Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan Mola Hidatidosa
Laporan Pendahuluan Mola Hidatidosa
A. Definisi
Suatu Kehamilan yang ditandai dengan adanya villi korialis yang tidak normal
secara histologis yang terdiri dari beberapa macam tingkatan proliferasi trofoblastik
dan edema pada stroma villus. Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus,
tetapi kadang-kadang terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.\
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
D. Mekanisme fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum,
sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan
ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal
berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi
lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam
rongga abdomen pada masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna.
Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan
kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada
hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang
menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik
yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik
dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut ”mola
hidatidosa”. Pada ummnya penderita ”mola hidatidosa akan menjadi baik kembali,
tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang
berupa karsinoma.
Pathway
Ovum lambat dikeluarkan
Ovum berdegenerasi
Mola hidatidosa
Tindakan invasive
Nyeri Akut
E. Komplikasi
1. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong berakibat fatal.
2. Perdarahan berulang-ulang mengakibatkan anemia.
3. Infeksi sekunder.
4. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
5. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus akan menjadi moladestrues
atau koriokarsinoma.
6. Hiperemesis gravidarum (2-10% pasien).
7. Preeklampsi (12-20% pasien).
G. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui secara pasti adanya molahidatidosa, maka pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi ( lebih dari 100.000 iu/l
)maka uji biologik dan
uji imunologik ( galli mainini dan planotest ) akan positif setelah
pengenceran (titrasi):
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik cairan
serebrospinal dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi
keadaan servik.
Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan – pelan dan hati -
hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).
Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang – tulang janin ( pada
kehamilan 3-4 bulan).
Arteriogram khusus pelvis
Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat
janin.
H. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Diagnosa 1 : Nyeri Akut
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan, yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam hal
sedemikia rupa.
b. Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertega sampai
kaku)
- Respons autonomic (misalnya diaphoresis; perubahan tekanan darah,
pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil)
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misalnya mondar-mandir, mencari orang lain dan/atau
aktivitas lain, aktivitas berulang)
- Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela nafas panjang)
- Wajah topeng (nyeri)
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Fokus menyempit (misalnya gangguan persepsi waktu, gangguan proses
piker, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun)
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu dan menyeringai)
c. Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan psikologis
4. Diagnosa 4 : ansietas
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon
autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memempukan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman
b. Batasan Krakteristik
Perilaku : penurunan produktivitas, gerakan yang ireleven, gelisah, melihat
sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, agitasi, menintai, tampak
waspada.
Afektif : gelisah, distress, kesedihan yang mendalam, ketakutan, perasaan
tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, iritabilitas,, gugup senang
berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, bngung,
menyesal, ragu, khawatir
Fisiologis : wajah tegang, tremor tangan, peningkatan produksi keringat,
peningkatan ketegangan, gemetar, suata bergetar.
Simpatik : anoreksia, ekstasi kardiovaskular, wajah memerah, mukosa
kering, jantung berdebar, peningkatan denyut nadi, peningkatan reflek, sulit
bernapas, vasokontriksi superficial, lemah, gangguan perhatian.
a. Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri Akut
i. Tujuan
Skala nyeri, control nyeri, tingkat kenyamanan
ii. Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan nyeri berkurang
Menyatakan rasa nyaman
Diagnosa 4 : Ansietas
3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil NOC
Kontrol diri terhadap kecemasan, tingkat kecemasan, koping
3.3.2 Kriteria hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Menunjukan cara mengatasi cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan aktivitas menunjukan
penurunan kecemasan
3.3.3 Intervensi keperawatan dan Rasional NIC
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : klien yang cemas cenderung waspada terhadap kondisi
yang ada dilingkungannya, dengan pendekatan yang menenangkan
diharapkan tidak menambah kecemasan klien dan klien dapat lebih
koopertif
b. Nyetakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
Rasional : klien harus mengetahui dengan jelas apa yang harus
dilakukannya untuk mengatasi kecemasan, hal ini selain menyadarkan
klien tentang keadaannya juga menyadarkan klien untuk mau
mengatasi cemas yang dialami
c. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Rasional : perawat memiliki peran sebagai konselor, memalui itu
diharapkan perawat mampu memberikan konsultasi yang baik agar
klien dapat mengatasi cemasnya
d. Anjurkan keluarga untuk menemani klien untuk memberikan keamnan
dan mnegurangi takut
Rasional : menurunkan stimulus yang memicu peningkatan cemas,
dengan berada disekitar orang terdekatnya diharapkan klien akan lebih
tenang
e. Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional : dengan mengetahui tingkat kecemasan klien perawat dapat
mengambil keputusan tentang tindakan maupun intervensi yang akan
diberikan
f. Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasan dan perasaan
Rasional : klien yang sedang cemas perlu didengarkan, gali apakah
yang menyebabkan kecemasan dan bersama-sama klien mengatasi
kecemasan yang dirasakan
g. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi terbukti dapat membuat tubuh melepaskan
hormone kebahagiaan sehingga menenangkan dan membuat kondisi
tubuh rileks
h. Kolaborasi untuk memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
Rasional : apabila dengan terapi nonfarmakologi kecemasan klien
tidak berkurang, maka dianjurkan untuk pemberian obat untuk
menennagkan klien sehingga status kecemasan menurun.
Diagnosa 5 : Resiko Infeksi
3.3.1 Tujuan (NOC)
Status imunologi, pengetahuan tentang kontrol infeksi, dan mengontrol
resiko
3.3.2 Kriteria hasil
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukan perilaku hidup sehat
I. Daftar pustaka
Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed 4. Jakarta : EGC
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta