1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

DIVERSIFIKASI DAN KARAKTERISASI CITARASA BAKSO IKAN TENGGIRI

(Scomberomus commerson) DENGAN PENAMBAHAN


ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA

DIVERSIFICATION AND CHARACTERIZATION FLAVOR OF “TENGGIRI FISH


(Scomberomus commerson) MEATBALL” ON ADDING
THE LIQUID SMOKE OF COCONUT SHELL

Nur Her Riyadi 1) dan Windi Atmaka1)


1)
Staf Pengajar Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, FP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRACT
Consumers have lean toward food product with smoke flavor increased. Recently, the emerge of unusual food
product with the smoke flavor such as roasted rice, roasted soybean curd, and roasted coconut are intensed. But
direct fogging creates carsinogenic matterial. Usage of liquid smoke is one of the alternative way to fix up
fogging procces in order to get food product with safe smoke flavor for health. Tenggiri fish has a high level of
productivity and has much nutrient. Fish meatball is one of fished product diversification. Meatball itself is a
popular food product. But as long as meatball flavor still low, it has potential to be improved. For example it
can be modified by adding smoke flavor to Tenggiri fish meatball.
The objectives of this research were to know the exact method and concentrate level of liquid smoke adding to
Tenggiri fish meatball that cause the highest level of acceptability, to know sensory characteristics (color,
smoke flavor, elasticity, and overall) and also to know physical (texture) characteristic and chemical
characteristics (water content, fat, protein, and fenol) from Tenggiri fish meatball with highest level of
acceptability. Research design that be used was randomized completely factorial design, consist of 2 factors:
Variation of liquid smoke adding methode (mixing, dyeing, and spraying); and variation of liquid smoke
concentration (3%, 5%, 7%). It was analized by ANOVA at α=5%, then to be analyzed with DMRT if there was
significant differences.
The research showed that variation of methode and concentration of liquid smoke adding to the Tenggiri fish
meatball gave no significant impact on color sensory, elasticity and overall, but influenced smoke flavor.
Tenggiri fish meatball which was sprayed by 3% of liquid smoke got the highest level of acceptability.Chemical
characteristic of tenggiri fish meatball which was sprayed by 3% of liquid smoke has been proved appropriate
with the standart of SNI for fish meatball criteria: 75,06 of water content; 10,16% of protein; 0,86% of fat. It
was also contain 0,07061% of nature fenol which was still under limit/tolerance of fenol content (0,02-0,1%) for
food so that it was safe to be consumed and acceptabel for its physical, chemical and sensory characteristic.
Keywords : flavor, liquid smoke, meatball

ABSTRAK
Kecenderungan konsumen terhadap produk pangan bercitarasa asap semakin meningkat. Bahkan akhir-akhir ini
muncul produk pangan bercitarasa asap yang dahulu tidak lazim diperdagangkan seperti nasi bakar, tahu bakar
dan kelapa bakar. Namun, pengasapan cara langsung memungkinkan terbentuknya senyawa karsinogenik.
Penggunaan asap cair merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki proses tersebut sehingga dihasilkan
produk pangan bercitarasa asap yang aman bagi kesehatan. Ikan tenggiri mempunyai tingkat produksi dan
kandungan gizi yang cukup tinggi. Bakso ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk perikanan.
Bakso merupakan salah satu produk yang paling digemari. Namun, sejauh ini citarasa bakso masih standar
sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Salah satunya adalah dengan cara menambahkan citarasa asap pada
produk bakso ikan tenggiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode dan konsentrasi pemberian asap cair pada bakso ikan
tenggiri yang memiliki tingkat kesukaan paling tinggi, mengetahui karakter sensoris (warna, aroma asap, rasa
asap, kekenyalan dan keseluruhan) serta untuk mengetahui karakter fisik (tekstur) dan karakter kimia (kadar air,
lemak, protein dan fenol) terhadap bakso ikan tenggiri citarasa asap yang paling disukai. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu variasi metode
penambahan asap cair (pencampuran, pencelupan dan penyemprotan) serta variasi konsentrasi asap cair (3%, 5%
dan 7%). Analisis data secara statistik dengan ANOVA pada α=5% serta dilanjutkan dengan uji DMRT apabila
ada beda nyata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi metode serta konsentrasi pemberian asap cair pada bakso ikan
tenggiri tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap sifat sensori warna, kekenyalan serta keseluruhan tetapi
memberikan pengaruh bervariasi terhadap sifat sensori aroma asap dan rasa asap. Bakso ikan tenggiri dengan
metode penyemprotan asap cair 3% merupakan metode serta konsentrasi pemberian asap cair yang memiliki
tingkat kesukaan paling tinggi. Karakteristik kimia bakso ikan tenggiri dengan penyemprotan asap cair 3% telah

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010 1


sesuai dengan persyaratan SNI bakso ikan yaitu: kadar air 75,06%, kadar protein 10,16% dan kadar lemak
0,86%. Mengandung fenol alami sebesar 0,07061% dan masih jauh di bawah batas maksimal kadar fenol yang
diperbolehkan dalam bahan makanan (0,02-0,1%) sehingga aman untuk dikonsumsi serta dapat diterima
konsumen dari karakter sensoris, fisik dan kimia.
Kata kunci : asap cair, bakso ikan, cita rasa.

