Resume Jurnal Magnet

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Nama : Weni Ayu Puja Kesuma

NIM : 11115028

Judul : Resume Jurnal Sintesis dan karakterisasi Nanofluid Magnetik Fe3O4

Sumber : Rev. LatinAm. Metal. Mat. 2010; 30 (1): 60-66 (www.rlmm.org)

1. PENDAHULUAN
Ferrofluida (FF) atau Nanofluids magnetic adalah cairan koloid yang terbuat
dari partikel ferromagnetik berukuran nano atau ferrimagnetik yang tersuspensi
dalam cairan pembawa (biasanya pelarut organik atau air). Setiap partikel terlapisi secara
merata oleh surfaktan (surface active agent) . Surfaktan digunakan untuk menghambat
penggumpalan pada saat pemberian medan magnet luar. Nanofluids magnetik telah menjadi
perhatian karena sifat optik, elektronik, dan magnetiknya yang istimewa. Fitur khusus FF
adalah kombinasi antara perilaku sifat cairan normal dengan perilaku sifat
superparamagnetik.
Magnetite Fe3O4 memiliki sifat yang unik, yaitu adanya fenomena superparamagnetik. Sifat
superparamagnetik merupakan sifat material yang memiliki magnetisasi tinggi ketika diberi
medan magnet eksternal, namun ketika tidak ada medan magnet eksternal nilai magnetisasi
rata-ratanya adalah nol (tidak memiliki titik MR). Bahan superparamagnetik timbul dari bahan
ferromagnetik yang berukuran sangat 2 kecil (nano) yang membentuk domain magnetik yang
mempunyai derajat kebebasan yang tinggi [1]. Karena ukurannya yang kecil dan perilaku
superparamagnetik, ferrofluida magnetik dapat dipandang sebagai bahan magnetik baru yang
potensial diaplikasikan dalam biomedis dan nanoteknologi.

1.1 Tujuan penelitian


Adapun tujuan penelitian dari sumber resume adalah sebagai berikut:
1. Melakukan sintesis Nanofluid magnetic Fe3O4 dengan metode kopresipitasi
2. Karakterisasi Nanofluids magnetic Fe3O4 dengan XRD
3. Karakterisasi Nanofluids magnetic Fe3O4 dengan VSM
4. Karakterisasi Nanofluids magnetic Fe3O4 dengan AFM
5. Karakterisasi Nanofluids magnetic Fe3O4 dengan FT-IR

2. METODE PENELITIAN
Ada berbagai metode untuk melakukan sintesis nanopartikel magnetik. Javie, Ferney Dkk
telah mensintesis nanopartikel ferit Fe3O4 dengan metode kimia kopresipitasi , setelah itu
Fe3O4 dilapisi dengan asam oleat sebagai zat surfaktan. Metode sintesis kimia merupakan
metode yang relatif mudah dan murah, namun kemurnian hasil akhirnya lebih rendah
dibanding metode fisika. Metode kopresipitasi diawali dengan menyiapkan campuran garam
ferrous dan besi yang tersuspensi dalam media alkali berair.

Sifat magnet nanopartikel dalam Ferrofluida dikarakterisasi dengan VSM pada suhu kamar.
Perilaku superparamagnetik, karakteristik nanopartikel magnetik ditentukan dengan kurva
histerisis hasil pengukuran magnetisasi M berbanding medan magnet H. Untuk mengetahui
unsur yang terkandung serta ukuran rata-rata partikel yang diperoleh maka dilakukan uji
XRD. Ukuran rata-rata partikel ditentukan dari pola XRD dengan menggunakan pendekatan
Scherre. Scanning probe microscopy (SPM) digunakan dalam dua cara: atomic force
microscope (AFM) untuk menentukan morfologi koloni nanopartikel dan untuk mengukur
diameternya; dan magnetic force microscope (MFM) untuk memvisualisasikan domain
magnetik nanopartikel Fe3O4.

