Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kandidiasis adalah penyakit jamur tersering pada manusia. Di


Amerika 80 juta penduduk menderita penyakit yang disebabkan oleh
kandida. Kandidiasis terjadi diseluruh dunia dan menyerang segala usia,
baik laki laki ataupun perempuan.5

Candida merupakan jamur komensal yang antara lain hidup dalam


rongga mulut, saluran pencernaan, kulit dan vagina. Akan tetapi, jika
keseimbangan flora normal seseorang terganggu ataupun pertahanan
imunnya menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah
menjadi pathogen.5

Meningkatnya prevalensi dandidiasis juga disebabkan oleh


berbagai faktor predisposisi, seperti rendahnya daya tahan tubuh hospes,
penyakit kronik, iklim, panas, kelembaban, kebersihan kulit yang rendah,
dan faktor faktor predisposisi lainya.1,5

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh jamur intermediate Candida sp., biasanya oleh spesies
Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki
atau paru, dengan berbagai manifestasi klinisnya yang bisa berlangsung
akut, kronis atau episodik, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia, endokarditis atau meningitis.1

II.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua
umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat
pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam-macam
sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat.1

II.3 ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab ialah Candida albicans yang
dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang
normal. Sebagai penyebab endokarditis kandidiasis ialah C. parapsilosis
dan penyebab kandidiasis septicemia adalah C. tropikalis.1
Candida sp adalah jamur sel tunggal, berbentuk bulat sampai oval.
Jumlahnya sekitar 80 spesies dan 17 diantaranya ditemukan pada manusia.
Dari semua spesies yang ditemukan pada manusia, C.albicans lah yang
paling pathogen. Candida sp. memperbanyak diri dengan membentuk
blastospora (budding cell). Blastospora akan saling bersambung dan
bertambah panjang sehingga membentuk pseudohifa. Bentuk pseudohifa
lebih virulen dan invasif dari pada spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa
berukuran lebih besar sehingga lebih sulit difagositosis oleh makrofag.
Selain itu, pseudohifa mempunyai titik-titik blastokonidia multipel pada
satu filamennya sehingga jumlah elemen infeksius yang ada lebih besar.4

2
Candida albicans

II.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk. (1971),
mambaginya sebagai berikut:2,3
Kandidiasis selaput lendir:
1. Kandidiasis oral (thrush)
2. Perleche
3. Vulvovaginitis
4. Balanitis atau balanopostitis
5. Kandidiasis mukokutan kronik
6. Kandidiasis bronkopulmonar dan paru

Kandidiasis kutis:
1. Lokalisata: a. daerah intertriginosa
b. daerah perianal
2. Generalisata
3. Paronikia dan onikomikosis
4. Kandidiasis kutis granulomatosa

Kandidiasis sistemik:
1. Endokarditis
2. Meningitis
3. Pielonefritis

3
4. Septikemia
5. Reaksi id (kandidid)

II.5 PATOGENESIS
Kandida di dalam tubuh manusia dapat bersifat 2 macam. Kandida
sebagai saprofit terdapat dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala
apapun, baik subyektif maupun obyektif. Dapat dijumpai di kulit, selaput
lendir mulut, saluran pencernaan, saluran pernafasan, vagina dan kuku.
Kandida sebagai jamur dapat menimbulkan infeksi primer maupun
sekunder dari kelainan yang telah ada. Beberapa faktor predisposisi dapat
mengubah sifat saprofit kandida menjadi patogen.1
Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik
endogen maupun eksogen.1
Faktor endogen:
1. Perubahan fisiologik:1,2,3
 Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
Kondisi vagina selama masa kehamilan menunjukkan kepekaan
yang tinggi terhadap infeksi kandida, hal ini tampak dengan
ditemukannya kolonisasi candida spp yang tinggi pada masa ini
sejalan dengan tingginya simtomatik vaginitis. Keluhan ini paling
sering timbul pada usia kehamilan trimester ketiga. Bagaimana
mekanisme hormon-hormon reproduksi dapat meningkatkan
kepekaan vagina terhadap infeksi kandida masih belum jelas.
 Kegemukan, karena banyak keringat
 Debilitas
 Iatrogenik
 Endokrinopati, gangguan gula darah pada kulit
Pada penderita diabetes mellitus juga ditemukan kolonisasi candida
spp dalam vagina mungkin karena peningkatan kadar glukosa
dalam darah, jaringan dan urin. Akan tetapi mekanismenya juga
tidak diketahui.