PENDAHULUAN aman serta mempunyai dampak yang


membahayakan bagi kesehatan. Oleh Sebab
Sekarang ini kecenderungan itu, penggunaan asap cair ini cukup aman
konsumen terhadap produk pangan bercita karena senyawa-senyawa yang mempunyai
rasa asap semakin meningkat. Hal ini terlihat dampak membahayakan bagi kesehatan telah
dari banyaknya pilihan produk pangan bercita dihilangkan melalui proses redistilasi.
rasa asap seperti ayam bakar, lele bakar, sate, Produksi ikan tenggiri di perairan
steak dan lain sebagainya. Bahkan akhir- Jawa Tengah cukup tinggi. Produksi ikan
akhir ini muncul produk pangan bercita rasa tenggiri pada tahun 2005 mencapai 10.000
asap yang dahulu tidak lazim diperdagangkan ton (Anonim, 2006). Ikan tenggiri memiliki
seperti nasi bakar, tahu bakar dan kelapa kandungan gizi yang tinggi serta mutu
bakar. Namun, Gorbatov et al., (1971) dan proteinnya setingkat dengan mutu protein
Maga (1987) mengungkapkan bahwa daging. Ikan tenggiri memiliki warna daging
pengasapan dengan cara langsung yang putih serta memiliki kandungan aktin
(dipanggang di atas api kayu) tersebut dan myosin cukup tinggi (Anonim, 2004).
mempunyai beberapa kekurangan, yaitu Mengingat potensi perikanan di Indonesia
flavor dan konsentrasi konstituen asap yang sangat besar, peluang pengembangan usaha
diinginkan sulit diatur, produk yang perikanan yang cukup besar serta potensi
dihasilkan tidak seragam karena waktu dan budidaya tambak yang cukup berarti maka
suhu yang optimal tidak dapat dipertahankan perlu dikembangkan pemanfaatannya.
sama serta kemungkinan terbentuk senyawa Wibowo (1995) menyatakan bahwa bakso
PAH (Polisiklik Aromatik merupakan salah satu bentuk diversifikasi
Hidrokarbon)/benzo(a)piren yang bersifat pemanfaatan produk hasil perikanan.
karsinogenik. Oleh sebab itu, untuk Bakso merupakan salah satu produk
memperbaiki proses tersebut perlu yang paling banyak digemari konsumen.
dikembangkan cara pengolahan produk Mulai dari anak-anak hingga dewasa bahkan
pangan bercita rasa asap yang aman bagi orang tua. Rasanya lezat, bergizi tinggi, dapat
kesehatan. disantap dengan dan dalam kondisi apapun
Asap cair merupakan kondensat dari serta sangat mudah diterima oleh siapa saja
asap kayu yang telah mengalami (Wibowo, 1995). Namun, sejauh ini citarasa
penyimpanan dan penyaringan untuk bakso masih standar sehingga berpotensi
memisahkan tar dan bahan-bahan tertentu untuk dikembangkan. Salah satunya adalah
(Pszczola,1995). Untuk mendapatkan sifat dengan cara menambahkan citarasa asap pada
fungsional asap cair yang diinginkan seperti produk bakso ikan tenggiri. Diharapkan
sebagai antimikrobia, antioksidan, dan dapat dengan adanya penelitian ini, aplikasi asap
memberikan flavor khas asap dapat dilakukan cair untuk memberi citarasa asap pada
dengan cara fraksinasi karena senyawa- produk-produk makanan dapat lebih
senyawa yang terdapat dalam asap cair berkembang dan dapat digunakan secara
mempunyai titik didih yang berbeda-beda. optimal.
Salah satu fraksinasi yang dapat dilakukan
adalah dengan redistilasi asap cair. Suwedo, METODE PENELITIAN
dkk (1998) juga menyatakan bahwa proses
redistilasi asap cair juga dapat Bahan
menghilangkan senyawa yang tidak Bahan yang digunakan untuk pembuatan
diinginkan yaitu senyawa tar dan Polisiklis bakso ikan tenggiri adalah daging ikan
Aromatik Hidrokarbon (PAH), yang tidak tenggiri yang berasal dari pasar lokal di

2 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010


Surakarta, garam dapur merk Refina, bawang (STPP) 0,5% berat daging atau 1,5 gram
putih, es batu, tepung tapioka, STPP dan (keduanya terlebih dahulu dicampurkan
redistilat asap cair yang berasal dari Fakultas supaya homogen) dan dilumatkan hingga
Teknologi Pangan UGM. Bahan yang diperoleh adonan yang homogen. Adonan
digunakan untuk uji kadar protein adalah yang telah homogen dicetak menjadi bola-
katalis N campuran K2SO4: CuSO4, H2SO4, bola bakso yang siap direbus. Bola-bola
NaOH 0,1 N, etanol, indikator MR, HCl 0,1 bakso direbus dalam air 70-800C selama 10-
N, dan sampel bakso. Bahan untuk uji kadar 15 menit hingga matang (Wibowo, 1995).
lemak adalah pelarut petroleum eter, dan Selanjutnya dilakukan diversivikasi
sampel bakso. Bahan untuk uji kadar air dan citarasa dengan penambahan asap cair yang
tekstur adalah sampel bakso. Bahan untuk uji bertujuan untuk menentukan desain proses
kadar fenol adalah redistilat asap cair, sampel yang tepat untuk memberikan citarasa asap
bakso, Na2CO3 alkali 2%, folin ciopcalteau, dengan asap cair pada pembuatan bakso ikan
aquades dan fenol murni. tenggiri. Penelitian yang dilakukan meliputi
Alat penentuan metode serta konsentrasi
Alat yang digunakan untuk pengolahan bakso penambahan asap cair pada bakso ikan
ikan tenggiri adalah pisau, panci, telenan, tenggiri. Parameter keberhasilan metode serta
blender, mixer, dan kompor. Alat yang konsentrasi penambahan asap cair adalah
digunakan untuk uji kadar air (botol timbang, citarasa asap muncul sesuai keinginan panelis
desikator, oven, penjepit dan neraca analitik), (memiliki tingkat kesukaan paling tinggi).
uji kadar lemak (alat ekstraksi soxhlet, Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
desikator, kertas saring bebas lemak, dan penerimaan konsumen terhadap bakso ikan
neraca analitik), uji protein (labu kjeldahl, tenggiri bercita rasa asap.
desikator, gelas ukur, pemanas listrik, buret, Penentuan penambahan citarasa asap
Erlenmeyer, dan neraca analitik), alat untuk dilakukan dengan tiga metode serta tiga
uji sifat mekanik tekstur (Llyoid Instruments) konsentrasi yaitu:
serta alat untuk uji kadar fenol (vortex dan a. Pencampuran
spektrofotometer). Penambahan asap cair pada metode ini
yaitu dilakukan dengan cara
Metode mencampurkan larutan asap cair
Penelitian dimulai dengan konsentrasi 3%, 5% dan 7% pada adonan
penghilangan bagian kulit, tulang/duri serta bakso ikan tenggiri. Rasio penambahan
kepala ikan tenggiri sehingga diperoleh asap cair pada adonan sebesar 10:1 (b/v).
daging ikan tenggiri dalam bentuk filet. b. Pencelupan
Maksud pemisahan ini adalah untuk Penambahan asap cair pada metode ini
memudahkan proses penghancuran daging. yaitu dilakukan dengan cara mencelupkan
Filet ikan tenggiri seberat 300 gram bakso ikan tenggiri sesaat setelah
selanjutnya digiling dengan terlebih dahulu perebusan dalam larutan asap cair
daging ikan dipotong-potong kecil setebal konsentrasi 3%, 5% dan 7% selama 1
0,5-0,7 cm dengan ditambahkan es batu menit.
(ukuran diperkecil/dipotong) sebanyak 75 c. Penyemprotan
gram (25% berat daging). Penambahan asap cair pada metode ini
Selanjutnya garam 6 gram (2% berat yaitu dilakukan dengan cara
daging) dan bumbu (merica 1 gram, bawang menyemprotkan larutan asap cair
putih 5 gram) dicampur dan dihaluskan konsentrasi 3%, 5% dan 7% pada bakso
supaya homogen kemudian dimasukkan ke ikan tenggiri sesaat setelah perebusan.
dalam adonan (ikan yang telah digiling) Rasio penyemprotan asap cair pada
untuk dimixer kembali. Kemudian setelah adonan sebesar 2:1 (b/v).
tercampur merata, ke dalam daging lumat Selanjutnya dilakukan karakterisasi
tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit bakso. Karakterisasi bakso ikan tenggiri
tepung tapioka 45 gram (15% berat daging) meliputi karakteristik kimia (kadar air,
serta ditambahkan Sodium Tripoliposphat protein, lemak dan fenol) serta karakteristik

