dalam 2 peristiwa "baptisan"
yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan juga Sida-sida dari
Etiopia.

Ada makna mencuci dengan "mencelup" (menggunakan kata


"baptis"), pada ayat ini :

* Lukas 11:38

LAI TB, Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena
Yesus tidak MENCUCI ('baptizô') tangan-Nya sebelum makan.

KJV, And when the Pharisee saw it, he marvelled that he had
not first washed before dinner.

TR, ο δε φαρισαιος ιδων εθαυμασεν οτι ου πρωτον εβαπτισθη


προ του αριστου

Translit interlinear, ho {itu} de {tetapi} pharisaios {orang-


orang farisi} idôn {ketika melihat} ethaumasen {merasa heran}
hoti {bahwa} ou {tidak} prôton {dahulu} EBAPTISTHÊ
{"membaptis" (mencelup/ membersihkan)} pro {sebelum} tou
aristou {hidangan}

Catatan :
Mencuci dengan mencelupkan (mem"baptis" tangan ke dalam
baskom), εβαπτισθη – ebaptistê verb dalam bentuk – aorist
passive indicative - third person singular, dari kata dasar
βαπτιζω – baptizô.

Orang Yahudi biasa "mencelup" (mem-"baptis"/ membasuh/


membersihkan) tangan ke dalam baskom sebelum makan
sebagai salah satu upacara pembersihan.

Ada pula makna "mandi" dengan "berendam" (menggunakan kata


"baptis"); "pencucian perkakas" (juga menggunakan kata
"baptis") :

* Markus 7:4

LAI TB, dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan
kalau tidak lebih dahulu MEMBERSIHKAN ('baptizô') dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal
MENCUCI ('baptismos') cawan, kendi dan perkakas-perkakas
tembaga.

KJV, And when they come from the market, except they wash,
they eat not. And many other things there be, which they
have received to hold, as the washing of cups, and pots,
brasen vessels, and of tables.

TR, και απο αγορας εαν μη βαπτισωνται ουκ εσθιουσιν και αλλα
πολλα εστιν α παρελαβον κρατειν βαπτισμους ποτηριων και
ξεστων και χαλκιων και κλινων
Translit interlinear, kai {dan} apo {dari} agoras {pasar} ean mê
{kecuali} BAPTISÔNTAI {mereka "membaptis" mandi/
membersihkan dirinya} ouk {tidak} esthiousin {mereka makan}
kai {dan} alla {lain} polla {banyak (hal-hal)} estin {ada} ha {yang}
parelabon {mereka menerima} kratein {untuk berpegang}
BAPTISMOUS {pem"baptisan"/ pencelupan/ pencucian}
potêriôn {cawan-cawan} kai {dan} xestôn {kendi-kendi} kai
khalkiôn kai klinôn

Catatan :

Membersihkan, (mandi dengan cara berendam), βαπτισωνται –


baptizôntai, verb dalam bentuk – aorist middle subjunctive -
third person, dari kata dasar βαπτιζω – baptizô.

Mencuci ,, membersihkan dengan pencelupan dalam air,


βαπτισμους - baptismous, noun dalam bentuk – accusative plural
masculine dari kata dasar βαπτισμος – baptismos, Leksikon
Yunani : ablution (ceremonial or Christian) -- baptism, washing.

Orang Farisi ini mandi berendam ('bath') dan bukan mandi


bersiram ('shower'). Pencucian perkakas pada ayat ini secara
logika, tentu tidak dilakukan dengan memercikinya dengan air.

Secara leksikal (kamus) kata βαπτω – baptô dan βαπτιζω –


baptizô , tidak bermakna memercik. Dan Yesus melakukan
"Baptisan" dengan "mencelup" di Sungai Yordan. Apabila tidak
dilakukan "pencelupan" tidak perlu media sungai yang memiliki
air yang cukup untuk "mencelup" badan manusia. Barangkali
hanya cukup semangkuk/ seember air saja. Sekali lagi,
penjelasan ini hanya menyajikan MAKNA LEKSIKAL, tidak
bermaksud menyinggung suatu doktrin gereja tertentu. Kita
tahu selama ini ada berbagai debat manakah cara baptisan
yang paling valid, dan biasanya debatnya itu bukan memburu
kebenaran tapi memburu pembenaran. Penjelasan diatas
membahas makna leksikal "baptis" dan kenyataan Yesus
"dicelup", namun ini bukan berarti orang yang "dipercik" itu
salah. Tapi kalau ada orang-orang yang berpendapat (memaksa)
bahwa Yesus "tidak dicelup" karena mereka tidak dicelup, ini
tidak ada bedanya dengan Jehovah Witnesses yang "mengubah
Alkitab" (mengubah makna suatu kata didalamnya) supaya
sesuai dengan doktrin mereka.