4
 Penyakit kronik: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan
umum yang buruk.
2. Umur: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna.
3. Imunologik: penyakit genetik.
Faktor eksogen:1
1. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.
2. Kebersihan kulit
3. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan
maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
4. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

II.6 GAMBARAN KLINIS


Kandidiasis selaput lendir
i. Thrush
Biasanya mengenai bayi, tampak pseudomembran putih
coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum mole, pipi
bagian dalam, dan permukaan rongga mulut yang lain. Lesi dapat
terpisah-pisah, dan tampak seperti kepala susu pada rongga
mulut. Bila pseudomembran terlepas dari dasarnya tampak daerah
yang basah dan merah.1
Pada glositis kronik, lidah tampak halus dengan papila yang
atrofik atau lesi berwarna putih di tepi atau di bawah permukaan
lidah. Bercak putih tidak tampak jelas bila penderita sering
merokok.1

Thrush

5
ii. Perleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut; lesi ini mengalami
maserasi, erosi, basah, dan dasarnya eritematosa. Faktor
predisposisnya ialah defisiensi riboflavin.1

Perleche

iii. Vulvovaginitis
Biasanya sering terdapat pada penderita diabetes mellitus
karena kadar gula darah dan urin yang tinggi dan pada wanita
hamil karena penimbunan glikogen dalam epitel vagina.1
Keluhan yang paling sering adalah rasa gatal pada daerah
vulva dan adanya duh tubuh. Sifat duh tubuh bervariasi dari yang
cair seperti air sampai tebal dan homogen dengan noda seperti
keju. Kadang-kadang sekret tampak seperti susu yang disertai
gumpalan-gumpalan putih sehingga tampak seperti susu
basi/pecah dan tidak berbau. Akan tetapi lebih sering sekret hanya
minimal saja. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri
sesudah miksi, dan dispaneuria.1
Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan
pembengkakan pada labia dan vulva, juga dapat ditemukan lesi
papulopustular di sekitarnya. Pada pemeriksaan yang ringan
tampak hiperemia di labia menora, introitus vagina, dan vagina
terutamanya 1/3 bagian bawah. Servik tampak normal sedangkan
mukosa vagina tampak kemerahan. Sering pula terdapat kelainan
yang khas bercak-bercak putih kekuningan. Bila ditemukan

6
keluhan dan tanda-tanda vaginitis serta pH vagina < 4,5 dapat
diduga adanya infeksi kandida.1
Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia
menora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia menora dan
sekitar introitus vaginal.1
Fluor albus pada kandidosis vagina bewarna kekuningan.
Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai
kepala susu bewarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut
berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina
terdiri atas bahan nekrotik, sel-sel epitel, dan jamur.1

vulvovaginitis

iv. Balanitis atau balanopostitis


Penderita mendapat infeksi karena kontak seksual dengan
wanitanya yang menderita vulvovaginitis, lesi berupa erosi,
pustula dengan dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis
dan sulkus koronarius glandis.1

Balanitis

7
v. Kandidiasis mukokutan kronik
Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi
leukosit atau sistem hormonal, biasanya terdapat pada penderita
dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik,
umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip
penderita dengan defek poliendokrin.1

Kandidiasis kutis
i. Kandidiasis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal,
lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan
umbilikus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa.1
Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel
dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan
daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang
seperti lesi primer.1

Kandidiasis intertriginosa

8
ii. Kandidiasis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah.
Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.1

Kandidiasis perianal

iii. Kandidiasis kutis generalisata


Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat
payudara, intergluteal, dan umbilikus. Sering disertai glositis,
stomatitis, dan paronikia.1
Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-
pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena
ibunya menderita kandidosis vagina atau mungkin karena
gangguan imunologik.1

iv. Paronikia dan Onikomikosis


Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaanya
berhubungan dengan air, bentuk ini tersering didapat. Lesi berupa
kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah, kuku menjadi
tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang bewarna
kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa
jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium.1

v. Diaper-rash
Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan
jarang diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga

9
sering diderita neonatus sebagai gejala sisa dermatisis oral dan
perianal.1

Diaper-rash

vi. Kandidiasis granulomatosa


HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahawa penyakit
ini sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan
tertutup krusta tebal bewarna kuning kecoklatan dan melekat erat
pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk
sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala,
kuku, badan, tungkai dan farings.1

Kandidiasis sistemik
i. Endokarditis
Sering terdapat pada penderita morfinis sebagai akibat
komplikasi penyuntikan yang dilakukan sendiri, juga dapat
diderita oleh penderita sesudah operasi jantung.1

ii. Meningitis
Terjadi karena penyebaran hematogen jamur, gejalanya
sama dengan meningitis tuberkulosis atau karena bakteri lain.1

Reaksi id (kandidid)

10
Reaksi terjadi karena adanya metabolit kandida, klinisnya
berupa vesikel-vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela jari
tangan atau bagian badan yang lain, mirip dermatofitid.1
Di tempat tersebut tidak ada elemen jamur. Bila lesi
kandidosis diobati, kandidid akan menyembuh. Jika dilakukan uji
kulit dengan kandidin (antigen kandida) memberi hasil positif.1

II.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnose
adalah:
1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH
10% atau dengan pewarnaan Gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau
hifa semu.1
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa
Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol)
untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam
suhu kamar atau lemari suhu 37°C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam,
berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan
dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.1
3. Pemeriksaan pH vagina
Pada kandidiasis vulvovaginalis pH vagina normal berkisar antara
4,0-4,5 bila ditemukan pH vagina lebih tinggi dari 4,5 menunjukkan
adanya bakterial vaginosis, trikhomoniasis atau adanya infeksi
campuran.1

II.8 DIAGNOSIS BANDING


-
Kandidiasis kutis lokalisata dengan:1

11
a. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak
ada satelit, pemeriksaan dengan sinar Wood positif bewarna merah
bata.
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis (tinea)
-
Kandidiasis kuku dengan tinea unguium
-
Kandidiasis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus

II.9 PENATALAKSANAAN
-
Non medika mentosa:1
Hendaklah mengingatkan pasien untuk menghindari atau
menghilangkan faktor predisposisi.
-
Medikamentosa :1
1. Topikal:
 Larutan ungu gentian ½ - 1 % untuk selaput lendir, 1-2 %
untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
 Nistatin: berupa krim, salap, emulsi
 Amfoterisin B
 Grup azol antara lain:
i. Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
ii. Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
iii. Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
iv. Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
v. Antimikotik yang lain yang berspektrum luas
vi.

2. Sistemik

12
 Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam
saluran cerna, obat ini tidak diserap usus.
 Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
 Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500
mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan
ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan
itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol
150 mg dosis tunggal.
 Itrakonazol: bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis
dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari, selama 3 hari.

II.10 PROGNOSIS
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor
predisposisi.1

BAB III

13
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. U
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ngoro
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Tanggal Pemeriksaan : 23 Mei 2018
No. RM : 315069

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gatal-gatal dan kemerahan pada lipat paha kanan
dan kiri.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien Tn.U datang ke poli Kulit dan Kelamin RSUD Prof.
Soekandar karena mengeluh merasakan gatal-gatal di lipat paha kanan
dan kiri disertai kemerahan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya timbul
bercak-bercak merah yang sedikit di lipat paha kanan, lalu makin
banyak dan menyebar ke lipat paha kiri setelah 2 hari kemudian. Saat
timbul bercak merah pasien juga merasa gatal di tempat tersebut.
Karena tidak tahan dengan gatalnya pasien menggaruk terus menerus
kedua lipat pahanya sampai agak perih. Pasien juga mengeluh
bokongnya gatal-gatal sejak 4 hari yang lalu.

