Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN MOLA HIDATIDOSA

A. Definisi
Suatu Kehamilan yang ditandai dengan adanya villi korialis yang tidak normal
secara histologis yang terdiri dari beberapa macam tingkatan proliferasi trofoblastik
dan edema pada stroma villus. Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus,
tetapi kadang-kadang terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.\
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

C. Tanda dan gejala


Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:
1. Terdapat gejala – gejala hamil muda yang kadang – kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa dan amenore
2. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur,warna
tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
3. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan seharusnya.
4. Tidak teraba bagian – bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta tidak
terdengar bunyi denyut jantung janin.

D. Mekanisme fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum,
sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan
ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal
berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi
lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam
rongga abdomen pada masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna.
Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan
kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada
hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang
menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik
yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik
dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut ”mola
hidatidosa”. Pada ummnya penderita ”mola hidatidosa akan menjadi baik kembali,
tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang
berupa karsinoma.
Pathway
Ovum lambat dikeluarkan

Kematian ovum didalam tubuh

Ovum berdegenerasi

Tumbuh korion berganda yang berisi cairan

Kista-kista kecil seperti anggur

Mola hidatidosa

Tindakan invasive

Kuretase jaringan terdapat ulkus kurang pengetahuan


Tentang prosedur

Perdarahan bakteri mudah masuk


Defisit
pengetahuan

Defisit Volume Resiko Infeksi


Cairan Ansietas
Merangsang reseptor nyeri

Nyeri Akut

E. Komplikasi
1. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong berakibat fatal.
2. Perdarahan berulang-ulang mengakibatkan anemia.
3. Infeksi sekunder.
4. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
5. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus akan menjadi moladestrues
atau koriokarsinoma.
6. Hiperemesis gravidarum (2-10% pasien).
7. Preeklampsi (12-20% pasien).

F. Rencana asuhan klien


1. Pengkajian
2. Identitas
3. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana
tindakan tersebut berlangsung
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
e. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
g. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
h. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
i. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain :mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
b. Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin.

G. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui secara pasti adanya molahidatidosa, maka pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi ( lebih dari 100.000 iu/l
)maka uji biologik dan
uji imunologik ( galli mainini dan planotest ) akan positif setelah
pengenceran (titrasi):
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik cairan
serebrospinal dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi
keadaan servik.
Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan – pelan dan hati -
hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).
Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang – tulang janin ( pada
kehamilan 3-4 bulan).
Arteriogram khusus pelvis
Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat
janin.
H. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Diagnosa 1 : Nyeri Akut
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan, yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam hal
sedemikia rupa.
b. Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertega sampai
kaku)
- Respons autonomic (misalnya diaphoresis; perubahan tekanan darah,
pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil)
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misalnya mondar-mandir, mencari orang lain dan/atau
aktivitas lain, aktivitas berulang)
- Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela nafas panjang)
- Wajah topeng (nyeri)
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Fokus menyempit (misalnya gangguan persepsi waktu, gangguan proses
piker, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun)
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu dan menyeringai)
c. Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan psikologis

2. Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan


a. Definisi
Penurunan cairan intravaskularr, interstitial, dan atau cairan intraselular ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada
natrium
b. Batasan karakteristik
Haus penurunan haluaran urine
Kelemahan penurunan pengisian vena
Kulit kering penurunan tekanan darah
Membrane mukosa kering penurunan tekanan nadi
Peningkatan frekuensi nadi penurunan turgor kulit
Peningkatan hematokrit penurunan turgor lidah
Peningkatan konsentrasi urine penurunan volume nadi
Peningkatan suhu tubuh perubahan status mental
Penurunan berat badan tiba-tiba
c. Faktor yang berhubungan
Kegagalan mekanisme regulasi
Kehilangan cairan aktif
3. Diagnosa 3 : Defisiensi pengetahuan
a. Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu
b. Batasan Krakteristik
Ketidakakuratan melakukan tes
Ketidakakuratan mengikuti perintah
Kurang pengetahuan
Perilaku tidak tepat (misalnya hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis)

c. Faktor yang Berhubungan


Gangguan fungsi kognitif
Gangguan memori
Kurang informasi
Kurang minat untuk belajar
Kurang sumber pengetahuan
Salah pengertian terhadap orang lain

4. Diagnosa 4 : ansietas
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon
autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memempukan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman
b. Batasan Krakteristik
Perilaku : penurunan produktivitas, gerakan yang ireleven, gelisah, melihat
sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, agitasi, menintai, tampak
waspada.
Afektif : gelisah, distress, kesedihan yang mendalam, ketakutan, perasaan
tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, iritabilitas,, gugup senang
berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, bngung,
menyesal, ragu, khawatir
Fisiologis : wajah tegang, tremor tangan, peningkatan produksi keringat,
peningkatan ketegangan, gemetar, suata bergetar.
Simpatik : anoreksia, ekstasi kardiovaskular, wajah memerah, mukosa
kering, jantung berdebar, peningkatan denyut nadi, peningkatan reflek, sulit
bernapas, vasokontriksi superficial, lemah, gangguan perhatian.

