Perancangan Sign System

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

11

BAB II

KAJIAN DATA PERANCANGAN

A. Kajian Terdahulu

Mengkaji perancangan terdahulu dengan pembahasan yang sama

dilakukan agar dapat menjadi bahan referensi terhadap perancangan yang sedang

dilakukan. Fronika, Affirudin, dan Daniar (2015), menggunakan metode

perncangan dengan pendekatan kualitatif dalam pengumpulan data. Pengumpulan

data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi pustaka. Data tersebut

kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis SWOT sehingga dapat

memperkuat perancangan sign system untuk wisata The Fountain Waterpark and

Resto Ungaran. Perancangan dibuat karena permasalahan pengunjung dalam

mengetahui lokasi dari wisata The Fountain Waterpark and Resto Ungaran. Hasil

dari penelitian diwujudkan dalam desain akhir/final yaitu penunjuk arah mulai

dari pintu masuk menuju tempat-tempat yang sudah menjadi fasilitas serta

wahana yang sudah disediakan oleh pihak pengelola yang dapat dikunjungi oleh

pengunjung, serta membuat infografis dan peta mengenai lokasi wisata tersebut.

Visualisasi penempatan sign ditunjukkan dalam pengaplikasian desain pada foto

lokasi asli di tempat wisata The Fountain Waterpark and Resto Ungaran.

Perancangan selanjutnya yang menjadi bahan komparasi dan referensi

adalah milik Dina dan Dwija (2014), membahas tentang perancangan ulang sign

system di stasiun kereta Kiaracondong Bandung. Perancangan ditujukan untuk

10
12

meningkatkan persepsi pengunjung serta sebagai penyampai pesan kepada

pengunjung. Perancangan ini menggunakan metode kualitatif agar dapat langsung

berinteraksi dengan pengelola stasiun Kiaracondong Bandung, pendekatan

metode kualitatif digunakan sebagai dasar penyusunan. Hasil dari penelitian dan

pembahasan diwujudkan dalam desain final yaitu Identificational Signs,

Directional Signs, Warning Signs, Regulatory dan Prohibition Signs, Operational

Signs, Interpretative Signs.

B. Teori Utama

1. Sign System

Sign (dalam bahasa Indonesia berarti tanda) adalah bentuk komunikasi

yang dapat berbentuk verbal dan visual. Keberadaan tanda menjadi suatu

kepentingan bagi masyarakat karena dapat menyampaikan informasi akan

sesuatu. Sign system merupakan salah satu esensial dari Environmental Graphic

Design (EGD). Menurut Tinarbuko (2008:12), sign system adalah rangkaian

representasi visual dan simbol grafik yang bertujuan sebagai media interaksi

manusia dengan ruang publik. Dalam pengertian lainnya, sign system juga

sebagai petunjuk bagi mereka yang membutuhkannya. Sign system harus

mempunyai fungsi yang jelas dan efisien. Sign system dibagi menjadi empat jenis

utama yaitu traffic sign, wayfinding, commercial sign, dan safety sign yang akan

dijabarkan sebagai berikut:


13

1) Traffic Sign

Traffic sign merupakan sign system yang biasa digunakan atau di

tempatkan di jalan umum. Tujuan dari traffic sign adalah sebagai petunjuk arah,

tempat, jalan, dan rute. Traffic sign biasanya memiliki ukuran yang besar,karena

traffic sign harus mampu terlihat ketika kita dalam posisi berkecepatan tinggi.

Gambar 2.1 Contoh Traffic Sign (Sumber : kuyahejo.com)

2) Wayfinding

Secara definisi wayfinding adalah kemampuan untuk menemukan jalan

menuju suatu lokasi. Wayfinding memiliki fungsi untuk menginformasikan

seseorang mengenai ruang lingkungan sekelilingnya yang belum mereka ketahui.

