Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 50

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma bronkial termasuk penyakit yang masih menjadi masalah

kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak

sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat

mematikan. Penderita asma bronkhial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap

rangsangan dari luar, seperti debu ruamah, bulu binatang, asap, uap cat, kapuk,

serbuk sari dan bahan lain akibat alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak,

sehingga gangguan asma bronkial bisa datang secara tiba-tiba. Jika klien tidak

mampu melakukan tindakan mengurangi faktor risiko ataupun kurang perhatian

terhadap penyakit maka akan timbul masalah keperawatan ketidakefektifan

manajemen kesehatan.

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2011, 235 juta orang

di seluruh dunia menderita asma bronkial dengan angka kematian lebih dari 8% di

negara-negara berkembang. National Center for Health Statistics (NCHS) pada

tahun 2011, mengatakan bahwa prevalensi asma bronkhial menurut usia sebesar

9,5% pada anak dan 8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin 7,2%

laki-laki dan 9,7% perempuan.

Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun

2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma bronkhial pada

semua umur adalah 4,5 % dari 247, 103 ribu penduduk di Indonesia.
2

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso tahun 2017, asma

bronkhial merupakan penyakit tertinggi nomer 3 dari 21 penyakit terbanyak di

Wilayah Bondowoso, terhitung dari bulan Januari sampai Desember 2017 dengan

jumlah penderita laki-laki 2748 jiwa dan perempuan 3033 jiwa. Dari data tersebut,

didapatkan jumlah penderita asma bronkial tertinggi di Kecamatan Tamanan

dengan total penderita laki-laki 322 jiwa dan perempuan 365 jiwa.

Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

revisible, dimana trakiobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu. Gejala asma sering terjadi pada malam hari, saat udara dingin, atau

tepapar alergen (misalnya debu dan bulu kucing) biasanya bermula mendadak

dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan

mengi sehingga di perlukan suatu tindakan mandiri oleh klien ataupun keluarga

untuk mengurangi faktor resiko terjadinya asma bronkhial. Apabila klien dan

keluarga kesulitan memasukkan regimen yang ditetapkan atau gagal melakukan

tindakan mengurangi faktor resiko maka akan timbul masalah keperawatan

ketidakefektifan manajemen kesehatan.

Permasalahan asma bronkial diatas dengan masalah keperawatan

Ketidakefektifan manajemen kesehatan dapat dilakukan tindakan dengan kriteria

hasil mengguanakan teori NOC (Nursin Outcomes Classification) antara lain ;

Manajemen diri penyakit kronik : memantau tanda dan gejala penyakit skor 5

(secara konsisten menunjukkan), Mengikuti tindakan pencegahan yang di

rekomendasikan skor 5 (secara konsisten menunjukkan), menggunakan strategi

untuk bebas dari gejala skor 5 (secara konsisten menunjukkan), mengidentifikasi

kepercayaan adat yang mempengaruhi pengobatan skor 5 (secara konsisten


3

menunjukkan), mencegah kebiasaan yang potensial meningkatkan penyakit skor 5

(secara konsisten menunjukkan), berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

kesehatan skor 5 (secara konsisten menunjukkan) ; Kontrol gejala : Melaporkan

gejala yang dapat dikontrol skor 5 (secara konsisten menunjukkan), menggunakan

sumber-sumber yang tersedia skor 5 (secara konsisten menunjukkan).

Berdasarkan kriteria hasil mengguanakan teori NOC (Nursin Outcomes

Classification) dapat direncanakan asuhan keperawatan menggunakan teori NIC

(Nursing Intervention Classification) antara lain ; Fasilitasi pengajaran : tentukan

tujuan pembelajaran dua arah yang realistik bersama pasien, mulai tindakan hanya

jika pasien memang sudah siap untuk menerima proses pembelajaran, buat isi

pendidikan kesehatan sesuai dengan pengampuan kognitif, psikomotor, dan afektif

pasien, ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar, berikan informasi

dengan urutan yang logis, buat perpedaan antara materi yang penting untuk di

ketahui dan materi yang ingin diketahui, gunakan alat bantu untuk

menggambarkan materi yang penting dan kompleks, jika memungkinkan, berikan

contoh langsung orang yang pernah mengalami pengalaman yang sama, dorong

pasien untuk berpartisipasi aktif ; pengaturan tujuan saling menguntungkan :

identifikasi bersama pasien mengenai tujuan dari perawatan, , jelaskan kepada

pasien bahwa hannya satu tingkah laku yang perlu di modifikasi pada suatu waktu

tertentu, bantu pasien mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan, evaluasi

kembali tujuan dan rencana dengan cara yang tepat ; Peningkatan efakuasi diri :

Eksplorasi persepsi individu mengenai kemampuannya untuk melaksanakan

perilaku-perilaku yang diinginkan, identifikasi hambatan untuk merubah perilaku,

bantu individu untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan untuk merubah


4

perilaku, siapkan individu mengenai kondisi fisik dan emosi yang mungkin akan

dialami selama berusaha untuk melakukan perilaku baru ; Bantuan modifikasi diri

: puji alasan klien untuk berubah, bantu pasien untuk mengidentifikasi tujuan

spesifik untuk berubah, identifikasi bersama pasien mengenai strategi paling

efektif terkait dengan perubahan perilaku, jelaskan kepada pasien mengenai

pentingnya monitor diri dalam berusaha untuk merubah perilaku, intruksi pasien

bagaimana secara berangsur merubah penguatan yang terus menrus kepada

penguatan yang hanya sesekali, bantu pasien umengevaluasi perkembangan

dengan membandingkan catatan perilaku sebelumnya dengan catatan perilaku saat

ini.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk menggambil judul “ Asuhan

Keperawatan keluarga pada klien yang mengalami Asma Bronkial dengan

masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan keluarga

pada klien yang mengalami Asma Bronkhial dengan masalah keperawatan

Ketidaefektifan manajemen kesehatan di Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan

Kabupaten Bondowoso.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada klien yang menngalami

Asma bronkial dengan masalah keperawatan ketidakefektifab manajemen

kesehatan di Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.

1.4 Tujuan Penelitian


5

1.4.1 Tujuan umum

Melaksanakan asuhan keperawatan keperawatan pada klien yang

mengalami Asma bronkial dengan Ketidakefektifan Manajemnen Kesehatan di

Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.

1.4.2 Tujuan khusus


1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Asma

bronkial dengan masalah keperawatan Ketidakefektifab Manajemen Kesehatan di

Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.


2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Asma

bronkial dengan masalah keperawatan Ketidakefektifab Manajemen Kesehatan di

Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.


3) Menyusun intervensi keperawatan pada klien yang mengalami Asma

bronkial dengan masalah keperawatan Ketidakefektifab Manajemen Kesehatan di

Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.


4) Melakukan implementasi keperawatan pada klien yang mengalami Asma

bronkial dengan masalah keperawatan Ketidakefektifab Manajemen Kesehatan di

Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.


5) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami Asma

bronkial dengan masalah keperawatan Ketidakefektifab Manajemen Kesehatan di

Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat teoritis
1) Sebagai update ilmu keperawatan keluarga pada klien dengan Asma

bronkial.
2) Sebagai bentuk aplikasi dari teori asuhan keperawatan keluarga pada

klien yang mengalami Asma bronkial dengan ketidakefektifan manajemen

kesehatan.
1.5.2 Manfaat praktis
6

1) Klien
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai tindakan yang

harus dilakukan pada penyakit Asma bronkial dengan ketidakefektifan manajemen

kesehatan.
2) Perawat
Menambah informasi mengenai tindakan yang akan diberikan pada klien

yang mengalami Asma bronkial dengan dengan masalah keperawatan

Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di Bondowoso.


3) Instansi keperawatan

Sebagai acuan RS untuk pembuatan SOP tentang Asma bronkial dengan

dengan masalah keperawatan Ketidakefektifab Manajemen Kesehatan di Desa

Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.

4) Institusi pendidikan

Mengingkatkan kualitas pembelajaran pada mahasiswa tentang Asma

bronkial dengan dengan masalah keperawatan Ketidakefektifab Manajemen

Kesehatan di Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian

Asma bronkial merupakan bentuk inflamasi kronis yang terjadi pada

saluran jalan nafas dengan memperlihatkan berbagai inflamasi sel dengan gejala

hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkatan, obstruksi jalan nafas, dan gejala

pernafasan lainnya(mengi dan sesak), (Riyadi, Sujono. 2011).


7

Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten dan

reversible, dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap

stimulasi tertentu ( Wahid, Abd dan Imam Suprapto. 2013).

Asma bronkial adalah obstruksi jalan nafas akut, episodik yang disebabkan

oleh rangsangan yang tidaak menimbulkaan respons pada orang sehat

(Tambayong Jan. 2010).

Asma bronkial adalah penyakit jalan nafass obstruktif intermitten,

revisible, dimana trakiobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu (Musliha. 2010).

Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas yang

karakteristiknya dengan hiperresponsivitas, edema mukosa, dan produksi mukus

(Brunner dan Suddart. 2013).

Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana penderita asma bronkial,

hipersensitif terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang,

asap, dan bahan lain penyebab alergi (Huda Nurarif, Amin, 2015).

Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana jalannya udara terhalang

entah karena radang saluran pernafasan atau penyempitan otot bronkial (Digiulia,

Mary, 2017).

2.1.2 Etiologi

Obstruksi jalan nafas pada asma bronkial disebabkan oleh :

1. Kontraksi otok sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan nafas.


2. Pembebgkakan membrane bronkus
3. Bronkus terisi oleh mucus yang kental

Faktor Predisposisi :

1. Genetik
8

Diturunkan bakat alergi dari keluarga dekat, meski belum diketahui

bagaimana penurunannya dengan jelas. Karena adanya bakat alergi ini. Penderita

sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.

2. Alergen

Adalah suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini di bagi menjadi tiga,

yaitu :

a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan.


(Debu, bulu binatang, serbuk bunga, bakteri, polusi).
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
(Makanan dan obat-obatan).
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontran dengan kulit.
(Perhiasan, logam dan jam tangan).
3. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma,

perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma bronkial. Asma bronkial,

Perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma. Kadang serangan berhubungan

asma seperti : musim : musim hujan, musim bunga, musim kemarau. Hal ini

berhubungan dengan angin, serbuk bunga dan debu.

4. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung demam sebab terjadinya asma bronkial,

hal ini berkaitan dengan dimana ia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di pabrik

kayu, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada wahyu libur atau cuti.

5. Olahraga

Sebagian besar penderita akan mendapat serangan asma bronkial bila

sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Serangan asma karena aktivitas

biasanya setelah aktivitas selesai. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma

bronkial.
9

6. Stress

Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain

itu juga bias memperberat serangan asma bronkial yang sudah ada. Disamping

gejala asma harus segera diobati penderita asma bronkial yang mengalami stress

harus diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya (Wahid. Abd dan Imam

Suprapto. 2013).

2.1.3 Patofisiologi

Asma bronkial ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos

bronkeolus yang menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah

hipersensibilitas bronkiolus terhadap benda asing di udara. Reaksi yang timbul

pada asma tipe alergi di duga terjadi dengan cara sebagai berikut : seseorang yang

alergi diduga mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody ig.

E abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini terutama melekat ada sel mast

yang melekat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkeoulus

dan bronchus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig. E orang

tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibody yang sudah terlekat pada sel

mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,

diantaranya histamine zt anafilaksis yang bereaksi lambat. Faktor kemotatik

eosinofilik dan brakidinin, Efek gabungan dari semua faktor ini akan

menghasilkan edema lokal dinding bronkeolus kecil maupun sekresi mukus yang

kental dalam lumen bronkeolus dan spasme otot polos bronkeolus sehingga

menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat menigkat.

Pada asma bronkial, diameter bronkeolus lebih berkurang selama ekspirasi

daripada inspirasi karena peningkatan tekaanan dalam paru selama sekresi paksa
10

menekan bagian luar bronkeolus. Karena bronkeolus tersumbabt ssebagian, maka

sumbatan selanjutnya akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi

berat terutamaa selama ekspirasi. Pada penderita asma bias melakukan inspirasi

dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini

menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru

menjadi meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara

ekspirasi dari paru. Ini biasanya menyebabkan Barrel chest (Wahid. Abd dan

Imam Suprapto. 2013).

2.1.4 Gambaran klinis


Pada penderita saat mengalami serangan biasanya ditemukan gejala klinis

yaitu :
1. Penderita bernafas cepat dan dalam.
2. Gelisah.
3. Duduk dengan menyangga kedepan, serta tampak otok bantu

bekerja keraass.
4. Sesak nafas.
5. Adanya wheezing.
6. Batuk.
7. Ada sebagian mengeluh nyeri dada.
8. Silent chest (tidak terlihat pergerakan dada.
9. Tachikardi.
10. Hiperinflasi dada (Wahid. Abd dan Imam Suprapto. 2013).
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus : suatu keadaan medis berupa serangan asma akut

yang berat bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai.


2. Atelektasis : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis.
3. Hipoksimea.
4. Emfisema.
5. Deformitas thoraks.
6. Gagal nafas (Wahid. Abd dan Imam Suprapto. 2013).

2.1.6 Penatalaksanaan
11

1. Prinsip umum dalam pengobatan asma bronkial


a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
b. Menghilangkan faktor yang bias menimbulkan serangan asma.
c. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengennai penyakit

asma, pengobatannya.
2. Pengobatan pada asma bronkial
a. Pengobatan farmakologi
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas
Terbagi dua golongan
a) Andrenergik (adrenalin dan efedrin) misalnya :

terbulatin/bricasama
Obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,

sirup, suntikan dan semprotan (Metered dose inhaler) ada

yang berbentuk hirup (ventolin diskhaler dan bricasma

turbuhaler) atau cairan bronchodilator (alupent, berotec

brivasma sets ventolin) yang oleh alat khusus diubah jadi

aerosol (partikel sangat halus) untuk selanjutnya di hirup.


b) Santin atau teofilin (aminofilin)
Cara pemakaian adalah dengan disuntikkan langsung ke

pembuluh darah secara perlahan karena sering merangsang

lambung bentuk sirup atau tablet sebaiknya di minum setelah

makan, ada juga yang berbentuk supositoria untuk penderita

yang tidak memungkinkan untuk minum obat misalnya dalam

kondisi muntah atau lambungnya kering.