3.2.1 Faktor yang Berhubungan


Perubahan
Pemajanan toksin
Infeksi
Krisis maturasi krisis situasional
Proses penyakit
Stress
Kebutuhan yang tidak dipenuhi
Konflik tentang tujuan hidup

Diagnosa 5 : Resiko Infeksi


3.2.1 Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organism patogenik yang dapat
menganggu kesehatan

3.2.2 Faktor resiko


Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
Malnutrisi
Obesitas
Penyakit kronik
Prosedur invasive
Pertahanan tubuh primer tidak adekuat
Gangguan integritas kulit
Gangguan peristalsis
Merokok
Pecahnya ketuban dini
Pecah etuban lambat
Penurunan kerja siliaris
Perubahan pH sekresi
Stasis cairan tubuh
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat
Imunosupresi
Leucopenia
Penurunan hemoglobin
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat
Terpajan pada wabah

a. Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri Akut
i. Tujuan
Skala nyeri, control nyeri, tingkat kenyamanan
ii. Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan nyeri berkurang
Menyatakan rasa nyaman

iii. Intervensi Keperawatan dan rasional NIC


a. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus
hemoragi ataunyeri tekan abdomen.
Rasional : Ruptur kehamilan ektropik mengakibatkan nyeri hebat,
karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi rupture ke dalam
abdomen
b. Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap
kejadian.
Rasional : Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat
ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan
nyeri.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan
rasa nyeri
Rasional : lingkungan yang nyaman dan rileks membuat klien lebih
tenang sehingga stimulus nyeri dari lingkungan berkurang
d. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya:
napas dalam, visualisasi distraksi
Rasional : Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan
karenanya mereduksi ketidaknyamanan
e. Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila
prosedur pembedahan diindikasikan
Rasional : Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi
pembedahan.

Diagnosa 2 : Defisit Volume Cairan


3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil NOC
Keseimbangan cairan, hidrasi, status nutrisi : intake nutrisi dan cairan
3.3.2 Kriteria hasil :
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
3.3.3 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC
a. Monitor intake dan output harian
Rasional : mengetahui kebutuhan cairan klien perhari membantu
menentukan terapi maupun nutrisi yang harus dimasukan ke dalam
tubuh klien
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : dengan menyesuaikan jumlah terapi dan kebutuhan tubuh
maka tubuh tidak akan kekuranagn atau kelebihan nutrisi sehingga
metabolisme akan berjalan normal
c. Monitor status hidrasi
Rasional : Tanda-tanda hidrasi yang buruk antara lain membrane
mukosa kering, turgor kulit jelek, nadi menurun, jika hal itu terjadi
maka harus segera diatasi masalah kekurangan cairannya.
d. Monitor vital sign
Rasional : Vital sign dalam batas normal menunjukan status kesehatan
klien dalam kondisi bagus
e. Dorong masukan oral
Rasional : masukan oral sangat penting disamping masukan cairan
secara parenteral
f. Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : untuk manajemen cairan cara tercepat yang dapat dilakukan
adalah pemasangan cairan IV, Karena akan langsung masuk di
pembuluh darah
g. Atur kemungkinan transfusi
Rasional : apabila kasus kekurangan cairan semakin buruk disertai
kehilangan komponen darah, maka harus segera di berikan transfuse
untuk menghindari kegawatan lebih lanjut

Diagnosa 3 : Defisiensi pengetahuan


3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil NOC
Pengetahuan mengenai proses penyakit, pengetahuan tentang perilaku
kesehatan
3.3.2 Kriteria hasil :
Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi
prognosis dan program pengobatan
Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
Klien dan keluarga mamapu menjelaskan kembali apa yang sudah
dijelaskan perawat dan tim kesehatan lainnya

3.3.3 Intervensi keperawatan dan Rasional NIC


a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien
Rasional : menilai sejauh mana tingkat pengetahuan klien, membantu
perawata menentukan sejauh mana informasi harus diberikan
b. Jelaskan patofisiologi dari proses penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi
Rasional : kebanyakan klien tidak memhami bagaimana proses
penyakit atau patofisiologi sehingga tidak dapat mengatasi dan
mencari terapi yang tepat
c. Gambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit
Rasional : tanda dan gejala yang dialami klien menunjukan klien
mengalami sakit, dengan pengetahuan ini diharapkan klien dapat lebih
peka dan segera meminta pertolongan difasilitas kesehatan sebelum
sakitnya semakin parah
d. Diskusikan kemungkinan perubahan gaya hidup yang diperlukan
untuk mencegah kekambuhan
Rasional : gaya hidup banyak berperan dalam menentukan status
kesehatan seseorang. Apabila gaya hidupnya baik dan teratur tentunya
irama sirkadian akan baik, begitupun sebaliknya
e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Rasional : klien memiliki hak sendiri untuk membuat keputusan
tentang terapi yang akan diterima, sebagai konselor kita perawat
berkewajiban memberikan alternative solusi yang akan dipilih sendiri
oleh klien untuk terapinya.
f. Anjurkan klien untuk segera melapor ke fasilitas kesehatan bila tanda
dan gejala berulang
Rasional : deteksi dini dan kewaspadaan dari klien dapat menurunkan
kemungkinan komplikasi lebih lanjut

