Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Nama : Siti Sarah Sakinah

Kelas : D3/4B
NPM : P23131016068

GOLDEN RICE

Rekayasa genetika merupakan salah bentuk kemajuan teknologi paling mutakhir dalam dunia biologi
molekuler. Oleh karena itu, rekayasa genetika memegang peranan penting dalam merubah susunan genetika
makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di masa ini. Penerapan rekayasa genetika juga telah
memasuki perangkat terpenting bagi makhluk hidup yakni gen sehingga tumbuhan yang dihasilkan dari
rekayasa genetika ini diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang berbeda dari tanaman aslinya.
Disusul dengan perkembangan bioteknologi sehingga pemuliaan tanaman merupakan salah satu sektor
paling menjanjikan dalam industri pertanian.
Pada saat ini penggunaan GMO atau Genetically Modified Organism telah meluas dikarenakan
adanya beberapa kelebihan yang didapatkan pada produk ini. GMO adalah Suatu jasad yang memiliki sifat
baru, yang sebelumnya tidak dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal
dari jasad lain. Juga disebut organisme transgenik. GMO pertanian merupakan solusi bioteknologi dibidang
pertanian, sejak dari mempersiapkan bahan sampai dengan pengolahannya menjadi produk siap olah
maupun siap hidang. Dengan batasan ini ada ruang lingkup kegiatan dapat diklaim juga sebagai bidang
GMO pertanian, serta kultur sel tanaman dalam rangka menghasilkan bibit unggul tanaman.
Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan
suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta
prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan
hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas
gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan
keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai
penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih
tinggi. Salah satu produk rekayasa genetika yang telah berhasil dipasarkan kepada masyarakat adalah beras
GMO atau Golden Rice.
Golden Rice adalah beras yang berwarna kuning keemasan dan sangat berbeda dengan
beras pada umumnya yang berwarna putih. Beras tersebut merupakan hasil rekayasa
genetika, melalui penyisipan gen psy atau gen penyandi phytoene synthase, digabungkan
dengan gen crtl atau gen penyandi carotene desaturase. Kedua gen ini berfungsi untuk
memproduksi beta karoten (pro-vitamin A), sebagaimana yang banyak terkandung pada
wortel. Gabungan sisipan kedua gen tersebut berhasil meningkatkan kandungan beta
karoten hingga 23 kali kandungan beta karoten pada beras keemasan generasi pertama
yang ditemukan 5 tahun yang lalu di Swiss. Bahkan dibandingkan dengan tomat dan cabe
yang juga mengandung beta karoten, beras keemasan ini masih memiliki kandungan beta
karoten yang lebih tinggi.
Ilmuwan Eropa melaporkan bahwa di dalam biji padi terdapat bahan dasar(prekusor)
untuk biosintesa karotenoid, termasuk beta-karoten, yaitu geranyl geranyl diphosphate
(GGDP). Namun secara alami biji padi tidak menghasilkan phytoene karena terjadi
penghambatan fungsi dari enzim phytoene synthase (PHY) dalam mengubah GGDP
menjadi phytoene. Meskipun demikian, penghambatan fungsi enzim tersebut bisa
dihilangkan dengan cara mengintroduksi gen phy dari tanaman daffodil (bunga narsis/
bakung) dengan menggunakan promoter spesifik untuk endosperma. Selain phy dan CrtI,
masih ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta-
karoten yaitu lycopene cyclase (LYC) yang juga berasal dari tanaman daffodil.
Transformasi dengan menggunakan Agrobacterium menunjukkan bahwa modifikasi
jalur biosintesa beta karoten berhasil dilakukan. Hal ini terbukti berdasarkan hasil analisa
fotometrik dengan menggunakan HPLC (high-performance liquid chromatography) yang
menunjukkan adanya karotenoid, termasuk beta-karoten, pada golden rice yaitu 1.6
mikrog/g [1]. Keberhasilan ini dilanjutkan dengan uji coba pada varietas yang berbeda
seperti indica (IR 64) dan japonica (Taipei 309). IR64 dan Taipei 309 dipilih karena
kedua varitas tersebut paling banyak digemari di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara
dan China. Namun demikian, hasil yang dicapai masih kurang memuaskan karena
kandungan karotenoid pada varitas IR 64 dan Taipei 309 tersebut masih tergolong rendah
yaitu berturut-turut 0.4 mikrog/g dan 1.2 mikrog/g. Berikut ini adalah gambar perbedaan
beras non-GMO dan beras hasil dari GMO:
Penelitian peningkatan kandungan beta-karoten pada golden rice terus dilakukan
selama kurang lebih lima tahun. Fokus riset masih bertumpu pada tingkat efisiensi ke-3
jenis gen yang telah diintroduksikan yaitupsy, crtI dan lyc. Sehinggapada akhirnya para
ahli tersebut merumuskan hipotesa bahwa gen psy-lah yang paling berperandalam jalur
biosintesa karotenoid tersebut. Untuk menguji kebenaran hipotesa, mereka mengisolasi
dan menguji efisiensi gen psy dari berbagai tanaman seperti Arabidopsis, wortel, paprika,
jagung, tomat, bahkan padi sendiri. Pengujian awal dilakukan dengan cara overeskpresi
gen-gen psy pada callus jagung. Callus dipilih karena sifat integrasinya yang stabil
terhadap gen yang ditransformasikan (transgene). Seleksi efisiensi dilakukan berdasar
jumlah karotenoid yang diproduksi dan warna callus (intensitas warna) yang
menunjukkan tingkat efisiensi transgene. Gen psy dari jagung menunjukkan tingkat
efisiensi paling tinggi dibanding dengan psy dari tanaman lainnya. Selain Golden Rice,
penelitian terakhir juga akan mengembangkan padi dengan varietas baru. Varietas ini
dikembangkan di Jepang untuk mengembangkan kultivar padi yang aman dikonsumsi
untuk orang-orang yang alergi terhadap beras.

Sumber:
http://www.biotek.lipi.go.id
https://blogs.uajy.ac.id/felisita1414/2015/09/01/golden-rice/

You might also like