Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum Paku (Pterydophyta)
Laporan Praktikum Paku (Pterydophyta)
Laporan Praktikum Paku (Pterydophyta)
BIOSISTIMATIKA TUMBUHAN
PAKU
(Pterydophyta)
DISUSUN OLEH:
ISHAK LEKATOMPESSY
KELOMPOK 3
2014-76-039
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Biosistimatika Tumbuhan
dengan tepat waktu dengan judul “PAKU ( Pterydophyta)”.
Mendasarinya, penulis tahu pasti bahwa selama praktikum dan pembuatan laporan,
penulis dilanda banyak permasalahan yang mana tidak dapat diselesaikan sendiri.Dengan
demikian maka penulis mendapat banyak bantuan. Untuk itu, penulis ingin menghaturkan terima
kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu saat praktikum.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca semoga kita semua diberi
kekuatan dan ketabahan dalam menjalani hidup dan semoga pembaca sekalian dapat
memberikan sumbangsih pikiran melalui saran ataupun kritik yang membangun.Agar
kedepannya bisa menjadi pembelajaran bagi penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
1.3. Manfaat Praktikum
BAB 2. METODE PRAKTIKUM
2.1. Alat
2.2. Bahan
2.3. Prosedur Kerja
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Tumbuhan paku adalah sekelompok tumbuhan dengan system pembuluh sejati ( Tracheophyta,
memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis ). Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian
dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering ( gurun). Total spesies yang diketahui
hamper 10.000 spesies, dengan perkiraan 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Sebagian
besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Paku-pakuan
cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, sperti lantai hutan yang lembab, tebing
perbukitan, merayap pada batang pohon atau batuan, didalam kolam/danau, daerah sekitar kawah
vulkanik, serta sela-sela bangunan yang tidak terawatt. Meskipun demikian, ketersediaan air
yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap hidupnya
bergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel sperma menuju sel telur.
Tumbuhan paku-pakuan mempunyai anggota kurang lebih 9000 jenis. Tumbuhan paku sudah
mempunyai akar, batang dan daun sehingga disebut Kormofita. Tumbuhan paku-pakuan setapak
lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan lumut.
Pada batang sudah terdapat jaringan pengangkut xilem dan floem yang teratur bertipe
kolateral
Ukuran tubuh makroskopis, ada yang tingginya sampai 20 meter
Cara hidupnya secara saprofit, epifit dan hidup di atas tanah atau air
Habitatnya kosmopolit, terdapat di mana-mana
Ciri morfologis yang tampak adalah ujung daun yang masih muda menggulung, daun
berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi makrofil (besar) dan mikrofil (kecil) serta dibedakan
berdasarkan fungsi, menjadi tropofil (fotosintesis) dan sporofil (penghasil spora). Spora yang
dihasilkan berkumpul dalam satu wadah di kotak spora yang disebut sporangium. Kumpulan
kota spora yang berada di sepanjang tepi dasun sporofil disebut sorus yang dilindungi insidium
Seperti halnya tumbuhan lumut, tanaman ini dalam reproduksinya mengalami metagenesis,
turunan gametofit dan sporofitnya bergantian. Sporofit bersifat outotrof merupakan tumbuhan
yang sempurna sehingga mempunyai umur yang relatif panjang dibandingkan dengan
gametofitnya. Generasi gametofit berupa protalium yang merupakan tumbuhan tidak sempurna
walaupun bersifat outotrof karena itu usianya relatif pendek Tumbuhan paku-pakuan dapat
tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembab dan ada beberapa jenis paku-pakuan yang
dapat hidup di dalam air. Embrio berkutub dua (bipolar) sedangkan htumbuhan paku berkutub
satu (monopolar)
METODE PENELITIAN
Alat :
Bahan :
a. Sampel paku-pakuan
b. Kertas label
c. Palstik sampel
d. Selotip
e. Gunting
3.1 Hasil
Klasifikasi
Dryopteris filix-mas
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : polypodiales
Family : Dryopteridaceae
Genus : Dryopteris
Spesies : Dryopteris filix-mas
Deskripsi
Dryopteris filix-mas (common FernFern atau Male) adalah salah satu pakis yang paling umum
dari belahan bumi utara sedang, terjadi di sebagian besar Eropa, Asia, dan Amerika Utara.
Setengah hijau daun memiliki kebiasaan tegak dan mencapai panjang maksimum 1,5 m, dengan
mahkota tunggal pada batang bawah masing-masing. Daun bipinnate terdiri dari 20-35 pinnae
pada setiap sisi dari malai. Daun lancip pada kedua ujungnya, dengan pinnae basal sekitar
setengah panjang pinnae tengah. Para pinules agak tumpul dan sama-sama lobed di sekitar.
Batang ditutupi dengan oranye-coklat skala. Di permukaan abaxial dari pisau matang 5 sampai 6
sori berkembang dalam dua baris. Ketika spora matang pada bulan Agustus hingga November,
indusium mulai mengerut, menyebabkan pelepasan spora.Jenis ini hybridises mudah dengan
Dryopteris affinis (Scaly Fern Laki-laki) dan Dryopteris oreades (Mountain Pria Fern).
Habitat
D. filix-mas tumbuh di tempat berlempung atau berpasir, sub-tanah di kanopi dari campuran,
pohon gugur. Kebanyakan situs berada di sisi sungai kecil-lembah di ketinggian antara 120 dan
165 juta dan di hutan lebih dari 150 tahun.