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010 3


fisik (tekstur) pada bakso ikan tenggiri penciuman dengan hidung, pencicipan
dengan penambahan asap cair pada metode dengan rongga mulut, perabaan dengan ujung
serta konsentrasi yang memiliki tingkat jari dan pendengaran dengan telinga.
kesukaan paling tinggi. Meskipun dengan uji fisik dan kimia serta uji
a. Karakteristik Sensoris gizi dapat menunjukkan suatu produk pangan
Pengujian karakteristik sensoris bermutu tinggi, namun tidak akan ada artinya
dilakukan dengan uji organoleptik. Uji jika produk tersebut tidak dapat dikonsumsi
organoleptik yang dilakukan meliputi uji karena tidak enak atau sifat organoleptiknya
pembedaan dan uji kesukaan dengan tidak membangkitkan selera atau tidak dapat
metode skoring. Uji organoleptik diterima konsumen (Soekarto, 1990).
dilakukan dengan menggunakan 20 Oleh karena itu, untuk mengetahui
panelis terpilih. Atribut mutu yang metode serta konsentrasi penambahan asap
ditentukan dalam uji pembedaan adalah cair yang dapat menghasilkan bakso ikan
aroma asap, rasa asap dan kekenyalan tenggiri yang paling disukai panelis maka
sedangkan uji atribut warna serta dilakukan uji organoleptiknya terlebih
keseluruhan dengan uji kesukaan dahulu. Selanjutnya baru dilakukan uji fisik
(Kartika, dkk 1988). (tekstur) serta uji kimia (air, protein, lemak
b. Karakteristik Fisik dan fenol) terhadap bakso ikan tenggiri
Tekstur bakso ikan tenggiri dengan dengan metode dan konsentrasi penambahan
Llyoid Instruments. asap cair yang memiliki tingkat kesukaan
c. Karakteristik Kimia paling tinggi.
Analisis kimia dilakukan untuk sampel
Warna
bakso ikan tenggiri yang paling disukai
Menurut Kartika, dkk (1988) warna
panelis. Untuk analisa kimia dilakukan
merupakan suatu sifat bahan yang berasal
pengukuran:
dari penyebaran spektrum sinar, begitu juga
Kadar air dengan metode
dengan kilap dari bahan yang dipengaruhi
thermogravimetri(Sudarmadji, dkk 1997);
oleh sinar pantul. Warna bukan merupakan
Kadar protein dengan metode Kjeldahl
suatu zat, melainkan sensasi sensoris karena
(Sudarmadji, dkk 1997); Kadar lemak
adanya rangsangan dari seberkas energi
dengan metode soxhlet (Sudarmadji, dkk
radiasi yang jatuh ke indra penglihatan.
1997); Kadar Fenol (Senter et al., 1989)
Warna adalah faktor paling
meliputi:a. Kadar fenol bakso ikan
menentukan menarik tidaknya suatu produk
tenggiri kontrol b.Kadar fenol bakso ikan
makanan (Winarno, 1991). Menurut Fennema
tenggiri dengan tingkat kesukaan paling
(1985) warna adalah atribut kualitas yang
tinggi c. Kadar fenol asap cair pada
paling penting. Bersama-sama dengan tekstur
konsentrasi bakso ikan tenggiri dengan
dan rasa, warna berperan dalam penentuan
tingkat kesukaan paling tinggi.
tingkat penerimaan suatu makanan.
Meskipun suatu produk bernilai gizi tinggi,
HASIL DAN PEMBAHASAN
rasa enak dan tekstur baik namun jika warna
tidak menarik maka akan menyebabkan
Karakteristik Sensoris Bakso Ikan
produk tersebut kurang diminati. Kartika, dkk
Tenggiri dengan Penambahan Asap Cair
(1988) juga menambahkan bahwa warna
Keistimewaan komoditas pangan dari
merupakan salah satu profil visual yang
sudut pandang mutunya ialah mempunyai
menjadi kesan pertama konsumen dalam
nilai mutu subyektif di samping mutu
menilai bahan makanan. Hasil pengujian
objektif. Jika mutu obyektif dapat diukur
organoleptik terhadap warna bakso ikan
dengan instrument fisik maka sifat subyektif
tenggiri dengan penambahan asap cair dapat
hanya dapat diukur dengan instrument
dilihat pada Tabel 1.
manusia. Sifat subyektif lebih umum disebut
dengan sifat indrawi atau organoleptik karena
penilaiannya dengan menggunakan organ
manusia seperti penglihatan dengan mata,

