Professional Documents
Culture Documents
Volume 3 Nomor 4 November 2014
Volume 3 Nomor 4 November 2014
Volume 3, Nomor 4
November, 2014
Media untuk
mempublikasikan
hasil-hasil penelitian
seluruh dosen dan
mahasiswa
Kimia FMIPA
Unand
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Tim Editorial Jurnal Kimia Unand
Dr. Syukri
Dr. Adlis Santoni
Prof. Dr. Rahmiana Zein
Prof. Dr. Syukri Arief
Dr. Mai Efdi
Sekretariat
Sri Mulya
Alamat Sekretariat
Jurusan Kimia FMIPA Unand
Kampus Unand Limau Manis, Padang-25163
PO. Box 143, Telp./Fax. : (0751) 71 681
Website Jurnal Kimia Unand = www.jurnalsain-unand.com
Corresponding e-mail = syukri@fmipa.unand.ac.id
srimulya@rektorat.unand.ac.id
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
DAFTAR ISI
e-mail: ni_fan@ymail.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
The research of the determination of Fe(III), Co(II) and Cr(III) by adsorptive stripping voltammetry has
been done. The aim of this research are to determine the optimum conditions of heavy metals Fe (III), Co
(II) and Cr (III) simultaneously. This method is based on adsorptive accumulation of metal-calcon, Co(II)-
calcon, and Cr(III)-calcon complexes onto hanging mercury drop electrode, followed by reduction of
adsorbed element. The optimum measurement are: calcon concentration, pH solution, accumulation time
and accumulation potential. Optimum conditions are concentration of calcon at 0,6 mM, pH 7 (buffer
ammonia), potential accumulation at -0.4 V, and accumulation time at 60 seconds. Then, this optimum
condition applied on three kind of water. They are brackish water from Teluk Kabung region, sea water
from Bungus, and wells water from Cengkeh village, Padang. Data of relative standar deviation and
recovery are 0.39 % and 95.07 % for Fe(III), 1.97 % and 99.12 % for Co(II), 1.95 % dan 92.85 % for
Cr(III), respectively.
spesi kimia dari logam berat.4 Toksisitas Ag/AgCl(KCl) dan elektroda Pt sebagai
logam berat ditentukan dari spesi elektroda pendukung, pH meter Griffin
kimianya.5 model 80, Griffin & George Loughborough,
Inggris, dan neraca analitis Mettler AE 200,
Voltammetri Striping merupakan metode Toledo OH-USA, Gelas Ukur, Gelas Piala,
analisis ion logam pada kisaran renik. Spatula, Pengaduk, Kaca Arloji, botol kaca.
Proses pertama yang terjadi pada striping
voltammetri adalah deposisi pada potensial 2.2. Prosedur penelitian
tetap, kemudian proses kedua yaitu Pembuatan Larutan Induk Fe(III) 100 mg/L
pelarutan kembali dengan potensial yang Ditimbang kristal FeCl3.6H2O sebanyak
berubah. Secara kuantitatif konsentrasi ion 0,0484 g dan dilarutkan dengan akuabides
logam diketahui berdasarkan arus difusi dalam labu 100 mL sampai tanda batas.
pada tahap pelarutan.6,7
100 mg/L, 10 mL larutan induk Co(II) 100 masing 10, 100 dan 10 µg/L, ditambahkan
mg/L dan 1 mL larutan induk Cr(III) 100 0,2 mL KCl 0,1 M, pH diatur menjadi 7,
mg/L diencerkan dalam labu ukur 100 mL kemudian ditambahkan 0,2 mL bufer pH 7
dengan akuabides sampai tanda batas. dan 0,2 mL kalkon 0,6 mM . Dilakukan
Selanjutnya dilakukan 1000 kali pengukuran dengan variasi waktu
pengenceran larutan standar campuran akumulasi 10 s.d 100 detik dan potensial
sampai didapatkan larutan standar akumulasi -0,7 V. Setelah pengukuran
campuran Fe(III), Co(II) dan Cr(III) dengan selesai, didapatkan data berupa nilai arus
konsentrasi masing-masing 10, 50 dan 10 puncak yang dihasilkan. Dialurkan kurva
µg/L. antara waktu akumulasi versus arus puncak
untuk menentukan waktu akumulasi
Penentuan Optimasi Pengukuran optimum pengukuran.
a.Pengaruh Variasi Konsentrasi Kalkon
Kedalam vessel voltammeter, dimasukkan d. Pengaruh Variasi Potensial Akumulasi
10 mL campuran larutan standar Fe(III), Diambil 10 mL campuran larutan standar
Co(II) dan Cr(III) konsentrasi masing- campuran dari Fe(III), Co(II) dan Cr(III)
masing 10, 50 dan 10 µg/L, ditambahkan konsentrasi masing-masing 10, 100 dan 10
0,2 mL KCl 0,1M, pH diatur menjadi 7, µg/L, kemudian dimasukkan ke dalam
kemudian ditambahkan kalkon sebagai vessel. Ditambahkan 0,2 mL KCl 0,1 M.
pengompleks dengan variasi konsentrasi Diatur pH larutan menjadi 7 dan
0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; dan 0,9 mM. ditambahkan 0,2 mL kalkon 0,6 mM dan 0,2
Dilakukan pengukuran pada waktu mL bufer pH 7. Selanjutnya dilakukan
akumulasi 50 detik dengan potensial pengukuran dengan rentang potensial -0.2
akumulasi -0,7 V. Setelah pengukuran sampai -0,7 V dengan waktu akumulasi 60
selesai, didapatkan data berupa nilai arus detik. Dialurkan kurva antara potensal
puncak yang dihasilkan. Dialurkan kurva akumulasi versus arus puncak. Untuk
antara masing-masing konsentrasi kalkon menentukan potensial akumulasi
versus arus puncak untuk menentukan optimumnya.
konsentrasi optimum dari kalkon.
Pengukuran Sampel
b. Pengaruh Variasi pH Larutan Sebanyak 10 mL larutan sampel
Kedalam vessel voltammeter, dimasukkan dimasukkan kedalam vessel voltammeter
10 mL larutan standar campuran Fe(III), dan diatur pH larutan menjadi pH 7, lalu
Co(II) dan Cr(III) konsentrasi masing- ditambahkan 0,2 mL KCl 0,1 M.
masing 10, 50 dan 10 ug/L, ditambahkan 10 Ditambahkan 0,2 mL kalkon 0,6 mM dan 0,2
mL KCl 0,1 M, diatur pH dari 3 sampai 10 mL bufer pH 7. Dan dilakukan pengukuran
dengan penambahan CH3COOH dan dengan menggunakan metode standar adisi
NH4OH, kemudian ditambahkan 0,2 mL untuk mendapatkan konsentrasi Fe(III),
kalkon 0,6 mM. Dilakukan pengukuran Co(II) dan Cr(III) dalam sampel.
pada waktu akumulasi 50 detik dengan
potensial akumulasi -0,7 V. Setelah Penentuan Standar Deviasi Relatif
pengukuran selesai, didapatkan data Dimasukkan 10 mL larutan standar
berupa nilai arus puncak yang dihasilkan. campuran Fe(III), Co(II) dan Cr(III)
Dialurkan kurva antara pH larutan versus konsentrasi masing-masing 10 , 100 dan 10
arus puncak untuk menentukan pH larutan µg/L ke dalam vessel voltammeter dan
optimum pengukuran. ditambahkan 0,2 mL KCl 0,1 M, kemudian
dilakukan pengukuran sampel dengan
c. Pengaruh Variasi Waktu Akumulasi menggunakan pH, konsentrasi kalkon,
Kedalam vessel voltammeter, dimasukkan potensial, waktu akumulasi optimum dan
10 mL larutan standar campuran Fe(III), potensial scan dari 0,015 V sampai -1,4 V
Co(II) dan Cr(III) konsentrasi masing- dengan pengulangan sebanyak 10 kali.
3
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Selanjutnya ditentukan nilai standar deviasi Gambar 2. Voltammogram untuk Fe(III), Co(II)
relatif dengan menggunakan rumus: dan Cr(III) dalam bufer amonia (pH 6)
setelah waktu akumulasi 50 detik dan
S potensial akumulasi -0,7 V, serta
SDR = x 100 %
x dengan konsentrasi kalkon 0,5 mM.
Fe (III)
-500n
-400n
I (A)
-300n
-200n
Cr (III)
Co(II)
-100n
4
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
3.1.2. Variasi pH
5
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Waktu akumulasi merupakan waktu yang belum maksimum. Adanya penurunan arus
dibutuhkan dalam proses akumulasi puncak pada waktu akumulasi lebih dari 60
kompleks pada elektroda kerja, dengan kata detik terjadi karena dengan waktu
lain berkaitan dengan tahap pre- akumulasi yang lebih lama akan membuat
konsentrasi. jenuh elektroda kerja.10
6
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Penentuan Fe(III),Co(II),Cr(III)
sampel air sumur
-600n
Fe (III)
-500n Adisi 2
-400n
Adisi 1
I (A)
-300n
Sampel
Gambar 8. Kurva adisi sampel air sumur
-200n
Cr (III)
Penentuan konsentrasi logam Fe(III), Co(II)
-100n
Co(II) dan Cr(III) dilakukan dengan menggunakan
kondisi optimum yang telah didapat
sebelumnya. Pada penelitian ini ada tiga
0.00 -0.20 -0.40 -0.60 -0.80 -1.00 -1.20 -1.40 sampel yang diaplikasikan dengan
Gambar 7. Voltammogram sampel air sumur
U (V)
menggunakan kondisi optimum ini, yaitu
yang telah direaksikan dengan sampel air payau di kawasan Teluk Kabung,
kalkon konsentrasi 0,6 mM, pH 7 sampel air laut Bungus dan sampel air
(bufer amonia), waktu akumulasi 60 sumur di Kelurahan Cengkeh, Kecamatan
detik, potensial akumulasi -0,4 V Lubuk Begalung, Padang.
dan KCl 0,1 M sebagai elektrolit
pendukung
-3.1e-006
-100n Air Laut Bungus 27 144 311
0 Air Sumur Kel.
3 1 10
-3.00e-6 -2.00e-6 -1.00e-6 0 1.00e-6
Cengkeh
c (g/L)
Co(II)
c = 1.018 ug/L
+/- 0.222 ug/L (21.81%)
Berdasarkan data pada tabel diatas
diketahui bahwa ketiga sampel air
-50.0n
mengandung ketiga logam yang diperiksa
-40.0n dan yang paling memiliki kandungan
terbesar ketiga logam adalah air payau
I (A)
-30.0n
-125n
7
-100n
I (A)
-75.0n
-50.0n
-25.0n
-9.5e-006
0
-1.00e-5-8.00e-6-6.00e-6-4.00e-6-2.00e-6 0
c (g/L)
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Dalam penelitian ini dilakukan penentuan Dari data standar deviasi relatif diatas,
standar deviasi relatif (SDR) yang ketiga logam menunjukkan nilai yang relatif
menunjukkan ketelitian dari metode yang rendah yaitu Fe(III) sebesar 0,39 %, Co(II)
diperiksa. Adapun penentuan standar sebesar 1,97 % dan Cr(III) sebesar 1,95 %.
deviasi relatif yang dilakukan dalam Nilai standar deviasi relatif yang rendah
penelitian ini dengan melakukan menunjukkan ketelitian yang tinggi.
pengulangan pengukuran sebanyak 10 kali
pengulangan dan dari data tersebut dapat 3.4. Penentuan Perolehan Kembali
dihitung standar deviasi relatifnya. Untuk Penentuan nilai perolehan kembali
penentuan standar deviasi relatif ini sangatlah penting dalam penelitian ini
digunakan larutan standar campuran ketiga karena nilai ini berkaitan dengan ketepatan
logam dengan perbandingan konsentrasi dari metode pengukuran yang digunakan.