2) Kromalin
Bukan bronkodilator tetapi obat pencegah serangan asma pada

penderita anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti

asma dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan


3) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam

dosis dua kali 1 mg/hari. Keuntungan adalah dapat diberikan

secara oral.
12

4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada

respon maka segera penderita diberi steroid oral.


b. Pengobatan non farmakoligik
1) Memberikan penyuluhan.
2) Menghindari faktor pencetus.
3) Pemberian cairan.
4) Fisioterapi nafas (senam asma).
5) Pemberian oksigen bila perlu (Wahid. Abd dan Imam

Suprapto. 2013).

2.1.7 Pemeriksaan diagnostik


1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan untuk melihat adaaya :
1) Kristal-kristal charcol leyden yang merupakan degranulasi

dari krisial eosinopil. Spiral curshman.


2) Spiral curshman, ykni merupakan cost cell (sel cetakan)

dari cabang bronkus.


3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan eosinofil yang terdappat pada sputum,

umumnya bersifatmukoid dengaan viskositas yang tinggi dan

kadang terdapat mucus plug.


b. Pemeriksaan darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat

terjadi hipoksia, hipercapniaa aatau sianosis.


2) Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan kadang

LDH.
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang di atas 15.000/mm

yang menaandakan adanya infeksi.


13

4) Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan Ig. E pada

waktu serangan dan menurun pada saat bebas serangan asma.

2. Pemeriksaan menunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflamasi

paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga

intercostalisis, serta diafrangma yang menurun. Pada penderita dengan

komplikasi sebagai berikut :


1) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus

akan bertambah.
2) Bila ada empisema (COPD) , Gambaran radiolusen

semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran

infiltraste paru.
4) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru.
5) Bila terjadi pneumonia gambaran adalah radiolusen pada

paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergen yang dapat bereaksi

positif pada asma bronkial


c. Elektrokardiografi
1) Terjadi right axis deviation
2) Adanya hipertropo otot jantung right bundle brancth bock.
3) Tanda hipoksimea yaitu sinus takikardi, SVES, VES, atau

terjaadi depresi sigmen ST negatif.


d. Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara

selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.


e. Spirometri
14

Menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara

tepat diagnosis asma bronkial adalah melihat respon pengobatan

dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri silakukan sebelum atau

sesudah diberikan aerosol bronkodilator lebih dari 20% menunjukkan

diagnosis keperawatan, menelai berat obstruksi dan efek pengobatan

banyak penderita tanpa keluhan pada ppemeriksaan ini menunjukkan

adanya obstruksi (Wahid. Abd dan Imam Suprapto. 2013).

2.1.8 Derajat asma bronkial


1. Penilaian derajat serangan asma bronkial
Tabel 2.1 Derajat asma bronkial
Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman Henti
Nafas
Aktivitas Berjalan Berbicara Istirahat
Bayi : Menangis Bayi : tangis Bayi : berhenti
keras pendek dan makan
lemah
Bicar Kalimat Penggal kalimat Katta-kata
Posisi Bisa berbaring Lebih suka Duduk bertopeng Kebingungan
duduk lengan
Mengi Sedang, sering Nyaring, Sangat nyaring, Sulit atau tidak
hanya pada ahirr sepanjang terdengar tanpa terdengar
ekspresi ekspirasi + stetoskop
inspirasi
Sesak nafas Minimal Sedang Berat
Otot bantu Biasanya tidak Biasanya iya Iya Gerakan
nafas paradoks torato
abdominal
Rektraksi Dangkal, retraksi Sedang, Dalam, Dangkal atau
interkosta ditambah retraksi ditambah nafas hilang
superterminal cuping hidung
Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar
Usia Laju nafas normal
< 2 bulan < 60/menit
2-12 bulan < 50/menit
1-5 tahun < 40/menit
6-8 tahun < 30/menit
Laju nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
Pedoman nilai baku laju nadi pada anak
Usia Laju nafas normal
2-12 bulan < 160/menit
1-2 tahun < 120 menit
3-8 tahun < 110/menit
15

Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda


paradoksus < 10 mmHg 10-20 mmHg > 20 mmHg kelelahan otot
nafas

PEFR atau % nilai dugaan % Nilai dugaan % nilai dugaan


FEV1 atau nilai terbaik atau nilai terbaik atau nilai terbaik
>60% 40-60% <40%
- Pra
broncodilator > 80% 60-80% <60% respon
- pasca kurang dari 2
broncodilator jam
-
SaO2 Norma (biasanya >60 mmHg <60 mmHg
tidak perlu
diperiksa)
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg < 45 mmHg
(Wahid. Abd dan Imam Suprapto. 2013).

2. Pembagian deraajat asma menurut GINA (Global Initiative For

Astma)
a. Intermiten
Gejala kurang dari satu kali/minggu dari serangan singkat
b. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
c. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
d. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi
3. Pembagian asma menurut Phelan dkk
a. Asma episodik jarang
Ditandai oleh episode <1x tiap 4-6 minggu, mengi setelah aktivitas

berat
b. Asma episodic sering
Ditandai oleh frekuensi serangan yang lebih sering dan timbul mengi

pada aktivitas sedang. Gejala kurang dari 1x/minggu


c. Asma persisten
Ditandai oleh seringnya episode akut, mengi pada aktivitas ringan

terjadi lebih dari 3x/minggu

2.2 Konsep Keluarga


2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga telah didefinisikan dalam berbagai hal. Perbedaan definisi

keluarga bergantung pada orientasi teoritis yang digunakan oleh “pendefinisi”-


16

yaitu, menurut jenis penjelasan yang dibuat oleh profesional mengenai keluarga.

Sebagai contoh, penulis yang mengikuti orientasi teoritis para ahli interaksi

keluarga, memandang keluarga sebagai sebuah arena interaksi kepribadian

sehingga penekanan diberikan kepada karakteristik tradisional dinamis keluarga.

Oleh karena itu, terdapat banyak definisi, dengan berbagi teori yang membentuk

definisi tersebut dan harapan kita akan kehidupan keluarga (Smith, 1995 dalam

Friedman, 2010).

U.S Bureau Of the Cencus menggunakan definisi keluarga yang

berorientasi tradisional, yaitu sebagai berikut: keluarga terdiri atas individu yang

bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal

didalam suatu rumah tangga yang sama. Saat ini definisi keluarga tradisional

terbatas, baik dalam hal penerapannya maupun inklusivitasnya. Whall (1986),

dalam analisa konsepnya mengenai keluarga sebagai unit asuhan dalam

keperawatan, mendefinisikan keluarga sebagai “sebuah kelompok yang

mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atan lebih yang memiliki

hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau

dapat juga tidak, namun berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap

dirinya sebagai keluarga”.