4 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010


Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik terhadap Warna menentukan aroma atau bau dari produk
Bakso Ikan Tenggiri dengan makanan yang mana aroma nerupakan salah
Penambahan Asap Cair satu faktor penentu kualitas produk makanan.
Perlakuan Skor Kesukaan Warna Hasil pengujian organoleptik terhadap aroma
Asap Asap Asap asap bakso ikan tenggiri dengan penambahan
Cair Cair Cair asap cair dapat dilihat pada Tabel 2.
3% 5% 7%
Pencampuran 2,25a 2,35a 2,30a Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik terhadap Aroma
Pencelupan 2,25a 2,20a 2,50a Asap Bakso Ikan Tenggiri dengan
a
Penyemprotan 2,35 2,35a 2,25a Penambahan Asap Cair
Ket: Angka dengan notasi yang sama berarti tidak beda Perlakuan Skor Pembedaan Aroma
nyata pada tingkat kepercayaan 95 %. Asap
Skala Nilai: 1) sangat suka, 2) suka, 3) agak suka,
4) tidak suka, 5) sangat tidak suka Asap Asap Asap
Cair Cair Cair
Tabel 1 menunjukkan bahwa bakso 3% 5% 7%
ikan tenggiri antar perlakuan dengan variasi Pencampuran 3,55e 3,20de 2,90cd
a abc
metode dan konsentrasi penambahan asap Pencelupan 1,85 2,40 2,20ab
bc ab
cair menghasilkan warna yang tidak berbeda Penyemprotan 2,55 2,10 2,00ab
nyata. Secara umum nilai yang diberikan oleh Ket: Angka dengan notasi yang sama berarti tidak
panelis terhadap warna bakso ikan tenggiri beda nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.
Skala Nilai: 1) sangat kuat, 2) kuat, 3) agak
dengan penambahan asap cair berkisar pada kuat, 4) lemah, 5) sangat lemah
rentang nilai 2 (suka). Hal ini berarti panelis
cenderung menyukai warna bakso ikan Tabel 2 menunjukkan bahwa
tenggiri dengan penambahan asap cair. Bakso interaksi antara metode dan konsentrasi
ikan tenggiri yang dihasilkan cenderung penambahan asap cair memberikan pengaruh
berwarna putih. bervariasi terhadap aroma asap bakso ikan
Bakso ikan pada umumnya cenderung tenggiri. Bakso ikan tenggiri dengan metode
berwarna putih. Supaya dihasilkan warna pencelupan asap cair 3% tidak berbeda nyata
bakso yang putih maka salah satu cara yang terhadap bakso ikan tenggiri dengan metode
dilakukan adalah dengan menggunakan ikan pencelupan asap cair (5% dan 7%) serta
berdaging putih. Tenggiri merupakan salah metode penyemprotan asap cair (5% dan 7%)
satu ikan air laut yang memiliki warna daging tetapi berbeda nyata terhadap bakso ikan
putih sehingga bakso yang dihasilkan tenggiri dengan metode pencampuran asap
cenderung berwarna putih. cair (3%, 5% dan 7%) serta metode
Aroma Asap penyemprotan asap cair 3%.
Aroma merupakan sensasi sensoris Berdasarkan uji pembedaan yang
yang dialami oleh indra pembau. Menurut De ditinjau pada tiap perlakuan maka secara
mann (1989), dalam industri pangan keseluruhan panelis sudah dapat
pengujian aroma atau bau dianggap penting membedakan aroma asap pada bakso ikan
karena cepat dapat memberikan hasil tenggiri dengan berbagai tingkat konsentrasi
penilaian terhadap produk terkait diterima dalam tiap metode penambahan asap cair
atau tidaknya suatu produk. Timbulnya yang berbeda. Secara umum ditinjau dari tiap
aroma atau bau ini karena zat bau tersebut metode maka semakin besar penambahan
bersifat volatile (mudah menguap), sedikit konsentrasi asap cair maka aroma asap yang
larut air dan lemak. Kartika, dkk (1988) juga dihasilkan juga akan semakin kuat meskipun
menambahkan bahwa aroma juga dapat hasilnya tidak berbeda nyata. Penilaian rata-
dipakai sebagai suatu indikator terjadinya rata yang diberikan oleh panelis terhadap
kerusakan pada produk, misalnya sebagai aroma asap bakso ikan tenggiri dengan
akibat dari pemanasan atau cara penyimpanan penambahan asap cair berada pada rentang
yang kurang baik ataupun adanya cacat (off nilai 2 (kuat). Hal ini berarti panelis menilai
flavor) pada suatu produk. Penanganan dan bahwa aroma asap pada bakso ikan yang
penyimpanan suatu produk makanan dapat dihasilkan cenderung kuat.

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010 5


Aroma asap yang dihasilkan pada Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik terhadap Rasa
bakso ikan tenggiri ini disebabkan adanya Asap Bakso Ikan Tenggiri dengan
penambahan asap cair. Hal ini karena adanya Penambahan Asap Cair
kandungan senyawa fenol dalam asap cair. Perlakuan Skor Pembedaan Rasa
Menurut Girard (1992), senyawa fenol Asap
merupakan konstituen mayor yang berperan Asap Asap Asap
dalam pembentukan flavor pada produk Cair Cair Cair
asapan. Daun (1979) menambahkan bahwa 3% 5% 7%
karakteristik flavor pada produk asapan Pencampuran 3,60d 3,45cd 3,00bc
Pencelupan 2,55ab 2,80ab 2,35a
disebabkan oleh adanya komponen fenol bc
Penyemprotan 3,00 2,65ab 2,65ab
yang terabsorbsi pada permukaan produk.
Flavor/citarasa merupakan totalitas rasa dan Ket: Angka dengan notasi yang sama berarti tidak
beda nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.
aroma yang dirasakan selama mengkonsumsi Skala Nilai: 1) sangat kuat, 2) kuat, 3) agak
makanan. Senyawa fenol yang berperan kuat, 4) lemah, 5) sangat lemah
dalam pembentukan flavor asap adalah
guaikol, 4-metil guaikol, dan 2,6-dimetoksi Tabel 3 menunjukkan bahwa
fenol. Senyawa fenol yang lebih berperan interaksi antara metode dan konsentrasi
dalam pembentukan aroma asap adalah penambahan asap cair memberikan pengaruh
siringol. bervariasi terhadap aroma asap bakso ikan
Rasa Asap tenggiri. Bakso ikan tenggiri dengan metode
Flavor atau rasa didefinisikan sebagi pencelupan asap cair 7% tidak berbeda nyata
rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan terhadap bakso ikan tenggiri dengan metode
yang dimakan, yang dirasakan oleh indra pencelupan asap cair (3% dan 5%) serta
pengecap atau pembau, serta rangsangan metode penyemprotan asap cair (5% dan 7%)
lainnya seperti perabaan dan penerimaan tetapi berbeda nyata terhadap bakso ikan
tenggiri dengan metode pencampuran asap
derajad panas oleh mulut. Flavor merupakan
gabungan sifat-sifat khas bahan yang cair (3%, 5% dan 7%) serta metode
menghasilkan sensasi/rangsangan (De mann, penyemprotan asap cair 3%.
1989). Kartika, dkk (1988) juga menyatakan Berdasarkan uji pembedaan yang
bahwa rasa dari suatu makanan merupakan ditinjau pada tiap perlakuan maka seperti
gabungan dari berbagai macam rasa bahan- halnya aroma asap maka secara keseluruhan
bahan yang digunakan dalam makanan panelis juga sudah dapat membedakan rasa
tersebut. asap pada bakso ikan tenggiri dengan
Rasa merupakan sensasi yang berbagai tingkat konsentrasi dalam tiap
terbentuk dari hasil perpaduan bahan metode penambahan asap cair yang berbeda.
Secara umum ditinjau dari tiap metode maka
pembentuk dan komposisinya pada suatu
produk makanan yang ditangkap oleh indra semakin besar penambahan konsentrasi asap
pengecap. Oleh sebab itu, rasa suatu produk cair maka rasa asap yang dihasilkan juga
makanan sangat dipengaruhi oleh komposisi akan semakin kuat meskipun hasilnya tidak
bahan penyusun dalam makanan. Rasa berbeda nyata. Penilaian rata-rata yang
merupakan atribut mutu dari suatu produk diberikan oleh panelis terhadap rasa asap
yang biasanya merupakan faktor penting bagi bakso ikan tenggiri dengan penambahan asap
konsumen dalam memilih produk. Suatu cair berada pada rentang nilai 2 (kuat). Hal
produk dapat diterima oleh konsumen apabila ini berarti panelis menilai bahwa rasa asap
memiliki rasa yang sesuai dengan yang pada bakso ikan yang dihasilkan cenderung
kuat.
diinginkan. Hasil pengujian organoleptik
terhadap rasa asap bakso ikan tenggiri dengan Rasa asap yang dihasilkan pada bakso
penambahan asap cair dapat dilihat pada ikan tenggiri ini disebabkan adanya
Tabel 3. penambahan asap cair. Hal ini karena adanya
kandungan senyawa fenol dalam asap cair.
Menurut Girard (1992), senyawa fenol
merupakan konstituen mayor yang berperan