Fe(III), Co(II), Cr(III) adalah masing- Untuk mengetahui nilai perolehan kembali
masing 10, 100 dan 10 µg/L. ini dilakukan adisi sampel yang telah
diketahui konsentrasinya, adisi yang
dilakukan untuk tiga kali pengukuran
dengan standar adisi yang berbeda-beda
konsentrasinya, yang dapat dilihat pada
Tabel 4.3. Standar adisi yang digunakan
yaitu standar adisi campuran dari tiga
logam yang diperiksa. Dan sampel air yang
digunakan yaitu sampel air sumur di
Kelurahan Cengkeh, Padang.
8
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Referensi
1. Deevey, E. S., 1970, Mineral Cycles. In
The Biosphere. A Scientific American Book,
83-85.
2. Sudarwin, 2008, Analisis Khusus
Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd)
Pada Sedimen Aliran Sungai Dari
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Jatibarang Semarang, Tesis,
Program Pasca Sarjana, Universitas
Diponegoro, Semarang
9
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
e-mail: hasnirwan_1953@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Secondary metabolites of triterpenoid compound has been isolated from leaves Mulberry (Morus
alba L). The powder of leaves extracted by maceration using hexane, ethyl acetate, and methanol
solvent . Isolated compound has the shape of whiteamorphous, decomposed at 165-166 0C and
test on TLC gave single spot with reddish brown colour in LB reagen and violet in H2SO4 reagen.
Based on the UV spectra indicate the presence of double bonds in the isolated compounds at 202
nm and and IR spectra showed functional group OH at 3422 cm-1, -CH at 2931 cm-1, C=C at 1637
cm-1, C-O at 1050 cm-1, and at 1384 cm-1 is a spectrum of geminal dimethyl compounds that are
characteristic triterpenoids which supports ultraviolet spectroscopic data. And antibacterial
activity test showed that the isolated compounds active in inhibiting the growth of both gram-
positive bacteria Staphyloccocus aureus and gram-negative bacteria Escherichia coli.
I. Pendahuluan
Tanaman Murbei (Morus alba L) banyak
digunakan sebagai tanaman obat antara lain
yaitu meluruhkan kentut, peluruh keringat,
peluruh kencing, mendinginkan darah,
pereda demam, penerang penglihatan,
penurun tekanan darah tinggi, mengatasi
diabetes mellitus, memperbanyak air susu
ibu, mengatasi gangguan pencernaan,
kolesterol tinggi, sakit kulit, kaki gajah, sakit
kepala, batuk, demam, dan malaria.3 Gambar 1. Daun Murbei dan Buahnya
6
antibakteri dan antijamur tersebut adalah (Merck) dan metanol (Merck). Adsorben
metode difusi.20 yang digunakan pada kromatografi kolom
yaitu silika gel 60 F254 (Merck), untuk analisa
K.M Meselhy, et.all. (2012) melaporkan kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan
adanya senyawa 5, 5'-diprenyl-7, 3', 4'- plat jadi yaitu DC-Alufolien Kieselgel 60 F254
trihydroxy flavanone, 5-prenyl-3, 7, 3', 4'- Merck (20x20 cm), kertas saring dan
tetrahydroxy flavanonol, dan Quercetrin aluminium voil.Bahanyang digunakan
yang terkandung didalam ekstrak batang untuk uji fitokimia yaitu pereaksi Lieberman
tanaman Murbei (Morus alba L).4 Ines Thabti, Burchad yaitu asam asetat anhidrat (Merck)
et.all. (2012) melaporkan adanya senyawa dan asam sulfat pekat (Merck) untuk
cafeic acid, 5-caffeoylquinnic acid, dan 1- identifikasi triterpenoid dan steroid,
caffeoylquinnic acid yang terkandung pada Sianidin test yaitu bubuk magnesium
ekstrak daun tanaman murbei.5 (Merck) dan asam klorida pekat (Merck)
Chuanguang QiN, et. all. (2010) melaporkan untuk identifikasi flavonoid, besi (III)
adanya senyawa cyanidin 3-O-rutinoside, klorida (Merck) untuk identifikasi fenolik,
cyanidin 3-O-glucoside, pelargonidin 3-O- natrium hidroksida (Merck) untuk
glucoside, pelargonidin 3-O-rutinoside, identifikasi kumarin dan akuades (Merck).
cyanidin, and pelargonidin yang Bahan yang digunakan untuk uji antibakteri
terkandung pada ekstrak buah tanaman yaitu bakteri uji Eschericia coli dan
murbei.10 Staphylococcus aureus, medium Nutrient
Agar (Merck), dan kertas saring Whatman
Abuzer ali, et.all.(2013) melaporkan sebagai kertas cakram.
beberapa senyawa triterpenoid yang
terkandung didalam ekstrak kulit batang Peralatan yang digunakan untuk proses
tanaman murbei yaitu α- Amyrin acetate, isolasi dan pemurnian yaitu seperangkat
Moruslanosteryl acetate, β-Amyrin-β-D- alat distilasi, alat rotary evaporator (Heidolph
glucopyranoside, Moruslupenoic acid, Laborota 4000), oven, kolom kromatografi,
Moruslupenoic acid, Betulinic acid.6 neraca analitik, chamber, pipa kapiler, plat
KLT, dan Lampu UV (λ 254 dan 356 nm)
Bioaktivitas yang di uji terhadap ekstrak sebagai pengungkap noda. Untuk
dan senyawa hasil isolasi berupa uji mengukur titik leleh digunakan Melting
antibakteri yang terkait dengan kegunaan Point (Stuart SMP10). Untuk proses
ekstrak daun Murbei (Morus alba L) sebagai karakterisasi dengan spektrum ultraviolet
obat mengatasi gangguan pencernaan dan digunakan spektrofotometer ultraviolet
mencegah infeksi kulit. Oleh karena itu visible (Shimadzu PharmaSpec UV-1700)
digunakan bakteri gram positif dan spektrum IR dengan spektrofotometer
Staphylococcus aureus dan gram negatif inframerah (Thermo Scientific Nicolet iS10).
Escherichia coli sebagai bakteri uji yang dapat Peralatan yang digunakan untuk uji
mewakili dari mikroorganisme yang antibakteri metode difusi cakram yaitu
menyebabkan penyakit tersebut serta autoklaf, inkubator, laminar air flow, cawan
menggunakan antibiotik amoxicillin sebagai petri, jarum ose, tabung reaksi, spiritus dan
pembanding (kontrol positif) karena beberapa peralatan gelas yang umum
memiliki spektrum yang luas sebagai digunakan.
antibakteri.
2.2. Prosedur penelitian
II. Metodologi Penelitian Beberapa tahap yang dilakukan pada
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi penelitian ini antara lain:
Bahan-bahan yang digunakan untuk
pengerjaan isolasi adalah daun Murbei 1. Persiapan Sampel
(Morus alba L), pelarut teknis yang telah Sampel daun murbei diambil di sekitar kota
didistilasi yaitu heksan (Merck), etil asetat Bukittinggi pada bulan Januari 2014
7
sebanyak 3 Kg basah. Sampel basah daun pembanding atau kontrol positif. Uji
murbei dikering anginkan untuk aktivitas ditentukan setelah 24 jam inkubasi
menghilangkan kadar air yang terdapat pada 370C.
pada sampel basah tersebut, sehingga
setelah kering didapatkan sampel sebanyak III. Hasil dan Pembahasan
1,6 kg yang akan digunakan untuk isolasi
metabolit sekunder 3.1. Haisl Uji Fitokimia
Uji pendahuluan yang dilakukan adalah
2. Metode Ekstraksi penentuan kandungan metabolit sekunder
Metode ekstraksi yang digunakan adalah atau uji profil fitokimia terhadap daun
metode maserasi. Pelarut yang digunakan murbei. Hasil uji kandungan metabolit
adalah heksana, etil asetat, dan metanol. sekunder terhadap daun murbei dapat
dilihat pada Tabel 1.
Ekstrak etil asetat dikromatografi kolom
dengan menggunakan sistem SGP (Step Tabel 1. Hasil uji kandungan metabolit
Gradien Polarity) dengan pelarut yang sekunde terhadap daun murbei
digunakan adalah dari heksana 100% Kandungan Hasil
No Pereaksi
hingga metanol 100%. Hasil kromatografi Kimia Uji
kolom didapatkan sebanyak 679 vial. 1 Alkaloid Meyer -
2 Fenolik FeCl3 -
Hasil kromatografi tersebut kemudian di Sianidin Test
monitoring pada plat Kromatografi Lapis 3 Flavonoid (HCl/bubuk Mg) +
Tipis (KLT) hingga didapatkan fraksi-fraksi
4 Kumarin NaOH 1% -
yang lebih kecil. Fraksi yang terdapat Liebermann-
endapan putih kemudian dimurnikan. 5 Triterpenoid Burchard +
Liebermann-
3. Karakterisasi 6 Steroid Burchard +
Karakterisasi senyawa murni hasil isolasi 3.2. Hasil Isolasi Senyawa Metabolit
dilakukan dengan alat spektroskopi UV-Vis Sekunder
dan IR. Hasil maserasi dan pemekatan dari daun
murbei didapatkan ekstrak heksan
4 Uji Antibakteri Metode Difusi Cakram sebanyak 34,927 g, ekstrak etil asetat
Pada metoda ini, kedalam media nutrient sebanyak 36,399 g dan ekstrak metanol
agar yang telah dituang kedalam petridish sebanyak 5,096 g.
dan telah padat diolesi suspensi bakteri uji Ekstrak etil asetat kemudian dikromatografi
yaitu bakteri Escherichia coli dan kolom menggunakan sistem SGP. Hasil
Staphylococcus aureus. Kertas saring cakram kromatografi didapatkan sebanyak 679 vial.
(diameter 5 mm) yang telah steril direndam Hasil tersebt dimonitoring pada plat KLT
kedalam ekstrak heksan, etil asetat, metanol sehingga didapatkan fraksi yang lebih
dan senyawa hasil isolasi dengan sedikit yaitu sebanyak 28 fraksi. Fraksi yang
konsentrasi dapat dilihat pada lampiran 6 selanjutnya dipilih untuk dilakukan
dan diletakkan ke dalam cawan petri. pemurnian adalah fraksi S karena pada
Pelarut digunakan sebagai kontrol negatif fraksi terbeut terdapat endapan putih.
dan antibiotik amoxicillin sebagai Selanjutnya fraksi S dimurnikan.