Diagnosa 4 : Ansietas
3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil NOC
Kontrol diri terhadap kecemasan, tingkat kecemasan, koping
3.3.2 Kriteria hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Menunjukan cara mengatasi cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan aktivitas menunjukan
penurunan kecemasan
3.3.3 Intervensi keperawatan dan Rasional NIC
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : klien yang cemas cenderung waspada terhadap kondisi
yang ada dilingkungannya, dengan pendekatan yang menenangkan
diharapkan tidak menambah kecemasan klien dan klien dapat lebih
koopertif
b. Nyetakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
Rasional : klien harus mengetahui dengan jelas apa yang harus
dilakukannya untuk mengatasi kecemasan, hal ini selain menyadarkan
klien tentang keadaannya juga menyadarkan klien untuk mau
mengatasi cemas yang dialami
c. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Rasional : perawat memiliki peran sebagai konselor, memalui itu
diharapkan perawat mampu memberikan konsultasi yang baik agar
klien dapat mengatasi cemasnya
d. Anjurkan keluarga untuk menemani klien untuk memberikan keamnan
dan mnegurangi takut
Rasional : menurunkan stimulus yang memicu peningkatan cemas,
dengan berada disekitar orang terdekatnya diharapkan klien akan lebih
tenang
e. Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional : dengan mengetahui tingkat kecemasan klien perawat dapat
mengambil keputusan tentang tindakan maupun intervensi yang akan
diberikan
f. Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasan dan perasaan
Rasional : klien yang sedang cemas perlu didengarkan, gali apakah
yang menyebabkan kecemasan dan bersama-sama klien mengatasi
kecemasan yang dirasakan
g. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi terbukti dapat membuat tubuh melepaskan
hormone kebahagiaan sehingga menenangkan dan membuat kondisi
tubuh rileks
h. Kolaborasi untuk memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
Rasional : apabila dengan terapi nonfarmakologi kecemasan klien
tidak berkurang, maka dianjurkan untuk pemberian obat untuk
menennagkan klien sehingga status kecemasan menurun.
Diagnosa 5 : Resiko Infeksi
3.3.1 Tujuan (NOC)
Status imunologi, pengetahuan tentang kontrol infeksi, dan mengontrol
resiko
3.3.2 Kriteria hasil
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukan perilaku hidup sehat

3.3.3 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)


a. Kaji tanda infeksi sistemik dan lokal
Rasional : tanda infeksi lokal dan sistemik dapat menunjukan sejauh
mana infeksi sudah terjadi. Saat sudah terjadi infeksi sistemik
biasanya klien akan demam, menggigil, mual, muntah hingga badan
lemah untuk infeksi lokal biasanya ditandai dengan kalor, dolor,
tumor, rubor dan fungsio leisea
b. Kaji tingkat kerentanan terhadap infeksi
Rasional : yang memengaruhi kerentanan sesorang terhadap infeksi
antara lain port de entre, agent, reservoir, port de exit, host. Apabila
ada yang terganggu maka akan meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi
c. Inspeksi kulit dari tanda kemerahan, panas dan drainase
Rasional : merupakan tanda infeksi lokal yang paling sering muncul
d. Pertahankan teknik asepsis pada klien beresiko
Rasioanl : mencegah transmisi mikroorganisme
e. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme
f. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional : sebagai orang yang dekat dengan klien, keluarga memiliki
peranan penting dalam deteksi dini tanda infeksi
g. Instrusikan pada pengunjung atau keluarga untuk mencuci tangan, saat
berkunjung maupun setelah berkunjung
Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme
h. Dorong masukan nutrisi dan cairan yang cukup
Rasional : dengan asupan nutrisi serta cairan yang adekuat diharapkan
daya tahan tubuh klien meningkat sehingga terhindar dari infeksi
i. Dorong peningkatan istirahat
Rasional : istirahat yang cukup akan membantu memperbaiki sel-sel
tubuh yang rusak serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh

j. Instruksikan klien untuk minum antibioti sesuai jadwal


Rasional : antibiotic merupakan obat untuk membunuh
mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh dan menyebabkan
infeksi, dengan meminum tepat waktu maka kerja dari obat tersebut
akan maksimal, jika tidak diminum tepat waktu atau sesuai dosis yang
diberikan maka bakteri yang masuk akan menjadi resisten terhadap
obat.

I. Daftar pustaka
Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed 4. Jakarta : EGC

Herdman, T. Heather, 2016. Diagnosis keperawatan : definisi & klasifikasi


2015-2017. Jakarta : egc 2015

JNPKKR-POGI. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta

M. Wilkinson, judith. 2012. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi


NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC 2011

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media


Aesculapius: Jakarta

You might also like