Professional Documents
Culture Documents
Lapsus Kandidiasis
Lapsus Kandidiasis
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh jamur intermediate Candida sp., biasanya oleh spesies
Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki
atau paru, dengan berbagai manifestasi klinisnya yang bisa berlangsung
akut, kronis atau episodik, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia, endokarditis atau meningitis.1
II.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua
umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat
pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam-macam
sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat.1
II.3 ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab ialah Candida albicans yang
dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang
normal. Sebagai penyebab endokarditis kandidiasis ialah C. parapsilosis
dan penyebab kandidiasis septicemia adalah C. tropikalis.1
Candida sp adalah jamur sel tunggal, berbentuk bulat sampai oval.
Jumlahnya sekitar 80 spesies dan 17 diantaranya ditemukan pada manusia.
Dari semua spesies yang ditemukan pada manusia, C.albicans lah yang
paling pathogen. Candida sp. memperbanyak diri dengan membentuk
blastospora (budding cell). Blastospora akan saling bersambung dan
bertambah panjang sehingga membentuk pseudohifa. Bentuk pseudohifa
lebih virulen dan invasif dari pada spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa
berukuran lebih besar sehingga lebih sulit difagositosis oleh makrofag.
Selain itu, pseudohifa mempunyai titik-titik blastokonidia multipel pada
satu filamennya sehingga jumlah elemen infeksius yang ada lebih besar.4
2
Candida albicans
II.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk. (1971),
mambaginya sebagai berikut:2,3
Kandidiasis selaput lendir:
1. Kandidiasis oral (thrush)
2. Perleche
3. Vulvovaginitis
4. Balanitis atau balanopostitis
5. Kandidiasis mukokutan kronik
6. Kandidiasis bronkopulmonar dan paru
Kandidiasis kutis:
1. Lokalisata: a. daerah intertriginosa
b. daerah perianal
2. Generalisata
3. Paronikia dan onikomikosis
4. Kandidiasis kutis granulomatosa
Kandidiasis sistemik:
1. Endokarditis
2. Meningitis
3. Pielonefritis
3
4. Septikemia
5. Reaksi id (kandidid)
II.5 PATOGENESIS
Kandida di dalam tubuh manusia dapat bersifat 2 macam. Kandida
sebagai saprofit terdapat dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala
apapun, baik subyektif maupun obyektif. Dapat dijumpai di kulit, selaput
lendir mulut, saluran pencernaan, saluran pernafasan, vagina dan kuku.
Kandida sebagai jamur dapat menimbulkan infeksi primer maupun
sekunder dari kelainan yang telah ada. Beberapa faktor predisposisi dapat
mengubah sifat saprofit kandida menjadi patogen.1
Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik
endogen maupun eksogen.1
Faktor endogen:
1. Perubahan fisiologik:1,2,3
Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
Kondisi vagina selama masa kehamilan menunjukkan kepekaan
yang tinggi terhadap infeksi kandida, hal ini tampak dengan
ditemukannya kolonisasi candida spp yang tinggi pada masa ini
sejalan dengan tingginya simtomatik vaginitis. Keluhan ini paling
sering timbul pada usia kehamilan trimester ketiga. Bagaimana
mekanisme hormon-hormon reproduksi dapat meningkatkan
kepekaan vagina terhadap infeksi kandida masih belum jelas.
Kegemukan, karena banyak keringat
Debilitas
Iatrogenik
Endokrinopati, gangguan gula darah pada kulit
Pada penderita diabetes mellitus juga ditemukan kolonisasi candida
spp dalam vagina mungkin karena peningkatan kadar glukosa
dalam darah, jaringan dan urin. Akan tetapi mekanismenya juga
tidak diketahui.
4
Penyakit kronik: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan
umum yang buruk.
2. Umur: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna.
3. Imunologik: penyakit genetik.
Faktor eksogen:1
1. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.
2. Kebersihan kulit
3. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan
maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
4. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.
Thrush
5
ii. Perleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut; lesi ini mengalami
maserasi, erosi, basah, dan dasarnya eritematosa. Faktor
predisposisnya ialah defisiensi riboflavin.1
Perleche
iii. Vulvovaginitis
Biasanya sering terdapat pada penderita diabetes mellitus
karena kadar gula darah dan urin yang tinggi dan pada wanita
hamil karena penimbunan glikogen dalam epitel vagina.1
Keluhan yang paling sering adalah rasa gatal pada daerah
vulva dan adanya duh tubuh. Sifat duh tubuh bervariasi dari yang
cair seperti air sampai tebal dan homogen dengan noda seperti
keju. Kadang-kadang sekret tampak seperti susu yang disertai
gumpalan-gumpalan putih sehingga tampak seperti susu
basi/pecah dan tidak berbau. Akan tetapi lebih sering sekret hanya
minimal saja. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri
sesudah miksi, dan dispaneuria.1
Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan
pembengkakan pada labia dan vulva, juga dapat ditemukan lesi
papulopustular di sekitarnya. Pada pemeriksaan yang ringan
tampak hiperemia di labia menora, introitus vagina, dan vagina
terutamanya 1/3 bagian bawah. Servik tampak normal sedangkan
mukosa vagina tampak kemerahan. Sering pula terdapat kelainan
yang khas bercak-bercak putih kekuningan. Bila ditemukan
6
keluhan dan tanda-tanda vaginitis serta pH vagina < 4,5 dapat
diduga adanya infeksi kandida.1
Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia
menora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia menora dan
sekitar introitus vaginal.1
Fluor albus pada kandidosis vagina bewarna kekuningan.
Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai
kepala susu bewarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut
berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina
terdiri atas bahan nekrotik, sel-sel epitel, dan jamur.1
vulvovaginitis
Balanitis
7
v. Kandidiasis mukokutan kronik
Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi
leukosit atau sistem hormonal, biasanya terdapat pada penderita
dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik,
umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip
penderita dengan defek poliendokrin.1
Kandidiasis kutis
i. Kandidiasis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal,
lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan
umbilikus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa.1
Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel
dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan
daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang
seperti lesi primer.1
Kandidiasis intertriginosa
8
ii. Kandidiasis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah.
Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.1
Kandidiasis perianal
v. Diaper-rash
Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan
jarang diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga
9
sering diderita neonatus sebagai gejala sisa dermatisis oral dan
perianal.1
Diaper-rash
Kandidiasis sistemik
i. Endokarditis
Sering terdapat pada penderita morfinis sebagai akibat
komplikasi penyuntikan yang dilakukan sendiri, juga dapat
diderita oleh penderita sesudah operasi jantung.1
ii. Meningitis
Terjadi karena penyebaran hematogen jamur, gejalanya
sama dengan meningitis tuberkulosis atau karena bakteri lain.1
Reaksi id (kandidid)
10
Reaksi terjadi karena adanya metabolit kandida, klinisnya
berupa vesikel-vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela jari
tangan atau bagian badan yang lain, mirip dermatofitid.1
Di tempat tersebut tidak ada elemen jamur. Bila lesi
kandidosis diobati, kandidid akan menyembuh. Jika dilakukan uji
kulit dengan kandidin (antigen kandida) memberi hasil positif.1
11
a. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak
ada satelit, pemeriksaan dengan sinar Wood positif bewarna merah
bata.
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis (tinea)
-
Kandidiasis kuku dengan tinea unguium
-
Kandidiasis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus
II.9 PENATALAKSANAAN
-
Non medika mentosa:1
Hendaklah mengingatkan pasien untuk menghindari atau
menghilangkan faktor predisposisi.
-
Medikamentosa :1
1. Topikal:
Larutan ungu gentian ½ - 1 % untuk selaput lendir, 1-2 %
untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
Nistatin: berupa krim, salap, emulsi
Amfoterisin B
Grup azol antara lain:
i. Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
ii. Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
iii. Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
iv. Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
v. Antimikotik yang lain yang berspektrum luas
vi.
2. Sistemik
12
Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam
saluran cerna, obat ini tidak diserap usus.
Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500
mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan
ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan
itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol
150 mg dosis tunggal.
Itrakonazol: bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis
dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari, selama 3 hari.
II.10 PROGNOSIS
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor
predisposisi.1
BAB III
13
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. U
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ngoro
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Tanggal Pemeriksaan : 23 Mei 2018
No. RM : 315069
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gatal-gatal dan kemerahan pada lipat paha kanan
dan kiri.
Riwayat Pengobatan :
14
Pasien mengaku belum mendapat pengobatan untuk penyakitnya
ini.
- Leher :
15
JVP 5-2 cmH2O
Pembesaran tiroid -
Pembesaran KGB -
- Thorak
Pulmo :
Inspeksi : Pernapasan simetris, tidak ada retraksi otot
bantu napas
Palpasi : Fremitus raba normal di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Cor :
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1S2 tunggal
- Abdomen :
Inspeksi : Flat
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, organomegali -
Perkusi : Timpani
- Ekstremitas :
Superior : Akral hangat +/+, Oedem -/-
Inferior : Akral hangat +/+, Oedem -/-
16
Pada region glutea terdapat makula eritematous ukuran plakat,
yang di sekitarnya dikelilingi oleh papul-papul, multiple dan diskret.
V. RESUME
17
Pasien Tn. U, 45 tahun datang ke poli Kulit dan Kelamin RSUD
Prof. Soekandar karena mengeluh merasakan gatal-gatal di lipat paha
kanan dan kiri disertai kemerahan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya
timbul bercak-bercak merah yang sedikit di lipat paha kanan, lalu
makin banyak dan menyebar ke lipat paha kiri setelah 2 hari
kemudian. Saat timbul bercak merah pasien juga merasa gatal di
tempat tersebut. Karena tidak tahan dengan gatalnya pasien
menggaruk terus menerus kedua lipat pahanya sampai agak perih.
Pasien juga mengeluh bokongnya gatal-gatal sejak 4 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan Pada regio inguinal
anterior dextra terdapat makula eritematous ukuran plakat, yang
disertai oleh vesikel dan pustula yang multiple, tampak skuama halus,
serta dikelilingi oleh lesi-lesi satelit berupa makula eritematous, papul,
vesikel yang multiple. Pada region glutea terdapat makula eritematous
ukuran plakat, yang di sekitarnya dikelilingi oleh papul-papul, multiple
dan diskret.
IX. PENATALAKSANAAN
18
Nonmedikamentosa
1. Menyarankan paien untuk segera mengelap keringat
ketika pasien berkeringat.
2. Menyarankan pasien untuk meningkatkan kebersihan diri,
terutama kebersihan di daerah lipat paha dan bokong.
3. Menyarankan pasien untuk tidak menggaruk kulitnya
yang gatal karena dapat menyebabkan terbentuknya lesi dan
menyebabkan terjadinya infeksi skunder.
Medikamentosa
1. Antipruritus: diberikan antihistamin oral interhistin 2 x 1 tablet per
hari.
2. Antifungi oral Ketokonazole 2 x 200 mg per hari.
3. Antifungi topical di lipat paha: Mikonazol 2% krim 3-4 x sehari
dioles tipis pada lesi.
X. PROGNOSIS
Quo ad Fungsionam : bonam
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad cosmetic : bonam
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI.
Indonesia: Jakarta: 104-109.
2. Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapis Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi III. Indonesia: Jakarta
20