8
gelombang 3421 cm-1 yang mengindikasikan
Senyawa hasil isolasi tersebut kemudian di adanya gugus hidroksil, pita serapan pada
cek kemurniannya dengan menggunakan bilangan gelombang 2931 cm-1 yang
plat KLT dengan menggunakan berbagai mengindikasikan adanya serapan dari C-H
perbandingan pelarut. Noda diungkap alifatik, pita serapan pada bilangan
dengan pereaksi LB dan H2SO4. Didapatkan gelombang 1636 cm-1 yang mengindikasikan
noda tunggal berwarna coklat kemerahan adanya serapan dari C=C, pita serapan pada
dengan pereaksi LB dan Ungu dengan 1050,18 cm-1 yang mengindikasikan adanya
pereaksi H2SO4. serapan C-O stretching, dan pada bilangan
gelombang 1384 cm-1 merupakan serapan
3.3. Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi dari geminal dimetil yang merupakan ciri
Hasil Uji titik leleh senyawa hasil isolasi khas senyawa triterpenoid yang
adalah didapatkan titik leleh nya yaitu 165- mendukung data spektroskopi ultra violet.15
166ºC. Kristal hasil isolasi dikarakerisasi Hasil karakterisasi dengan spektroskopi IR
menggunakan spektrometer Ultraviolet (UV- dapat dilihat pada Gambar 2.
1700 series). Spektrum UV yang dihasilkan
memberikan panjang gelombang maksimal
pada 202 nm. Spektrum UV dapat terlihat
pada Gambar 1.
Referensi
Berdasarkan diameter zona bening yang 1. Achmad, S. A., Halum, E. H., Juliawaty,
ditunjukkan pada Tabel diatas dapat L. D., Makmur, L, dan Syah, Y. M.,
dikatakan bahwa ekstrak heksan tidak aktif 2006, Hakekat Perkembangan Kimia
terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Organik Bahan Alam dari Traditional
ekstrak etil asetat aktif terhadap baketri Ke Modern dan Contoh Terkait dengan
namun dilihat pada kontrol negatifnya yaitu Tumbuhan, Akta Kimindo 1 (2), 35-66.
pelarut etil asetat menunjukkan keaktifan 2. Widiyati, E., 2006, Penentuan Adanya
yang sama dengan ekstrak etil asetat Senyawa Triterpenoid Dan Uji
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Aktivitas Biologis Pada Beberapa
pelarut etil asetat yang aktif terhdap bakteri Spesies Tanaman Obat Tradisional
uji Staphylococcus aureus, ekstrak metanol
dan senyawa hasil isolasi aktif terhadap
10
Masyarakat Pedesaan Bengkulu. Jurnal dan Teknologi, Universitas Islam
Gradien 2 (1). Negeri Malang, Malang.
3. Patandianan, A., 2010, Petunjuk teknis 14. Rao, A., Ramesh, Mahmood, R., dan
budidaya tanaman murbei. Departemen Prabhakar, 2012, Anthelmintic And
kehutanan balai persuteraan alam. Antimicrobial Activities In Some
4. K.M Meselhy, Lamiaa N. H., Nahla F., Species Of Mulberry, International
2012, Novel Antisickling, Antioxidant Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
and Cytotoxic Prenylated Flavonoids Sciences.
from the Bark of Morus alba L, Misr 15. Suhando, A. K. D. P., 2013, Isolasi
International University, Egypt. Triterpenoid Dan Uji Antioksidan
5. Thabti, I., 2012, Identification and Ekstrak Kulit Batang Sirsak (Annona
quantification of phenolic acids and Muricata Linn.). Jurnal Kimia Unand.
flavonol glycosides in Tunisian Morus 16. Lee, S. H., 2002, Mulberroside F
species by HPLC-DAD and HPLC–MS, Isolated from the Leaves of Morus alba
aInstitut des Re´gions Arides de Inhibits Melanin Biosynthesis,
Me´denine, Tunisia. Pharmaceutical Society of Japan, 25 (8).
6. Ali, A., 2012, New triterpenoids from 17. Gupta, G., 2013, Anxiolytic activity of
Morus alba L. stem bark, Department of Moralbosteroid, a steroidal glycoside
Pharmacognosy and Phytochemistry, isolated from Morus alba,
Faculty of Pharmacy, Jamia Hamdard, New Phytopharmacology 4 (2).
Delhi 110062, India. 18. Ferlinahayati, 2012, Senyawa Morusin
7. Yulistiani, D., Tanaman murbei sebagai dari Tumbuhan Murbei Hitam (Morus
sumber protein hijauan pakan domba nigra). Jurnal Penelitian Sains, 15 (2).
dan kambing. Balai peneliti ternak, Bogor 19. Devi, B., 2013, Morus Alba Linn: A
16001. Phytopharmacological Review,
8. Nunuh, A., 2012, Budidaya sutera alam. International Journal of Pharmacy and
Serikultur: Bandung. Pharmaceutical Sciences Vol. 5.
9. Utomo, D., 2013, Pembuatan serbuk 20. Aditya, S. J., Ramesh, C. K., Mahmood,
effervescent Murbei (Morus alba L) R., Prabhakar, B. T., 2012, Anthelmintic
dengan kajian konsentrasi and Antimicrobial Activities in some
Maltodikestrin dan suhu pengering. species of Mulberri, International Journal
Jurnal Teknologi pangan 5 ( 1). of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
10. Qin, C., Li Y., Niu, W., Ding, Y., Vol. 4.
Zhang, R., dan Shan,g X., 2010, 21. Melliawati, R., 2009, Escherichia coli
Analysis and Characterisation of dalam kehidupan manusia, BioTrends,
Anthocyanins in Mulberry Fruit, Vol. 4.
Journal Czech Vol. 28.
11. Djama,l R., 1985, Fito kimia. Proyek
peningkatan pengembangan perguruan
tinggi Universitas Andalas.
12. Soetan, K., Oyekunle, M., Aiyelaagbe,
O., and Fafunso, M., 2006, Evaluation of
The Antimicrobial Activity of Saponins
Extract of Sorgum Bicolor L, Moench.
African Journal of Biotechnology.
13. Latifah, Q. A., 2008, Uji Efektifitas
Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri
Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa
Bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut.
Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Sains
11
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
e-mail: muhainiiii@gmail.com
Abstract
Synthesis of copper metal with various of reductant using the chemical reduction method has
been investigated. Bioreductor such as the extracts of guava leaves, gambir and sawdust have
been employed in this research to transform copper sulphate into copper metal nanocrystalline
and showed different result. Guava leaves extract affect the physical properties of copper
nanocrystal due to its colour. X-Ray Diffraction analysis showed the product was Copper(II)
Oxide particle with crystal size 46 nm. Using hydrazine as reductant gave different result
compared to guava leaves extract. Copper sulphate 0,1 M, the product were Copper, Copper(II)
Oxide and Copper(I) Oxide particles with crystal size respectively 36 nm, 24 nm and 42 nm.
Scanning Electron Microscope analysis showed that particle obtained in this work was spongy with
particle size less than 1 µm.
12
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
dan murah dengan skala yang luas karena gambir, hidrazin 100% (N2H4OH), akuades,
terdapat banyak zat pereduksi yang dapat alkohol absolute (C2H5OH).
digunakan seperti hidrogen, alkohol,
natrium borohidrida, hidrazin, natrium Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
sitrat dan banyak lagi zat pereduksi lainnya. ini adalah X-Ray Diffraction Philips X’pert
Beberapa peneliti telah melaporkan, sintesis Powder, Scanning Electron Microscope
nanopartikel tembaga digunakan reduktor Phenom Pro-x, gelas piala, gelas ukur, pipet
kuat seperti natrium borohidrida (NaBH4) takar. timbangan, magnetic stirrer, dan
dan hidrazin (N2H4).7,8 Namun pada desikator.
penelitian kali ini kami melakukan variasi
reduktor, mulai dari reduktor yang berasal 2.2 Prosedur penelitian
dari alam (bioreduktor) hingga reduktor Ekstraksi Bioreduktor
sintetik. Penggunaan bioreduktor seperti Masing – masing sampel bioreduktor seperti
ekstrak daun jambu biji, ekstrak sebuk daun jambu biji, serbuk gergaji dan gambir
gergaji dan ekstrak gambir bertujuan untuk terlebih dahulu dikering anginkan lalu di
meminimalisir penggunaan zat-zat kimia gerinda sehingga didapatkan bioreduktor
yang memungkinkan adanya dampak dalam bentuk serbuk agar ekstrak yang
negatif bagi kesehatan peneliti maupun didapatkan lebih optimal.
lingkungan. Bahan alami diketahui
memiliki keutamaan seperti tidak Ekstraksi bioreduktor daun jambu biji,
menghasilkan produk sampingan atau serbuk gergaji dan gambir dilakukan
hanya menghasilkan produk samping dengan merebus serbuk bioreduktor dengan
ramah lingkungan yang mudah dipisahkan, menggunakan pelarut akuades. Serbuk
dan dapat didapatkan dengan mudah serta bioreduktor dengan pelarut akuades dibuat
harga yang relatif murah karena merupakan dengan perbandingan 1:10, dimana masing-
bahan alam. masing 10 gram serbuk bioreduktor direbus
dalam 100 mL akuades selama 1 jam dengan
Dalam sintesis nanopartikel tembaga ini suhu larutan 80±3oC. Selanjutnya setelah
akan dilakukan reduksi dari Cu2+ yang didinginkan, dilakukan penyaringan untuk
berasal dari bahan alam (terusi/CuSO4 mendapatkan ekstrak bioreduktor.
terhidrat) sebagai prekursor. Dikarenakan
potensial reduksi dari tembaga yang cukup Sintesis Nanopartikel Tembaga
baik, dengan adanya senyawa polifenol dari Larutan terusi 0,05 M dan 0,1 M dibuat
ekstrak daun jambu biji dan gambir serta dengan menimbang 1,2475 gram dan 2,495
selulosa dari ekstrak serbuk gergaji yang gram terusi kemudian dilarutkan dalam 100
merupakan golongan senyawa poli-alkohol mL akuades. Larutan terusi tersebut
yang mudah mengalami oksidasi sehingga ditambahkan dengan sejumlah reduktor.
diharap mampu mereduksi ion Cu2+. Selain Untuk penggunaan bioreduktor digunakan
dengan penggunaan bahan alam dalam perbandingan volume bioreduktor terhadap
sintesis nanopartikel tembaga, kelebihan volume terusi adalah 1:2, jadi untuk 100 mL
dari penelitian ini tidak diperlukan gas inert larutan terusi digunakan 50 mL larutan
sebagai pelindung. Namun, sebagai kontrol bioreduktor. Sedangkan untuk penggunaan
digunakan reduktor hidrazin yang reduktor hidrazin digunakan perbandingan
diketahui merupakan reduktor yang cukup mol terhadap terusi 1:10, untuk larutan
kuat. terusi 0,1 M diipipet N2H4OH 100%
sebanyak 5 mL. Sebelumnya telah dilakukan
II. Metodologi Penelitian juga perbandingan 1:2 dan 1:5 namun
2.1. Bahan, Peralatan dan instrumentasi hasilnya tidak merujuk pada terbentuknya
logam tembaga. Selanjutnya campuran
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : tersebut distirrer selama 24 jam pada
terusi, daun jambu biji, serbuk gergaji, temperatur ruang dengan kecepatan 500
13
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
rpm. Hasil yang didapatkan disaring, nanokristal tembaga. Hal ini dapat terjadi
kemudian dicuci sampai filtratnya jernih karena molekul selulosa dari serbuk gergaji
dan dikeringkan dalam desikator untuk yang besar menjadi ligan dan terikat pada
selanjutnya dikarakterisasi dengan XRD dan atom pusat Cu, dikarenakan molekulnya
SEM. terlalu besar menyebabkan Cu tidak dapat
lepas dari ligannya sehingga proses reduksi
oksidasi tidak dapat terjadi.
dan (2) sehingga tidak dibutuhkan lagi bahan alam yang digunakan sehingga
lingkungan yang inert. terdapat bahan-bahan lain yang ikut terlibat
selama proses sintesis.