Lain halnya dengan Gereja Katolik melakukan upacara


"baptisan" dengan mencurahkan/ memercik, dan ini memang
masuk dalam tradisi Gereja yang diimani kebenarannya oleh
umat dan pemimpin Gereja, dan ini berdasarkan apa yang
tertulis dalam Kitab Didakhe yang menulis banyak tata ibadah
gereja ditulis di sana, termasuk upacara baptisan dilakukan
dengan "selam" jika memungkinkan atau tiga kali dengan
"percik" (atau "mencurahkan air diatas kepala").

ASAL USUL CARA BAPTISAN KUCUR AIR KE KEPALA TIGA


KALI
Ternyata benar kata Yesus bahwa sejak 2000 tahun yang lalu
cara baptisan air selam/celup (baptisan Yohanes) tersebut
sudah diserongkan memakai cara non selam oleh gereja yaitu
justeru mulai sejak tampilnya Yohanes Pembaptis, perhatikan
perkataan Yesus didalam Mat 11:12 “Sejak tampilnya Yohanes
Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang
yang menyerongnya mencoba menguasainya.”

Tulisan ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dari


ribuan bahkan jutaan jemaat yang menanyakan dari manakah
datangnya (asal-usul) cara baptisan kucur air ke kepala tiga
kali dan baptisan air non selam/celup tersebut, apakah itu
ketentuan firman Tuhan ataukah hanya perintah dari manusia
saja.

Seluruh dunia sudah tahu kalau ajaran mengenai baptisan air


tersebut sumbernya hanya berasal dari satu orang saja yakni
Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis mengajarkan dan melaksanakan prosesi


pembaptisan air tersebut bukan atas keinginan dari pribadinya
melainkan atas perintah dari Yesus sendiri Yoh 1:33 “Dan
akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku
untuk membaptis dengan air,”
Dan itulah sebabnya sehingga Yohanespun berubah nama
menjadi Yohanes Pembaptis, padahal tadinya namanya hanyalah
Yohanes saja.

Tetapi meskipun sumbernya hanya satu orang saja namun yang


anehnya oleh orang-orang di agama Kristen di berbagai gereja
tatacara melakukan baptisan air tersebut sudah berbeda-
beda, sehingga beda aliran gerejanya maka beda pula tatacara
pembaptisan airnya.

Kalau begitu maka berarti pasti ada yang palsu diantara cara
pembaptisan air yang berbeda-beda tersebut.

Yohanes Pembaptis memperkenalkan ajaran mengenai baptisan


air tersebut bukan hanya memakai teori saja, akan tetapi
langsung ia praktekan di sungai Yordan, cara baptisannya yaitu
dicelup/diselam didalam air, sebagaimana kata YUNANI
“BAPTIZO” artinya CELUP/SELAM (Sumber LAI-Kamus
Alkitab).

Ketika itu ada puluhan ribu orang yang sudah dibaptis oleh
Yohanes Pembaptis di sungai Yordan, dan ada ratusan ribu
bahkan jutaan pasang mata yang ikut menyaksikan Yohanes
Pembaptis mengerjakan pembaptisan air di sungai Yordan.

Mulai dari zaman Yohanes Pembaptis 2000 tahun yang lalu


hingga sekarang setiap detik, setiap menit, setiap jam dan
setiap hari selalu ada orang-orang di dunia ini yang dibaptis
dengan air celup/selam, sehingga sampai saat ini mungkin
mencapai puluhan milyar manusia di dunia ini yang sudah
dibaptis dengan air celup/selam.

