Tugas Perkot Nuur Awaliyah 08161061

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Disusun Oleh : Nuur Awaliyah – 08161061

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


Dosen Pengampu:

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Muhammad Rizky Pratama,S.T.,M.T


INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN Farid Nurrahman, S.T., M.Sc.

1
2018
REVIEW LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) BWP KECAMATAN NGRAMBE
KABUPATEN NGAWI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010-2030

BAB I

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten merupakan penjabaran dari Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan
bangunan serta bukan bangunan pada kawasan perkotaan maupun kawasan fungsional
kabupaten. RDTR Kabupaten adalah rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah
kabupaten secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka
pengaturan zonasi, perijinan dan pembangunan kawasan
Secara administriasi Kecamatan Ngrambe terbagi dalam 19 kecamatan dimana
kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah barat provinsi Jawa
Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Ngrambe
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ngawi yang berada di kaki Gunung Lawu
dengan luas wilayah kecamatan adalah 5725 ha, di mana sekitar 43,46 persen atau sekitar
2488,26 ha berupa lahan sawah dan 32,24 persen lahan bukan sawah atau sekitar 1845,68
ha sedangkan 24,30 persen atau sekitar 1391 ha berupa lahan hutan negara. Sector yang
berkembang pada kecamatan ini adalah sector jasa dan pertanian. Selain itu terdapat pula
sector perdagangan dimana perdagangan yang paling banyak adalah pedagang barang
kelontong dengan jumlah usaha sebanyak 319 unit.

BAB II

2.1 Tinjauan Pustaka


A. Teori-teori tentang Perkotaan
Saat ini banyak sekali kota-kota didunia yang berkembang cukup pesat. Hal ini
terjadi karena banyaknya faktor yang menyebabkan pertumbuhan suatu kota cukup pesat
seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, dan kemajuan teknologi. Wilayah kota
atau urban bersifat heterogen ditinjau dari aspek struktur bangunan dan demografis. Selain
aspek bangunan dan demografis, karakteristik kota juga dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti topografi, sejarah, ekonomi, budaya, dan kesempatan usaha. Terdapat berbagai
macam teori-teori tentang perkembangan kota diantaranya yaitu
1. Teori konsentris (Consentric Teory)

1
Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), yang mengatakan
bahwa kota yang besar mempunyai kecenderungan berkembang kearah luar disemua
bagian-bagian kota sehingga terlihat struktur kotanya menjadi berlapis.
2. Teori Sektoral (Sector Teory)
Teori sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt, teori ini menyatakan bahwa
pertumbuhan kota lebih mengarah pada sektor-sektor wilayah.
3. Teori Ganda (Multiple Nucleus Teory)
Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Harris dan
Ullman berpendapat pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi suatu
perkembangan wilayah yang lebih kompleks. Hal tersebut disebabkan oleh munculnya
inti-inti baru yang berfungsisebagai kutub pertumbuhan.
4. Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori konsektoral tipe eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965
dengan mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori
konsentris dan sektoral, namun penekanan konsentris lebih ditonjolkan.
5. Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)
Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry
Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di wilayah Amerika Latin.
6. Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada peranan
transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota.
7. Teori Historis
Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis
yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota.

B. Teori Kependudukan
Penduduk dapat diartikan sebagai semua orang yang berdomisili di wilayah
geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang
dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Adapun pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh
tiga komponen yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Terdapat 3 teori kependudukan
diantaranya kelompok pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian. Aliran Malthusian
dipelopori oleh Thomas Robert Malthus yang menyatakan bahwa penduduk (seperti juga
tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, maka perberkembang biakan
dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini, dan
aliran Neo Malthusian dipelopori oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich berpendapat bahwa
bahwa dunia saat ini sudah tidak mampu menampung jumlah penduduk yang selalu
bertambah.

2
Kelompok kedua terdiri dari penganut aliran Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx
dan Friedrich Engels yang menyatakan bahwa tekanan penduduk yang terdapat di suatu
negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk
terhadap kesempatan kerja. Kelompok ketiga terdiri dari pakar-pakar teori kependudukan
mutakhir yang merupakan reformulasi teori-teori kependudukan yang ada

C. Tingkat Pertumbuhan Penduduk


Adapun tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh kepadatan penduduk,
kelahiran, kematian dan migrasi. Kepadatan penduduk merupakan suatu keadaan yang
dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin
banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992). Kepadatan penduduk
menurut SNI 03-1733-2004 terdapat 3 macam klasifikasi yaitu kepadatan penduduk rendah,
sedang dan besar.
Kelahiran yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-
tanda kehidupan. Pengukuran fertilitas tahunan terdiri dari tingkat fertilitas kasar (Cerude
Birth Rate), tingkat fertilitas umum (General Fertility Rate), tingkat fertilitas menurut umur
(Age Specific Fertility Rate). Kematian yaitu peristiwa hilangnya semua tanda tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Pengukuran kematian terdiri dari tingkat kematian kasar serta menurut umur dan jenis
kelamin. Migrasi merupakan proses gerak penduduk dari suatu wilayah lain dalam jangka
waktu tertentu.