Sangatlah penting untuk memberikan informasi mengenai suatu ruang

lingkungan untuk menunjukan arah tujuan yang benar. Wayfinding biasanya di

tempatkan di dalam gedung, bangunan atau area publik yang digunakan untuk

pemandu arah dan berbagai fasilitas yang ada bagi orang yang sedang berada di

dalamnya.
14

Gambar 2.2 Contoh Wayfinding (Sumber : signcraft.com.au)

3) Commercial Sign

Commercial sign merupakan sign yang biasa digunakan oleh suatu

perusahaan/toko untuk mengkomersialkan usahanya atau memberikan tanda

dengan nama perusahaan/tokonya. Berikut contoh dari commercial sign:

Gambar 2.3 Contoh Commercial Sign (Sumber : epochtimes.id)


15

4) Safety Sign

Safety sign merupakan sign untuk penunjuk keselamatan. Biasanya

digunakan pada area konstruksi gedung, beberapa ruas jalan yang berbahaya, dan

beberapa tempat yang memiliki tingkat bahaya keselamat tinggi. Pentingnya

penggunaan safety sign juga tertera pada Undang-Undang No. 1 tahun 1970

(Undang-Undang Keselamatan Kerja), yang berbunyi “Memasang dalam tempat

kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan

semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan

terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.”

Gambar 2.4 Contoh Safety Sign (Sumber : indiamart.com)

2. Fungsi Sign System

3. Environmental Graphic Design (EGD)


16

Environmental Graphic Design merupakan istilah untuk segala bentuk

elemen grafis yang ada di lingkungan dan mencakup banyak ilmu desain seperti

desain grafis, arsitektur, desain interior, landscape, dan desain industri.

Termasuk di dalamnya berupa papan pengumuman, tanda-tanda petunjuk arah,

plat nama pada sebuah bangunan, sebuah ornament grafis pada bangunan,

maupun segala bentuk grafis dan tulisan pada objek dua dimensi maupun tiga

dimensi.

Environmental Graphic Design atau Grafis Lingkungan merupakan

istilah yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “graphic” yang berarti presentasi

visual pada sebuah permukaan seperti dinding, kanvas, layar komputer, kertas,

atau batu bertujuan untuk memberi tanda, informasi, ilustrasi, atau untuk hiburan.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ‘grafis’

diartikan menjadi dua arti yaitu “1) bersifat graf; bersifat huruf; dilambangkan

dengan huruf; 2) bersifat matematika, statistika, dan sebagainya dalam wujud

titik-titik, garis-garis, atau bidang-bidang yang secara visual dapat menjelaskan

hubungan yang ingin disajikan secara terbaik; tentang penyajian hasil

penghitungan; bersifat grafik”. Kata “lingkungan” sendiri diartikan sebagai

kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti

tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah

maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia

seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar

manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Dalam Kamus


17

Besar Bahasa Indonesia kata “lingkungan” memiliki arti yaitu “1) daerah

(kawasan dan sebagainya) yang termasuk di dalamnya; 2) bagian wilayah dalam

kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa; 3)

golongan; kalangan: ia berasal dari ~ bangsawan; 4) semua yang mempengaruhi

pertumbuhan manusia atau hewan: kita harus mencegah pencemaran ~”.

Dalam konteks sejarah, Grafis Lingkungan sudah mulai muncul

bersamaan dengan kemunculan dari seni itu sendiri seperti saat orang-orang gua

yang bercerita melalui lukisan di dinding gua mereka. Menurut sebuah komunitas

resmi para desainer grafis lingkungan Society Environmental Graphic Design

(SEGD) “Environmental Graphic Design embraces many design disciplines

including graphic, architectural, interior, landscape, and industrial design, all

concerned with the visual aspects of wayfinding, communicating identity and

information, and shaping the idea of creating experiences that connect people to

place”. (Sumber : segd.org, diakses pada 15 Maret 2018)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Grafis

lingkungan adalah upaya untuk mendesain dan mengorganisir suatu lingkungan

agar lebih layak ditempati, melalui serangkaian tanda dan simbol yang dapat

dimengerti dan dipahami oleh masyarakat luas tanpa menimbulkan keresahan.

Faktanya masih begitu banyak kekacauan yang muncul sebagai hasilnya.

Kesamaan dan kesesuaian dengan bangunan tidak menjamin keharmonisan

dengan lingkungan. Maka dari itu Grafis Lingkungan harus memperhatikan

lingkungan alam, kebutuhan manusia, dan lingkungan sekitar agar dapat

menciptakan lingkungan yang harmonis.