Dan seluruh denomenasi gereja di dunia inipun juga semuanya


sudah mengakui kalau ketika itu Yohanes Pembaptis melakukan
prosesi pembaptisan di sungai Yordan dengan cara
dicelup/diselam didalamn air.

Makanya pihak LAI-Kamus Alkitab pun juga sudah


membenarkan bahwa istilah Pembaptisan itu berasal dari kata
Yunani “BAPTIZO” yang berarti MENYELAMKAN.

Namun beberapa tahun kemudian setelah Yohanes Pembaptis


mati, maka cara baptisan air celup/selam yang diperintahkan
oleh Yesus melalui Yohanes Pembaptis tersebut langsung
diserongkan, diubah, digagahi, diganti, ditolak, dihujat, dll.

Dan untuk yang pertama kalinya yang mengubah cara baptisan


air dari celup/selam ke kucur air ke kepala tiga kali adalah
GEREJA yang menulis kitab Didache pada tahun 80-100
masehi.

Dengan demikian maka asal usul baptisan percik/ kucur air ke


kepala tiga kali tersebut bukan ketentuan dari firman Tuhan,
melainkan diambil dari Kitab Didache.

Untuk melihat kitab Didache klik disini:


http://id.wikipedia.org/wiki/Didache
Nampaknya GEREJA yang menulis kitab Didache tidak sadar
kalau tulisannya didalam kitab Didache tersebut merupakan
salah satu dari sekian banyak kitab yang dibuat secara khusus
untuk menggenapi perkataan Yesus didalam Mat 11:12 “Sejak
tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga
diserong dan orang yang menyerongnya mencoba
menguasainya.”

Ajaran mengenai bertobat dan berbaptis dengan air tersebut


adalah bagian dari Injil Kerajaan Allah yang kini telah
diserongkan oleh para pemeluk agama Kristen sendiri yaitu
oleh GEREJA yang menulis kitab Didache tersebut.

Akhirnya apa yang dikatakan oleh Yesus didalam Mat 11:12,


yang diucapkan-Nya sekitar tahun 25-30 tersebut semuanya
telah digenapi oleh GEREJA kira-kira pada tahun 80-100
masehi dengan cara yaitu mengeluarkan kitab Didache.

Dimana setelah Yohanes Pembaptis dan Yesus mati, muncul


kitab Didache yang ditulis sekitar tahun 80-100 masehi, yang
ditemukan pada tahun 1873 oleh Philotheos Bryennios,
Direktur Sekolah Tinggi Teologia Yunani di Konstantinopel dan
dipublikasikan pada tahun 1883, dimana pada pasal 7:1-4 ada
dibicarakan mengenai pembaptisan air, dan pasal 7:3 memuat
cara baptis dengan cara dikucur air di kepala tiga kali sebagai
pengganti cara baptis air selam/celup (baptisan Yohanes) jika
jumlah air yang dibutuhkan tidak memadai.
Adapun bunyi lengkap Didache pasal 7:1-4 adalah sbb:

7.1 Berkenaan dengan pembaptisan, baptislah dengan cara


seperti ini: setelah apa-apa yang kami katakan terdahulu,
baptislah (selam/celup) dengan nama Tuhan Bapa, Anak dan
Roh Kudus, dengan air yang mengalir (di sungai).

7.2 Apabila kamu tidak mendapatkan air yang mengalir (sungai),


baptislah (selam/celup) dengan air yang lain (yang tidak
mengalir yaitu di danau, kolam, telaga, dll). Bila memungkinkan,
dengan air dingin, jika tidak, dengan air panas.

7.3 Jika keduanya (sungai, danau, kolam, telaga, dll) tidak kamu
dapati, maka kucurkanlah (perciklah) air ke kepala tiga kali
dengan menyebut nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.

7.4 Sebelum pembaptisan, orang yang akan membaptis


hendaknya berpuasa, juga orang yang akan dibaptis, dan orang-
orang lain yang mampu melakukannya, dan saya memerintahkan
kepada orang yang akan membaptis, hendaknya dia berpuasa
selama satu atau dua hari sebelum pembaptisan.