2Cu2+ + N2H4 2Cu + N2 + 4H+
Cu2+ + 2N2H4 + 2OH- 2Cu + N2 + 2NH3
+ 2H2O
Pada saat menggunakan bioreduktor juga
tanpa gas inert dikarenakan besarnya gugus
polifenol dari masing-masing bioreduktor,
seperti gugus katekin dan tannin sehingga
diasumsikan dapat melindungi tembaga
untuk teroksidasi kembali dengan adanya
pengaruh efek sterik dan sekaligus dapat
menahan ukuran pertumbuhan nanokristal.
Gambar 3.2 Analisis XRD untuk sampel terusi
3.2 Karakterisasi Senyawa 0,1M dengan menggunakan
3.2.1 Analisis dengan X-Ray Diffraction reduktor hidrazin
15
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
17
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
e-mail: nindyvorind@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
This study was conducted to observe the effect of N(ii) on percentage transport Co (II) using the
method of bulk liquid membrane phase with β-naphthol as carrier because Co and Ni is in group
and the same period in periodic unsure. Transport Co (II) from the feed phase to the stripping
phase was examined using β-naphthol as a carrier through bulk liquid membrane consisted of a
12 mL solution of Co (II) 3.4 x10-4 M as the source phase, 24 mL of HNO3 as phase recipients, and
30 ml of chloroform in the membrane phase. Technical trial operation assisted by stirring with a
magnetic stirrer speed of 340 rpm with an equilibrium time of 15 minutes.. The result showed
that the optimum transport of Co (II) is at pH 8 in the feed phase, the concentration of β-naphthol
6.8 x10-4 M in the membrane phase, 0.05 M HNO3 concentration in the stripping phase, stirring 60
minutes long with percentage transport Co (II) in the stripping phase and the remaining 77% and
20.17% feed phase. Judging from the effect of Ni (II) on the transport of Co (II) can be concluded
that the two metals are difficult to separate using optimum conditions of Co (II), but Ni (II) did
not affect the percentage of transport of Co (II) to the receiving phase.
unsur dan senyawa dalam limbah cair Proses pemurnian dan pemisahan logam
diatur dalam keputusan mentri lingkungan dari limbah tersebut diharapkan dapat
hidup No.51/MENLH/II/1995. memberi keuntungan lebih, selain dapat
Berdasarkan peraturan ini, konsentrasi mencegah pencemaran juga bisa untuk
mendapatkan logam dalam bentuk murni
18
yang berarti keuntungan ekonomis karena logam merupakan komoditi yang berharga.
Untuk penelitian kali ini dipilih pemisahan diuji keakuratannya, diantaranya untuk
ion logam kobalt dan nikel dengan transpor ion Co(II) dengan menggunakan
menggunakan metoda membran cair. APDC sebagai zat pembawa telah dilakukan
Logam ini dipilih karena kobalt dan nikel oleh Boy Chandra (2012) dan ini
terdapat pada satu golongan yaitu golongan memberikan hasil optimum transpor
VIII B dan biasanya unsur yang terdapat sebesar 94%.11
pada satu golongan sulit untuk dipisahkan
karena cenderung memiliki sifat fisika dan Zat pembawa ini berfungsi sebagai ligan
sifat kimia yang hampir sama. Selain itu yang mampu menarik dan menseleksi ion-
metoda membran cair dipilih karena ion logam yang diinginkan di fasa tertentu
merupakan pilihan handal yang dapat dan mengantarkannya ke fasa lain
digunakan untuk pemisahan spesi kimia berdasarkan perbedaan kelarutan ion pada
tertentu karena bersifat selektif permiabel antar muka dan kompetisinya dalam
dengan cara memanfaatkan pelarut organik pembentukan kompleks.4
ataupun anorganik tertentu yang berfungsi Dalam penelitian ini akan digunakan β-
sebagai lintasan transpor dari komponen naftol sebagai zat pembawa, β-naftol dipilih
kimia yang akan dipisahkan.4 Membran cair karena merupakan reagen spesifik untuk
dikembangkan ke dalam teknik membran logam kobalt dan dapat membentuk
cair fasa ruah untuk sistem pemisahan komplek dengan kobalt.12
dimana teknik ini mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain cara pembuatan II. Metodologi Penelitian
yang mudah dan praktis bahkan lebih 2.1. Alat dan Bahan yang digunakan
mudah bila dibandingkan dengan teknik Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
emulsi membran cair. Selain itu membran ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom
dapat digunakan kembali dengan cara Rayleigh WFX-320, pH meter 420A, Neraca
mendaur ulang membran tersebut Analitik Ainsworth, sel membran cair fasa
menggunakan proses ekstraksi dan ruah, magnetik stirer, dan alat-alat gelas
ekstraksi balik (stripping), pemakaian kimia lainnya. Bahan-bahan yang
membran pada metoda membran cair fasa digunakan antara lain : kloroform p.a, β-
ruah ini tidak banyak karena proses naftol (C10H7OH), kobalt nitrat (Co(NO3)2). 6
transpor berlangsung dalam satu tahap H2O, nikel nitrat (Ni(NO3)2.6H2O),
secara kontinu sehingga memungkinkan dinatrium etilendiamintetraasetat
sistem proses ekstraksi dengan teknik (Na2EDTA), asam sulfat (H2SO4), asam
membran cair fasa ruah ini lebih praktis klorida (HCl), asam nitrat (HNO3),
dibandingkan dengan teknik ekstraksi amonium hidroksida (NH4OH), amonium
pelarut yang dilakukan secara berulang- klorida (NH4Cl), asam asetat (CH3COOH),
ulang.5 natrium asetat (CH3COONa) dan akuades.
19
0,01 M atau NH4OH 0,01 M untuk mengatur Penetapan Konsentrasi Co(II) dengan
pH yang diinginkan dan tambahkan 3 mL Spektrofotometer Serapan Atoms
larutan buffer untuk mengatur pH,
encerkan dengan akuades kedalam labu Konsentrasi Co(II) di dalam fasa sumber
ukur 50 mL sampai tanda batas sehingga dan fasa penerima sesudah operasi
diperoleh larutanCo(II) 3,389 x 10-4 M (20 ditentukan dengan spektrofotometer
ppm). serapan atom dengan menggunakan metoda
kurva kalibrasi. Pengukuran Co(II) tersebut
Pembuatan Larutan Fasa Sumber Ni(II) dilakukan dengan Hollow Cathoda Lamp
Ditimbang sejumlah 0,6188 gram NiNO3. pada 240,7 nm. Kurva kalibrasi
6H2O (Mr = 290,81 g/mol) dan dengan dibuat dari pengukuran absorban
HNO3 0,01 M dalam labu 250 mL sampai konsentrasi larutan standar 0; 4; 8; 12 ; 16 ;
tanda batas. Larutan yang diperoleh adalah 20 ppm. Dari hasil pengukuran tersebut
larutan yang mengandung Ni(II) dengan dibuat persamaan regresi linear Co(II).
konsentrasi 85,189 x 10-4 M (500 ppm). Dengan mensubstitusikan harga absorban
ion sampel yang diukur pada kurva
Pembuatan Larutan Fasa Sumber Campuran kalibrasi standar maka dapat diketahui
Ni(II) dan Co(II) konsentrasinya.
Diambil sebanyak 2 mL Co(II) dan Ni(II) Penentuan Transpor Co(II) dengan Teknik
dari masing-masing konsentrasi Co(II) dan Membran Cair Fasa Ruah
Ni(II) 500 ppm, kemudian ditambahkan HCl
0,01 M atau NH4OH 0,01 M untuk mengatur Proses transpor dilakukan seperti percobaan
pH yang diinginkan dan tambahkan 3 mL Savafi. Disiapkan beker gelas 100 mL dan
larutan buffer untuk menahan pH, dimasukkan 30 mL kloroform yang
diencerkan dengan akuades kedalam labu mengandung zat pembawa β-naftol sebagai
ukur 50 mL sampai tanda batas sehingga fasa membran. Dalam larutan fasa membran
diperoleh larutan Ni(II) dan Co(II) 3,4075 x ini dicelupkan sebuah tabung kaca silindris
10-4 M dan 3,389 x 10-4 M (20 ppm). dan dipipetkan 12 ml larutan fasa sumber
berupa larutan Co(II) 20 ppm dengan pH
Pembuatan Larutan Fasa Membran tertentu. Diluar tabung gelas dipipetkan 24
Ditimbang sejumlah 0,072 gram β-naftol (Mr mL fasa penerima Na2EDTA 0,05 M. Teknis
= 144,17 g/mol) dan dilarutkan dengan operasi dilakukan melalui pengadukan
kloroform sampai volumenya 100 mL. dengan memakai magnetik stirrer pada
Larutan membran yang diperoleh adalah kecepatan 340 rpm selama 1 jam. Setelah 15
pelarut organik yang mengandung menit, fasa penerima dan fasa sumber
konsentrasi β-naftol 5 x 10-3 M dalam diambil untuk diukur jumlah konsentrasi
kloroform. Co(II) yang terkandung didalamnya dengan
spektrofotometer serapan atom.
Pembuatan Larutan Fasa Penerima
Penentuan Kondisi Optimum Transpor Cu(II)
Diambil sebanyak 1,86 gram Na2EDTA (Mr Variasi pH pada Fasa Sumber
= 372,24 g/mol) dan dilarutkan tepat batas
dengan aquadest sampai volumenya 100 Variasi pH fasa sumber dari pH 5-9.
mL. Larutan fasa penerima yang diperoleh Mengatur pH dilakukan dengan
berupa Na2EDTA dengan konsentrasi 0,05 penambahan NH4OH 0.1N dan pengaturan
M. pH menggunakan larutan buffer.
20
Variasi Konsentrasi β-naftol dalam Kloroform Tabel 1. Kondisi optimum Co(II) yang
(fasa membran) digunakan pada pengaruh
NiII) untuk transpor Co(II).
