Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Nama aris munandar

Npm 15106111074

Jenis Jenis Sampling


. Sampel atau contoh secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari
populasi yang mewakili secara keseluruhan sifat dan karakter dari populasi.
Sebagai gambaran sederhana sampel dibutuhkan sebagai acuan untuk memberi
gambaran sederhana seperti seseorang yang membeli rambutan. Seorang
pembeli yang pintar biasanya akan memilih secara rambang (Random) dari
rambutan yang dijajakan untuk menghindari adanya kecurangan yang dilakukan
oleh pedagang. Rasa buah rambutan yang dicicipi akan menjadi alat tafsiran
mengenai rasa seluruh rambutan yang ada.

Dalam penelitian pendidikan objek penelitian biasanya akan berlaku pada


peserta didik, mahasiswa, guru atau lembaga pendidikan. Kumpulan dari objek
biasanya memiliki volume yang cukup besar selanjutnya disebut populasi
penelitian. Volume yang cukup besar ini kemudian dapat diamati dengan
menarik beberapa sampel yang mewakili populasi dengan alasan yang berbagai
macam tentu saja dengan tujuan yang utama adalah terlaksana sebuah
penelitian dengan benar sehingga jika desain dari sebuah penelitian
mengharuskan penggunaan populasi, maka pengambilan sampel tidak
diperbolehkan dan begitu pula sebaliknya, sebuah penelitian yang tidak
memperbolehkan melakukan treatment pada seluruh populasi maka
pengambilan sampel penelitian adalah sebuah keharusan.
A. Definisi Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari
populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian
dengan kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari
populasi dengan kata representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan
juga tidak selalu kecil, hal ini bergantung pada pada keterwakilan karakter dari
sampel. Sebagai contoh pada penelitian mengenai golongan darah, tentu saja
tidak perlu memasukkan seluruh darah dari seseorang ke dalam laboratorium
karena 2 ml darah sudah cukup untuk digunakan untuk mengetahui golongan
darah yang ada di bagian kaki, kepala atau tangan dari pasien.

Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi sehingga


ada aturan baku mengenai sampel minum yang harus diambil dalam sebuah
penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari sampel yang
diambil. Sebagai contoh sebuah penelitian mengenai daya beli di kabupaten
Gowa. mengambil lima orang sampel sebagai wakil dari populasi tidak cukup
untuk mewakili seluruh populasi. Selain dari kualitas, pada sebuah penelitian
yang membutuhkan statistik inferensi, jumlah sampel minimal harus disesuaikan
dengan jenis analisis statistik yang digunakan terutama untuk distribusi data dari
sampel.
B. Tujuan Pengambilan Sampel
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada
sebuah penelitian hanya dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan. Dasar
yang digunakan dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan bersifat
konstruktif, destruktif, atau alasan yang bersifat teknis sehingga sampel adalah
satu-satunya solusi. Adapun alasan yang bekenaan dengan pengambilan
sampel adalah sebagai berikut:

1. Percobaan yang bersifat merusak


Percobaan yang bersifat merusak membutuhkan sebuah sampel dan diambil
seminimal mungkin agar dapat menekan resiko selama percobaan dilaksanakan.
Hal yang paling baik digunakan sebagai contoh dalam kasus ini adalah uji
glukosa darah seseorang atau daya tahan hewan ternak di kabupaten Sleman
terhadap kadar besi dalam air. Dalam kasus ini pengujian darah digunakan
seminimal mungkin selama kadar glukosa dalam dalam dapat diketahui karena
tentu saja sangat berbahaya jika mengambil sebagian darah dari pasien.

Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak
tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari
masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara
mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang diberikan
oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau berdasarkan
jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang digunakan kemudian dicukupkan
sampai seluruh karakteristik dari populasi.

