Professional Documents
Culture Documents
Resume Jurnal Magnet
Resume Jurnal Magnet
Resume Jurnal Magnet
NIM : 11115028
1. PENDAHULUAN
Ferrofluida (FF) atau Nanofluids magnetic adalah cairan koloid yang terbuat
dari partikel ferromagnetik berukuran nano atau ferrimagnetik yang tersuspensi
dalam cairan pembawa (biasanya pelarut organik atau air). Setiap partikel terlapisi secara
merata oleh surfaktan (surface active agent) . Surfaktan digunakan untuk menghambat
penggumpalan pada saat pemberian medan magnet luar. Nanofluids magnetik telah menjadi
perhatian karena sifat optik, elektronik, dan magnetiknya yang istimewa. Fitur khusus FF
adalah kombinasi antara perilaku sifat cairan normal dengan perilaku sifat
superparamagnetik.
Magnetite Fe3O4 memiliki sifat yang unik, yaitu adanya fenomena superparamagnetik. Sifat
superparamagnetik merupakan sifat material yang memiliki magnetisasi tinggi ketika diberi
medan magnet eksternal, namun ketika tidak ada medan magnet eksternal nilai magnetisasi
rata-ratanya adalah nol (tidak memiliki titik MR). Bahan superparamagnetik timbul dari bahan
ferromagnetik yang berukuran sangat 2 kecil (nano) yang membentuk domain magnetik yang
mempunyai derajat kebebasan yang tinggi [1]. Karena ukurannya yang kecil dan perilaku
superparamagnetik, ferrofluida magnetik dapat dipandang sebagai bahan magnetik baru yang
potensial diaplikasikan dalam biomedis dan nanoteknologi.
2. METODE PENELITIAN
Ada berbagai metode untuk melakukan sintesis nanopartikel magnetik. Javie, Ferney Dkk
telah mensintesis nanopartikel ferit Fe3O4 dengan metode kimia kopresipitasi , setelah itu
Fe3O4 dilapisi dengan asam oleat sebagai zat surfaktan. Metode sintesis kimia merupakan
metode yang relatif mudah dan murah, namun kemurnian hasil akhirnya lebih rendah
dibanding metode fisika. Metode kopresipitasi diawali dengan menyiapkan campuran garam
ferrous dan besi yang tersuspensi dalam media alkali berair.
Sifat magnet nanopartikel dalam Ferrofluida dikarakterisasi dengan VSM pada suhu kamar.
Perilaku superparamagnetik, karakteristik nanopartikel magnetik ditentukan dengan kurva
histerisis hasil pengukuran magnetisasi M berbanding medan magnet H. Untuk mengetahui
unsur yang terkandung serta ukuran rata-rata partikel yang diperoleh maka dilakukan uji
XRD. Ukuran rata-rata partikel ditentukan dari pola XRD dengan menggunakan pendekatan
Scherre. Scanning probe microscopy (SPM) digunakan dalam dua cara: atomic force
microscope (AFM) untuk menentukan morfologi koloni nanopartikel dan untuk mengukur
diameternya; dan magnetic force microscope (MFM) untuk memvisualisasikan domain
magnetik nanopartikel Fe3O4.
2.1 Bahan
Untuk pembuatan ferrofluida, bahan utama yang digunakan ialah FeCl3 6H2O (97%), FeCl2
4H2O (99%), natrium hidroksida (NaOH) dari Merck dan HPLC grade atau asam oleic
(C18H34 O2. Selain itu digunakan juga aquades sebagai pelarut.
2.3. Prosedur
Sampel Nanofluid disiapkan dengan teknik kopresipitasi. Sintesis nanopartikel magnetik
Fe3O4 diawali dengan mencampurkan garam FeCl3 6H2O dan FeCl2 4H2O dalam
perbandingan molaritas 1: 2. Reaksi dalam proses ini adalah sebagai berikut :
2Fe3+ + Fe 2+ + 4OH-+ Fe3O4 + 4H+
PH larutan terus dipantau saat larutan NaOH ditambahkan untuk menghasilkan presipitasi
nanopartikel ferofluida Fe3O4. Reaktan diaduk dengan magnet stirrer selama presipitasi, dan
tingkat pH berkurang dari 12 menjadi 7 sampai 8 setelah pencucian. Bagi bahan menjadi dua
sampel. Kemudian satu sampel didispersi dalam kerosen (1 mL) dan sampel dua dengan
aquades, dan diaduk selama 2 jam pada suhu 30 ° C. Setelah itu menambahkan 5 mL asam
oleat ke larutan sebagai surfaktan dan bahan pelapis. Cairan yang diendapkan kemudian
dipanaskan pada suhu 80 ° C, untuk menguapkan cairan. Selanjutnya diaduk selama 1 jam
dan didinginkan sampai suhu kamar. Untuk mendapatkan partikel bebas natrium dan klorin,
endapan dicuci dua kali dengan aquades, kemudian cuci dengan etanol, untuk
menghilangkan kelebihan surfaktan dari larutan. Untuk mengisolasi cairan supernatan (etanol
ditambah air) disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Endapan yang
mengambang pada cairan kemudian dituang, dan disentrifugasi sampai hanya endapan hitam
tebal yang tersisa. Sebagian volume dari endapan ini dikeringkan pada suhu 100 ° C selama
10 jam dan digiling menjadi serbuk halus untuk melakukan analisis XRD dan FTIR. Bagian
lain dari koloid digunakan untuk melakukan pengukuran magnetik dan AFM
(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Hasil XRD sampel, (b) XRD JCPDS Fe3O4
Hasil pola XRD menunjukkan kesusaian puncak dengan arah orientasi nanopartikel Fe3O4
referensi JCPDS. Puncak bertanda bintang merupakan puncak pengotor yaitu sodium.