Sebelum munculnya kitab Didache, cara pembapisan air


(baptisan Yohanes) hanya satu macam cara saja yakni dicelup/
diselam didalam air, sebagaimana kata Yunani “Baptizo” artinya
celup/selam.
Hal itu diakui pula oleh penulis kitab Didache bahwa tadinya
cara pembaptisan air hanya satu macam saja yakni
dicelup/diselam didalam air yang mengalir (sungai) dan atau di
tempat lain seperti danau, telaga, kolam, dll juga bisa (baca
Didache 7:1-2).

Tetapi yang hebatnya bahwa penulis kitab Didache berani


membuat alternative lain, atau tatacara lain yaitu apabila
airnya tidak cukup maka boleh DIKUCUR AIR KE KEPALA
TIGA KALI (baca Didache 7:3).

Padahal kalau kita ukur memakai firman Tuhan maka prosesi


DIKUCUR AIR TIGA KALI ke kepala anak bayi tersebut tidak
dapat disebut sebagai prosesi baptisan air, akan tetapi ia
sangat tepat dan sangat alkitabiah bila disebut sebagai prosesi
penyerahan anak atau penyerahan bayi saja.

Tetapi apabila DIKUCUR AIR TIGA KALI ke kepala anak bayi


tersebut disebut sebagai prosesi baptisan air maka hal itu
sudah jauh menyimpang dari kebenaran firman Tuhan.

Sebab firman Tuhan tidak ada mengajarkan untuk membaptis


anak bayi, tetapi firman Tuhan hanya mengajarkan untuk
membaptis orang yang sudah bertobat (Mat 3:11), sedangkan
anak bayi belum bisa bertobat, makanya anak bayi hanya
diserahkan oleh kedua orangtuanya kepada Yesus supaya anak
bayinya tersebut diberkati oleh Yesus, perhatikan ayatnya
didalam Mrk 10:13-16.

Adapun mengenai media yang dipakai oleh gereja dalam prosesi


penyerahan anak yang juga memakai media air tersebut, hal itu
tidak masalah, sebab didalam prosesi penyerahan anak tidak
ada diatur secara khusus mengenai apa-apa saja media yang
wajib untuk dipakai.

Namun beda halnya dengan baptisan air celup/selam (baptisan


Yohanes), medianya sudah diatur yakni air (Mat 3:11a, Mrk 1:8
dan Kis 1:5).

Jadi berhubung media yang dipakai dalam prosesi penyerahan


anak tidak ada di atur didalam firman Tuhan maka berarti
penggunaan media air yakni DIKUCUR AIR KE KEPALA TIGA
KALI tersebut adalah sah-sah saja, asalkan prosesinya
memakai nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan dalam nama
Tuhan Yesus Kristus.

Tapi setelah anak-anak bayi tersebut kelak dewasa maka wajib


hukumnya baginya untuk BERTOBAT lalu memberi diri dibaptis
dengan air celup/selam (baptisan Yohanes) sebagimana Amanat
Aagung Yesus dan perintah Roh Kudus didalam Luk 3:3, Mrk
16:16, Kis 2:38.

=============
Sama seperti saya dulu, sewaktu saya bayi, saya juga
diserahkan oleh kedua orangtua saya kepada Yesus melalui
para pendeta di gereja, prosesi penyerahan bayi saya, mereka
lalukan memakai media air yakni dikucur air ke kepala saya tiga
kali.

Jadi apa yang dikerjakan oleh orangtua saya bersama pendeta


tersebut tidak salah, saya justeru harus berterimakasih
kepada mereka karena mereka sudah menyerahkan saya
kepada Yesus supaya hidup saya terpelihara dan diberkati oleh
Yesus.

Namun dalam perjalanan hidup saya menjadi dewasa, saya


banyak sekali melakukan hal-hal yang mendatangkan dosa
(maut/mati rohani) misalnya penyembahan berhala, menyimpan
jimat, mengandalkan mejik, dll padahal kesemuanya itu sangat
dibenci oleh Yesus, sebab kesemuanya itu hanyalah allah-allah
lain dan patung-patung berhala yang mendatangkan cemburu
berat bagi Tuhan Yesus Kel 20:3-4 “Jangan ada padamu allah
lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang
menyerupai apapun yang ada di langit di atas (patung malaikat,
patung yesus), atau yang ada di bumi di bawah (patung salib,
patung maria), atau yang ada di dalam air di bawah bumi
(patung naga).”