Riwayat Pengobatan :

14
Pasien mengaku belum mendapat pengobatan untuk penyakitnya
ini.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya. Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Mellitus.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang
sama dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
b. Tanda Vital
TD 120/80 mmHg
RR 20 x/ menit
Nadi 78 x/menit
Tempratur 36,80C
c. Status Generalis
- Kepala :
Wajah : normochepali
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : secret -/-
Mulut : ditemukan luka-luka kecil di lidah dan mucosa
buccal dextra et sinistra yang ditutupi oleh selaput
putih.
Telinga : secret -/-

- Leher :

15
JVP 5-2 cmH2O
Pembesaran tiroid -
Pembesaran KGB -

- Thorak
Pulmo :
Inspeksi : Pernapasan simetris, tidak ada retraksi otot
bantu napas
Palpasi : Fremitus raba normal di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Cor :
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1S2 tunggal

- Abdomen :
Inspeksi : Flat
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, organomegali -
Perkusi : Timpani

- Ekstremitas :
Superior : Akral hangat +/+, Oedem -/-
Inferior : Akral hangat +/+, Oedem -/-

IV. STATUS DERMATOLOGI


Pada regio inguinal anterior dextra terdapat makula eritematous
ukuran plakat, yang disertai oleh vesikel dan pustula yang multiple,
tampak skuama halus, serta dikelilingi oleh lesi-lesi satelit berupa
makula eritematous, papul, vesikel yang multiple.

16
Pada region glutea terdapat makula eritematous ukuran plakat,
yang di sekitarnya dikelilingi oleh papul-papul, multiple dan diskret.

V. RESUME

17
Pasien Tn. U, 45 tahun datang ke poli Kulit dan Kelamin RSUD
Prof. Soekandar karena mengeluh merasakan gatal-gatal di lipat paha
kanan dan kiri disertai kemerahan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya
timbul bercak-bercak merah yang sedikit di lipat paha kanan, lalu
makin banyak dan menyebar ke lipat paha kiri setelah 2 hari
kemudian. Saat timbul bercak merah pasien juga merasa gatal di
tempat tersebut. Karena tidak tahan dengan gatalnya pasien
menggaruk terus menerus kedua lipat pahanya sampai agak perih.
Pasien juga mengeluh bokongnya gatal-gatal sejak 4 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan Pada regio inguinal
anterior dextra terdapat makula eritematous ukuran plakat, yang
disertai oleh vesikel dan pustula yang multiple, tampak skuama halus,
serta dikelilingi oleh lesi-lesi satelit berupa makula eritematous, papul,
vesikel yang multiple. Pada region glutea terdapat makula eritematous
ukuran plakat, yang di sekitarnya dikelilingi oleh papul-papul, multiple
dan diskret.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dilakukan pemeriksaan penunjang KOH untuk melihat jamur pada
lesi. Dari pemeriksaan kerokan kulit KOH pada region femoris dextra
didapatkan pseudohipa.

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Kandidiasis intertriginosa
2. Tinea Kruris
3. Eritrasma

VIII. DIAGNOSIS KERJA


Kandidiasis intertriginosa

IX. PENATALAKSANAAN

18
Nonmedikamentosa
1. Menyarankan paien untuk segera mengelap keringat
ketika pasien berkeringat.
2. Menyarankan pasien untuk meningkatkan kebersihan diri,
terutama kebersihan di daerah lipat paha dan bokong.
3. Menyarankan pasien untuk tidak menggaruk kulitnya
yang gatal karena dapat menyebabkan terbentuknya lesi dan
menyebabkan terjadinya infeksi skunder.

Medikamentosa
1. Antipruritus: diberikan antihistamin oral interhistin 2 x 1 tablet per
hari.
2. Antifungi oral Ketokonazole 2 x 200 mg per hari.
3. Antifungi topical di lipat paha: Mikonazol 2% krim 3-4 x sehari
dioles tipis pada lesi.

X. PROGNOSIS
Quo ad Fungsionam : bonam
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad cosmetic : bonam

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI.
Indonesia: Jakarta: 104-109.
2. Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapis Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi III. Indonesia: Jakarta

3. Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit. EGC. Indonesia; Jakarta


4. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125139-R20-OB-439%20Efek
%20Xylitol-Pendahuluan.pdf. (Diakses pada tanggal 24 Mei 2018 pukul 20.00
WIB)
5. http://www.pustakakesehatan.com/kandidiasis-definisi-gejala-penyebab-
pencegahan-dan-pengobatan.html. (Diakses pada tanggal 24 Mei 2018 pukul
20.30 WIB)

20

You might also like