2.1 Bahan
Untuk pembuatan ferrofluida, bahan utama yang digunakan ialah FeCl3 6H2O (97%), FeCl2
4H2O (99%), natrium hidroksida (NaOH) dari Merck dan HPLC grade atau asam oleic
(C18H34 O2. Selain itu digunakan juga aquades sebagai pelarut.

2.2 Sintesis Nanofluida Fe3O4


Proses sintesis terdiri dari dua langkah utama, yaitu persiapan partikel magnetik berukuran
nano dan stabilisasi dispersi dari partikel nano dalam cairan pembawa non polar dan polar.
Nanofluida magnetik yang didasarkan pada magnetite Fe3O4 dan minyak mineral atau
pelarut organik dibuat dengan teknik kopresipitasi dari larutan garam Fe (II) dan Fe (III)
dalam medium alkali dan tanamkan dalam cairan pembawa. Magnitit yang diperoleh
distabilkan oleh surfaktan yaitu asam oleat. Perlakuan terhadap magnetite oleh asam oleat
adalah tahap yang sangat penting dari persiapan nanofluida magnetik, karena ukuran dan sifat
fisik nanopartikel bergantung pada parameter suhu reaksi, pH suspensi, konsentrasi molar
awal, dan lainnya.

2.3. Prosedur
Sampel Nanofluid disiapkan dengan teknik kopresipitasi. Sintesis nanopartikel magnetik
Fe3O4 diawali dengan mencampurkan garam FeCl3 6H2O dan FeCl2 4H2O dalam
perbandingan molaritas 1: 2. Reaksi dalam proses ini adalah sebagai berikut :
2Fe3+ + Fe 2+ + 4OH-+  Fe3O4 + 4H+

Setelah mencampur 1 mL FeCl24H2O 2 M dan 4 mL FeCl36H2O 1M selanjutnya


menambahkan 25 mL larutan NaOH 1M (penambahan dilakukan secara perlahan tetes demi
tetes) sehingga terjadi presipitasi yang ditandai dengan berubahnya larutan menjadi hitam
gelap. Untuk menetralisir muatan anionik pada permukaan nanopartikel, ditambahkan asam
hidroklorida (HCl) 2M sebanyak 0,5 mL.

PH larutan terus dipantau saat larutan NaOH ditambahkan untuk menghasilkan presipitasi
nanopartikel ferofluida Fe3O4. Reaktan diaduk dengan magnet stirrer selama presipitasi, dan
tingkat pH berkurang dari 12 menjadi 7 sampai 8 setelah pencucian. Bagi bahan menjadi dua
sampel. Kemudian satu sampel didispersi dalam kerosen (1 mL) dan sampel dua dengan
aquades, dan diaduk selama 2 jam pada suhu 30 ° C. Setelah itu menambahkan 5 mL asam
oleat ke larutan sebagai surfaktan dan bahan pelapis. Cairan yang diendapkan kemudian
dipanaskan pada suhu 80 ° C, untuk menguapkan cairan. Selanjutnya diaduk selama 1 jam
dan didinginkan sampai suhu kamar. Untuk mendapatkan partikel bebas natrium dan klorin,
endapan dicuci dua kali dengan aquades, kemudian cuci dengan etanol, untuk
menghilangkan kelebihan surfaktan dari larutan. Untuk mengisolasi cairan supernatan (etanol
ditambah air) disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Endapan yang
mengambang pada cairan kemudian dituang, dan disentrifugasi sampai hanya endapan hitam
tebal yang tersisa. Sebagian volume dari endapan ini dikeringkan pada suhu 100 ° C selama
10 jam dan digiling menjadi serbuk halus untuk melakukan analisis XRD dan FTIR. Bagian
lain dari koloid digunakan untuk melakukan pengukuran magnetik dan AFM

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Karakterisasi struktur dan partikel


Uji XRD digunakan untuk menentukan struktur dan estimasi ukuran kristal. Pola difraksi
serbuk sinar-X dari sampel dicatat pada difraktometer Bruker D8 Advance menggunakan
radiasi CuK (1.5406 Å) pada suhu kamar pada kisaran 10 sampai 80 ° C dalam skala 2 .
Semua puncak pola XRD dianalisis dan diindeks menggunakan basis data ICDD atau JCPDS,
kemudian dibandingkan dengan standar magnetite. Diperoleh konstanta kisi sebesar 8.310 Å,
sedangkan parameter kisi untuk magnetit ialah 8,39 Å . Berikut gambar data XRD dan salah
satu referensi JCPDS Fe3O4

(a) (b)

Gambar 3.1 (a) Hasil XRD sampel, (b) XRD JCPDS Fe3O4

Hasil pola XRD menunjukkan kesusaian puncak dengan arah orientasi nanopartikel Fe3O4
referensi JCPDS. Puncak bertanda bintang merupakan puncak pengotor yaitu sodium.
Terlihat bahwa puncak tertinggi terletak pada bidang (311) yang mencirikan sampel
memiliki struktur spinel kubik. Sedangkan puncak dengan indeks miller (220), (311), (400),
(422), (511) dan (440) berhubungan dengan sel satuan kubik yang dimiliki struktur spinel
kubik . Oleh karena itu, telah dipastikan bahwa struktur kristal dari nanopartikel magnetit
yang diperoleh adalah struktur oksida tipe spinel terbalik. Pengukuran ukuran kristalit
ditentukan dari full-width
at half maximum (FWHM) dari puncak (311), dengan menggunakan pendekatan Scherrer.
{ada pendekatan ini ukuran kristal yang kecil menjadi penyebab perluasan garis, berikut
persamaannya :

DN adalah ukuran rata-rata kristal, k adalah fungsi bentuk yang bernilai 0,9. adalah
panjang gelombang radiasi, adalah fullwidth at halfmaximum (FWHM) pada radian dalam
skala 2 , dan adalah sudut Bragg. Ukuran kristal yang dihitung telah berukuran nano yaitu
(9,64 ± 0,13) nm. Oleh karena itu, nanofluida dapat dibuat dengan mudah dengan bahan ini.
3.2 Pengukuran magnetik
Karakterisasi magnetik partikel nanopartikel dilakukan dengan menggunakan vibrating
sample magnetometer (VSM) pada sistem physical property measurements system (PPMS).
Pengukuran dilakukan pada suhu kamar dengan medan magnet berkisar antara -5000 sampai
5000 Oe. Parameter Magnetisasi saturasi (Ms), dan medan koersif (Hc) adalah parameter yang
difokuskan. Perilaku nanofluids terutama ditentukan oleh sifat magnetiknya. Pada umumnya
ferrofluida menunjukkan perilaku superparamagnetik. Ketika bahan magnetik ferrofluida
diberi medan magnet H dan momen magnetik (μ), partikelnya akan mencoba menyelaraskan
dengan arah medan magnet, yang menimbulkan magnetisasi makroskopik pada cairan.
Magnetisasi M pada cairan berperilaku seperti magnetisasi sistem paramagnetik. Berikut
merupakan loop histeresis (kurva M-H) bahan yang diperoleh:

Pada gambar diatas terlihat bahwa perpotongan sumbu x dan y tertetak pada titik 0,0. Artinya
pada saat medan magnet luar H bernilai nol, harga magnetisasi pun nol. Hal ini mencirikan
sifat superparamagnetik. Pada superparamagnetik momen magnetik partikel secara
keseluruhan bebas berfluktuasi sebagai respons terhadap energi panas, sementara momen
atom individu mempertahankan keadaan teraturnya agar relatif terhadap satu sama lain. Hal
ini menyebabkan perilaku anhisteretik rendah. Magnetisasi saturasi yang diperoleh (MS) dan
medan koersif (Hc) pada suhu kamar adalah 0,067 emu / cm3 dan 16,7 Oe untuk nanofluida
magnetik berbasis partikel Fe3O4/H2O , dan 0,335 emu / cm3 dan 8,6 Oe untuk
Fe3O4/C18H34O2. Terlihat bahwa magnetisasi saturasi pada pelapis kerosen lebih tinggi
dibanding pada air. Sedangkan Hc pada kerosen lebih rendah dibanding dengan pelapis air.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Fe3O4/C18H34O2 lebih bersifat superparamagnetik
dibanding Fe3O4/H2O. Selain itu Hc yang rendah menunjukan bahwa sampel merupakan
material lembut. Ketika nanopartikel magnetik tersuspensi dalam kerosen, dan dilapisi
dengan asam oleat sebagai agen surfaktan, daya tarik-menarik antar partikel magnet diredam
oleh cairan pembawa sehingga ketika FF diberi medan magnet luar tidak terjadi pemisahan
bahan padatan dan cairan.