Makanya setelah saya dewasa maka saya memutuskan untuk


bertobat dari kesemuanya itu tadi, sebab satu-satunya cara
untuk memohon pengampunan dosa hanya melalui bertobat dan
dibaptis (baca Luk 3:3 dan Kis 2:38), setelah bertobat lalu
kemudian saya memberi diri saya dibaptis dengan air
celup/selam.

Pelaksanaan baptisan saya di sungai hanya kebetulan saya


tinggal di dekat sungai.

Padahal sebenarnya media baptisan air itu bukan sungai, bukan


pula sungai Yordan atau danau, kolam, bak mandi, dll tapi
medianya ialah AIR (baca Kis 1:5a, Mat 3:11a dan Kis 8:36),
jadi dimana saja ada airnya yang banyak maka disitulah prosesi
baptisan airnya dapat dilaksanakan.

Dalam perjalanan saya, setelah saya dibaptis, hampir semua


gereja yang berlabel Kharismatik dan semua persekutuan doa
semuanya sudah pernah saya ikuti ibadahnya, tapi semuanya
tidak ada bedanya, hanya beda mereknya saja.

Beberapa tahun setelah saya dibaptis celup/selam, ada seorang


teman yang mengajak saya untuk mengikuti ibadah menyembah
Tuhan dalam roh dan kebenaran di sebuah jemaat Tubuh
Kristus (bukan di gereja) sayapun mengajak keluarga saya
untuk ikut ibadah di sana.

Dan disitulah untuk yang pertama kalinya selama seumur hidup


saya, saya melihat sebuah jemaat yang ada 5 jabatan dan ada 9
karunia Roh Kudus didalamnya, dan para anggota jemaatpun
rata-rata sudah penuh dengan Roh Kudus dan sudah dimeterai
dengan Roh Kudus.

Ketika kami larut dalam suasana menyembah Tuhan dalam roh


dan kebenaran maka jemaat yang rata-rata penuh dengan Roh
Kudus tadi ada yang berbahasa roh, ada yang bernubuat, ada
yang menafsirkan bahasa roh, ada yang menerima pewahyuan
berupa penglihatan dan pendengaran, bahkan seorang dari
keluarga saya disembuhkan dari penyakitnya, dll.Tapi semua
berjalan dengan tertib dan teratur (tidak kacau), jalannya
ibadah kamipun persis seperti liturgi ibadah menyembah Tuhan
dalam roh dan kebenaran sebagaimana yang disampaikan oleh
Rasul Paulus didalam 1Kor 1:14:26-33.

Mulai saat itu sampai sekarang kami sekeluarga langsung


bergabung didalam jemaat Tubuh Kristus tersebut.

Tapi kami juga masih tetap terdaftar di sebuah gereja. Sebab


bergereja itu sangat perlu perhatikan himbauannya dari Petrus
kepada kita didalam 1Ptr 2:13 “Tunduklah, karena Allah, kepada
semua lembaga manusia……”

Tujuan kita bergeraja adalah hanya sekedar untuk


memperlihatkan diri kita bahwa kita itu adalah warga Negara
yang baik dan taat beragama.

Sebab di gereja tidak ada 5 jabatan dan 9 karunia Roh Kudus,


maknya untuk mencari kebenaran sejati dan keselamatan
masuk sorga tempatnya bukan di gereja, tetapi disebuah
wadah yang Yesus namakan Kerajaan Allah atau Tubuh Kristus,
dan yang menjadi Raja/Kepala atas jemaat-Nya adalah Yesus
sendiri.

============

Namun yang sangat disayangkan bahwa setelah anak-anak bayi


Kristen tersebut dewasa, mereka tidak mau bertobat dan
dibaptis dengan air celup/selam (baptisan Yohanes), sebab
katanya mereka sudah pernah dibaptis dengan cara DIKUCUR
AIR KE KEPALA TIGA KALI oleh orangtuanya bersama
pendeta/pastor sewaktu mereka masih bayi, sebab katanya
kalau mereka dibaptis lagi dengan cara selam/celup maka
mereka takut dibilang menyalib Yesus dua kali.