6 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010


dalam pembentukan flavor pada produk cair tidak memberikan pengaruh terhadap
asapan. Daun (1979) menambahkan bahwa kekenyalan bakso yang dihasilkan. Penilaian
karakteristik flavor pada produk asapan rata-rata yang diberikan oleh panelis terhadap
disebabkan oleh adanya komponen fenol kekenyalan bakso ikan tenggiri dengan
yang terabsorbsi pada permukaan produk. penambahan asap cair berada pada rentang
Flavor/citarasa merupakan totalitas rasa dan nilai 2 (kenyal). Hal ini berarti panelis
aroma yang dirasakan selama mengkonsumsi menilai bahwa tekstur pada bakso ikan yang
makanan. Senyawa fenol yang berperan dihasilkan cenderung kenyal.
dalam pembentukan flavor asap adalah Ikan tenggiri selain warna dagingnya
guaikol, 4-metil guaikol, dan 2,6-dimetoksi putih, juga memiliki kandungan aktin dan
fenol. Senyawa fenol yang lebih berperan myosin cukup tinggi sehingga tekstur bakso
dalam pembentukan aroma asap adalah yang dihasilkan bagus. Selain itu, menurut
siringol. Haryadi (1993), penggunaan polifosfat
sebagai bahan pengenyal yang digunakan
Kekenyalan
bersama-sama dengan pati serta dilakukan
Kekenyalan merupakan salah satu
pemanasan akan terjadi interaksi antara
faktor penentu terhadap tingkat kesukaan
karbohidrat dan protein sehingga dihasilkan
konsumen. Sebagian besar konsumen lebih
gel yang lebih kenyal. Menurut Sofos (1986),
menyukai produk bakso terutama karena
hal ini dapat terjadi karena senyawa
teksturnya yang kenyal, jika dikunyah terasa
polifosfat berfungsi untuk meningkatkan pH
lembut dan rasanya enak (Anonim, 1993).
sehingga protein globular akan terekstrak
Tekstur makanan dapat dievaluasi dengan uji
yang nantinya berperan dalam pembentukan
mekanik (instrumen) atau dengan analisis
gel.
secara pengindraan. Analisis secara
pengindraan menggunakan alat indra manusia Keseluruhan
sebagai alat analisis (De mann, 1989). Hasil Kesukaan dan penerimaan konsumen
pengujian organoleptik terhadap kekenyalan terhadap suatu bahan mungkin tidak hanya
bakso ikan tenggiri dengan penambahan asap dipengaruhi oleh satu faktor, akan tetapi
cair dapat dilihat pada Tabel 4. dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
sehingga menimbulkan penerimaan yang
Tabel 4. Hasil Uji Organoleptik terhadap utuh. Atribut keseluruhan ini hampir sama
Kekenyalan Bakso Ikan Tenggiri dengan kenampakan suatu produk secara
dengan Penambahan Asap Cair keseluruhan, yang berfungsi untuk
Perlakuan Skor Pembedaan mengetahui tingkat penerimaan konsumen.
Kekenyalan Hasil pengujian organoleptik terhadap
Asap Asap Asap atribut keseluruhan bakso ikan tenggiri
Cair Cair Cair dengan penambahan asap cair dapat dilihat
3% 5% 7% pada Gambar 1.
b b
Pencampuran 2,75 2,90 2,60ab
ab ab Gambar 1 menunjukkan bahwa
Pencelupan 2,35 2,45 2,40ab
Penyemprotan 2,15 a
2,60 ab
2,50a
bakso antar perlakuan dengan variasi metode
dan konsentrasi penambahan asap cair
Ket: Angka dengan notasi yang sama berarti tidak
beda nyata pada tingkat kepercayaan 95 %. menghasilkan atribut keseluruhan bakso ikan
Skala Nilai: 1) sangat kenyal, 2) kenyal, 3) agak tenggiri yang tidak berbeda nyata. Secara
kenyal, 4) kurang kenyal, 5) tidak kenyal umum nilai yang diberikan oleh panelis
Tabel 4 menunjukkan bahwa terhadap atribut keseluruhan bakso ikan
interaksi antara metode dan konsentrasi tenggiri dengan penambahan asap cair
penambahan asap cair tidak memberikan berkisar pada rentang nilai 2 (suka). Hal ini
pengaruh beda nyata terhadap kekenyalan berarti panelis cenderung menyukai atribut
bakso ikan tenggiri kecuali pada bakso ikan keseluruhan bakso ikan tenggiri pada semua
tenggiri dengan metode pencampuran asap metode dan konsentrasi penambahan asap
cair konsentrasi 3% dan 5%. Secara umum cair. Hal ini menunjukkan bahwa
dapat disimpulkan bahwa penambahan asap penambahan asap cair dapat digunakan