Variasi konsentrasi β-naftol dalam No. Variasi Kondisi
kloroform 3.4x10-6 sampai 8.5x10-3 M. Pada Optimum
fasa sumber digunakan pH optimum. 1. pH Fasa Sumber 8
Variasi Fasa Penerima 2. Konsentrasi β-naftol 6,8 x 10-4 M
3. Jenis Fasa Penerima HNO3
Variasi fasa penerima yang digunakan 4. Konsentrasi HNO3 0,05 M
adalah HNO3, HCL, H2SO4 Dan NaEDTA. 5. Waktu Transpor 60 menit
Pada fasa sumber digunakan pH optimum
yang telah didapatkan dan didalam Pengaruh Ion Ni(II) terhadap Persen Co(II)
membran digunakan konsentrasi β-naftol yang Tertranspor dan Sisa di Fasa Sumber
yang telah didapatkan
Variasi konsentrasi Fasa Penerima Dasar utama dilakukan pemisahan ini
karena Co dan Ni merupakan dua unsur
Variasi konsentrasi fasa penerima yang yang segolongan dan mempunyai
digunakan adalah 0,03 – 0,07 M. Pada fasa kemiripan sifat fisika maupun kimia oleh
sumber digunakan pH optimum yang telah karena itu untuk melihat seberapa dekat
didapatkan dan didalam membran kemiripan sifat fisika dan kimia yang
digunakan konsentrasi β-naftol optimum dimiliki antara Co dan Ni. Dimana
yang telah didapatka. Jenis fasa penerima pemisahan diamati dengan melihat berapa
yang digunakan adalah HNO3. besar persentase Co(II) yang tertranspor ke
fasa penerima dengan pengaruh Ni(II) di
fasa sumber yang menggunakan kondisi
optimum Ni(II) yang telah didapatkan.
Variasi Waktu Transpor
21
waktu transpor 60 menit, kecepatan pengadukan Amonium, Jurnal Teknik Pomits, Vol. 2,
340 rpm dan waktu kesetimbangan 15 menit. No.2, 2337-3539.
2. Mustadji, 1996, Himpunan Peraturan
Pada gambar 8 memperlihatkan bahwa dan Perundang-undangan dibidang
jumlah Co(II) yang tertranpor ke fasa Lingkungan Hidup, Bandung, Litera
penerima berkurang setelah dilakukan Bandung
penambahan Ni(II) dengan konsentrasi 15 3. Nezhadali., A, Hakimi, M, dan
ppm, sedangakan persentase Co(II) di fasa Heydari, M, 2008, Competitive Bulk
sumber cenderung stabil. Ni(II) juga dapat Liquid Membrane Transport and
tertranspor ke fasa penerima dengan Extraction of Cu(II), Ni(II), Zn(II) and
menggunakan semua kondisi optimum dari Mn(II) Cations Using 5-Methyle-
Co(II). Terjadinya transpor ion Ni ke fasa 4[thiophen-2-yl-methylen-amino]-3-
penerima dikarenakan ion Ni juga dapat thio-oxo-1,2,4-triazol-5-one and Phtalic
membentuk kompleks dengan β-naftol Dicarboxaldehyde, e-Journal of
meskipun kompleks yang terbentuk kurang Chemistry. 5(1): 52-57.
stabil dibandingkan dengan Co[β-naftol]2. 4. Molina, C., Arenas, L., Viotoria, dan
Ibanez, J. A, 1997, Characterization of
IV. Kesimpulan Membrane System. Complex Character
of the Permeability from an Electrical
Berdasarkan penelitian yang telah Model. Journal Phys Chem, 10323-10331.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa 5. Mulder, M, 1991, Basic Principle of
transpor logam Co(II) dapat dilakukan Membrane Technology, Kluwer
melalui teknik membran cair fasa ruah. Academic Publisher. Dordrecht, 244-
Kondisi optimum dari metoda transpor 259. Alpoguz, H,K., Ahmed. 2005.
Co(II) 3,389 x 10-4 M antar fasa adalah pH 8 Mechanism And Kinetic Of Copper(II)
di fasa sumber, konsentrasi β-naftol dalam Transport through a Liquid Membrane
fasa membran 6,8 x 10-4 M, fasa penerima Containing a Dithiophosponate
HNO3, konsentrasi HNO3 0,05 M, dan lama Derivative as Carrier, Turky Journal
pengadukan 60 menit dengan kecepatan Chem, 29 : 345-353.
pengadukan 340 rpm. Pada kondisi ini di 6. Khalil, F dan Shamsipur, 2005,
dapatkan transpor Co(II) ke fasa penerima Separation Study of Cadmium as CdI42-
77 % dan persentase Co(II) sisa di fasa Through a Bulk Liquid Membrane
sumber 20,18 %. Dilihat dari pengaruhi Containing Ketoconazole and Oleaic
Ni(II) terhadap transpor Co(II) dapat Acid, Anal Sci. 21, 501-505.
disimpulkan bahwa kedua logam tersebut 7. Tetra, O.N, 2008, Penambahan Asam
sukar untuk dipisahkan dengan Oleat terhadap Sistem Transpor Cu(II)
menggunakan kondisi optimum dari Co(II) dengan Zat Pembawa Oksin melalui
tetapi Ni(II) tidak mempengaruhi jumlah Teknik Membran Cair Fasa Ruah. Jurnal
persentase transpor Co(II) ke fasa penerima. Riset Kimia, 2(1), 45-50.
8. Granado ,M, 2004 Model Eksperiments
Ucapan Terima Kasih to Test The Use of Liquid Membrane
for Separation and Preconsentration of
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Copper from Narutal Water, Analytica
analis Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Cimica acta, 506, 81-86.
Kimia FMIPA Unand 9. Marliani, D,. 2009, Kinetika Transpor
Cu(II) Antar Fasa dengan Metal Merah
Referensi sebagai Zat Pembawa dan Sodium
1. Mustika, R, 2013, Pengolahan Limbah Dodexyl Sulfath (SDS) dan Asam Oleat
Cair Rumah Makan Menggunakan sebagai Zat Aditif melalui Teknik
Membran Nanofiltrasi Silia Aliran Cross Membran Cair Fasa Ruah. Skripsi
Flow untuk Menurunkan Fosfat dan
22
Sarjana Kimia, Universitas Andalas, 5-
30.
10. Leon, G, 2004, Facilitated Transport Of
Cobalt(II) through Bulk Liquid
Membranes Containing Diethylhexyl
Phosphoric Acid, Desalination. 162, 211-
215.
11. Chandra, B, 2012, Optimasi Transpor
Co(II) Antar Fasa dengan Ammonium
Pirolidin Ditiokarbamat (APDC) sebagai
Zat Pembawa Melalui Teknik Membran
Cair Fasa Ruah, Skripsi Sarjana Kimia.
Universitas Andalas, 13-17.
12. Wulandari, I, 2014, Optimasi Transpor
Co(II) melalui Teknik Membran Cair
Fasa Ruah dengan Menggunakan
Meloxicam Sebagai Zat Pembawa,
Skripsi Sarjana Kimia Universitas
Andalas, 31-33.
23
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
e-mail: emriadi_62@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Effect of H2SO4 electrolyte on the electrical properties include conductivity and capacitance of
the electrode mixture of zeolite and damar resin as supercapacitor has been investigated. The
mixed zeolite and damar resin had no effect on the value of conductivity and capacitance,
which the optimum value for 100% zeolite were respectively 8.947x10-5 Scm-1 and 3.654 nF. Poly
Vinyl Alcohol (PVA) dissolved in sulfuric acid (H2SO4) was used as a hydrogel polymer
electrolyte. Hydrogel polymer electrolyte enhanced conductivity and capacitance value,
wherein the concentration of H2SO4 0.5 M resulted in optimum value of capacitance and
conductivity, respectively 22.575x10-5 Scm-1 and 6.39 nF.
24
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
untuk bahan superkapasitor telah berhasil pencampuran, serbuk resin damar tersebut
dilakukan sebelumnya, dengan nilai dikompaksi dengan menggunakan alat
kapasitansi dan konduktivitas masing- kompaksi manual di Laboratorium
masing mencapai 0,055 nF dan 4,246 x 10 -4 Formulasi Sediaan Tablet Fakultas Farmasi
Scm-1. Penggunaan polimer hidrogel Universitas Andalas sehingga hasil akhir
elektrolit dari pva dan hidroksietilselulosa yang diperoleh berupa tablet resin damar
mengandung elektrolit H2SO4 untuk dengan berat 0,2 gram sedangkan tebal 2
aplikasi superkapasitor menggunakan pelat dan polimer elektrolit 0,407 cm dan
elektroda karbon menghasilkan nilai luas permukaan atas 1.3143 cm2 yang
kapasitansi mencapai 160 Fg-1.3-6 selanjutnya akan dikarakterisasi.
Pembuatan zeolit berbahan dasar abu batu
bara telah banyak dilakukan sebelumnya. Tabel 2.1 Variasi Komposisi Bahan
Kandungan Si dan Al yang tinggi dalam Komposisi Bahan
No Sampel % Massa Resin % Massa
abu batu bara merupakan bahan utama
Zeolit
penyusun zeolit. Pembuatan zeolit 1. A 0 100
menggunakan fly ash secara hidrotermal 2. A1 100 0
dilakukan dengan beberapa variasi, seperti 3. A2 98 2
suhu, lama proses hidrotermal, dan 4. A3 96 4
konsentrasi NaOH menghasilkan beberapa 5. A4 94 6
jenis zeolit, seperti phillipsite, 6. A5 92 8
hydroxysodalite, dan faujasite. Namun 7. A6 75 25
penggunaan bottom ash sebagai bahan 8. A7 50 50
dasar zeolit masih terbatas.7,8 9 A8 25 75
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya,
maka pada penelitian ini dipelajari
pengaruh asam sulfat (H2SO4) terhadap Proses Pembuatan Polimer Elektrolit
sifat listrik campuran resin dan zeolit dari Pembuatan polimer elektrolit dengan
bottom ash sebagai superkapasitor. mencampurkan 1 gram PVA dan 10 mL
larutan elektrolit H2SO4 0,1M; 0,2M; 0,3M;
II. Metodologi Penelitian 0,4M; 0,5M. Campuran tersebut kemudian
2.1 Bahan, Peralatan dan Instrumentasi didiamkan ± 1 jam, kemudian dipanaskan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian pada suhu sekitar 45oC selama 15 menit
ini adalah peralatan gelas, Hot plate, neraca sambil diaduk. Setelah homogen,
Analitik Ainsworth, oven, autoclaft stainless dituangkan kedalam cawan petri, dan
steel. Instrumen yang digunakan adalah dibiarkan sampai kering secara alami.
Lutron LCR-9073, Hochspannung- Elektrolit akan mudah dikeluarkan dari
Netzgerat High Voltage Power Supply Unit cawan petri setelah kering, kemudian
dan Sanwa Digital Multimeter. dibentuk sesuai ukuran pelat.6
Bahan-bahan yang digunakan antara lain :
Zeolit dari limbah Bottom ash,9 aquadest, Pengukuran
resin damar, larutan elektrolit asam sulfat LCR Meter
(H2SO4), pelat elektroda (campuran resin Pelat yang dibuat berdasarkan komposisi
damar dan zeolit), PVA (poli vinil alkohol). bahan diukur menggunakan LCR Meter
untuk melihat nilai kapasitansi.
2.2 Cara Kerja Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali
Pembuatan Elektroda Kerja pengulangan. Pada pengukuran dengan
Pembuatan zeolit menggunakan cara pengaruh elektrolit pelat disusun 3 lapis
pembuatan oleh Sunardi, 2007.9 Proses dengan lapisan elektrolit terletak ditengah
penambahan polimer resin dengan zeolit lapisan pelat, seperti pada Gambar 2.1.
dilakukan setelah diperoleh resin damar
dalam bentuk serbuk yang dikeringkan.