Padahal kalau memang ia dari tadinya belum pernah bertobat


dan dibaptis dengan air celup/selam maka apabila sekarang ia
mau memutuskan untuk bertobat dan dibaptis dengan air
celup/selam maka hal itu tidak dapat disebut menyalib Yesus
dua kali, tetapi ia hanya menggenapi firman Tuhan.

Yang disebut dengan menyalib Yesus dua kali itu ialah apabila
orang tersebut sudah MURTAD, yang disebut dengan murtad
dapat dibaca didalam Ibr 6:4-6 “ Sebab mereka yang pernah
diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan
yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang
mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia
dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin
dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat,
sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka
dan menghina-Nya di muka umum.”

Akhirnya banyak sekali orang-orang Kristen yang sampai mati


tidak pernah menjalani yang namanya prosesi bertobat dan
dibaptis dengan air celup/selam (baptisan Yohanes) tersebut,
namun mereka rata-rata hanya sudah menjalani prosesi
penyerahan anak saja oleh orangutua mereka sewaktu mereka
masih anak bayi. Barangkali itulah penyebabnya sehingga Yesus
berkata bahwa hanya sekawanan kecil saja yang dapat masuk
kerajaan Allah “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil!
Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan
itu.” Luk 12:32

Padahal yang namanya bertobat dan dibaptis dengan air


celup/selam (baptisanj Yohanes) tersebut wajib hukumnya bagi
setiap orang dewasa yang sudah bisa bertobat, tujuannya yaitu
untuk PENGAMPUNAN DOSA, perhatikan ayatnya didalam Luk
3:3, Kis 2:38. Jadi selama mereka masih belum bertobat dan
belum dibaptis dengan air celup/selam, maka selama itu pula
DOSA mereka tidak diampuni, makanya Yesus pernah berkata
bahwa “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan,
tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mrk 16:16).
Jadi alangkah kelirunya kalau mereka menganggap bahwa
prosesi DIKUCUR AIR KE KEPALA TIGA KALI pada anak bayi
tersebut merupakan prosesi baptisan air.

Kalaupun mereka tetap beranggapan bahwa DIKUCUR AIR KE


KEPALA TIGA KALI tersebut adalah sama saja dengan prosesi
dibaptis dengan air maka itulah yang dinamakan dengan prosesi
baptisan air illegal/ palsu oleh permainan palsu para hamba
palsu, sebab asal usul cara baptis DIKUCUR AIR KE KEPALA
TIGA KALI tersebut berasal dari kitab Didache, yang
menyimpang jauh dari yang dicontohkan oleh Yesus dan yang
dipraktekkan oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan.

Makanya berhubung masih adanya pihak yang beranggapan


bahwa DIKUCUR AIR KE KEPALA TIGA KALI tersebut sama
saja nilai rohaninya dengan baptisan air celup/selam (baptisan
Yohanes) maka akhirnya kini ada 2 versi cara pembaptisan air
di dunia kekristenan, yaitu:

1. Selam/celup (versi Firman).

2. Kucur/percik (versi Didache).

Nampaknya setelah penulis Didache berhasil membuat


tatacara baptisan air yang baru yakni dikucur air ke kepala tiga
kali, maka kemudian si penulis Didache pun mencoba untuk
membuat aturan yang baru lagi yakni mengenai kewajiban-
kewajiban sebelum prosesi pembaptisan air dilaksanakan yaitu
sebelum prosesi baptisan air dilaksanakan maka orang yang
akan dibaptis serta pihak-pihak lain yang terkait wajib untuk
BERPUASA terlebih dahulu (Didache 7:4).

Padahal Yesus melalui para hamba-Nya yakni Yohanes


Pembaptis, Petrus, Paulus dan yang lain-lainya tidak ada sama
sekali memerintahkan agar semuanya berpuasa sebelum
dibaptis, tetapi yang Yesus perintah yaitu agar sebelum
prosesi pembaptisan air dilakukan maka khusus bagi orang yang
akan dibaptis wajib untuk BERTOBAT terlebih dahulu, bukan
wajib untuk berpuasa dahulu, perhatikan ayatnya didalam Mat
3:11, Luk 3:3, Kis 2:38, Kis 19:4.