18

4. Ruang Lingkup Environmental Graphic Design

Dalam merancang EGD perlu dilakukannya analisis terlebih dahulu agar

desain yang dirancang tidak hanya menarik secara visual, namun juga tepat

sasaran. Analisis yang dilakukan berhubungan dengan manfaat serta ‘sign’

seperti apa yang dibutuhkan. Menurut Ardya (2008:23), ruang lingkup EGD

meliputi wayfinding system, signage, exhibition design, information graphic

design, pictogram, dan juga placemaking, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Wayfinding System

Secara definisi wayfinding adalah kemampuan untuk menemukan jalan

menuju suatu lokasi. Wayfinding memiliki fungsi untuk menginformasikan

seseorang mengenai ruang lingkungan sekelilingnya yang belum mereka ketahui.

Sangatlah penting untuk memberikan informasi mengenai suatu ruang

lingkungan untuk menunjukan arah tujuan yang benar. Pada dasarnya,

wayfinding tidak sama dengan signage. Karena dalam hal wayfinding, seseorang

harus memecahkan permasalahan arsitektur sekaligus ruang urban yang

mencakup dua hal penting: merencanakan tindakan, dan mengeksekusi rencana

tersebut.

Maksudnya, seseorang yang berada dalam lingkungan tidak dikenal

pertama-tama harus dapat mengidentifikasi posisinya saat itu, bagaimana tata

letak lingkungannya, dan bagaimana cara ia mencapai tujuannya, sebelum dapat

merumuskan rencana tindakannya. Setelah itu, bergantung pada kejelasan


19

petunjuk di sekitarnya, ia akan dapat mengeksekusi rencana tersebut. Di sinilah

signage baru berperan.

Karena ketika seseorang berada dalam suatu ruang lingkungan yang baru

atau berbeda maka hal ini diterjemahkan dan disimpan secara berbeda di dalam

memori otak manusia. Hal-hal seperti jarak, lokasi dan waktu akan diingat secara

berbeda dari realitas yang ada. Sistem wayfinding yang efektif harus berdasar

pada tingkah laku manusia dan memiliki karakteristik berikut ini:

 Jangan membuat audience berpikir terlalu lama.

 Buatlah suatu sistem komunikasi visual yang komprehensif, jelas dan

konsisten dengan pesan yang singkat.

 Hanya tunjukan yang perlu ditunjukan.

 Hanya tunjukan informasi yang relevan untuk jalur ruang, lokasi dan

navigasi.

 Hilangkan informasi berlebihan.

Seperti penjelasan diatas, agar sistem wayfinding tersebut mampu tampil

secara maksimal maka harus memahami betul tingkah laku manusia. Ketika

membuat suatu sistem wayfinding untuk sebuah area, struktur arsitektural suatu

bangunan menjadi penting untuk membangun skema strategis wayfinding. Maka

dari itu dapat menghasilkan sistem wayfinding yang dapat mengadaptasi

lingkungan bangunan dan ekspektasi manusia untuk orientasi dan tujuan

navigasi. Riset juga merupakan langkah penting untuk memahami lingkungan

suatu ruang dan mana yang butuh informasi lebih agar dapat memaksimalkan
20

sistem wayfinding. Wayfinding juga dibagi menjadi 4 jenis, Gibson (2009:48),

yaitu:

1. Identification Sign

Identification sign adalah sign yang berfungsi untuk menandakan atau

mengidentifikasi tempat-tempat atau lokasi tertentu seperti toilet, kantor,

loket, dan tempat-tempat lainnya. Berikut contoh dari identification sign:

Gambar 2.5 Contoh Identification Sign (Sumber : pinterest.com)

2. Directional Sign

Directional sign adalah sign yang berfungsi untuk memberikan

informasi arah pada sebuah tempat atau lokasi yang ingin dituju. Directional

sign atau yang sering disebut juga wayfinding ini ditempatkan diluar lokasi

yang dimaksud karena bertujuan untuk mengarahkan orang-orang pada tempat

tersebut. Biasanya directional sign berupa arah panah dan nama tempat yang

bersangkutan. Berikut contoh dari directional sign:


21

Gambar 2.6 Contoh Directional Sign (Sumber : stopsignsandmore.com)

3. Orientation Sign

Orientation sign berperan memberi informasi pada pengunjung tentang

lingkungan di sekitar dalam bentuk peta dan direktori yang komprehensif.