Daunnya (Frond): 120 cm tinggi 25 cm dengan lebar daun, monomorfik, tegak untuk
agak melengkung rasio, pisau / Stipe: 2:01-3:01.Stipe: beralur, jerami-coklat, sisik pucat
coklat, bundel vaskuler: 5 atau 7 dalam pola berbentuk c.Blade: menyirip-pinnatifid,
hampir 2-menyirip, jarang lebih, bulat telur-lanset, terluas di herba, menengah agak
kasar, pertengahan, sisik hijau tipis di sepanjang malai hijau.Pinnae: 16 sampai 24
pasangan, lanset, lurus ke atas sedikit melengkung; basal pinnae bulat telur-lanset,
banyak dikurangi; pinnules pinnules basal ± panjang yang sama dengan pinnules
berdekatan, pinnule rendah basal dan pinnule atas dasar sama, melekat pada costa
sepanjang dasar ; costae beralur di atas, terus menerus dari malai untuk costae; margin
bergerigi; urat bebas, bercabang.
Tangkai daun: Kurang dari ¼ panjang pisau; ScaleY terutama di pangkalan; sisik coklat,
dan tersebar dari dua jenis satu yang luas, satu filamen.MenggunakanRimpang pakis Pria
memiliki tindakan beracun kuat pada cacing pita, yang membunuh dan mengusir. Dalam
dosis besar itu adalah racun iritan.
Sori: Bulat, dalam 1 baris antara pelepah dan margin, pada bagian atas daun palem itu,
indusium: reniform, hijau pucat pada awalnya, kemudian keputihan, lalu kelam abu-abu,
coklat kemudian berkarat, kemudian mengerut, pada sinus, sporangia: hitam atau coklat
gelap.
Helaian daun (Blade): Menyirip-pinnatifid, hampir 2-menyirip, jarang lebih, bulat telur-
lanset, terluas di herba, menengah agak kasar, pertengahan, sisik hijau tipis di sepanjang
malai hijau.
Pinnae : 16 sampai 24 pasangan, lanset, lurus ke atas sedikit melengkung; basal pinnae
bulat telur-lanset, banyak dikurangi; pinnules pinnules basal ± panjang yang sama dengan
pinnules berdekatan, pinnule rendah basal dan pinnule atas dasar sama, melekat pada
costa sepanjang dasar ; costae beralur di atas, terus menerus dari malai untuk costae;
margin bergerigi; urat bebas, bercabang.
Tumbuhan paku dapat bereproduksi secara vegetatif dengan rizom. Rizom tumbuh menjalar ke
segala arah, dan tumbuhan-tumbuhan paku muda tumbuh darinya membentuk koloni-koloni
tumbuhan paku.
Generasi Sporofit
Generasi sporofit atau tumbuhan penghasil spora adalah tumbuhan paku itu sendiri. Jadi,
tumbuhan paku yang biasa kita lihat itu adalah tumbuhan paku dalam fase sporofit. Sporofit paku
dapat bereproduksi secara vegetatif dengan membentuk tunas (sudah dijelaskan tadi). Sporofit
paku juga dapat menghasilkan spora. Spora yang dihasilkan tumbuhan paku disimpan dalam
sporangium. Sporangium suatu saat akan pecah mengeluarkan spora. Spora akan tersebar
mengikuti angin. Jika spora jatuh di tempat yang lembap, spora akan tumbuh menjadi tumbuhan
baru berukuran sangat kecil berbentuk hati, dikenal sebagai protalium.
Generasi Gametofit
Generasi gametofit atau tumbuhan penghasil gamet adalah tumbuhan yang dikenal dengan nama
protalium. Protalium yang merupakan sejenis talus itu berukuran kira-kira 1-2 cm, meski ada
juga yang berukuran mikroskopis. Protalium biasanya tumbuh di permukaan tanah lembap, di
atas batu bata, di tebing sungai, dan di tempat lembap lainnya. Gametofit paku hanya berumur
maksimal beberapa minggu. Bandingkan dengan tumbuhan paku yang dapat hidup bertahun-
tahun. Protalium membentuk anteridium sebagai alat kelamin jantan dan arkegeonium sebagai
alat kelamin betina. Anteridium menghasilkan sperma dan arkegonium menghasilkan ovum.
Fertilisasi sperma dan ovum akan menghasilkan zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio
dan memperlihatkan dua kutub pertumbuhan. Satu kutub tumbuh ke atas membentuk daun dan
batang, sementara kutub yang lain tumbuh ke bawah membentuk akar. Pada perkembangan
selanjutnya, kutub yang mengarah ke bawah berhenti berkembang (hanya kutub ke atas yang
berkembang) sehingga tumbuhan paku disebut tumbuhan berkutub satu. Selanjutnya tumbuhan
paku yang dewasa berkembang.
Ditinjau dari jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dikelompokkan menjadi tumbuhan
paku homospora, heterospora, dan tumbuhan paku peralihan.
Manfaat
Akar digunakan, sampai beberapa kali, sebagai obat cacing untuk mengusir cacing pita, tetapi
telah diganti dengan obat yang kurang beracun dan lebih efektif. Aktivitas anthelmintik telah
diklaim akibat asam flavaspidic, turunan phloroglucinol. Tanaman ini kadang-kadang disebut
dalam sastra kuno sebagai Worm Fern. Hal ini juga ditanam sebagai pakis hias di kebun.
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum kali ini yaitu jenis paku-pakuan yang
ditemukan pada lokasi praktikum ( Fakultas Kedokteran, Unpatti ) ini jenis paku yaitu paku yang
masuk dalam kelas pteridopsida. Paku dengan nama ilmiah Dryopteris filix-mas ini ditemukan
pada permukaan tanah , memiliki warna hijau dengan memiliki struktur daun yang majemuk (
memiliki ibu tulang daun dan anak-anak daun). Yang memilki bentuk bergerigi disekitar daun-
daunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Campbell and Reece Edisi Kedelapan, Jilid 2,penerbit Erlangga, Jakarta, Indonesia