Dengan demikian maka kesalahan yang dibuat oleh penulis


Didache ada 2 macam yaitu:

1. Berani mengubah cara baptisan air dari selam ke kucur.

2. Berani mengubah bertobat menjadi berpuasa.

Itulah sebabnya sehingga sekarang ada 2 versi kewajiban pra


baptisan air yaitu:

1. Bertobat dahulu (versi Firman).

2. Berpuasa dahulu (versi Didache).


Sudah LEGA RASANYA, sebab dengan telah ditemukannya
Kitab Didache tersebut (tahun 1873) maka TERJAWABLAH
SUDAH semua teka-teki, uneg-uneg dan pertanyaan yang
berbunyi: “Darimanakah ASAL USUL PERCIK/ KUCUR AIR KE
KEPALA TIGA KALI tersebut, apakah dari Tuhan ataukah dari
manusia?.”

Ternyata asal usul cara pembaptisan PERCIK/KUCUR AIR


TIGA KALI KE KEPALA tersebut bukanlah atas perintah dari
Yesus melalui Yohanes Pembaptis, melainkan hanyalah perintah
pribadi dari si penulis kitab DIDACHE, yang ditulisnya antara
tahun 80 – 100 masehi, yakni setelah Yohanes dan Yesus mati.

Barangkali kitab Didache inilah yang disebut dengan injil-injil


lain tersebut, yaitu sebuah injil yang bertujuan untuk
menyerongkan injil kerajaan Allah, sebagaimana yang ketika itu
telah diingatkan oleh Yesus bahwa sejak tampilnya Yohanes
Pembaptis akan bermunculan injil-injil lain sebagai injil
tandingan, dan banyak orang yang menyukainya.

Dan kepada para pengguna dan pelaku injil lain tersebut


mereka telah dikutuk oleh Rasul Paulus dengan 2 kali kutukan,
perhatikan kutukan Paulus tersebut didalam Gal 1:6-9 “Aku
heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang
oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan
mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya
ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk
memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau
seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu
suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan
kepadamu, TERKUTUKLAH dia. Seperti yang telah kami
katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada
orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda
dengan apa yang telah kamu terima, TERKUTUKLAH dia.”

Itulah sebabnya sehingga sampai pada saat sekarang ini cara


pembaptisan air yang sebagai syarat untuk masuk gereja
banyak sekali jenis dan tatacaranya, beda gerejanya maka
beda pula tatacara pembaptisan airnya, sesuai dengan selera
masing-masing gereja saja.

Tetapi cara pembaptisan air yang sebagai syarat untuk masuk


sorga mulai dari zaman Yohanes Pembaptis hingga sekarang
tidak pernah berubah (bdk Ef 4:5) yaitu sebagaimana yang
diperintahkan oleh Yesus melalui Yohanes Pembaptis.

Namun sebelum prosesi baptisan air dilaksanakan maka khusus


kepada orang-orang yang akan dibaptis wajib hukumnya untuk
BERTOBAT terlebih dahulu, jangan dibaptis kalau masih belum
bertobat, perhatikan perintah supaya bertobat sebelum
dibaptis didalam ayat-ayat yang berikut:
1. Luk 3:3 “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan
dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan
Allah akan mengampuni dosamu,”

2. Kis 2:38 “Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan


hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam
nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu
akan menerima karunia Roh Kudus.”

Dan lihatlah, setelah mendengar perkataan Roh Kudus melalui


Petrus tadi maka pada hari itu juga ada 3000 jiwa yang
langsung memutuskan untuk bertobat lalu memberi diri
dibaptis Kis 2:41 "Orang-orang yang menerima perkataannya
itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa."

Berdasarkan pengalaman dari para penginjil selama ribuan


tahun bahwa tugas mereka yang amat sangat sulit dan yang
amat sangat menakutkan, serta yang sangat membahayakan
bagi keselamatan jiwa mereka adalah pada saat mereka
mengajak orang untuk BERTOBAT, bukan pada saat mereka
mengajak orang untuk berbaptis air selam/celup.

You might also like