Desain orientation sign perlu berkoordinasi dengan identification dan

irectional sign dalam suatu sistem. Berikut contoh dari orientation sign:

Gambar 2.7 Contoh Orientation Sign (Sumber : ironsidefarrar.com)

4. Regulatory Sign

Regulatory Sign adalah tanda-tanda yang mengatur perilaku manusia

atau melarang kegiatan tertentu dalam lingkungan tersebut. Berikut contoh

dari regulatory sign:


22

Gambar 2.8 Contoh Regulatory Sign (Sumber : flickr.com)

2) Signage

Signage adalah suatu rancangan atau penggunaan lambang-lambang dan

simbol-simbol untuk mengkomunikasikan sebuah informasi kepada kelompok

audience tertentu. Signage biasanya digunakan untuk tujuan pemasaran dan jenis

promosi lainnya. Menurut Markarupa (2016), “Sebuah signage juga berarti

sekumpulan tanda atau lambang. Istilah signage tercatat mulai populer digunakan

antara tahun 1975 sampai 1980. Sign (bentuk tunggal dari signage) adalah segala

jenis tampilan grafis yang dirancang untuk menampilkan informasi kepada

seorang audience tertentu. Hal ini secara khusus juga termasuk informasi

penunjuk arah (wayfinding) yang diletakkan pada jalan, bagian dalam ataupun

luar bangunan.” (Sumber : marka-rupa.com, diakses pada 15 Maret 2018)

3) Exhibition Design

Menurut Society Environmental Graphic Design (SEGD), “Exhibition

design adalah proses penyampaian informasi melalui pengisahan cerita visual

dan lingkungan. Hal ini adalah proses multidisiplin yang integratif, yang juga

menggabungkan arsitektur, desain interior, desain grafis, desain experience dan

interaksi, multimedia dan teknologi, pencahayaan, audio, dan disiplin ilmu

lainnya untuk membuat narasi berlapis-lapis di sekitar tema atau topik.” (Sumber

: segd.org, diakses pada 15 Maret 2018)


23

Exhibition design mencakup berbagai aplikasi termasuk museum, pusat

pengunjung, taman peninggalan, tempat hiburan bertema, pameran dagang,

lingkungan perusahaan, eksposisi, dan toko ritel. Hal ini memanfaatkan ruang

fisik dan penceritaan visual untuk menciptakan lingkungan yang berkomunikasi.

Sekarang teknologi onboarding berkembang pesat di khalayak masyarakat,

exhibition design semakin didorong oleh media, sosial, dan demokratisasi.

Dengan konten yang dihasilkan tidak hanya oleh desainer dan kurator, tetapi juga

oleh pengguna itu sendiri. Berikut contoh dari exhibition design:

Gambar 2.9 Contoh Exhibition Design (Sumber : insta-group.com)

4) Information Graphic Design

Information graphic design berperan sebagai penyaji data bagi audience

dengan seefisien dan seefektif mungkin. Dengan begitu, audience dapat

mencerna informasi yang ditujukan dengan cepat dan mudah. Seringkali,

information graphic design bersifat visual karena ketergantungan seseorang pada

penglihatan. Elemen grafis pada information graphic design memiliki informasi

yang kompleks dan harus disampaikan secara singkat, padat dan jelas, namun

tidak membuat bingung para audience. Fungsi utama dari information graphic
24

design adalah memberikan informasi secara jelas pada audience agar dapat

menentukan pilihan yang terbaik. Berikut contoh dari information graphic

design:

Gambar 2.10 Contoh Information Graphic Design (Sumber : advisor.com)

5) Pictogram

Pictogram, atau pictograph adalah gambar yang mewakili gagasan, dan

disampaikan melalui perupaan bentuk fisik obyek aslinya. Beberapa rambu-

rambu lalu lintas, menggunakan pictogram sebagai 'bahasa'-nya. Menurut

Kentaro pada majalah "Highlighting Japan" Edisi Agustus 2017, berjudul “The

Future by Design”, “Pictogram adalah tanda panduan yang memungkinkan

untuk memandu pengunjung ke situs dan fasilitas secara visual tanpa bergantung

pada kata-kata”.
25

Sebagai simbol representasi yang sederhana, pictogram sering digunakan

oleh sebagian besar kebudayaan kontemporer. Pictogram juga bisa mentrasfer

bahasa dan mengkomunikasikan secara efektif kepada khalayak yang

mempunyai bahasa dan kebudayaan yang sama sekali berbeda. Itulah kenapa

rambu-rambu di jalan raya dan material bergambar lainnya diterapkan secara

global dan mempunyai standar tertentu sehingga mudah dikenali dan dipahami

oleh setiap orang. Beikut contoh dari pictogram:

Gambar 2.11 Contoh Pictogram (Sumber : findicons.com)

6) Placemaking

Placemaking adalah suatu strategi untuk menciptakan sebuah suasana

kepada audience yang menandakan bahwa tempat tersebut memiliki perbedaan

dan memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan tempat yang lain.

Placemaking lebih mengedepankan kombinasi dari fitur yang

ditampilkan,fungsi,sejarah,budaya,maupun potensi yang dimiliki oleh suatu

tempat sehingga terciptalah suatu citra yang unik dan menarik . Media ini
26

difungsikan untuk pendekatan kepada para audience juga dimaksudkan untuk

pengembangan dari suatu tempat.

Menurut Wyckoff (2014), “Placemaking is catching on as another way to

improve the quality of various places in a neighborhood, and by extension, the

community and region in which those places are located as well. However, the

myriad uses of the term are sometimes confusing and contradictory, and this

dilutes the value of the concept and undermines its utility in helping

neighborhoods and communities imagine and create a better future.”

Dalam pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa placemaking harus

mempunyai karakteristik yang menonjol, agar suatu lingkungan tersebut dapat

memiliki suatu hal yang dijadikan sebagai penanda atau ciri khas lingkungan

tersebut. Biasanya media ini menggunakan material, bentuk dan konten tertentu

untuk mengekspresikan keunikan dan bisa menginspirasi, sehingga secara tidak

langsung audience dapat langsung mengingat tempat yang dimaksud ketika

melihat media tersebut. Placemaking kerap digunakan untuk menarik perhatian

para audience. Berikut contoh dari placemaking:


27

Gambar 2.12 Contoh Placemaking (Sumber : oregonmetro.gov)

4. Elemen Environmental Graphic Design

EGD terbentuk dari beberapa elemen-elemen penting yang saling

melengkapi hingga menjadi satu kesatuan, dan dapat menunjang kualitas EGD

agar dapat memberikan sistem navigasi dan informasi yang baik. Elemen-elemen

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Unsur Kedalaman

EGD didesain untuk ditampilkan secara fisik di sebuah bangunan atau

tempat atau ruang publik. Mempunyai ketebalan dan kedalaman yang bisa dilihat

dari berbagai sisi. Tidak seperti media dua dimensi yang cukup dicetak di atas

kertas. EGD perlu dirakit atau dibuat di pabrikan, Ardya (2008:12-13).


28

2) Skala dan Ukuran

Ukuran berpengaruh terhadap unsur kejelasan dan visibility sebuah objek

terutama untuk penempatan di outdoor. Sign untuk indoor biasanya mempunyai

ukuran lebih kecil. Ukuran idealnya tidak merusak keindahan sebuah bangunan

atau mengganggu kenyamanan mata. Namun untuk beberapa kasus sign untuk

indoor lebih besar dari sign yang ditempatkan di outdoor.

3) Konteks

Penempatan sign atau produk dari EGD harus disesuaikan dengan

kebutuhan, faktor ergonomi, kenyamanan dan kesesuaiannya dengan lingkungan

sekitar seperti landscape background, arah datangnya cahaya matahari, jenis

material yang digunakan, arsitektur bangunan, dan faktor demografi.

4) Complexity

Projek, proses, dan elemen-elemen dari EGD punya tingkat kesulitan

yang cukup tinggi. Selain melibatkan kolaborasi antara desainer dan arsitek,

dasar-dasar pengetahuan tentang material atau bahan sangat diperlukan. Seperti

yang dijelaskan sebelumnya tentang EGD, mencakup banyak disiplin ilmu

seperti desain grafis, arsitektur, desain interior, landscape, dan desain industri.
29

5) Tipografi

Tidak dapat dipungkiri bahwa teks adalah bagian dari desain grafis yang

sangat penting. Oleh karena itu, untuk menguasai desain grafis, harus dipelajari

pula tipografi, yaitu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang huruf cetak,