Definisi tambahan keluarga dibawah ini disajikan untuk memfasilitasi

pemahaman mengenai kepustakaan keluarga

1. Keluarga inti (terkait dengan pernikahan) keluarga yang terbentuk

kerena pernikahan, peran sebagi orang tua, atau kelahiran; terdiri atas

suami istri, anak-anak mereka- biologis, adopsi, atau keduanya.


2. Keluarga orientasi (keluarga asal) unit keluarga tepat seseorang

dilahirkan
17

3. Extended family – keluarga inti dari individu terkait lainya (oleh

hubungan darah), yang bisanya merupakan anggota keluarga asal dari

salah satu pasangan keluarga inti. Keluarga ini terdiri atas “sanak saudara”

dan dapat mencakup nenek/kakek, bibi, paman, keponakan, dan sepupu

(friedman, 2010).
2.2.2 Ciri – Ciri Keluarga

Menurut Robert Mac Iverdan Charles Horton (Setiadi, 2008):

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.


2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara.


3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur)

termasuk perhitungan garis keturunan.


4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak.


5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga (Setiadi, 2008)


2.2.3 Tipe Keluarga

Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang yang

mengelompokkan (Setiadi, 2008) :

1. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.
b. Keluarga Besar (extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek-nenek, paman-bibi).
18

2. Secara Modern (berkembangnya peran individu dan meningkatnya

rasa individualism maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas

adalah:
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu, dananak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.


b. Reconstituid Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami atau istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.


c. Niddle Age (Aging Couple)
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja

di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah,

perkawinan, atau meniti karier.


d. Dyadic Nuclear
Suamiistri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.


e. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya

dan anak-anaknyadapat tinggal dirumah atau di luar rumah.


f. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.


h. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.


i. Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Institusional
19

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-

panti.
k. Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.


l. Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya tinggal

di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin

dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m.Unmarried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perwakilan tidak dikehendaki, anak

diadopsi.
n. Cohibing Couple
Yaitu dua orange atau pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
o. Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama
Gambaran tentang bentuk keluarga di atas ini melukiskan banyaknya

bentuk struktur yang menonjol dalam keluarga saat ini, yang penting adalah

keluarga harus dipahami dalam konteknya, lebel dan jenisnya hanya berfungsi

sebagai refrensi bagi penataan kehidupan keluarga dan sebuah kerangka kerja.

Dan setiap upaya perlu memperhatiakan keunikan dari setiap keluarga. Untuk itu

keluarga profesionalis dalam bidang kesehatan yang melayani keluarga harus

bersifat toleran dan sensitive terhadap perbedaan gaya hidup keluarga (Setiadi,

2008).
2.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah:

1. Patrilineal
20

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami atau istri (Setiadi, 2008)

2.2.5 Fungsi Pokok Keluarga


Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman 1998 dalam setiadi 2008

adalah sebagai berikut :


1. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain .


2. Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan

orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.
4. Fungsi ekonomi

Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


21

5. Fungsi perawatan pemeliharaan kesehatan


Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggita keluarga

agar tetap memiliki produktifitas tinggi (Setiadi, 2008).


2.2.6 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan. Friedman (1981)

membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila

menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan

siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memputuskan untuk

menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar

keluarga.

3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau pelayanan


22

kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.


5. Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). (Setiadi,

2008).

2.2.7 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang

dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan. Peran

keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam

konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “Setiap

orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan peroangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa

keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya

meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing, antara lain

adalah:

1. Ayah
23

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung / pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

2. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak – anak,

pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga

sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

3. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan

fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).

2.2.8 Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duvall (1985) dalam setiadi, 2008:
Membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:
1. Keluarga baru (Berganning family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:


a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
e. Persiapan menjadi orang tua.
f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi

orang tua).
2. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Studi Klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 %

tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :

a. Suami merasa diabaikan.


b. Peningkatan perselisihan dan argumen.
c. Interupsi dalam jadwal kontinu.
d. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.
24

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:

a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan

kegiatan).
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap

bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan.


d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya atau dana Child Bearing.
h. Memfasilitasi role learing anggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkebangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra

sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan

merencanakan kelahiran berikutnya.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

a. Pemenuhan kebutuhan anggota


b. Membantu anak bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga.
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab.
g. Merencanakan tanggung jawab dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang

anak.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas.


b. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk anak.
d. Menyediakan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.


5. Keluarga dengan anak remaja ( 13-20 tahun)
25

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:


a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang

dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda

dan mulai memiliki otonomi.


b. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.


6. Keluarga dengan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitasi dan sumber yang ada

dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas

perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


b. Mempertahankan keintiman
c. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya
e. Menata kemballi fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan suami isrti kakek dan nenek
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-

anaknya
7. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat

sosial dan waktu santai


b. Memulihkan hubungan anatara generasi muda tua
c. Keakrapan dengan pasangan
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
e. Persiapan masa tua/pensiun
8. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian
c. Mempertahan keakraban pasangan dan saling merawat
d. Melakukan life review masa lalu (Setiadi, 2008).
26

2.3 Asuhan keperawatan

2.3.1 Pegkajian

Pengkajian Keperawatan Keluarga terdiri dari


1. Data keluarga
2. Data anggota keluarga
3. tahap dan riwayat perkembangan keluarga
4. Fungsi keluarga
5. Pola koping keluarga
6. Data penunjang keluarga
7. Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehantan

anggota keluarga (Friedman, 2010).

A. Data Keluarga

Tabel 2.2 contoh format pengisian identitas


Nama Puskesmas No Register
Nama Perawat Tanggal Pengkajian

1. Nama puskesmas
Di isi dengan nama pusksmas terdekat.
Contohnya: puskesmas nangkaan
2. Nama perawat
Diisi dengan nama perawat yang melakukan pengakajian atau nama

perawat yang bertanggung jawab.


Contohnya: perawat Rifa
3. No. Register
Contohnya: 01. 01. 18. 118 (sesuai dengan rumah sakit / puskesmas)
4. Tanggal pegakajian
Diisi dengan tanggal, bulan, tahun dilakukannya pengkajian
Contoh : 20-01-2018

Tabel 2.3 contoh format kepala keluarga


Nama Kepala Keluarga Bahasa sehari-hari
Alamat Rumah & Telp Yankes terdekat, Jarak
27

