Professional Documents
Culture Documents
Learning Objective 3 Blok 14
Learning Objective 3 Blok 14
(Budiansyah T, 2013).
Leukemia Akut
Leukemia Akut dibedakan menjadi dua jenis : Leukemia mieloblastik akut dan
leukemia limfoblasyik akut.
Patofisiologi
Akumulasi sel blas pada leukemia akut secara primer disebabkan oleh gagal
maturasi menjadi sel akhir fungsional dan bukan karena proliferasi cepat sel sel yang
mengalami transformasi.
Sel sel blas leukemik dalam sumsum tulang menekan sel stem hematopoietik
normal dengan mekanisme yang belum dimengerti sepenuhnya, penenkanan ini
mempunyai dua arti penting : terjadi penurunan sel darah merah, sel darah putih
normal, dan trombosit. Pansitopenia bertanggung jawab atas manifestasi klinik yang
muncul.
Gambaran Klinik
Prinsip Diagnosis
Anemia hampir selalu ditemukan, jumlah sel darah putih pada sekitar 50 %
penderita kurang dari 10.000 sel per mm3, sementara sekitar 20% meninkat sampai
sekitar 100.000 sel mm3. Sel darah putih imatur termasuk bentuk blas, dijumpai
pada darah tepi dan sumsum tulang, dan merupakan 60-100% dari semua sel, jumlah
trombosit umumnya turun sampai kurang dari 100.000 per mm3
Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan
lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel
yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil
dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti
pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen
utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah
organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti
sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom
yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi
genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia.
Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang
merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa
suatu kode informasi tertentu dan spesifik.
Interaksi antara radiasi dengan sel hidup merupakan proses yang berlangsung
secara bertahap. Proses ini diawali dengan tahap fisik dan diakhiri dengan tahap
biologik. Ada empat tahapan interaksi, yaitu :
1. Tahap Fisik
Tahap Fisik berupa absorbsi energi radiasi pengion yang menyebabkan
terjadinya eksitasi dan ionisasi pada molekul atau atom penyusun bahan biologi.
Proses ini berlangsung sangat singkat dalam orde 10-16 detik. Karena sel
sebagian besar (70%) tersusun atas air, maka ionisasi awal yang terjadi di dalam
sel adalah terurainya molekul air menjadi ion positif H2O+ dan e- sebagai ion
negatif. Proses ionisasi ini dapat ditulis dengan :
2. Tahap Fisikokimia
Tahap fisikokimia dimana atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi
mengalami reaksi-reaksi sehingga terbentuk radikal bebas yang tidak stabil.
Tahap ini berlangsung dalam orde 10-6 detik. Karena sebagian besar tubuh
manusia tersusun atas air, maka peranan air sangat besar dalam menentukan
hasil akhir dalam tahap fisikokimia ini. Efek langsung radiasi pada molekul atau
atom penyusun tubuh selain air hanya memberikan sumbangan yang kecil bagi
akibat biologi akhir dibandingkan dengan efek tak langsungnya melalui media air
tersebut. Ion-ion yang terbentuk pada tahap pertama interaksi akan beraksi
dengan molekul air lainnya sehingga menghasilkan beberapa macam produk ,
diantaranya radikal bebas yang sangat reaktif dan toksik melalui radiolisis air,
yaitu OH- dan H+. Radikal bebas OH- dapat membentuk peroksida (H2O2 ) yang
bersifat oksidator kuat melalui reaksi berikut :
OH- + OH- -----> H2O2
(Batan, 2000)
3. Klasifikasi limfoid disease
Non Neoplasia
- Leukopenia
Paling sering terjadi karena kekurangan granulosit yaitu sel darah putih yang
paling banyak pada aliran darah. Limfopenia jauh lebih jarang ; berkaitan
dengan penyakit defisiensi imun yang kongenital, infeksi HIV, yaitu virus
penyebab defisiensi imun pada manusia dan pengobatan dengan
kortikosteroid dosis tinggi.
- Leukositosis reaktif
Peningkatan jumlah sel darah putih pada darah tepi, lazim ditemukan pada
berbagai keadaan inflamasi yang disebabkan oleh rangsangan mikroba dan
non mikroba. Leukositosis relatif tidak spesifik dan dikelompokkan
bergantung pada jenis sel darah putih tertentu yang terlibat.