Kusrianto (2009:190). Desain komunikasi visual tidak bisa lepas dari tipografi

sebagai unsur pendukungnya. Perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh

faktor budaya serta teknik pembuatan. Karakter tipografi yang ditimbulkan dari

bentuk hurufnya bisa dipersepsikan berbeda. Menurut Kusrianto (2009:202),

huruf diklasifikasikan sesuai anatominya menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Old Style

Huruf-huruf Old style diciptakan dalam periode tahun 1470 ketika

muncul huruf Venetian buatan seniman Venice, Aldin ciptaan Aldus Manutius

dari ltali, dan Caslon di Jerman. Periode Old style berakhir di akhir abad ke-16

dengan munculnya periode transisi berupa karya John Baskerville yang

menjembatani periode berikutnya.

2. Modern

Dimulai pada abad ke-18 ketika Giambastita Bodoni menciptakan

karya-karyanya yang kita kenal sebagai font Bodoni (dengan anggota

keluarganya yang cukup banyak) hingga sekarang. Periode itu cukup panjang

hingga abad ke-20 dan jumlah karya-karya typeface sudah semakin banyak.
30

3. Slab Serif

Kelompok huruf Slab Serif ditandai dengan bentuk serif yang tebal,

bahkan sangat tebal. Masa kemunculan jenis huruf itu bervariasi dan ikut

menandai kemunculan huruf-huruf yang berfungsi lebih tepat sebagai penarik

perhatian, yaitu sebagai Header.

4. Sans Serif

Sans serif adalah huruf tanpa serif (kait di ujung). Pertama kali jenis

huruf tersebut diciptakan olen William Caslon lV (teturunan William Caslon

pencipta font Caslon di era Old style) pada tanun 1816. Pada awal

kemunculannya, font jenis itu disebut Grotesque karena pada zaman itu

bentuk huruf tanpa serif itu dirasa aneh dan unik (grotesque artinya aneh).

Hingga kini, orang Inggris masih suka menyebut huruf tanpa serif dengan

istilah Grotesques.

6) Tingkat Ketahanan (Material)

Sebagai unsur penunjang bagi sebuah tempat atau bangunan, sign harus

mampu bertahan dalam jangka waktu cukup lama dan tahan di segala kondisi

cuaca. Kelembaban, hujan dan cahaya matahari adalah faktor-faktor yang harus

diperhitungkan.
31

7) Warna

Warna adalah hal yang pertama dilihat oleh seseorang (terutama warna

background). Warna akan membuat kesan atau mood untuk keseluruhan

gambar/gralis. Warna merupakan unsur penting dalam grafis karena dapat

memberikan dampak psikologis kepada orang yang melihat. Warna mampu

memberikan sugesti yang mendalam pada manusia. Dalam komunikasi grafis,

penggunaan warna perlu ditata dan disusun dengan tepat sehingga menimbulkan

suasana, mempengaruhi luas kehidupan manusia sekaligus sebagai lambang

psikologis. Warna juga bersifat case sensitive maskipun secara universal

penggunaan warna-warna di bidang komunikasi grafis erat kaitannya dengan

latar belakang sebuah budaya atau komunitas tertentu yang munkin memberikan

penilaian berbeda untuk penggunaan warna-warna yang berbeda.

5. Studi Ergonomic

Ergonomi didefnisikan sebagai studi yang menjelaskan tentang aspek

manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,

psikologi engineering, manajemen dan desain atau perancangan. Pada dasarnya,

ergonomi meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktivitas lain

yang dilakukan, termasuk meningkatkan kemampuan pengguna, mengurangi

kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. Tujuan kedua adalah, meningkatkan

keinginan tertentu seperti keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna,

kepuasan kerja dan kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi

kelelahan dan stress (Sitohang, dkk, 2016:85 ).


32

Studi ergonomic dalam EGD dapat membantu orang dengan gangguan

sensorik dan orang yang susah untuk beradaptasi dengan lingkungan, yang

dimana orang tersebut tidak mudah untuk menghafal sebuah jalan untuk menuju

ke suatu tempat. Dalam perancangan sign system studi ergonomic juga

diperlukan agar dapat memaksimalkan EGD yang dirancang, sehingga para

audience atau pengunjung bisa mendapatkan kenyamanan melalui EGD dan

tentunya informasi yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap.