Terlihat bahwa puncak tertinggi terletak pada bidang (311) yang mencirikan sampel
memiliki struktur spinel kubik. Sedangkan puncak dengan indeks miller (220), (311), (400),
(422), (511) dan (440) berhubungan dengan sel satuan kubik yang dimiliki struktur spinel
kubik . Oleh karena itu, telah dipastikan bahwa struktur kristal dari nanopartikel magnetit
yang diperoleh adalah struktur oksida tipe spinel terbalik. Pengukuran ukuran kristalit
ditentukan dari full-width
at half maximum (FWHM) dari puncak (311), dengan menggunakan pendekatan Scherrer.
{ada pendekatan ini ukuran kristal yang kecil menjadi penyebab perluasan garis, berikut
persamaannya :
DN adalah ukuran rata-rata kristal, k adalah fungsi bentuk yang bernilai 0,9. adalah
panjang gelombang radiasi, adalah fullwidth at halfmaximum (FWHM) pada radian dalam
skala 2 , dan adalah sudut Bragg. Ukuran kristal yang dihitung telah berukuran nano yaitu
(9,64 ± 0,13) nm. Oleh karena itu, nanofluida dapat dibuat dengan mudah dengan bahan ini.
3.2 Pengukuran magnetik
Karakterisasi magnetik partikel nanopartikel dilakukan dengan menggunakan vibrating
sample magnetometer (VSM) pada sistem physical property measurements system (PPMS).
Pengukuran dilakukan pada suhu kamar dengan medan magnet berkisar antara -5000 sampai
5000 Oe. Parameter Magnetisasi saturasi (Ms), dan medan koersif (Hc) adalah parameter yang
difokuskan. Perilaku nanofluids terutama ditentukan oleh sifat magnetiknya. Pada umumnya
ferrofluida menunjukkan perilaku superparamagnetik. Ketika bahan magnetik ferrofluida
diberi medan magnet H dan momen magnetik (μ), partikelnya akan mencoba menyelaraskan
dengan arah medan magnet, yang menimbulkan magnetisasi makroskopik pada cairan.
Magnetisasi M pada cairan berperilaku seperti magnetisasi sistem paramagnetik. Berikut
merupakan loop histeresis (kurva M-H) bahan yang diperoleh:
Pada gambar diatas terlihat bahwa perpotongan sumbu x dan y tertetak pada titik 0,0. Artinya
pada saat medan magnet luar H bernilai nol, harga magnetisasi pun nol. Hal ini mencirikan
sifat superparamagnetik. Pada superparamagnetik momen magnetik partikel secara
keseluruhan bebas berfluktuasi sebagai respons terhadap energi panas, sementara momen
atom individu mempertahankan keadaan teraturnya agar relatif terhadap satu sama lain. Hal
ini menyebabkan perilaku anhisteretik rendah. Magnetisasi saturasi yang diperoleh (MS) dan
medan koersif (Hc) pada suhu kamar adalah 0,067 emu / cm3 dan 16,7 Oe untuk nanofluida
magnetik berbasis partikel Fe3O4/H2O , dan 0,335 emu / cm3 dan 8,6 Oe untuk
Fe3O4/C18H34O2. Terlihat bahwa magnetisasi saturasi pada pelapis kerosen lebih tinggi
dibanding pada air. Sedangkan Hc pada kerosen lebih rendah dibanding dengan pelapis air.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Fe3O4/C18H34O2 lebih bersifat superparamagnetik
dibanding Fe3O4/H2O. Selain itu Hc yang rendah menunjukan bahwa sampel merupakan
material lembut. Ketika nanopartikel magnetik tersuspensi dalam kerosen, dan dilapisi
dengan asam oleat sebagai agen surfaktan, daya tarik-menarik antar partikel magnet diredam
oleh cairan pembawa sehingga ketika FF diberi medan magnet luar tidak terjadi pemisahan
bahan padatan dan cairan.