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010 7


4.00
Keseluruhan

3.00
2.70a 2,70a 2.75a
2,60a
2,50a 2,50a 2,50a
2,40a 2.40a
2,25a
isl
e2.00
n
a
Kontrol
P 3%
r
o
k 5%
S
7%
1.00

0.00
K Campur Celup Semprot
Gambar 1. Atribut Keseluruhan Bakso Ikan Tengiri
Ket: Angka dengan notasi yang sama berarti tidak beda nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.
Skala Nilai: 1) sangat suka, 2) suka, 3) agak suka, 4) tidak suka, 5) sangat tidak suka

sebagai alternatif dalam diversifikasi citarasa Karakteristik Fisik Bakso Ikan Tenggiri
pada pembuatan bakso ikan tenggiri. dengan Penambahan Asap Cair
Berdasarkan hasil uji kesukaan secara Pengukuran sifat fisik bakso ikan
keseluruhan dapat dilihat bahwa bakso ikan tenggiri ini dilakukan dengan menggunakan
tenggiri dengan metode penyemprotan Llyod Instrument. Analisis tekstur dilakukan
konsentrasi asap cair 3% memiliki tingkat secara objektif karena memberikan hasil yang
kesukaan paling tinggi dibandingkan bakso cepat, tepat, dan akurat (Purwiyatno, dkk
ikan tenggiri dengan metode dan konsentrasi 2007). Sifat fisik suatu produk sangat
asap cair yang lain meskipun tidak berbeda menentukan kualitas serta tingkat penerimaan
nyata. Bakso ikan tenggiri dengan metode konsumen terhadap produk tersebut. Untuk
penyemprotan konsentrasi asap cair 3% menguji sifat bakso ikan tenggiri secara
memiliki tingkat kekenyalan yang paling obyektif dilakukan terhadap tingkat
tinggi meskipun tidak berbeda nyata dengan kekerasan dan kekenyalan. Hasil pengujian
sampel lain serta memiliki aroma asap dan terhadap karakter fisik bakso ikan tenggiri
rasa asap yang tidak begitu kuat tapi juga dengan penyemprotan asap cair 3% dapat
tidak begitu lemah. Namun, ditinjau dari dilihat pada Tabel 5.
metode penambahan asap cair pada tiap
metode secara umum dapat disimpulkan Tabel 5. Hasil Uji Tekstur Llyod Instrument
bahwa panelis cenderung menyukai bakso terhadap Kekerasan dan Kekenyalan
ikan tenggiri dengan aroma dan rasa asap Bakso Ikan Tenggiri dengan
pada konsentrasi rendah. Penambahan Asap Cair
Bakso ikan tenggiri dengan metode Perlakuan Skor Uji Fisik
penyemprotan konsentrasi asap cair 3% juga Llyod
memiliki tingkat kesukaan yang lebih tinggi F Max ε F Max
dibandingkan bakso ikan tenggiri kontrol (N) (mm)
(tanpa penambahan asap cair). Oleh sebab Penyemprotan 63,78 18,31
Asap Cair 3%
itu, bakso ikan tenggiri dengan metode
penyemprotan konsentrasi asap cair 3%
dalam penelitian ini selanjutnya dipilih untuk Kekerasan bakso dinyatakan dengan F
dilakukan uji fisik (tekstur) serta uji kimia Max sebesar 63,78 N sedangkan kekenyalan
(air, protein, lemak dan fenol). dinyatakan dengan ε F Max 18,31 mm.
Teknik pengujian kekerasan dilakukan

8 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010


dengan menentukan gaya maksimum yang Tabel 6. Karakteristik Kimia Bakso Ikan
diperlukan untuk memecah (shear force). Tenggiri dengan Penambahan Asap Cair
Gaya maksimum (N) di sini ialah gaya Parameter Penyem- SNI
maksimum yang diperlukan untuk memberi protan Asap
deformasi pada produk bakso hingga produk Cair 3%
bakso tersebut mengalami kerusakan. wb (%) wb (%)
Semakin tinggi gaya yang dibutuhkan untuk Kadar Air 75,06% Maks 80%
memecah dengan tingkat kerusakan yang Kadar Protein 10,16% Min 9%
sama, menunjukkan produk tersebut semakin Kadar Lemak 0,86% Maks 1%
keras. Produk yang mempunyai tingkat Ket: kandungan berdasarkan berat basah (wb)
kekerasan tinggi maka apabila diberikan gaya
maksimum sebesar N akan menimbulkan Kadar Air
kerusakan yang tinggi pula pada produk Air merupakan komponen penting
tersebut. dalam bahan makanan. Kadar air sangat
Kekenyalan diukur berdasarkan penting dalam menentukan daya awet dari
kemampuan bahan melakukan deformasi bahan makanan karena mempengaruhi sifat
elastis. Sifat kenyal ini dimiliki oleh gel fisik, kimia, perubahan mikrobiologi dan
termasuk bakso ikan. Menurut Anonim perubahan enzimatis. Air dalam bahan
(1993), kekenyalan ditentukan oleh jenis makanan dapat mempengaruhi daya tahan
daging, bahan, dan bumbu-bumbu yang makanan dari serangan mikrobia (Winarno,
ditambahkan, yang melibatkan interaksi pati- 1991). Sehubungan dengan hal itu, maka
pati dan pati-protein. Teknik pengujian kadar air suatu bahan cukup penting untuk
kekenyalan yang dinyatakan dengan gaya F diketahui. Kadar air merupakan salah satu
Max (mm) dilakukan dengan menentukan parameter mutu bakso yang penting karena
selisih antara ketinggian bakso sebelum bakso merupakan produk makanan basah
mengalami kerusakan atau hancur dengan sehingga kadar air mempengaruhi umur
ketinggian bakso pada saat mengalami simpannya.
kerusakan atau hancur setelah diberikan gaya Air juga merupakan salah satu
F Max (N). komponen yang berperan besar dalam
Pada produk bakso terjadi gelasi pembuatan bakso karena menentukan tekstur
polimer protein dari daging ikan dan bakso. Naruki dan Kanoni (1992)
karbohidrat yang berasal dari tepung tapioka menyatakan bahwa air yang ditambahkan
yang disebabkan adanya pemanasan yang pada pembuatan bakso berfungsi untuk
mengakibatkan tekstur bakso menjadi kenyal. memudahkan pencampuran dan menurunkan
Protein berperan dalam meningkatkan viskositas adonan. Auran dan Woods (1973)
kekenyalan. Protein terdiri dari aktin dan menambahkan bahwa penambahan air
myosin yang mempunyai kemampuan mengakibatkan adonan bakso menjadi lebih
membentuk gel yang bagus (Rahardiyan, encer sehingga lebih mudah dicampur dengan
2004). komponen-komponen lain serta memudahkan
dalam penghalusan.
Karakteristik Kimia Bakso Ikan Tenggiri Kadar air bakso ikan menurut SNI 01-
dengan Penambahan Asap Cair 3891-1995 yaitu maksimal 80%. Jadi apabila
Dalam penelitian ini dilakukan dibandingkan dengan SNI yang ada, maka
analisis kimia bakso ikan tenggiri dengan kadar air bakso ikan tenggiri dengan
metode penyemprotan konsentrasi asap cair penambahan asap cair sebesar 75,06% telah
3% yang merupakan bakso dengan tingkat memenuhi SNI yang ada.
kesukaan paling tinggi pada pengujian
organoleptik. Hasil Analisis kimia bakso ikan Kadar Protein
tenggiri dapat dilihat pada Tabel 6. Dalam keadaan asli di alam, protein
merupakan senyawa bermolekul besar dan
kompleks yang tersusun dari unsur-unsur C,
H, O, N, S dan dalam keadaan kompleks ada