3.3. Pengukuran AFM


AFM atau atomic force micriscope merupakan mikroskop yang mampu memberikan
informasi topografi tiga dimensi suatu permukaan pada skala nanometer. Resolusi lateralnya
encapai 1,5 nm, sedangkan resolusi vertikalnya mencapai 0,05 nm. Ketelitian AFM dalam
mengukur suatu ketinggian lebih besar dapipada ketelitiannya mengukur panjang atau lebar
[2]. Karakterisasi AFM memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif mengenai diameter
dan tinggi partikel yang dipindai. Peralatan yang digunakan untuk memvisualisasikan
morfologi nanopartikel adalah Asylum Research MFP-3D Atomic Force Microscope dalam
mode AC non-kontak di udara dan magnetik (MFM) yang beroperasi pada suhu kamar.
Karakterisasi ini menggunalan kantilever yang terbuat dari silikon, dilapisi dengan lapisan
CoCr 50nm. Kantilever memiliki karakteristik sebagai berikut: koersivitas pada kisaran 300-
450 Oe, konstanta pegas 1-2 N / m, frekuensi resonansi 55 sampai 90 KHz dan radius ujung
kurang dari 20 nm. Pengukuran AFM telah dilakukan pada sampel kering yang diendapkan
pada substrat mika dan hard disk. Analisis partikel magnetik terdiri dari pengamatan
permukaan nanopartikel Fe3O4. Berikut hasil AFM pada sampel Fe3O4 :

(a)
(b)

(c)
Gambar 3.3 (a) Topografi AFM koloni nanopartikel Fe3O4 , (b) histogram fungsi ketinggian Fe3O4, (c) gambar
2D MFM dari domain koloni Fe3O4

Diameter rata-rata dari tinggi, yang diukur dengan AFM lebih besar dari ukuran rata-rata
nanopartikel yang diukur dengan XRD. Hal ini dapat disebabkan karena analisisnya bersifat
statistik dan pada kenyataannya beberapa 'partikel' adalah koloni yang dapat menghasilkan
partikel nyata dengan ketinggian yang relatif lebih tinggi. Adanya pengelompokkan tersebut
akibat prepasasi yang kurang sempurna, hasilnya kekuatan listrik dan magnet yang menarik
tidak sepenuhnya seimbang dengan penolakan sterik yang diberikan oleh molekul lapisan
asam oleat.
Pengelompokkan nanopartikel Fe3O4 terlihat pada citra topografi, gambar 3.3(a), diperoleh
dengan AFM. Gambar 3.3(b), merupakan kurva histogram ukuran partikel dengan
menggunakan fungsi distribusi lognormal. Ini menunjukkan bahwa diameter partikel kolonit
yang paling mungkin adalah DN = (15,3 ± 0,2) nm, dengan koefisien variasi 1,3%. Gambar
3.3(c) menunjukkan gambar MFM 2D, di mana kita dapat melihat domain magnetik koloni
Fe3O4 nanopartikel memiliki arah acak. Sampel dimagnetisasi oleh medan eksernal yang
berorientasi vertikal ke bidang substrat mika sebelum pengukuran. Dalam kasus ini,
interpretasi domain magnetik menunjukkan bahwa zona gelap merupakan repulsive force dari
domain, sementara zona terang adalah attractive force.