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.3 (a) Topografi AFM koloni nanopartikel Fe3O4 , (b) histogram fungsi ketinggian Fe3O4, (c) gambar
2D MFM dari domain koloni Fe3O4
Diameter rata-rata dari tinggi, yang diukur dengan AFM lebih besar dari ukuran rata-rata
nanopartikel yang diukur dengan XRD. Hal ini dapat disebabkan karena analisisnya bersifat
statistik dan pada kenyataannya beberapa 'partikel' adalah koloni yang dapat menghasilkan
partikel nyata dengan ketinggian yang relatif lebih tinggi. Adanya pengelompokkan tersebut
akibat prepasasi yang kurang sempurna, hasilnya kekuatan listrik dan magnet yang menarik
tidak sepenuhnya seimbang dengan penolakan sterik yang diberikan oleh molekul lapisan
asam oleat.
Pengelompokkan nanopartikel Fe3O4 terlihat pada citra topografi, gambar 3.3(a), diperoleh
dengan AFM. Gambar 3.3(b), merupakan kurva histogram ukuran partikel dengan
menggunakan fungsi distribusi lognormal. Ini menunjukkan bahwa diameter partikel kolonit
yang paling mungkin adalah DN = (15,3 ± 0,2) nm, dengan koefisien variasi 1,3%. Gambar
3.3(c) menunjukkan gambar MFM 2D, di mana kita dapat melihat domain magnetik koloni
Fe3O4 nanopartikel memiliki arah acak. Sampel dimagnetisasi oleh medan eksernal yang
berorientasi vertikal ke bidang substrat mika sebelum pengukuran. Dalam kasus ini,
interpretasi domain magnetik menunjukkan bahwa zona gelap merupakan repulsive force dari
domain, sementara zona terang adalah attractive force.
(a)
(b)
Gambar 3.4 (a) penyerapan FTIR pada Fe3O4/kerosen, (b) sidik jari spektrum IR
Spektrum FTIR pada gambar 3.4 (a) menunjukkan bahwa getaran ikatan H-O-H sekitar 1000
- 1600 cm-1, artinya molekul H2O kurang kuat. Selain itu, pita serapan kedua, antara 900-
1000 cm-1, sesuai dengan getaran lentur yang terkait dengan ikatan O-H. O-H di bidang dan
di luar ikatan bidang muncul pada 1583.45 - 1481.23 dan 935.41 - 838.98 cm-1, masing-
masing. Untuk jembatan hidrogen yang kuat maksimal terletak pada kisaran 900-1000 cm-1.
Dua pita pertama ini sesuai dengan gugus hidroksil yang dilekatkan pada ikatan hidrogen di
permukaan besi oksida, dan juga molekul air yang secara kimia teradsorpsi ke permukaan
partikel magnetik. Dalam gambar diatas sampel menunjukkan dua puncak yang intens, pada
pita 582 dan 640 cm-1, yang disebabkan oleh mode getaran peregangan yang terkait dengan
pita penyerapan logam-oksigen (ikatan Fe - O pada kisi kristal dari Fe3O4).
Mereka secara khas diucapkan untuk semua struktur spinel dan untuk ferrites pada
khususnya. Hal ini terjadi karena, di daerah ini, kontribusi dari pita getaran peregangan yang
terkait dengan logam di lokasi oktahedral dan tetrahedral oksida struktur ditemukan. Selain
itu, spektrum FTIR menunjukkan pita serapan pada 1706 cm-1,pada tabel sidik jari (gambar
3.4 b) terlihat bahwa serapan tersebut merupakan getaran peregangan gugus karboksil (C =
O), yang terkait dengan molekul asam oleat, yang teradsorpsi ke permukaan kristalit. FTIR
memungkinkan identifikasi ciri khas struktur spinel, serta adanya beberapa jenis zat kimia
yang teradsorbsi pada permukaan nanopartikel ini.
4. KESIMPULAN
Berikut merupakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa :
1. Metoda sintesis kopresipitasi yang digunakan menghasilkan nanopartikel Fe3O4
2. Ukuran kristal rata-rata (DN) yang diperoleh dengan karakterisasi XRD dari
ferofluida yang disintesis adalah 9,64 nm
3. Karakterisasi AFM menghasilkan informasi mengenai morfologi permukaan sampel
yang menunjukkan adanya perbedaan DN
4. Struktur nanofluid magnetik yang diperoleh adalah kristal spinel terbalik
5. Hasil karakterisasi sampel dengan VSM menunjukkan ferofluid yang dibuat berifat
superparamagnetik lembut.
DAFTAR PUSTAKA