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010 9


unsur P. Protein dalam bahan biologis pada produk asapan (Girard, 1992). Tujuan
biasanya terdapat dalam bentuk ikatan fisis dari analisis fenol ini adalah untuk
yang renggang maupun ikatan kimiawi yang mengetahui banyaknya fenol yang menempel
lebih erat dengan karbohidrat ataupun lemak, pada produk untuk mempresentasikan
karena ikatan-ikatan ini maka terbentuk banyaknya asap yang menempel pada bakso
senyawa-senyawa glikoprotein dan ikan tenggiri citarasa asap. Selain itu, dapat
lipoprotein yang berperan besar dalam pula digunakan untuk mengetahui banyaknya
penentuan sifat-sifat fisis aliran bahan fenol (asap cair) yang hilang selama proses
(rheologis), misalnya pada sistem emulsi penyemprotan. Analisis fenol dilakukan pada
makanan (Sudarmadji, dkk 1997). larutan asap cair dengan konsentrasi 3%.
Menurut Price dan Schweigert (1971), Selain itu, juga dilakukan analisis fenol pada
protein merupakan substansi pengikat air bakso ikan tenggiri kontrol serta bakso ikan
paling penting, dengan bertambahnya protein tenggiri dengan metode penyemprotan asap
pada bakso maka ikatan protein-air akan cair 3%. Kandungan senyawa fenol dapat
kuat, sehingga lepasnya air dari jaringan dilihat pada Tabel 7.
dapat dicegah sehingga kadar air bakso dapat Tabel 7. Kandungan Senyawa Fenol Asap Cair,
dipertahankan. Clark dan Tuffnell (1986) Bakso Ikan Tenggiri dan Bakso Ikan
menambahkan bahwa protein merupakan Tenggiri dengan Penambahan Asap Cair
salah satu komponen yang menentukan
tekstur bakso karena kemampuannya Parameter Kadar
membentuk gel. Fenol
Kadar protein bakso ikan menurut (%)
SNI 01-3891-1995 yaitu minimal 9%. Jadi Asap Cair 3% 1,17597%
apabila dibandingkan dengan SNI yang ada, Bakso Ikan Tenggiri 0,01722%
Bakso Ikan Tenggiri 0,07061%
maka kadar protein bakso ikan tenggiri
Citarasa Asap
dengan penambahan asap cair sebesar
10,16% telah memenuhi SNI yang ada.
Daun (1979) menyatakan bahwa
Kadar Lemak karakteristik flavor pada produk asapan
Menurut Triyantini, dkk (1986), kadar disebabkan oleh adanya komponen fenol
lemak bakso tergantung dari macam daging yang terabsorbsi pada permukaan produk.
yang digunakan. Price dan Schweigert (1971) Flavor/citarasa merupakan totalitas rasa dan
juga menyatakan hal yang sama bahwa kadar aroma yang dirasakan selama mengkonsumsi
lemak daging proses dipengaruhi oleh kadar bahan makanan. Senyawa fenol yang
lemak daging asalnya. Bertambahnya kadar berperan dalam pembentukan flavor asap
air dan lemak di dalam produk olahan daging adalah guaikol, 4-metil guaikol, dan 2,6-
akan menambah keempukan produk. Selain dimetoksi fenol. Guaikol lebih berperan
itu, keberadan lemak tersebut berfungsi untuk dalam pembentukan rasa asap sedangkan
membentuk produk yang kompak dan empuk, siringol lebih berperan dalam pembentukan
serta memperbaiki rasa dan aroma. aroma asap.
Kadar lemak bakso ikan menurut SNI Dari Tabel 7 diketahui bahwa kadar
01-3891-1995 yaitu maksimal 1%. Jadi fenol pada bakso ikan tenggiri dengan
apabila dibandingkan dengan SNI yang ada, penambahan asap cair lebih tinggi
maka kadar lemak bakso ikan tenggiri dengan dibandingkan bakso ikan tenggiri kontrol
penambahan asap cair sebesar 0,86% telah (tanpa penambahan asap cair). Hal ini
memenuhi SNI yang ada. disebabkan oleh asap cair yang disemprotkan
pada bakso ikan tenggiri sesaat setelah
Analisis Fenol Asap Cair, Bakso Ikan perebusan. Hal ini membuktikan bahwa
Tenggiri Kontrol dan Bakso Ikan Tenggiri proses penyemprotan segera setelah
Citarasa Asap perebusan mampu menempelkan aroma dan
Senyawa fenol sangat penting dalam citarasa asap pada bakso ikan tenggiri.
produk asap, karena fenol berperan dalam
menyumbangkan aroma dan rasa spesifik