2. Masalah Teknis Penelitian


Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi jumlah sampel besar akan
menghasilkan data yang lebih variatif dan lebih lengkap dibandingkan dengan
jumlah sampel sedikit. Semakin banyak sampel yang digunakan semakin baik
namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk
mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait masalah teknis
penelitian yakni terkait masalah dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti harus
pandai melihat kondisi data yang diambil, pada saat data sudah jenuh atau tidak
menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data dihentikan
karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus tertentu
beberapa peneliti bahkan bermasalah pada proses memasukkan data karena
jumlah sampel yang berlebih.

Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data penelitian.
Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh dan tidak
menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik inferensi yang
sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga pengambilan data yang
besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman penulis, pada
pengukuran dan analisis kualitas item soal dengan menggunakan RASH model,
Analisis data yang terdistribusi mulai dari rantang 100 sampai dengan 1000
masih menunjukkan perubahan nilai dari setiap item namun jika sampel yang
digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500 atau 2000 responden, hasil analisis
kualitas soal tidak menunjukkan perbedaan yang berarti sehingga pengambilan
kelebihan 500 responden menjadi sia-sia.

C. Syarat Pengambilan Sampel


Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean pertimbangan
pengambilan sampel harus memiliki dua kriteria yakni

1. Presisi
Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin
muncul dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu cara
untuk estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang ada.
Sampel yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sebagai
contoh rata-rata penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000 yang
didapatkan dari dua orang sampel dengan penghasilan sampel X sebanyak Rp
50.000.000 dan sampel Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan rata-rata dari
perumahan berdasarkan operasi matematis sudah benar namun pada kajian
statistik dan kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan julah sampel
adalah salah satu cara untuk mengurangi kesalahan analisis data.
2. Akurasi
Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan.
Sebuah populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat
teoritik. Sifat dan karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai
dengan keadaan populasi karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus memiliki
kemampuan untuk mengetahui secara detail karakter dari setiap sampel yang
digunakan dan disesuaikan dengan karakter dari populasi.

Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel


seperti kasus penelitian terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di
kabupaten A. Sebuah sekolah khusus seperti proyek pemerintah atau boarding
school tentu saja tidak boleh dimasukkan karena adanya karakter yang berbeda
dari populasi secara keseluruhan.

D. Ukuran Sampel
Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari
sampel selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun dalam
penelitian yang bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan, Semakin
besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari karakteristik
peneliti juga harus mempertimbangkan jumlah data yang dibutuhkan untuk
keperluan analisis Statistik. Sebagai contoh jika penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk membandingkan dua bua grouph dengan satu variabel
pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang terdistribusi normal adalah
untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri dari 30 data karena
kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak lebih dari 60
data.

Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah sampel yang berbeda-


beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian sebaiknya dijadikan
acuan untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat beberapa ahli
mengenai jumlah sampel

Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen
memberikan sara ukuran sampel minimal:

 Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimum adalah 10% dari populasi


 Penelitian korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
 Penelitian kausal perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
per group
 Penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per
group

Frankel dan Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan


menyarankan

 Penelitian deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel


 Penelitian jumlah sampel minimum adalah 50 sampel
 Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group
 Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group

Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu :

 Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
 Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
 Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
 Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang
ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil
antara 10 sampai dengan 20
 Isaac dan Michael memberikan gambaran mengenai metode pengambilan
sampel disesuaikan dengan taraf signifikansi dari penelitian yakni 1%, 5%,
dan 10%. Jumlah sampel sampel selanjutnya dihitung dengan persamaan

Keterangan:
s : Jumlah Sampel
x2 : Nilai tabel untuk Chi Square
P = Q = 0.5
d = Taraf Siginifikansi
Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan

rumus :

keterangan :
S : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e = taraf Siginifikansi

Pertimbangan pengambilan sampel dikembalikan oleh peneliti dengan asumsi


terpenuhi karakteristik dari populasi, disesuaikan dengan jenis statistik yang
digunakan dan menggunakan jumlah sampel jenuh paling sedikit.

E. Teknik Pengambilan Sampel atau Sampling


Teknik sampling adalah sebuah metode atau cara yang dilakukan untuk
menentukan jumlah dan anggota sampel. Setiap anggota tentu saja wakil dari
populasi yang dipilih setelah dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakter.
Teknik sampling yang digunakan juga harus disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian.

Populasi terdiri dari sekumpulan individu yang bersifat heterogen terbatas. Ada
banyak variasi variabel yang melekat pada masing-masing individu. Perbedaan
ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari individu seperti halnya
wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, budaya atau gaya hidup dalam suatu
daerah tertentu. Subjektifitas dari individu-individu yang memiliki sifat determinan
yang berulang pada populasi akhirnya membentuk karakter dari populasi secara
umum. Berdasarkan karakter ini, dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel
dari populasi tidak bisa dilakukan begitu saja namun dibutuhkan suatu teknik
agar sampel yang ditarik tetap representatif

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel atau sampling adalah
seluruh variabel yang berkaitan dengan penelitian. Unsur-unsur khusus yang
melekat pada pribadi tentu saja perlu diperhatikan karena individu dengan
kemampuan khusus dalam sampel akan membawa bias data dan tentu saja
mempengaruhi distribusi data yang ada. Kesesuaian karakteristik daerah,
tingkatan, dan juga kecenderungan khusus juga perlu dipertimbangkan dalam
memilih teknik sampling yang sesuai

F. Jenis dan Metode Sampling


Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok,
yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling. Adapun Probability
sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Sedangkan Nonprobability sampling menurut Sugiyono adalah teknik
yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

1) Probability sampling
Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah mengetahui
besarnya populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan, dan peneliti
bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok unsur harus memiliki peluang yang sama
untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis Probability sampling adalah sebagai berikut :

a) Simple random sampling


Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari
sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi
atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.

Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan


sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Margono (2004:126) menyatakan bahwa simple random sampling
adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.
Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat
dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu
besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling).
Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan
teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Teknik ini
dapat digambarkan di bawah ini.
Gambar 1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58)

b) Proportionate stratified random sampling


Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan
pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berstrata. Menurut Sugiyono
(2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai
itu berstrata. Populasi berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan
SMA, 15 orang diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel
yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil secara proporsional.

c) Disproportionate stratified random sampling


Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah
sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT
tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang
lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3
dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu
terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.

d) Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)


Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127), teknik
ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari
kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya
penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.

Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi. Pengambilan 10


propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di
Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified
random sampling. Contoh tersebut dikemukakan oleh Sugiyono sedangkan contoh
lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127). Ia mencotohkan bila penelitian
dilakukan terhadap populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan
langsung pada semua pelajar-pelajar tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau
cluster.

Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada
pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)

2) Nonprobability sampling
Non Probability sampling adalah sebuah teknik sampling yang tidak memperhatikan
banyak variabel dalam penarikan sampel. Sampel-sampel dari Nonprobability Sampling juga
disebut sebagai subjek penelitian dimana hasil dari uji yang dilakukan pada sampling tidak
memiliki hubungan dengan populasi. Tujuan penggunaan teknik sampling ini lebih banyak
melekat pada materi yang diujikan sedangkan pada random sampling atau probability
Sampling, tujuan penelitian melekat pada nilai dari materi pada populasi yang diujikan.

a) Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota
populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1
sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk
itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

b) Quota sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan
langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai
contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti
berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai
dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

c) Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60).
Menurut Margono (2004: 27) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak
ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan
mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti
mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah
yang diharapkan terpenuhi.

d) Purposive sampling
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004:128), pemilihan sekelompok subjek
dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan
kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang
diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang
disiplin pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria-kriteria
kedisiplinan pegawai.

e) Sampling jenuh
Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.

f) Snowball sampling
(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan
sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang
menggelinding semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan
purposive dan snowball sampling. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

You might also like