Pencampuran tersebut dilakukan
berdasarkan pada komposisi yang telah
ditentukan pada Tabel 2.1. Setelah proses
25
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
memiliki ion positif dan negatif yang lebih aquadest maupun dengan masing-masing
banyak, sehingga elektron yang lebih konsentrasi elektrolit H2SO4. Pelat dengan
banyak berpindah dapat meningkatkan PVA cenderung memiliki kapasitansi lebih
nilai konduktivitas pelat. Pada masing- tinggi dibandingkan dengan pelat tanpa
masing komposisi pelat, semakin tinggi PVA. Sedangkan pelat dengan
persentase zeolit, maka nilai PVA+aquadest nilai kapasitansinya lebih
konduktivitasnya meningkat. Persentase rendah dibandingkan dengan PVA+H2SO4.
zeolit 100% menunjukkan nilai PVA merupakan polimer yang terdiri dari
konduktivitas tertinggi. Hal ini monomer vinil alkohol yang memiliki
menunjukkan bahwa ion-ion logam yang ikatan rangkap pada atom karbon yang
terkandung didalam zeolit sangat menyebabkan PVA bersifat konduktif. Oleh
berpengaruh terhadap konduktivitas karena itu dengan penambahan PVA dapat
bahan. Konsentrasi H2SO4 maksimum meningkatkan nilai konduktivitas.
terjadi pada 0,5 M dengan nilai Nilai kapasitansi pelat dengan PVA+H2SO4
konduktivitas ± 22,575 . 10-5 Scm-1. meningkat seiring meningkatnya
Pengaruh konsentrasi H2SO4 terhadap konsentrasi. Pada konsentrasi yang lebih
konduktivitas pada masing-masing tinggi, PVA membentuk dipol pada bagian
tegangan yang diberikan dengan komposisi permukaan pelat, muatan negatif SO42-
zeolit 75 % ditunjukkan oleh gambar 3.3. berkumpul membentuk lapisan pada
Pada tegangan 0,2 kV memiliki permukaan pelat yang diberikan tegangan
konduktivitas sistem yang paling tinggi. positif, begitu pula sebaliknya. Pada
Hal ini membuktikan bahwa pada konsentrasi H2SO4 lebih tinggi, muatan
tegangan 0,2 kV terjadi dipol yang baik yang tersedia lebih banyak, sehingga
diantara dua elektroda. meningkatkan muatan yang dapat
disimpan. Akibatnya nilai kapasitansi
semakin tinggi. Pada pelat dengan
PVA+aquadest memiliki ion-ion positif dan
negatif yang lebih lemah daripada H2SO4
sehingga kapasitansi yang diberikan pun
kecil. Konsentrasi H2SO4 yang memberikan
nilai kapasitansi maksimum terjadi pada
0,5 M dengan nilai 6,39 nF.
Referensi
e-mail: syukri.darajat@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
In this work we have been synthesized iron(II) catalyst immobilized on modified silica and
applied in transesterification reaction of vegetable oils. Silica was firstly activated at 200oC before
being modified with anyline and bor trifloride in toluene for 72 hours at room temperature. The
solution of iron chloride in acetonitrile was mixed with the modified silica and heated at 70°C for
2 hours and then used in the organic reaction at 60°C for 3 hours. FTIR results showed that
product formed anylinium species which then consumed during grafting process due to its
reaction with iron cation. From the results of NL-PSA and SEM-EDX it can be seen that average
particle size of grafted material was approximately less than its parent silica. AAS results showed
that the value of the metal loading and leaching of product was 5% and 6%. GC-MS analysis of
methyl esters obtained from the transesterification reaction was methyl hexadecanoic and methyl
7-octadecanoic with the percentage of each area was 22 % and 57 %.
29
dipakai berulang-ulang. Katalis ini lebih (Shimadzu GC-MS QP 2010) dan Scanning
stabil dan lebih ramah terhadap lingkungan. Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray
Salah satu jenis katalis heterogen yang (EDX-720, Shimadzu).
banyak digunakan dalam reaksi
transesterifikasi adalah katalis 2.2. Prosedur Penelitian
berpendukung (bersupport). 3,4 2.2.1 Sintesis Silika Modifikasi
Logam transisi dan senyawanya dapat Silika dimodifikasi dengan cara
berfungsi sebagai katalis dikarenakan ditambahkan boron triflorida dan anilin.
memiliki kemampuan mengubah tingkat Prosedur modifikasi diawali dengan
oksidasi dan dapat mengadsorbsi substansi memanaskan pada suhu 200oC untuk
yang lain pada permukaan logam dan mengaktifkan permukaan. Kemudian silika
mengaktivasi substansi tersebut selama teraktifasi tersebut ditimbang sebanyak 10 g
proses berlangsung. Pada umumnya, kemudian direaksikan dengan 1,1 mL anilin
hampir semua logam transisi dapat di dalam 25 mL toluene dan distirrer selama
digunakan sebagai katalis karena logam 24 jam dengan kecepatan 300 rpm
transisi kaya akan elektron dan memiliki sehinggga terbentuk suspensi silika-anilin.
elektron tidak berpasangan sehingga mudah Kemudian ditambahkan boron triflorida
berikatan dengan atom lain.5 sebanyak 0,58 mL dan distirrer dengan
Pada penelitian sebelumnya, telah kecepatan 300 rpm selama 24 jam. Padatan
diamobilisasi kompleks besi(II) dengan kemudian disaring dan dicuci dengan
ligan pelarut asetonitril pada material toluen sehingga didapatkan silika
support silika yang dimodifikasi dengan modifikasi. Silika modifikasi dikarakterisasi
AlCl3 sehingga didapatkan katalis heterogen dengan FT-IR, NL-PSA dan SEM-EDX.
untuk mensintesis biodiesel.4 Dalam
penelitian ini akan disintesis katalis besi(II)
pada material support silika yang 2.2.2 Sintesis Fe(II) yang digrafting pada Silika
dimodifikasi dengan BF3. Kemudian katalis Modifikasi
ini diaplikasikan untuk menghasilkan metil Besi(II)klorida tetrahidrat dipanaskan pada
ester dari minyak nabati. suhu 150oC sampai semua hidratnya hilang
ditandai dengan tidak terjadinya perubahan
II. Metodologi Penelitian masa setelah ditimbang. Kemudian
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi ditimbang 0,25366 g besi(II)klorida dan
Bahan-bahan yang digunakan adalah dilarutkan dengan 10 mL asetonitil
besi(II)klorida tetrahidrat (FeCl2.4H20) kemudian ditambahkan 2,42 g silika
(Merck), asetonitril (CH3CN) (Merck), silika modifikasi. Suspensi tersebut direfluks dan
gel (Merck), anilin (C6H5NH2) (Merck), distirer selama 2 jam pada suhu 70oC
boron triflorida(BF3) 80% (Merck), toluen dengan kecepatan 300 rpm. Selanjutnya
(C6H5CH3) (Merck), metanol (CH3OH) suspensi disaring dan dicuci dengan
(Merck), dan minyak nabati. asetonitril. Endapan yang dihasilkan diberi
nama katalis besi(II)-silika modifikasi yang
Peralatan yang digunakan diantaranya selanjutnya dikarakterisasi dengan FT-IR,
adalah beberapa peralatan gelas, hotplate NL-PSA dan SEM-EDX. Sedangkan
stirrer, neraca analitis, oven, kondensor, filtratnya dikarakterisasi dengan AAS untuk
corong Buchner, desikator, dan corong menentukan nilai metal loading.
pisah. Instrumen karakterisasi yang
digunakan adalah Fourier Transform Infra- 2.2.3 Uji Leaching
Red (FTIR Perkin Elmer 1600 series), Atomic 0,333 g besi(II)-silika modifikasi (amobilat)
Absorbtion Specroscopy (Younglin 8020 disuspensikan dalam 10 mL asetonitril.
AAS), Nano Laser Particle Size Analyzer Kemudian distirrer dan diaduk selama 2
(Analysette 22 MicroTec Plus), Gas jam dengan kecepatan 300 rpm pada suhu
Chromatography Mass Spectrometer 70oC. Selanjutnya suspensi yang terbentuk
30
disaring dan filtrat yang diperoleh
ditentukan kadar Fe menggunakan AAS.
31
serapan dari gugus OH (OH bending) dari bahwa partikel – partikel tersebut memiliki
molekul air yang terserap juga mengalami dua macam ukuran partikel yang dominan.
pengurangan intensitas. Hal ini Distribusi ukuran partikel silika murni
menandakan bahwa molekul air telah lepas berada pada daerah 0,7 – 190 µm dimana
dari permukaan silika karena adanya ukuran partikel silika murni yang dominan
pemanasan. Pada gambar (c) adalah 3,5 dan 68 µm.
memperlihatkan pita serapan dari silika
anilin dimana pada bilangan gelombang
1490 cm-1 merupakan pita serapan dari
gugus C-N stretching aromatis dari molekul
anilin. Hal ini mengindikasikan bahwa
silika telah berhasil dimodifikasi dengan
anilin.
32
terjadi antara ion besi(II) sehingga partikel Dengan dilakukan penambahan anilin dan
menjadi lebih kecil. boron triflorida akan memberikan morfologi
yang berbeda dimana partikel yang
Dengan dihasilkannya ukuran partikel yang terbentuk lebih halus dan ukuran partikel
kecil akan mempengaruhi kecepatan lebih kecil dibandingkan dengan silika.
reaksinya karena semakin kecil ukuran Ukuran partikel silika-anilin berada pada
partikel katalis maka semakin besar luas daerah antara 5,6 – 101,7 µm, sedangkan
permukaan spesifiknya sehingga katalis pada silika modifikasi ukuran partikel
dengan ukuran partikel yang kecil akan berada pada daerah antara 0,6 – 96,1 µm.
sangat menguntungkan jika digunakan
dalam suatu reaksi untuk menghasilkan Pada proses grafting besi(II) pada
produk. permukaan silika modifikasi akan
memberikan morfologi yang berbeda
3.3 Hasil Analisis dengan Scanning Electron dengan membentuk partikel-partikel yang
Microscopy-Energy Dispersive X-Ray(SEM- lebih halus karena interaksi antara sesama
EDX) besi(II) di permukaan silika. Partikel dari
3.3.1 Hasil Karakterisasi SEM besi(II) yang digrafting pada silika
Karakterisasi dengan menggunakan SEM modifikasi ukuran partikelnya berada pada
untuk menganalisa struktur atau morfologi daerah antara 0,6 – 84,8 µm.
permukaan dan distribusi ukuran partikel.
Hasil karakterisasi SEM dari silika (a) Silika 3.3.2 Hasil Karakterisasi EDX
murni (b) Silika-anilin (c) Silika modifikasi Karakterisasi dengan menggunakan EDX
(c) amobilat dapat dilihat pada gambar 3. digunakan untuk mengetahui komponen
kimia yang menyusun material. Hasil EDX
Gambar 3 menunjukkan partikel-partikel dapat dilihat pada gambar 4.6.
dari silika murni, silika modifikasi dan
katalis amobilat yang digrafting pada silika Pada gambar (a) merupakan silika murni
modifikasi dimana bentuknya berupa dimana komponen material yang ada yaitu
partikel–partikel dengan ukuran yang tidak atom Si dan O. Pada gambar (b) merupakan
sama. Partikel silika murni ukuran silika-anilin dimana komponen material
partikelnya berada pada daerah antara yang ada yaitu Si, O, N dan C. Pada gambar
56,52–118,69 µm. (c) merupakan silika modifikasi dimana
komponen material yang ada yaitu Si, O, F,
C dan N. Pada gambar (d) merupakan
katalis ion besi(II) yang digrafting pada
silika modifikasi dimana komponen
material yang ada yaitu Si, O, Fe, C dan N.