Pekerjaan Alat transportasi


Agama & Suku Status KelasSosial

1. Nama kepala keluarga


Di isi dengan nama kepala keluarga sesuai dengan kartu keluarga yang

ditulis dengan nama inisial dan diikuti dengan lebel status klien.
Contohnya: Tn. S (Tn. Tuan)
2. Alamat Rumah dan nomer telepon
Diisi dengan alamat rumah lengkap dengan no RT/RW dan nomer

telpon klien
Contohnya: Desa Sukorejo RT 08 / RW 02 Kecamatan Sumberwringin
3. Pekerjaan
Diisi dengan pekerjaan, profesi, status, atau sesuai dengan pekerjaan

klien.
Contohnya: dokter/perawat/wiraswasta/PNS
4. Agama & Suku
Agama : islam, kristen, hindu, uda, katolik
5. Suku : jawa, madura, batak, dll/WNI,WNA
Contohnya: islam, jawa/WNI
6. Bahasa Sehari-hari.
Di isi bahasa sehari hari individu di keluarga tersebut.
Contoh : Madura, Indonesia, Inggris, Jawa.
7. Alat Transportasi
Di isi dengan alat transportasi sehari-hari keluarga tersebut
Contoh: Mobil, sepeda Motor, Sepeda.
8. Status kelas sosial
Diisi dengan keadaan status sosial klien
Contohnya: menengah kebawah/ menengah keatas

Tabel 2.4 contoh format data anggota keluarga

N Na Hub Umur J S Pendidi Pekerja Status TTV Status


o ma dengan K uk kan an Saat Gizi (TB, (TD, N, Imunisasi
KK u Terakhi Ini BB, S, P) Dasar
r BMI)
1 Tn. Suami 50 L M SMP PNS TB: 170 TD: Lengkap
. k Thn ad Cm 120/90
ur BB: 75 mmHg
a Kg N: 98
BMI: 26 x/mnt
S: 36,7
0
C
P: 23
x/menit
28

1. Nama
Diisi dengan nama anggota keluarga
2. Hubungan dengan kepala keluarga
Diisi dengan hbungan anggota keluatga dengan kepala keluarga
Contohnya: istri, anak, kakak, mertua, orang tua, dll
3. Umur
Diisi dengan umur setiap aggota keluarga dalam tahun
Contohnya 28 tahun
4. Jk
Di isi dengan jenis kelamin
contohnya: Laki Laki(L) / Perempuan (P)
5. Suku
Contohnya: madura, jawa, batak, dan Lain-lain
6. Pendidikan terakhir
Contohnya: SD, SMP, SMA, dan lain-lain
7. Pekerjaan saat ini
Diisi sesuai dengan pekerjaan anggota keluarga saat ini
Contohnya: siswa, mahasiswa, PNS, wiraswasta, petani, dan lain-lain.
8. Status gizi (TB, BB, BMI)
Diisi sesuai dengan TB, BB, BMI masing-masing anggota keluarga
9. Contoh: TB : 165 cm, BB : 56 kg
TTV (TD, S, N, RR)
10. Diisi sesuai dengan TTV masing-masing anggota keluarga
Contoh: TD : 120 / 90 mm / Hg, N :98x / menit, S: 36,8 C, RR : 19x /

menit
11. Status imunisasi dasar
Diisi dengan imunisasi apa yang sudah di berikan.
Contoh : ((BCG,Polio,DPT,HB,Campak)
12. Alat Bantu
Di isi dengan alat bantu apa pun dalam menunjang ke seharian setiap

individu di keluarga tersebut.


Contoh : Tn.K menggunakan alat bantu pendengaran.
a. Komposisi keluarga
Komposisi ini biasanya terdiri dari nama, jenis kelamin,

hubungan dengan KK (kepala keluarga), umur, pendidikan dan

status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga yang dibuat

dalam bentuk tabel untuk memudahkanpengamatan.


b. Genogram
Adalah simbol-simbol yang dipakai dalam pembuatan genogram

untuk menggambarkan susunan keluarga. Aturan pembuatan

genogram yaitu :
29

1) Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri


2) Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau

perempuan
3) Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol laki-

laki atau perempuan


4) Paling sedikit disusun tiga generasi
5) Aturan simbol
c. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.


d. Suku bangsa (Etnis)
1) Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarg, dikaji

asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.


2) Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan

yang secara etnis bersifat homogen).


3) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi,

pendidikan (apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok

kultur / budaya keluarga).


4) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau

modern).
5) Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau ‘modern’.
6) Penggunaan jasa-jasa perawat kesehatan keluarga dan

praktisi. Dikaji apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktis,

terlibat dalam praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional,

atau memiliki kepercayaan tradisional asli dalam bidang

kesehatan.
7) Pengunaan bahasa sehari-hari di rumah.
e. Agama dan Kepercayaan
1) Apakah anggota keluarga berada dalam praktik keyakinan

beragama mereka.
2) Seberapa aktif keluarga tersebut terliabat dalam kegiatan

agama atau organisasi-organisasi keagamaan lain.


30

3) Keluarga menganut agama apa.


4) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang

dianut dalam kehidupan keluargaterutama dalam hal kesehatan


f. Status sosial ekonomi keluarga
Sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial

ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yag

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh

keluarga.
g. Aktivitas rekreasi keluarga
Reaksi keluarga tidak hanya untuk mengunjungi tempat rekreasi

tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga

merupakan aktivitas rekreasi.


B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan

Tahap kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dnegan anak tertua dari

keluarga inti dan mengkaji sejauhmana keluarga melaksanakan tugas sesuai

tahapan perkembangan.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat ini dan

tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalannya.


C. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Riwayat keluarga sebelumnya
Disini diuraikan riwayat keluarga kepala keluarga sebelum membentuk

keluarga sampai saat ini.


2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini menjelaskan

mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota dan sumber pelayanan

yang digunakan keluarga.


D. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
31

a. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar dan

lain lain). Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini.
b. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior

rumah).nterior rumah meliputi , jumlah kamar dan tipe kamar (kamar

tamu, kamar tidur dan lain-lain), pengunaan-penggunaan kamar

tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan

kecukupan prabot. Apakah penerangan fentilasi, pemanasan. Apakah

lanitai, tangga, susunan dan bangunan yang laindalam kondisi yang

adekuat.
c. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,

pengamanan untuk kebakaran.


E. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa apa yang

digunakan dalam keluarg, bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang

berlangsung dalam keluarga, dan adakah hal-hal/masalah dalam keluarga yang

tertutup untuk didiskusikan.


2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi orang

lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang digunakan

dalam mengambil keputusan, yang berperan mengambil keputusan, bagaimana

pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut.


3. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal dan siapa yang menjadi model peran dalam keluarga dan

apakah ada konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani.
4. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.


F. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
32

Mengkaji gambaran diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki

keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan

kepada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai


2. Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya dan perilaku.


3. Fungsi perawatan kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta

merawat anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan keluargamengenai sehat-sakit.

Kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :

a.

mengenal masalah kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui mengenai

fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga

terhadap masalah
b.

Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat


c.

Sejauhmana kemampua keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


d.

sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah sehat


e.

Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga mengunakan fasilitas

kesehatan/ pelayanan kesehatan di masyarakat.

4. Fungsi reproduktif
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,

metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendaliakn jumlah anggota

keluarga.
5. Fungsi ekonomi
33

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,

dan papan, daan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya

meningkatkan status kesehatan.


G. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pende
Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu ±6 bulan dan jangka panjang yaitu yang memerlukan

penyelesaian lebih dari 6 bulan.


2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor

mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor


3. Strategi koping yang digunakan strategi koping apa yang

digunakan keluarga bila menghadapi masalah


4. Strategi adaptasi disfungsional dijelaskan mengenai adaptasi

disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan


H. Pemeriksaan Fisik
Diperiksa persistem sesuai keadaan klien
I. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan

menggunakan skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga

adalah kriteria, bobot, dan pembenaran.


Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini.
1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan

melihat katagori diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah, diagnosis

keperawatan potensial skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan

diagnosis keperawatan aktual dengan skor 3.


2. Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini

dapat ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga,

sumber daya perawatan yang tersedia, dan dukungan masyarakatnya.

Kriteria kemungkinan untuk diubah ini skornya terdiri atas, mudah dengan

skor 2, sebagian dengan skor 1, dan tidak dapat dengan skor nol.
34

3. Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat

ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan

tindakan yang sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri atas, tinggi

dengan skor 3, cukup dengan skor 2, dan rendah dengan skor 1.


4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat

ditentukan berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah.

Penilaian dari kriteria ini terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu

segera skornya 1, dan tidak dirasakan dengan skor nol 0.


Cara perhitungannya sebagai berikut.
1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah

keperawatan yang terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai

tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari masing-masing kriteria. Bobot

merupakan nilai konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah

(Skor/angka tertinggi x bobot).


2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis

keperawatan keluarga.
3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan

keluarga yang prioritas.


Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan pembenaran

sebagai justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi yang

diberikan berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga.


Contoh skoring prioritas masalah pada penderita diabetes Asma bronkial

Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ibu P yang merupakan

keluarga Bapak J, berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Hal tersebut dapat kita lihat

pada matriks di bawah ini.


35

Tabel 2.5 Skoring diagnosa keperawatan


NO KRITERIA Skor BOBOT
1. Sifat Masalah
Skala :
Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : 3
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani 2 1
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
JUMLAH
Keterangan :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria


2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Rumus :

Skor yang diperoleh


X Bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
Skor tertinggi

Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak efektifan Manajemen Kesehatan


a. Definisi
Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapiutik

hidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang

tidak memuaskan untu memenuhi tujuan kesehatan spesifik.


b. Batasan karakteristik
1) Kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor resiko.
36

2) Kegagalan memasukkan regimen pengobatan kehidupan

sehari-hari
3) Kesulitan dengan regimen yang diprogramkan.
c. Faktor yang berhubungan
1) Kesulitan ekonomi
2) Ketidakberdayaan
3) Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
4) Kompleksitas regimen terapeutik
5) Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
6) Konflik keluarga
7) Komflik pengambilan keputuasan kurang dukungan sosial
8) Kurang pengetahuan tentang terapeutik
9) Persepsi hambatan
10) Persepsi kerentangan
11) Persepsi keseriusan kondisi
12) Persepsi keuntungan
13) Tuntutan berlebihan (Heather Herdman T, 2015)

2.3.3 Kriteria hasil dan intervensi

Tabel 2.6 Intervensi dan kriteria hasil


NOC NIC
Manajemen diri : penyakit akut Fasilitasi pengajaran
1. Monitor efek terapi skor 5 (secara 1. Tentukan tujuan pembelajaran
konsisten menunjukkan). dua arah yang realistik bersama
2. Menggunakan strategi koping dalam pasien.
menghadapi penyakit skor 5 (secara konsisten 2. Mulai tindakan hanya jika pasien
menunjukkan). memang sudah siap untuk menerima
3. Menggunakan7 strategi untuk proses pembelajaran.
meningkatkan kenyamanan skor 5 (secara 3. Buat isi pendidikan kesehatan
konsisten menunjukkan). sesuai dengan pengampuan kognitif,
4. Menggunakan strategi untuk psikomotor, dan afektif pasien,.
mempertahankan tidur yang cukup skor 5 4. Ciptakan lingkungan yang
(secara konsisten menunjukkan). kondusif untuk belajar, berikan
5. Menggunakan sumber informasi terkemuka informasi dengan urutan yang logis.
skor 5 (secara konsisten menunjukkan). 5. Buat perpedaan antara materi
Manajemen diri : penyakit kronik yang penting untuk di ketahui dan
1. memantau tanda dan gejala penyakit skor materi yang ingin diketahui.
37

5 (secara konsisten menunjukkan). 6. Gunakan alat bantu untuk


2. Mengikuti tindakan pencegahan yang di menggambarkan materi yang penting
rekomendasikan skor 5 (secara konsisten dan kompleks, jika memungkinkan,
menunjukkan). berikan contoh langsung orang yang
3. Menggunakan strategi untuk bebas dari pernah mengalami pengalaman yang
gejala skor 5 (secara konsisten menunjukkan). sama, dorong pasien untuk
4. Mengidentifikasi kepercayaan adat yang
berpartisipasi aktif.
mempengaruhi pengobatan skor 5 (secara
Pengaturan tujuan saling menguntungkan
konsisten menunjukkan).
1. Identifikasi bersama pasien
5. Mencegah kebiasaan yang potensial
mengenai tujuan dari perawatan.
meningkatkan penyakit skor 5 (secara
2. Jelaskan kepada pasien bahwa
konsisten menunjukkan).
hannya satu tingkah laku yang perlu
6. Berpartisipasi dalam pengambilan
di modifikasi pada suatu waktu
keputusan kesehatan skor 5 (secara konsisten
tertentu.
menunjukkan).
3. Bantu pasien mengembangkan
Kontrol gejala
rencana untuk mencapai tujuan.
1. Memantau munculnya gejala 5 (secara 4. Evaluasi kembali tujuan dan
konsisten menunjukkan). rencana dengan cara yang tepat ;
2. Memantau lama bertahannya gejala 5
Peningkatan efakuasi diri.
(secara konsisten menunjukkan). 5. Eksplorasi persepsi individu
3. Memantau keparahan gejala 5 (secara
mengenai kemampuannya untuk
konsisten menunjukkan).
melaksanakan perilaku-perilaku
4. Memantau frekuensi gejala melakukan
yang diinginkan.
tindakan-tindakan pencegahan 5 (secara
6. Identifikasi hambatan untuk
konsisten menunjukkan).
merubah perilaku, bantu individu
5. Memantau variasi gejala 5 (secara
untuk berkomitmen terhadap
konsisten menunjukkan).
rencana tindakan untuk merubah
Manajemen diri : Asma
perilaku.
1. Menggambarkan faktor penyebab 5 (secara
7. Siapkan individu mengenai
konsisten menunjukkan).
kondisi fisik dan emosi yang
2. Mengenali pemicu asma 5 (secara
mungkin akan dialami selama
konsisten menunjukkan).
3. Menginisiasi tindakan untuk mencegah berusaha untuk melakukan perilaku
pemicu pribadi 5 (secara konsisten baru.
menunjukkan). Peningkatan efikasi diri
4. Menyerahkan asma akut pada orang 1. Berikan informasi mengenai
relavan 5 (secara konsisten menunjukkan). perilaku yang diinginkan
5. Menyerahkan perencanaan kegawatan pada 2. Eksplorasi persepsi individu
orang yang relavan 5 (secara konsisten mengenai kemampuannya untuk
menunjukkan). melaksanakan perilaku yang
6. Mengikuti perencanaan kegawatan untuk diinginkan.
serangan akut 5 (secara konsisten 3. Eksplorasi persepsi individu
menunjukkan). mengenai keuntungan
7. Menyesuaikan kehidupan rutin untuk melaksanakan perilaku-perilaku
mengoptimalkan kesehatan 5 (secara konsisten yang diinginkan.
menunjukkan). 4. Identifikasi persepsi induvidu
8. Melakukan modifikasi lingkungan yang mengenai resiko tidak
tepat 5 (secara konsisten menunjukkan). melaksanakan perilaku-perilaku
9. Menggunakan buku harian untuk yang diinginkan.
memantau gejala dari waktu ke waktu 5 (secara 5. Identifikasi hambatan untuk
konsisten menunjukkan). merubah perilaku.
10. Berpartisipasi dalam aktivitas sesuai usia 5 6. Bantu individu untuk
(secara konsisten menunjukkan). berkomitmen terhadap rencana
38