D. Teori Tata Guna Lahan


Tata guna lahan adalah tujuan, aktvitas atau fungsi lahan yang ditentukan oleh
kondisi alam maupun setiap bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam
memenuhi kebutuhan. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 41 tahun 2007,
penggunaan lahan dibagi menjadi 2, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Perubahan tata guna lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi
penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe tata guna lahan
yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada
kurun waktu yang berbeda (Wahyunto, 2001)

E. Standar Kebutuhan Sarana Permukiman


Fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan
pelayanan umum

3
F. Standar Kebutuhan Prasarana Permukiman
Standar kebutuhan prasarana permukiman adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Kebutuhan prasarana ini terkait air bersih, energi dan komunikasi, drainase, jalan,
sistem pembuangan air limbah dan sistem pengelolaan sampah.

G. Penataan Bangunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, Penataan Bangunan adalah kegiatan
pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau
melestarikan bangunan dan lingkungan/ kawasan tertentu sesuai dengan prinsip
pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal
yang terdiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan. Adapun
hal yang harus diperhatikan pada penataan bangunan yaitu koefisien dasar bangunan,
koefisien lantai bangunan dan koefisien dasar hijau.

H. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Infrastuktur


Pengelolaan infrastruktur dapat dilihat dari program-program pengelolaan
infrastruktur yang melibatkan adanya partisipasi dalam masyarakat, seperti program
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan dan sanitasi, pengelolaan air
bersih, pengelolaan jaringan jalana, pengelolaan sistem drainase, serta pengelolaan
infrastuktur yang lainnya yang akan menunjang keberhasilan pembangunan di wilayah
tersebut.

I. Industri Kecil dalam Perkotaan


Industri kecil merupakan jenis usaha mikro yang menggunakan modal awal ±500 juta
rupiah dan menggunakan peralatan yang sederhana di dalam kegiatan produksinya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengklasifikasian industri kecil di bagi menjadi 4 jenis
yaitu, industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1-4 orang, industri kecil
dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang, industri menengah dengan pekerja 2099 orang dan
industri besar dengan tenaga kerja ≥100 orang.

J. Pembiayaan Pembangunan Daerah


Sistem pemerintahan Indonesia menggunakan sistem otonomi daerah maka
pembiayaan pembangunan daerah pun diatur masing-masing oleh tiap daerah. Pembiayaan
pembangunan Kecamatan Ngrambe diperoleh dari dana APBD dan dari dana restribusi
Kabupaten Ngawi.

4
2.2 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Menurut Permen PU No. 20 tahun 2011, RDTR atau Rencana Detail Tata Ruang
adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi
dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW
kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun
RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan
perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota. Berdasarkan Pedoman Penyusunan
RDTR, dalam j/enjang perencanaan tata ruang, Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
merupakan produk rencana untuk rencana operasional arahan pembangunan kawasan
(operasional action plan), rencana pengembangan dan peruntukan kawasan (area
development plan), panduan untuk rencana aksi dan panduan rancang bangun (urban
design guidelines). Berikut ini kedudukan RDTR dalam Penataan Ruang

Gambar 2.1 Kedudukan RDTR dalam Penataan Ruang


Sumber : Laporan Pendahuluan Kabupaten Ngawi, 2018

Menurut Pedoman RDTR Kabupaten, fungsi dari RDTR untuk mengatur dan menata
kegiatan fungsional yang direncanakan oleh perencanaan ruang diatasnya, dalam
mewujudkan ruang yang serasi, seimbang, aman, nyaman dan produktif. Adapun Kegunaan
dari Rencana Detail Tata Ruang Kota adalah sebagai pedoman untuk pelaksanaan program
pembangunan, pengaturan bangunan setempat, penyusunan rencana teknik ruang kawasan
perkotaan atau rencana tata bangunan dan lingkungan serta pemberian advis planning.