10 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010


Selain itu selama proses batas maksimal kadar fenol yang
penyemprotan asap cair juga terjadi diperbolehkan dalam bahan makanan
kehilangan kandungan senyawa fenol. Hal ini sehingga aman untuk dikonsumsi serta dapat
dapat dilihat dengan membandingkan kadar diterima konsumen dari karakter sensoris,
fenol dalam asap cair 3% dengan kenaikan fisik dan kimia.
kadar fenol bakso ikan tenggiri citarasa asap
dari kontrol. Diduga kehilangan kandungan DAFTAR PUSTAKA
senyawa fenol ini disebabkan karena adanya
sebagian senyawa fenol berantai pendek yang Anonim. 2006. Potensi Perikanan Jawa
memiliki titik didih lebih rendah, sehingga Tengah. http// www.jawatengah.go.id.
selama penyemprotan segera setelah Diakses 2 Maret 2008.
perebusan, senyawa fenol rantai pendek _______. 2004. Tenggiri. Wikipedia
sudah banyak yang menguap. Indonesia, ensiklopedia bebas
Menurut Davidson and Branen (1981) berbahasa Indonesia.
batas aman fenol dalam makanan adalah http://id.wikipedia.org/wiki/Tengiri
0,02-0,1% atau 200-100 mg/kg. Hasil analisis (diakses 10 Oktober 2008)
kadar fenol bakso ikan tenggiri dengan _______ 1993. Bakso.
penyemprotan asap cair 3% dengan rasio http://id.wikipedia.org/wiki/Bakso
penyemprotan asap cair pada adonan 2:1 (diakses 10 Oktober 2008).
(b/v) adalah sebesar 0,07061%. Bakso ikan Aurand, L. W dan A. E. Wood. 1973. Food
tenggiri dengan penyemprotan asap cair 3% Chemistry. The Avi Pub Co. Inc.,
yang mengandung fenol alami sebesar Westport. Connecticut.
0,07061% tersebut masih jauh dibawah batas Clarck, A.H., and C.D.L Tuffnell. 1986.
maksimal kadar fenol yang diperbolehkan Gelatin of Globular Proteins. In:
dalam bahan makanan sehingga aman untuk Functional Properties of Food
dikonsumsi dan dapat diterima konsumen Macromolekuler, Mitchell, J.R., and
dari karakter sensoris, fisik dan kimia. D.a. Ledward. El Sevier Applied
Science Publisher. London.
KESIMPULAN Daun, H., 1979. Interaction of Wood Smoke
Component and Food. Food Tech.
Metode penyemprotan asap cair 35(5): 66-70.
dengan konsentrasi asap cair 3% merupakan Davidson, P. M and Branen, A. L. 1981.
metode serta konsentrasi pemberian asap cair Antimicrobial Activity of Non
pada bakso ikan tenggiri yang mempunyai Halogenated Phenolic Compound.
tingkat kesukaan paling tinggi. Variasi Journal of Food Protect. 44 (8): 623-
metode serta konsentrasi pemberian asap cair 632
pada bakso ikan tenggiri tidak memberikan De Mann, J. M. 1989. Principle of Food
pengaruh beda nyata terhadap sifat sensori Chemistry. The Avi Pub Co. Inc.,
warna, kekenyalan serta keseluruhan akan Westport. Connecticut.
tetapi memberikan pengaruh bervariasi Fennema, R. O. 1985. Food Chemistry 2nd
terhadap sifat sensori aroma asap dan rasa Edition. Revised and Expanded.
asap. Karakteristik fisik kekerasan bakso Academic Press. New York.
dinyatakan dengan F Max sebesar 63,78 N Girard, J.P., 1992. Technology of Meat and
sedangkan kekenyalan dinyatakan dengan ε F Meat Product Smoking. Ellis
Max 18,31 mm. Karakteristik kimia bakso Harwood. New York. London.
ikan tenggiri dengan penyemprotan asap cair Toronto. Sydney. Tokyu. Singapore.
3% telah sesuai dengan persyaratan SNI 162-201.
bakso ikan yaitu: kadar air 75,06%, kadar Gorbatov, V.M., N.N, Krylova, V.P.
protein 10,16% dan kadar lemak 0,86%. Volovinskaya, Y.N. Cyaskovkaya,
Bakso ikan tenggiri dengan penyemprotan K.I. Bazarova, R.I. Khlamova, and
asap cair 3% mengandung fenol alami G.Y. Yakavlova, 1971. Liquid Smoke
sebesar 0,07061% dan masih jauh dibawah

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010 11


For Use in Cured Meat. Food Tech Pengolahan Ikan: Tinjauan
25: 71-77 Benzopiren, fenol dan Sifat
Haryadi. 1993. Dasar-Dasar Pemanfaatan Organoleptik Ikan Asap. Agritech 20
Ilmu Teknologi Pati. Agritech 13 (I) 14-19
(3):27. Triyantini, Sumarlin, Darma dan Sudarmono.
Kartika, Bambang, Puji Hastuti dan Wahyu 1986. Pengaruh Macam Giling dan
Supartono. 1988. Pedoman Uji Lama Pelayuan Terhadap Mutu
Inderawi Bahan Pangan. UGM. Bakso Sapi. Prosiding Seminar
Yogyakarta. Penelitian Pasca Panen Pertanian.
Maga. Y.A. 1987. Smoke in Food Badan Litbang Pertanian. Departemen
Processing. CRC Press. Inc. Boca Pertanian.
Raton. Florida.: 1 - 3 ; 113 - 138. Wibowo, Singgih. 1995. Industri Pengolahan
Price dan Schweigert. 1971. The Science of Bakso Ikan dan Bakso Daging.
Meat an Meat Product. Willey Penebar Swadaya. Jakarta.
Published. San Fransisco. Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi.
Purwiyatno Hariyadi, Sukarno, Abubakar PT Gramedia. Jakarta.
Tawali. 2007. Food Service
Management. Food Review
11(11).PT Media Pangan Indonesia.
Bogor.
Pszczola, D.E., 1995. Tour Highlights
Production and Users of Smoke
Based Flavors. Food Tech (1)70-74.
Rahardiyan, Dino. 2004. Bakso (Traditional
Indonesian Meatball) Properties with
Postmortem Conditions and Cold
Storage. Thesis. The
Interdepartmental Program of Animal
and Dairy Sciences Faculty of the
Louisiana State University and
Agricultural and Mechanical College.
Senter,S.D ; Robertson,JA ; and Meredith,
F.I., 1989. Phenolic Compound of The
Mesocarp of Cresthaven Peaches
During Storage and Ripening. Juornal
Food Science 54: 1259-1268
SNI. 1995. Bakso Ikan. Badan Standarisasi
Nasional Indonesia.
Soekarto, S.T. 1990. Dasar-Dasar
Pengawasan Mutu dan Standarisasi
Mutu Pangan. IPB Press. Bogor.
Sofos. J.N., 1986. Use of Phosphates in Low
Sodium Meat Product. Food Tech.
4(9): 52.
Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono dan
Suhardi. 1997. Prosedur Analisa
untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.
Suwedo, hadiwiyoto, Purnomo Darmadji,
Susana Rita Purwasari. 2000.
Perbandingan Pengasapan Panas
dan Penggunaan Asap Cair pada

12 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 1 Februari 2010

You might also like