11. Tidur nyenyak sepanjang malam tampa tindakan untuk merubah perilaku.
bantuk atau wheezing 5 (secara konsisten 7. Siapkan individu mengenai
menunjukkan). kondisi fisik dan emosi yang
12. Mempertahankan akses pengobatan 5 mungkin akan dialami selama
(secara konsisten menunjukkan). berusaha untuk melakukan perilaku
baru
Bantuan modifikasi diri
1. Puji alasan klien untuk berubah,
bantu pasien untuk mengidentifikasi
tujuan spesifik untuk berubah,
identifikasi bersama pasien
mengenai strategi paling efektif
terkait dengan perubahan perilaku.
2. Jelaskan kepada pasien
mengenai pentingnya monitor diri
dalam berusaha untuk merubah
perilaku.
3. Intruksi pasien bagaimana secara
berangsur merubah penguatan yang
terus menrus kepada penguatan
yang hanya sesekali.
4. Bantu pasien umengevaluasi
perkembangan dengan
membandingkan catatan perilaku
sebelumnya dengan catatan perilaku
saat ini.

2.3.4 Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,

perawat mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu

melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan

kesehatan dirumah
Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, yaitu :
1. Tahap 1 : persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
a. Kontrak dengan keluarga ( kapan dilaksanakan, berapa lama

waktunya, materi yang akan didiskusikan, siapa yang melaksanakan,

anggota keluarga yang perlu mendapatkan informasi).


b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
c. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
d. Mengindentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
39

Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan

secara fisik dan psikis pada saat implemantasi.

2. Tahap 2 : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung

jawab perawat secara professional adalah :


a. Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan

kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan

lainnya.
Lingkup tindakan independent ini adalah :
1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan

dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.


2) Merumuskan diagnosa keperawatan.
3) Mengindentifikasi tindakan keperawatan.
4) Melaksanakan rencana pengukuran.
5) Merujuk kepada tenaga kesehatan lain.
6) Mengevaluasi respon klien.
7) Partisipasi dengan konsumen atau tenaga kesehatan lainnya dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Tipen tindakan independent keperawatan dapat dikatagorikan menjadi 4, yaitu :

1) Tindakan diagnostik
a) Wawancara dengan klien.
b) Observasi dan pemeriksaan fisik
c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, misalnya (Hb)

dan membaca hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.


2) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah mengurangi dan mengatasi masalah klien.
3) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan

pendidikan kesehatan kepada klien.


4) Tindakan merujuk
5) Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
b. Interdependent
40

Yaitu suatu kegiatan yang memerluka suatu kerja sama dengan tenaga

kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter

yang lainnya.
c. Dependent
Yaitu pelaksanaan rencaa tindakan medis. Misalnya dokter menuliskan

“perawatan kolostomy”. Tindakan keperawatan adalah mendefinisikan

perawatan kolostomi berdasarkan kebutuhan individu dari klien.


3. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang

lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan (Setiadi,

2008).
A. Contoh format pelaksanaan tindakan keperawatan
Tabel 2.7 Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa/ Tanggal/Pukul Tindakan Paraf
masalah Kolaboratif

1. Nomor Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaborasi


Tuliskan nomor diagnosa keperawatan/masalah kolaboratif sesuai dengan

masalah yang sudah teridentifikasi dalam format diagnosis keperawatan.


2. Tanggal/jam
3. Tuliskan tanggal, bulan, tahun, dan jam pelaksanaan tindakan

keperawatan.
4. Tindakan
a. Tuliskan nomor urut tindakan
b. Tindakan dituliskan yang dilakukan beserta hasil/respon pasien

dengan jelas
c. Jangan lupa menuliskan nama/jenis obat, dosis, cara memberikan,

dan instruksi medis yang lain dengan jelas.


d. Jangan menuliskan istilah sering, kecil, besar, atau istilah lain yang

dapat menimbulkan persepsi yang berbeda atau masih menimbulkan

pertanyaan. Contoh: “memberikan makan lebih sering dari biasanya”.


41

Lebih baik tuliskan pada jam berapa saja memberikan makan dan

dalam berapa porsi makanan diberikan.


e. Untuk tindakan pendidikan kesehatan, tuliskan “melakukan penkes

tentang….., laporan penkess terlampir


f. Bila penkes dilakukan secara singkat, tuliskan tindakan dan respon

pasien setelah penkes dengan jelas.


5. Paraf
Tuliskan paraf dan nama terang.
2.3.5 Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tenntang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemamuan keluarga

dalam mencapai tujuan.


Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
1. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan

perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga.

Format yang dipakai adalah format SOAP (Setiadi, 2008).


a. Komponen SOAP/SOAPIER
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan

klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER. Penggunaanya

tergantung dari kebijakan setempat. Pengertian SOAPIER adalah sebagai

berikut ;
1) S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan.


2) O : Data Objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi

perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan.


3) Analisis
42

Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan

suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga

dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan

status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data

subjektif dan objektif.


4) P : Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang

telah ditentukan sebelumnya. Tindakan yang telah menunjukkan hasil

yang memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang pada umunya

dihentikan. Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah tindakan yang masih

kompeten untuk menyelesaikan masalah klien dan membutuhkan waktu

untuk mencapai keberhasilanya. Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah

tindakan yang dirasa dapat membantu menyelesaikan masalah klien,

tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya atau mempunyai alternatif pilihan

yang lain yang diduga dapat membantu mempercepat proses

penyembuhan. Sedangkan, rencana tindakan yang baru/sebelumnya tidak

dapat ditentukan bila timbul masalah baru atau rencana tindakan yang

ada sudah tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada.
5) I : Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan

intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan).

Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.


6) E : Evaluasi
Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
7) R : Reassesment
Reassessment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap

perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana


43

tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan (Rohmah,

2014).
2. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan

yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua

tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data,

masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.


a. Metode Evaluasi
Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah :
1) Observasi langsung
2) Wawancara
3) Memeriksa laporan
4) Latihan stimulasi
b. Mengukur pencapaian keluarga
Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi :
1) Kognitif
Lingkup evaluasi kognitif adalah :
a) Pengetahuan keluarga mengenai penyakitnya.
b) Mengontrol gejala-gejalanya.
c) Pengobatan.
d) Diet, aktivitas, persediaan alat-alat.
e) Risiko komplikasi.
f)Gejala yang harus dilaporkan.
g) Pencegahan.