5
2.3 Tinjauan Kebijakan Umum Perencanaan Tata Ruang Kabupaten Ngawi
Tujuan dari penataan ruang wilayah Kabupaten Ngawi adalah “Terwujudnya ruang
wilayah Kabupaten Ngawi sebagai lumbung pertanian Jawa – Bali yang didukung oleh
industri dan perdagangan”. Meningkatnya kegiatan industri dan perdagangan dapat
menunjang perkembangan wilayah dari sektor pertanian, dimana Kabupaten Ngawi akan
dijadikan lumbung pertanian Jawa-Bali. Adapun tujuan penetapan struktur ruang wilayah
Kabupaten Ngawi adalah untuk meningkatkan keserasian ruang Kabupaten Ngawi.
Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang ini meliputi strategi terkait dengan sistem
perkotaan, fungsi wilayah, serta sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Ngawi.
Rencana struktur wilayah di Kabupaten Ngawi di bagi menjadi 3 bagian yaitu
pengembangan struktur dan fungsi perkotaan yang mendukung agropolitan dan perikanan,
pembentukan pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di Kabupaten Ngawi yang
mendukung agropolitan dan perikanan beserta industri dan perdagangan dan
pengembanagn sistem agropolitan dan perikanan pada kasawan potensial. Adapun rencana
sistem jaringan prasarana di Kanupaten Ngawi terdiri dari jaringan transportasi udara, darat,
air, telekomunikasi, dan energi/listrik. Rencana jaringan prasarana jalan yaitu
mengembangkan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan, yang akan dikembangkan
menjadi jalan tol Ruas Ngawi – Kertosono dan Ruas Solo – Mantingan – Ngawi dan untuk
rencana pengembangan transportasi darat yaitu mengembangkan jalur kereta api komuter
rute Paron – Widodaren dan memperbaiki sarana dan prasarana stasiun dan sub stasiun.
Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi yaitu peningkatan jangkauan
pelayanana dan kemudahan mendapatkannya, peningkatan jumlah dan mutu
telekomunikasi tiap wilayah. Rencana sistem jaringan sumber daya air yaitu peningkatan
sistem jaringan pengairan dan pengoptimalisasikan fungsi dan pelayanan prasarana
pengairan. Rencana sistem jaringan prasarana energi/listrik yaitu pengoptimalan tingkat
pelayanan, perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa, dan peningkatan kapasitas
dan pelayanan melalui sistem koneksi Jawa-Bali.
Pola ruang wilayah Kabupaten Ngawi mencakup kawasan lindung dan budidaya,
dimana kawasana lindung tidak bolah dialih fungsikan untuk kegiatan budidaya, sedangkan
kawasan budidaya akan dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimum. Dalam pola
ruang terdapat kawasan-kawasan strategis dimana kawasan strategis merupakan kawasan
yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunya pengaruh besar terhadap tata
ruang wilayah di sekitarnya. Adapun kriteria penetapan kawasan strategis di Kabupaten
Ngawi terdiridari kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

6
BAB III
Kawasan starategis dari sudut ekonomi yaitu akan mengembangkan Kabupaten
Ngawi tepatnya di Kecamatan Ngrambe yaitu menjadi kawasan strategis agropolitan dan
pertanian, dengan menetapakan kawasan tersebut menjadi kawasan agropolitan dan
pertanian dapat menIngkatnya perekonomian masyarakat Kabupaten Ngrambe, dengan
meningkatkan pula sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Ngawi guna untuk
menunjang Kecamatan Ngrambe menjadi kawasaan agropolitan dan perikanan. Kawasan
strategis dari sosial yaitu, adanya menentapkan batas pengaruh kawasan di Kabupaten
Ngawi, menetapkan pola pemanfaatan lahan, sesuai dengan fungsi dan peran masing-
masing kawasan, dan meningkatkan kawasan sejarahyang ada di Kabupaten Ngrambe.
Kawasan strategis dan lingkungan yaitu, melindungi ekosistem lingkungan hidup dengan
cara yaitu melarang adanya alihfungsi lahan dan penerapan teknologi tepat guna untuk
pendukung pencegahan bencana alam.
Berdasarkan kebijakan pengembangan wilayah perencanaan, dapat dilakukan
penyusunan RDTR dengan beberapa tujuan yaitu :
1. Tujuan penetapan BWP ( Badan Wilayah Perkotaan ) merupakan nilai dan/atau kualitas
terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan
dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut
2. Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona peruntukan
yang antara lain meliputi hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap
zona dibawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa,
perkantoran, industri, dan RTNH, ke dalam blok-blok. Rencana pola ruang dimuat
dalam peta yang juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi.

Adapun langkah-langkah dalam desain survey dalam RDTR BWP Kecamatan Ngarmbe
Kabupaten Ngawi antara lain yaitu menyusun kawasan BWP, menyusun rencana struktur
ruang, menyususn rencana jaringan prasarana, menentukan kawasan sub BWP yang
merupakan prioritas penanganan, menyusun ketentuan pemanfaatan ruang dan menyusun
peraturan zonasi.

You might also like