Gambar 2.13 Ergonomi Visual, Dimana Setiap Rentang Usia Memiliki


Kenyamanan Jarak Baca yang Berbeda (Sumber : Jurnal
Sains dan Seni ITS Vol.1, No.1, (Sept. 2012))

Gambar 2.14 Ukuran Signage Ideal pada Perbandingan Manusia yang


Umum Digunakan (Sumber : pinterest.com)
33

6. Aksesbilitas Bagi Penyandang Disabilitas

Aksesbilitas merupakan suatu ukuran kemudahan dan kenyamanan

mengenai suatu lokasi agar dapat berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini yang

dimaksud adalah alur sirkulasi yang dapat memudahkan pergerakan baik orang

maupun kendaraan, dalam suatu bangunan publik ataupun lingkungan.

Penyediaan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas merupakan suatu keharusan

untuk mewujudkan kesetaraan hak antara penyandang cacat dan masyarakat

normal, agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Sehingga tidak ada lagi

penghambat bagi kaum difabel dalam melakukan aktifitas.

Menurut undang-undang nomor 4 tahun 1997 tentang ‘PENYANDANG

CACAT’, Pasal 1:4, "Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi

penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek

kehidupan dan penghidupan." Hal tersebut diperjelas di dalam Pasal 10:2 yang

berbunyi, "Penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk menciptakan keadaan

dan lingkungan yang lebih menunjang penyandang cacat dapat sepenuhnya hidup

bermasyarakat.” Sejalan dengan itu, yang dimaksud dengan aksesibilitas fisik

adalah lingkungan fisik yang oleh penyandang cacat dapat dihampiri, dimasuki

atau dilewati, dan penyandang cacat itu dapat menggunakan wilayah dan fasilitas

yang terdapat di dalamnya tanpa bantuan. Dalam pengertian yang lebih luas,

aksesibilitas fisik mencakup akses terhadap berbagai bangunan, alat transportasi

dan komunikasi, serta berbagai fasilitas di luar ruangan termasuk sarana rekreasi

(Tarsidi, 2008:2).
34

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa dalam menciptakan sebuah

desain ataupun merancang EGD harus dapat disajikan kepada masyarakat normal

maupun masyarakat penyandang cacat. Oleh karena itu, sebuah perancangan

yang bertujuan untuk mempermudah penyandang cacat juga harus memakai

prinsip-prinsip universal design sebagai berikut:

 Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan)

 Flexibility in Use (Fleksibilitas Penggunaan)

 Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif)

 Perceptible Information (Informasi yang Jelas)

 Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan)

 Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yang Rendah)

 Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang

untuk Pendekatan dan Penggunaan)

Prinsip-prinsip tersebut jika digunakan dengan baik serta

mempertimbangkan studi ergonomi dan aksesbilitas bagi penyandang disabilitas,

maka EGD yang dirancang tidak hanya mampu menyampaikan sebuah informasi

namun juga dapat menarik perhatian para audience dan mendapatkan citra yang

positif pula.

7. Sign System

Sign (dalam bahasa Indonesia berarti tanda) adalah bentuk komunikasi

yang dapat berbentuk verbal dan visual. Keberadaan tanda menjadi suatu
35

kepentingan bagi masyarakat karena dapat menyampaikan informasi akan

sesuatu. Sign system merupakan salah satu esensial dari Environmental Graphic

Design (EGD). Menurut Tinarbuko (2008:12), sign system adalah rangkaian

representasi visual dan simbol grafik yang bertujuan sebagai media interaksi

manusia dengan ruang publik. Dalam pengertian lainnya, sign system juga

sebagai petunjuk bagi mereka yang membutuhkannya. Sign system harus

mempunyai fungsi yang jelas dan efisien.