Informasi ini dapat diperoleh dengan cara :

a) Interview , dengan cara :


1) Menanyakan kepada keluarga untuk mengingat beberapa

fakta yang sudah diajarkan.


2) Menanyakan kepada keluarga untuk menyatakan informasi

yang spesifik dengan kata-kata keluarga sendiri (pendapat

keluarga sendiri).
3) Mengajak keluarga pada situasi hipotesa dan tanyakan

tindakan yang tepat terhadap apa yang ditanyakan.


b) Kertas dan pensil
Perawat menggunakan kertas dan pensil untuk mengevaluasi

pengetahuan keluarga terhadap hal-hal yang telah diajarkan.


c) Afektif
44

Dengan cara observasi langsung, yaitu dengan cara observasi wajah,

postur tubuh, nada suara, isi pesan verbal pada waktu melkukan

wawanncara
d) Psikomotor
Dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai dengan

yang diharapkan.
c. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi
Ada tiga kemungkinan pada tahap ini, yaitu :
1) Keluarga telah mecapai hasil yang ditentukan dalam tujuan,

sehingga rencana mungkin dihentikan.


2) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan,

sehingga perlu penambahan waktu, reseources, intervensi sebelum tujuan

berhasil.
3) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan,

sehingga perlu :
a) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat.
b) Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama

tidak realistis atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhada

tujuan yang disusun oleh perawat.


c) Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal

ketepatan untuk mencapai tujuan sebelumnya (Setiadi, 2008).


Tabel 2.8 Format Evaluasi
Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Catatan Perkembangan Paraf

3. Pedoman pengisian format evaluasi atau catatan perkembangan


a. Masalah Keperawatan/Masalah Kolaboratif
Tulislah masalah keperawatan/masalah kolaboratif (hanya problem

saja).
b. Tanggal atau Jam
Tulislah tanggal, bulan, tahun, dan jam waktu evaluasi dilakukan.
c. Catatan Perkembangan (Menggunakan SOAP)
1) Tulislah data perkembangan yang diperoleh dari catatan

tindakan keperawatan.
45

2) Tulislah data dalam kelompok data subjektif dan objektif

(S-O).
3) Tulislah data perkembangan hanya data yang bersesuaian

dengan kriteria hasil, jadi jangan menuliskan data yang tidak

perlu atau meniadakan data yang diperlukan.


4) Tulislah masalah keperawatan/kondisi masalah

keperawatan dalam analisis (A) untuk evaluasi proses. Contoh :

nyeriakut/nyeri akut berlanjut/nyeri akut masiht erjadi.


5) Tulislah dalam analisis (A) tujuan teratasi, teratasi

sebagian, tidak teratasi untuk evaluasi hasil.


6) Bila ditemukan masalah yang baru, tuliskan masalah dalam

bentuk diagnosis keperawatan dengan formulasi yang tepat.


7) Tulislah dalam perencanaan (P) nomor dari rencana

tindakan keperawatan untuk rencana tindakan yang dikehendaki

untuk dilanjutkan/dipertahankan atau dihentikan.


8) Tulislah rencana tindakan baru bila dikehendaki

sebagaimana teknik penulisan rencana tindakan.


9) Bila menggunakan SOAPIE/SOAPIER, tulislah

pelaksanaan tindakan dalam item I/implementasi dan respons

klien dituliskan dalam item E/evaluasi, kemudian tentukan

rencana berikutnya pada item R/reassessment.


d. Paraf
Tulislah paraf dan nama terang (Rohmah, 2014).
46

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus dalam karya tulis ini adalah studi untuk mengeksplorasi

masalah asuhan keperawatan keluarga pada klien yang mengalami Asma

Bronkhial dengan masalah keperawatan Ketidaefektifan manajemen kesehatan di

Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan keluarga

pada klien yang mengalami Asma Bronkhial dengan masalah keperawatan

Ketidaefektifan manajemen kesehatan di Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan

Kabupaten Bondowoso.

3.3 Lokasi dan Waktu

Pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan keluarga pada klien

yang mengalami Asma Bronkhial dengan masalah keperawatan Ketidaefektifan

manajemen kesehatan di Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten

Bondowoso selama 1 minggu.

3.4 Subyek penelitian

Partisipan dalam penyusunan studi kasus ini adalah satu keluarga dengan

diagnosa medis Asma Bronkhial dengan masalah keperawatan Ketidaefektifan


47

manajemen kesehatan di Desa Kalianyar Kecamatan Tamanan Kabupaten

Bondowoso.

3.5 Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan antara lain:

1. Wawancara (hasil anamnese berisi tentang identitas klien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga, dan lain-lain). Sumber data dari keluarga.


2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien.


3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik

dan data lain yang relevan).

3.6 Uji Keberhasilan Data

Uji keberhasilan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Disamping integritas peneliti uji keabsahan data dilakukan yaitu dengan:

1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan.


2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti.

3.7 Analisa Data


48

Analisa data dilakukan peneliti dilapangan sewaktu pengumpulan data

sampai semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil intrepretasi wawancara

mendalam yang akan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik

analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya di intrepretasikan dan dibandingkan teori

yang ada sebagai bahan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam

analisis sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi dan

dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian di salin

dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur)

2. Mereduksi data
Data dari hasil WOD (wawancara, observasi dan dokumentasi)

terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan dalam satu bentuk transkrip

dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan

hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.


3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, dan

teks naratif. Kerahasiaan klien dijaga dengan menyamarkan identitas dari klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara induksi. Data yang dikumpilkan

terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.


49

3.8 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasar dalam penyusunan studi kasus terdiri

dari:

1. Informed consent (persetujuan menjadi klien)


Lembar persetujuan yang diberikan responden yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria inkulasi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.


3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2015. Nursing Interventions Classifications (NIC).


Missouri: Mosby Elsevier.

Brunner dan Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Digiulio,Mary dkk. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


Publishing.
50

Friedman M, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Ed 5. Jakarta. EGC.

Herdman, T.Heather, dkk. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Moorhed, (et al). 2015. Nursing Outcomes Classifications (NOC). Missouri:


Mosby Elsevier.

Muslihah. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Huda, Amin dan Hardhi Kusuma 2015. Klasifikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan nanda Noc-Nic. Jakarta: Midi Action.

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Riyadi, Sujoyono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Pustaka


Pelajar.

Tambayong, Jan. 2010. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Rianda, Awaludin. 2017. Hubungan Riwayat Apotik pada Orang Tua Dengan
Angka Kejadian Asma Bronkial. (diakses pada tanggal 1-April-2018 pukul
13:07).

Wahid, Abd dan Imam Suprapto.2013. Asuhan Keperawatan pada Gangguan


Sistem Respirasi. Jakarta: TIM

You might also like