Dari hasil EDX tersebut dapat diketahui
bahwa ion besi(II) telah berhasil digrafting
pada silika modifikasi dengan adanya unsur
Fe pada amobilat.
33
amobilat yaitu 5,3 %. Pada uji leaching
didapatkan nilainya sebesar 6% Hal ini
menunjukkan amobilat cukup stabil karena
nilai leaching kecil dari 10%.4,5 Semakin kecil
nilai leaching maka semakin sedikit logam
yang lepas ke pelarut tidak stabil kompleks
tersebut tergrafting pada support modifikasi.
Metil Heksadekanoat
(0,16%)
Metil Heksadekanoat
(1%)
35
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
e-mail: syukriarief@gmail.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Synthesis of silver using natural plants as reductor has been achieved. For such process, gambir
has been efficient as the reductor. The reaction was made by mixing the solution of silver nitrate
(0.1 M and 0.05 M) and gambir and kept for 24 hours. The color of product was found to be
shining, grey, and solid. From XRD pattern one can concluded that there are six peaks which in
accordance with silver XRD spectrum standard. The crystal size of the obtained product was 36
nm for 0.1 M (AgNO3) and 47 nm for 0.05 M of the same solution which are measured the in
highest peak. The SEM images of silver nanocrystal shown that they were sperical and its
particle size was about 1 m.
36
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
karena metode ini paling mudah dan kertas saring, corong buchner, sentrifus,
sederhana. Zat pereduksi yang digunakan hotplate stirrer, penyaring vakum. Alat
lebih baik menggunakan zat yang aman karakterisasi yang digunakan berupa X-Ray
bagi lingkungan seperti menggunakan Diffraction (XRD; Phillips X’pert Powder
ekstrak tanaman. Biosintesis nanopartikel PAN alytical), Scanning Electron Microscope
perak menggunakan ekstrak tanaman (SEM; Hitachi S-3400N).
merupakan pilihan yang layak selain
metode kimia dan fisika. Metode ini 2.2 Prosedur Penelitian
merupakan metode sintesis nanopartikel 2.2.1 Preparasi Ekstrak
yang ramah lingkungan karena mampu Pereduksi alami (gambir) dikeringanginkan
meminimalisir penggunaan bahan-bahan dalam suatu ruangan yang terlindungi dari
anorganik yang berbahaya dan sekaligus sinar matahari langsung. Pereduksi alami
limbahnya.7 yang telah kering disortir dari pengotor-
pengotor yang tinggal seperti pasir atau
Sintesis nanopartikel perak telah dilakukan benda asing yang melekat saat proses
Singh dkk menggunakan ekstrak daun pengeringan. Pereduksi alami yang telah
tumbuhan Dalbergia Sissoo. Daun tersebut disortir dihaluskan menggunakan gerinda.
yang memiliki senyawa flavonoid dengan Serbuk yang didapatkan disimpan dalam
adanya struktur polifenol dapat mereduksi wadah yang bersih dan terlindung dari
Ag(I) menjadi Ag(0). Penelitian tersebut cahaya untuk mencegah terjadinya
menghasilkan nanopartikel perak kerusakan dan penurunan mutu.
berukuran 5-15 nm dengan struktur
sperikal.8 Ekstrak tumbuhan yang didapatkan
ditambah akuades dengan perbandingan
Tumbuhan Vitex Negundo L juga telah volume 1:10 dan direbus pada suhu
digunakan dalam sintesis perak nitrat. pemanas 150oC dan suhu larutan 80±3oC
Nanopartikel perak yang dihasilkan selama ± 1 jam. Setelah direbus, larutan
berukuran 18,2 ± 8,9 nm dengan struktur disaring dan diambil filtratnya. Filtrat yang
spherical. Hal ini disebabkan kandungan didapatkan disimpan dalam wadah yang
fenol dan flavonoid yang terdapat dalam bersih dan dapat digunakan sebagai
daun tersebut dapat mereduksi Ag(I) reduktor.
menjadi Ag(0).9
2.2.2 Sintesis Nanopartikel Perak
Dalam penelitian ini, akan dilakukan Untuk pereduksian Ag(I) menjadi Ag(0),
biosintesis nanopartikel perak ekstrak gambir ditambahkan kedalam
menggunakan ekstrak gambir. Ekstrak larutan AgNO3 dengan konsentrasi 0,1 M
gambir senyawa utama flavonoid3 sangat dan 0,05 M dengan rasio 1:2. Setelah
berpotensi menjadi zat pereduksi. Sejauh penambahan ekstrak, larutan distirrer
ini belum ada laporan penelitian yang selama 24 jam pada suhu ruang. Kemudian
menggunakan ekstrak tersebut sebagai endapan yang didapat dipisahkan dari
bahan pereduksi. filtrat dan dicuci menggunakan akuades
dan aseton. Endapan yang dihasilkan
II. Metodologi Penelitian dikarakterisasi menggunakan peralatan
XRD dan SEM.
2.1 Bahan kimia, peralatan, dan instrumentasi
Bahan-bahan yang digunakan adalah perak 2.2.3 X-Ray Diffraction (XRD)
nitrat (AgNO3) (Merck), akuades, dan Karakterisasi XRD dilakukan untuk
aseton (C3H6O). Pereduksi alami yang mengetahui kristalinitas struktur dan
digunakan adalah gambir yang sudah ukuran kristal dari sampel yang
diolah, diambil dari daerah Payakumbuh. didapatkan dengan cara mengambil
sejumlah nanopartikel perak yang telah
Peralatan yang digunakan dalam penelitian disintesis.
ini seperti timbangan, peralatan gelas,
kertas pH indikator, alumunium voil,
37
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
38
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Gambar 2. Analisis XRD dari nanokristal perak Gambar 3. Analisis SEM dari nanokristal perak
0,05 M dengan pereduksi alami 0,1 M dengan pereduksi alami
gambir gambir
39
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
40
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail: adlis_1962@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Isolation of triterpenoid compounds have been carried out from the bark of Sandoricum koetjape
(Burm.f) Merr). Stem bark powder were extracted by maceration method using organic solvents
hexane, ethyl acetate and methanol. purification by column chromatography and identification
of compounds was made by UV and IR spectroscopy. Isolated compounds in the form of white
needle crystals were obtained from the ethyl acetate extract with a melting point 188ºC - 190ºC.
Based on Lieberman-Burchard reagent test, isolated compounds are triterpenoid.
Keywords: Sandoricum koetjape, triterpenoid, isolation
senyawa triterpenoid yang terdapat pada Ampas dari maserasi heksana kemudian
ekstrak etil asetat kulit batang kecapi dimaserasi lagi menggunakan etil asetat
(Sandoricum koetjape(Burm.f)Merr). Isolasi menggunakan metode yang sama dengan
dilakukan secara maserasi dengan heksana, sebelumnya hingga didapatkan ekstrak
etil asetat dan metanol, pemisahan kental etil asetat. Selanjutnya, ampas yang
komponen dengan kromatografi kolom, didapat dari maserasi etil asetat kemudian
pemurnian dengan cara rekristalisasi dimaserasi lagi dengan metanol
sedangkan karakterisasi struktur dilakukan menggunakan metode yang sama. Masing-
dengan spektroskopi ultraviolet dan masing ekstrak yang diperoleh (heksana, etil
spektroskopi inframerah. asetat dan metanol) dilakukan uji aktifitas
antibakteri dan uji kandungan
II. Metodologi Penelitian kumarinnya.Untuk pemisahan lebih lanjut
dilakukan pada ekstrak yang positif
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi triterpenoid.
Bahan-bahan yang digunakan untuk uji
fitokimia yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Ekstrak positif triterpenoid ini selanjutnya
Liebermann Burchard (asam asetat anhidrat di KLT menggunakan berbagai jenis pelarut
dan asam sulfat pekat), Sianidin test (bubuk organik. Analisis KLT digunakan untuk
magnesium dan asam klorida pekat), menentukan pelarut yang cocok beserta
besi(III) klorida, ammonia, natrium perbandingannya untuk pemisahan dengan
hidroksida. Bahan-bahan yang digunakan kromatografi kolom menggunakan sistem
untuk pengerjaan isolasi adalah kulit batang SGP (Step Gradient Polarity) atau isokratik.
kecapi, heksana, etil asetat dan metanol
(ketiganya merupakan pelarut teknis yang Kolom silika gel dibuat dengan
telah didistilasi) digunakan sebagai pelarut mensuspensikan silika gel dengan pelarut
saat maserasi dan eluen pada kromatografi heksana yang bertujuan untuk
kolom, akuades, plat KLT (Kromatografi menghomogenkan dan menghilangkan
Lapis Tipis) merek Merck,silika gel 60 kemungkinan adanya gelembung udara
(0,063-0,200 mm) (70-230 mesh ASTM) yang akan mengganggu proses pemisahan.
merek Merck, kertas saring, aluminium voil. Kemudian silika yang telah disuspensi ini
Peralatan yang digunakan untuk proses isolasi dimasukan ke dalam kolom yang bagian
yaitu seperangkat alat destilasi, alat rotary dasarnya telah diberi kapas sebagai
evaporator (Heidolph Laborota 4000), oven,
penyaring.
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu
PharmaSpec UV-1700), spektrofotometer
inframerah FTIR (Thermo Scientific Nicolet iS10), Sampel yang akan dipisahkan dipreadsorbsi
lampu UV (λ = 254 dan 356 nm), Melting Point, terlebih dahulu, yaitu dengan
kolom kromatografi, neraca analitik, pipa kapiler. mencampurkan ekstrak kental (40 g) dengan
silika (40 g) menggunakan perbandingan
1:1. Preadsorsi ini dilakukan dengan
2.2. Prosedur penelitian mencampurkannya hingga homogen
Sampel bubuk kering dimasukkan ke dalam kemudian dimasukan ke dalam kolom yang
wadah dan dimaserasi dengan telah disiapkan. Selanjutnya dilakukan elusi
menggunakan heksana ,.selama 4 hari berdasarkan perbandingan eluen yang
(sambil diaduk sekali-kali).Setelah itu, diperoleh dari KLT. Fraksi-fraksi yang
disaring dan dilakukan berulang kali hingga keluar dari kolom ditampung dengan vial
perendaman tidak berwarna lagi.Larutan (10 mL), kemudian dianalisis pola nodanya
hasil maserasi kemudian digabungkan dan dengan KLT. Fraksi yang memiliki pola
diuapkan pelarutnya dengan menggunakan noda dan Rf yang sama digabung sehingga
rotary evaporator pada suhu 40oC hingga didapatkan fraksi yang lebih sederhana.
diperoleh ekstrak kental heksana. Fraksi yang positif triterpenoid dimurnikan
dengan rekristalisasi atau teknik
42
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
43
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Karakterisasi senyawa hasil isolasi pihak yang selalu memberi dukungan serta
menggunakan data spektrum IR motivasi.
memperlihatkan beberapa serapan penting
ditampilkan pada gambar 2.