3.4. Pengukuran Spektral FTIR


Spektroskopi Spektrum Fourier Transform InfraRed (FTIR) dilakukan pada sampel magnetik
yang dikeringkan menggunakan spektrofotometer FTIR - Shimadzu 8400 pada rentang
gelombang 3.500 - 400 cm- 1
dengan resolusi 4 cm - 1
. Sampel kering ditempatkan pada
substrat silikon yang transparan terhadap inframerah, dan spektrum diukur sesuai dengan
metode transmitansi.

(a)
(b)
Gambar 3.4 (a) penyerapan FTIR pada Fe3O4/kerosen, (b) sidik jari spektrum IR

Spektrum FTIR pada gambar 3.4 (a) menunjukkan bahwa getaran ikatan H-O-H sekitar 1000
- 1600 cm-1, artinya molekul H2O kurang kuat. Selain itu, pita serapan kedua, antara 900-
1000 cm-1, sesuai dengan getaran lentur yang terkait dengan ikatan O-H. O-H di bidang dan
di luar ikatan bidang muncul pada 1583.45 - 1481.23 dan 935.41 - 838.98 cm-1, masing-
masing. Untuk jembatan hidrogen yang kuat maksimal terletak pada kisaran 900-1000 cm-1.
Dua pita pertama ini sesuai dengan gugus hidroksil yang dilekatkan pada ikatan hidrogen di
permukaan besi oksida, dan juga molekul air yang secara kimia teradsorpsi ke permukaan
partikel magnetik. Dalam gambar diatas sampel menunjukkan dua puncak yang intens, pada
pita 582 dan 640 cm-1, yang disebabkan oleh mode getaran peregangan yang terkait dengan
pita penyerapan logam-oksigen (ikatan Fe - O pada kisi kristal dari Fe3O4).

Mereka secara khas diucapkan untuk semua struktur spinel dan untuk ferrites pada
khususnya. Hal ini terjadi karena, di daerah ini, kontribusi dari pita getaran peregangan yang
terkait dengan logam di lokasi oktahedral dan tetrahedral oksida struktur ditemukan. Selain
itu, spektrum FTIR menunjukkan pita serapan pada 1706 cm-1,pada tabel sidik jari (gambar
3.4 b) terlihat bahwa serapan tersebut merupakan getaran peregangan gugus karboksil (C =
O), yang terkait dengan molekul asam oleat, yang teradsorpsi ke permukaan kristalit. FTIR
memungkinkan identifikasi ciri khas struktur spinel, serta adanya beberapa jenis zat kimia
yang teradsorbsi pada permukaan nanopartikel ini.

4. KESIMPULAN
Berikut merupakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa :
1. Metoda sintesis kopresipitasi yang digunakan menghasilkan nanopartikel Fe3O4
2. Ukuran kristal rata-rata (DN) yang diperoleh dengan karakterisasi XRD dari
ferofluida yang disintesis adalah 9,64 nm
3. Karakterisasi AFM menghasilkan informasi mengenai morfologi permukaan sampel
yang menunjukkan adanya perbedaan DN
4. Struktur nanofluid magnetik yang diperoleh adalah kristal spinel terbalik
5. Hasil karakterisasi sampel dengan VSM menunjukkan ferofluid yang dibuat berifat
superparamagnetik lembut.
DAFTAR PUSTAKA

[1] file:///C:/Users/v%20-%20ri/Downloads/S2-2014-322352-chapter1.pdf diakses pada


13/03/18 pukul 06.30
[2] http://material-sciences.blogspot.co.id/2015/04/mikroskop-gaya-atom-atomic-force.html
diakses pada 13/03/18 pukul 08.19.
[3] https://wocono.wordpress.com/2013/03/03/spektrofotometri-infra-merah/ diakses pada
13/03/18 pukul 06.45

You might also like