Menurut Piliang (dalam Tinarbuko, 2009), dalam kata pengantarnya pada

buku Semiotika Komunikasi Visual menyatakan bahwa suatu tanda bukan ilmu

yang bersifat pasti, melainkan suatu hal yang dibangun oleh pengetahuan-

pengetahuan yang lebih terbuka. Yang terpenting dalam sistem tanda pada desain

komunikasi visual adalah fungsi dari tanda dalam menyampaikan pesan dari

pengirim pesan kepada penerima, berdasarkan kode tertentu, yang dimediasi oleh

media tertentu. Selain itu dalam hal perancangan sign system yang baik harus

memperhatian empat kriteria, yaitu sebagai berikut:

1) Mudah dilihat

Kemudahan akses sign system erat kaitannya dengan dimana sign system

ditempatkan. Untuk itu, sign system harus ditempatkan secara tepat agar mudah

terlihat.
36

2) Mudah dibaca

Bentuk huruf atau tipografi yang digunakan dalam sign system sebisa

mungkin dapat terbaca dengan jelas dalam kondisi apapun baik siang atau

malam.

3) Mudah dimengerti

Elemen yang terdapat pada sign baik gambar maupun tulisan, harus

mudah dipahami oleh semua orang dari berbagai kalangan. Penyampaian pesan

yang terdapat dalam sign sebisa mungkin harus singkat, padat, dan jelas.

4) Dapat dipercaya

Kebenaran informasi yang ditampilkan pada sign harus dapat dipercaya.

Tidak ada informasi yang salah atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya,

karena dapat merugikan bagi siapapun yang berinteraksi dengan sign tersebut.

8. Ikon, Indeks, Simbol

Sign system sangat erat kaitannya dengan ikon, indeks, dan symbol.

Karena seperti istilahnya sign system yang berasal dari bahasa Inggris, jika

diartikan dalam bahasa Indonesia ‘sign’ berarti tanda atau lambang dan ‘system’

yang berarti aturan. Menurut Zoest dalam Tinarbuko (2009:12), segala sesuatu

yang dapat diamati dan dibuat teramati adalah tanda. Menurut Charles Peirce,

kehidupan manusia dicirikan oleh adanya ‘pencampuran tanda’. Manusia hidup

dengan berkomunikasi sehari-hari. Dalam keberlangsungan komunikasi tersebut


37

manusia saling bertukar tanda, baik secara verbal maupun non verbal. Oleh

karena aktivitas tersebut selain bertukar tanda, manusia juga melakukan

penafsiran dari tanda itu sendiri. Selanjutnya dikatakan, tanda dalam hubungan

dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon, indeks,

dan simbol, Tinarbuko (2009:14).

1) Ikon

Ikon adalah tanda yang mewakili sumber acuan melalui sebuah bentuk

replikasi, simulasi, imitasi, atau persamaan. Sebuah tanda dirancang untuk

mempresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan. Ikon adalah

tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, ikon

adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan,

Tinarbuko (2009:16).

Gambar 2.15 Contoh Ikon, Ninja (Sumber : iconfinder.com)


38

2) Indeks

Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan

apa yang diwakilinya, atau disebut juga tanda sebagai bukti dari kejadian yang

sudah terjadi. Misalnya asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak

telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks bahwa seseorang telah melewati

tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang

yang menorehkan tanda tangan itu, Tinarbuko (2009:17).

Gambar 2.16 Contoh Indeks (Sumber : iconexperience.com)

3) Simbol

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian

yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah

mengerti arti yang telah disepakati sébelumnya. Misalnya Garuda Pancasila Bagi

bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna.

Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo,

misalnya, Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang biasa.


39

Gambar 2.17 Contoh Simbol (Sumber : ciricara.com)

C. Teori Pendukung

1. Perancangan

Pengertian perancangan pada dasarnya ialah proses untuk mendesain dan

membuat suatu sistem yang baru. Menurut Harsoekusumo (2000:1), dijelaskan

bahwa “perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam

proses pembuatan produk”. Sedangkan Ladjamudin (2005:9) menyebutkan

bahwa “perancangan adalah tahapan perancangan (design) memiliki tujuan untuk

mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang

terbaik”.

Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

perancangan adalah proses mendesain suatu konsep dan sistem yang baru atau

memodifikasi konsep yang lama guna memenuhi kebutuhan manusia. Merancang


40

suatu produk atau media berawal pada ditemukannya kebutuhan manusia akan

media itu sendiri. Proses perancangan untuk memenuhi kebutuhan manusia

dilakukan karena terdapat permasalahan yang harus dipecahkan, maka dari itu

analisis perlu dilakukan guna menemukan solusi untuk permasalahan tersebut.

You might also like