Referensi
e-mail : upitas@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Synthesis of zeolite ZSM-5 using natural ingredients, rice husk ash by hydrothermal method
using sea water has been carried out. The rice husk ash was firstly melted using NaOH at a
temperature of 550 oC. Alkaline hydrothermal processes in zeolite synthesis was firstly
performed with a temperature range of 125 – 170 0C. Product of synthesis were characterized
using Fourier Transform Infra Red (FT-IR), X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron
Microscopy (SEM) combined with EDX. From the characterization it was indicated that the
formation of zeolite will be better at elevated temperature and using of sea water as a solvent.
XRD analysis the use either the temperature variations of sea water and distilled water showed
the formation of zeolite ZSM-5.
I. Pendahuluan
Pada beberapa dekade terakhir zeolit
Padi merupakan produk utama pertanian di sintetik lebih cenderung disintesa dari
negara-negara agraris, termasuk Indonesia. limbah dan material-material murah dengan
Sumatra Barat adalah salah satu provinsi menggunakan metode dan teknologi yang
penghasil padi di Indonesia. Penggilingan mutakhir. Contoh material limbah dengan
padi menghasilkan 72% beras, 5-8% dedak, kandungan silika tinggi seperti abu sekam
dan 20-22% sekam padi. Abu sekam padi padi (rice husk ash) dan abu terbang (fly
mengandung silika (SiO2), ash) merupakan sumber silika alternatif
2,3
sejumlah kecil alkali. Apabila kandungan yang potensial untuk sintesis zeolit.
silikanya mendekati atau di bawah 90%
kemungkinan disebabkan oleh adanya ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5) adalah
sampel sekam padi yang telah salah satu jenis zeolit yang banyak
terkontaminasi oleh zat lain yang digunakan.ZSM-5 adalah zeolit dengan
kandungan silikanya rendah.1 rasio silika dan alumina yang tinggi. Sintesa
zeolit ZSM-5 dengan menggunakan abu
Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari sekam padi sebagai sumber silika telah
kristal aluminosilikat terhidrasi yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan
mengandung kation alkali atau alkali tanah metode alkali hidrotermal menggunakan air
dalam kerangka tiga dimensi. Kation kation destilasi sebagai pelarut pada temperatur
tersebut dapat diganti oleh kation lain tanpa 195oC dengan lama inkubasi 24 jam.4 Zeolit
merusak struktur zeolit dan dapat NaX telah disintesis dari fly ash batubara
menyerap air secara reversibel. Zeolit Ombilin dengan metode alkali hidrotermal
berdasarkan klasifikasinya dibagi menjadi menggunakan air laut pada temperatur
dua yaitu zeolit alam dan zeolit sintesis. 60oC dengan lama inkubasi 4 hari. Zeolit
45
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
air destilasi dalam proses alkali hidrotermal suhu 125 0C, 150 0C dan 170 0C
pada variasi suhu 125 oC, 150 oC dan 170 oC. menggunakan air laut dan air destilasi
; AL = air laut dan AD = air destilasi
Tabel 1. Data komposisi abu sekam padi
yang dikarakteriasai dengan XRF Baik pada suhu 125oC, 150oC dan 170 oC
dengan menggunakan air laut semakin
Senyawa % Berat tinggi suhu yang digunakan dalam proses
alkali hidrotermal spektrum yang
SiO2 95,824 didapatkan semakin tajam dan intensitas
Al2O3 1,348 yang dihasilkan semakin tinggi. Ini
dikarenakan dengan menggunakan air laut
K2O 1,129 gugus dari [SiO4]4+ atau [AlO4]3+ yang
dihasilkan dan kristal yang didapatkan
MgO 0,457
semakin banyak.
P2O5 0,579
Pada hasil FT-IR zeolit sintetik pada suhu
CaO 0,376 150 0C dan 170 0C menggunakan air laut
Senyawa Oksida 0,287 didapatkan puncak yang belum diketahui
lainnya pada literatur pada pita serapan 660 cm-1
yang memungkinkan puncak dari zeolit
ZSM-5 yang mengidentifikasikan semakin
Dimana spektrum FT-IR menunjukkan banyak terbentuknya kristal pada zeolit.
transformasi dari aluminosilikat pada fasa
padat setelah mengalami temperatur Analisis XRD berfungsi untuk mengetahui
inkubasi yang berbeda. Pada semua struktur, jenis dan ukuran kristal per sel
temperatur sintesa zeolit ZSM-5 baik satuan dari zeolit. Pada gambar 2
menggunakan air laut dan air destilasi menunjukkan pola difraksi sinar-X hasil
didapatkan pita serapan yang paling sintesa zeolit ZSM-5 dari abu sekam padi
menonjol pada 1000 cm -1 – 1130 cm -1 yang menggunakan air laut dan air destilasi
menunjukkan stretching asimetri pucak sebagai pelarut dengan suhu 1250C, 1500C,
vibrasi dari [SiO4]4+ atau [AlO4]3+. Dan pada 170 0C. Dari semua sampel secara umum
pita serapan 800 cm-1 yang menunjukkan menunjukkan adanya puncak spesifik dari
stretching simetri dari [SiO4]4+ atau [AlO4]3+ zeolit ZSM-5 dengan 2θ yaitu 22o – 23o [7].
[6].
ZSM-5
Analcim
Quartz
125 AD 170 AL
intensitas (a.u)
125 AL 170 AD
150 AD 150 AL
150 AD
150 AL
125 AL
170 AD
125 AD
170 AL 20 40 60 80
0
2( )
Gambar 1. Hasil FT-IR zeolit sintetik pada variasi Gambar 2. Pola difraksi sinar-X zeolit sintesis
zeolit sintetik pada variasi suhu 125
0C, 150 0C dan 170 0C menggunakan
47
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
c. 150 AL d.150 AD
48
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Dimana EDX berfungsi untuk mengetahui ZSM-5. Dari hasil XRD menunjukkan pada
komposisi dari unsur - unsur yang ada semua suhu menggunakan air laut dan air
didalam sampel. Pada zeolit sintesis yang destilasi telah terbentuk zeolit sintetik
disintesa menggunakan air laut terdapat namun selain fasa ZSM-5 juga terbentuk
karbon 5,54 %, oksigen 42,96 %, natrium fasa lain seperti fasa quartz dan analcim.
1,97 %, magnesium 1,21 %, aluminium 0,74 Sedangkan dari hasil SEM menunjukkan
%, silika 46,09%, dan kalium 1,50 %. pada suhu 125 0C, 150 0C dan 170 0C
menggunakan air laut memperlihatkan
morfologi zeolit ZSM-5 berbentuk balok
sesuai dengan literatur.
V. Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih ditunjukan kepada
analis laboratorium Kimia Material,
laboratorium Farmasi Universitas Andalas,
laboratorium Universitas Negeri Padang
dan laboratorium Teknik Mesin Universitas
Andalas.
Referensi
Gambar 5. Hasil karakterisasi EDX zeolit ZSM-5 1. Putro, A. L., dan Prasetyoko, D., 2007,
menggunakan air destilasi. Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika
Pada Sintesis Zeolit ZSM-5 Tanpa
Sedangkan pada zeolit sintesis yang Menggunakan Templat Organik, Akta
disintesa menggunakan air destilasi Kimindo, Vol. 3, No. 1, 33 – 36.
terdapat karbon 2,31 %, oksigen 42,17 %, 2. Wustoni, S., Mukti, R., R., Wahyudi, A.,
natrium 1,86 %, aluminium 4,99 %, dan Ismandar, 2011, Sintesis Zeolit Mordenit
silika 48,68 %. dengan Bantuan Benih Mineral Alam
Indonesia, Jurnal Matematika & Sains,
Dari hasil EDX terdapat perbedaan unsur Vol. 16, No. 3.
pada zeolit sintesis yang disintesa 3. Saputra, R., 2006. Pemanfaatan Zeolit
menggunakan air laut dan air destilasi. Sintesis sebagai Alternatif Pengolahan
Dimana pada air laut terdapat unsur Limbah Industri.
magnesium dan kalium yang disebabkan 4. Cheng, Y., Wang, L. J., Li, J., S., Yang, C.,
dari penggunaan air laut yang memiliki Y., Sun, Y., X., 2005, Preparation and
kadar mineral yang lebih banyak Characterization of nanosized ZSM-5
dibandingkan dengan air destilasi. Dan dari zeolites in the absence of organic
kadar mineral yang terdapat pada air laut template, Materials Letters, 59, 3427 –
yang menyebabkan proses kristalisasi lebih 3430.
cepat dibandingkan dengan air destilasi. 5. Widya, dan Septiani, U., 2013, Sintesis
dan Karakterisasi dari Fly Ash Batubara
IV. Kesimpulan Ombilin pada Temperatur Rendah
Dengan Menggunakan Air Laut, FMIPA
Zeolit ZSM-5 dapat disintesa dari abu Unand, Padang.
sekam padi yang dilebur dengan NaOH 6. Prasetyoko, D., Hamid, A., Fansuri, H.,
pada suhu 550 0C menggunakan air laut Hartanto, D., 2010, Sintesis ZSM-5
untuk proses kristalisasi pada suhu 125 0C, Mesopori dengan Metode pemeraman
150 0C dan 170 0C. Dari Hasil FT-IR pada dan kristalisasi : Pengaruh Waktu
semua temperatur proses baik Kristalisasi, ITS, Surabaya.
menggunakan air laut dan air destilasi zeolit 7. Treacy, M., M., J., dan Higgin, J., B, 2001.
ZSM-5 telah terbentuk. Namun pada suhu Collection of Simulated XRD Powder
150 0C dan 170 0C menggunakan air laut Patterns for Zeolites, Elsevier,
menghasilkan puncak baru yang lebih Amsterdam.
spesifik menunjukkan terbentuknya zeolit
49
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
e-mail: zilfa_58@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Degradation of Malachite green oxalate (MGO) by Sonolisis with the addition of ZnO/Zeolite as
catalyst has been achieved. MGO is a type of triphenylmethane dye that oftenly used in the
production of ceramics, leather and textile. Degradation products were analyzed by using
spectrophotometer UV-Vis and HPLC in this work. Sonolisis was carried out by using ultrasonic
vibrations at a frequency of 50 kHz. The result showed that the addition of 25 mg ZnO/Zeolite
into a solution of 15 mL MGO (4 mg/L) gave 95% degradation. Compared to the one without the
catalyst the degradation was only 19%. It was also found that for the reaction work ZnO only
(non composite) the MGO decomposed was 77%, meanwhile with Zeolite showed 69%. It can be
concluded that the material used in this work (composite photocatalyst) indicated better
degradation ability.
41
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
42
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
Gambar 7. Kurva pengaruh waktu terhadap 3.2.5 Kromatogram larutan sisa degradasi setelah
persentase degradasi MGO 4 sonolisis
mg/L secara sonolisis dengan Dilihat dari kromatogram dengan
penambahan 2,78 mg ZnO penambahan ZnO terdapat 2 puncak yang
44
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
IV. Kesimpulan
45
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 3, Nomor 4, November 2014
46