- Limfadenitis akut non spesifik
Limfadenitis ini dapat bersifat terbatas dalam kelompok kelenjar yang dialiri
limfe dari infeksi lokal atau bersifat menyeluruh seperti dalam keadaan
infeksi sitemik atau inflamasi. Secara histologis berupa sentrum
greminativum besar mengandung banyak mitosis.
Neoplasma
- Neolasma limfoid
o Limfoma non hodgkin
o Limfoma hodgkin
Meliputi kelompok neoplasma khusus dengan ciri khas adanya sel
datia tumor yaitu sel reed stenberg. Berbeda denga NHL pada
umumnya, HL terjadi ada satu kelenjar getah bening tunggal atau
rantai kelenjar getah bening dan erkembang ketahap ke kelenjar
kelenjar getah bening yang secara anatomik berhubungan.
o Leukemia limfoblastik akut
Merupakan tumor yang agresif terdiri atas limfosit muda (limfoblas)
teruta,a terjadi pada anak anak dan orang dewasa. Berbagai tumor
limfoblastik secara morfologi tidak dapat dibedakan dan sering
menyebabkan gejala yang sama serta diobati dengan cara yang sama.
o Leukemia limfositik kronik
Leukemia limfositik kronik dan limfoma limfositik kecil pada
hakikatnya sama, hanya berbeda pada keterlibatan sel darah tepi.
Sudah dibuat ketetapan bahwa apabila jumlah limfosit pada darah
tepi melebihi 4000 sel/ul, penderita didiagnosis sevaga CLL dan
apabi;a tidak ditetapkan sebagai SLL.
o Limfoma folikuler
Limfoma jenis ini di AS relatif lazim ditemukan yaitu 40 % dari NHL :
orang dewasa. Umumnya pada uasia lebih 50 tahun, manifestasinya
biasanya limfadenopati umum tanpa nyeri.
o Limfoma sel mantel
Limfoma sel mantel terdiri dari sel yang menyerupai sel b naif yang
ditemukan pada daerah mantel dari folikel limfoid normal.
o Limfoma burkitt
Adalah penyakit endemik di beberapa bagian afrika dan sporadik di
tempat lain termasuk Amerika Serikat. Secara histologis penyakit ini
identik si afrika, walaupun ada perbedaan pada aspek klinis dan
virologik. Timbul pada area luar kelenjar getah bening.
- Neoplasma mieloid
o Leukemia mieloid akut
AML terutama mengenai orang dewasa tua dengan usai rata rata 50
tahun. Leukemia uni sangat heterogen , tanda gejala klinis sangan
memnyerupai tanda dan gejala ALL dan biasanya berhubungan
dengan digantinya unsur sumsum tulang.
- Neoplasma hisstiositik
o Histiositosis sel langerhans
Istilah histiositosis adalah suatu ungkapan ‘payung’ untuk berbagai
kelainan proliferatif dari sel dendritik atau makrofag. Sebagian seperti
limfoma histiositik yang sangat jarang, adalah neoplasma yang sangat
ganas, yang lain, seperi sebgian besar proliferasi histiositik di kelenjar
getah bening adalah sama sekali jinak dan reaktif.
CML
Saat ini, tujuan terapi di CML adalah untuk mencapai kepanjangan usia, bertahan
lama, non neoplastik, hematopoiesis nonclonal, yang mencakup pemberantasan sel-
sel sisa yang mengandung transkrip BCR / ABL. Maka tujuannya adalah
menyelesaikan remisi molekul dan menyembuhkan. Sebuah algoritma pengobatan
imatinib diusulkan
untuk pasien CML baru didiagnosa yakni:
Limfadenitis
5. Histopatologis test
Daftar pustaka
BATAN, 2000. Materi Diklat Petugas Proteksi Radiasi Bidang Radiodiagnostik : Jakarta
Kumar, et al. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9 . Elsevier Saunders : Singapore
Fauci, et al. 2008. Harrison’s Prinsiple of Internal Medicine. 17th Edition. McGraw Hill : US
Sacher, Ronald A. 2004. Widmann’s Clinical Interpretation of Laboratory Test. EGC : Jakarta