Bab 1 Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetarian menggambarkan seseorang yang tidak mengkonsumsi produk
hewani, tetapi terdapat beberapa yang tetap mengkonsumsi telur dan susu serta
hasil olahannya dalam makanan sehari-hari. Secara umum, vegetarian
dikelompokkan menjadi ovo vegetarian untuk vegetarian yang masih
mengkonsumsi telur, lakto vegetarian untuk yang masih mengkonsumsi susu,
lakto-ovo vegetarian untuk yang masih mengkonsumsi telur dan susu, dan
vegan untuk yang masih mengkonsumsi makanan nabati saja. (J.sabate, 2001)
Tahun 2006, kira-kira 4,8 juta jiwa aau 2,3% populasi orang dewasa di
Amerika menjadi vegetarian dan menegaskan bahwa mereka benar-benar
tidak mengkonsumsi daging, ikan, dan produk hewani lainnya, dan sekitar
1,4% populasi orang dewasa di Amerika menjadi vegan. Tahun 2005 sekitar
3% anak- anak berusia 8-18 tahun dan remaja juga menjadi vegetarian dan
sekitar 1% menjadi vegan (ADA, 2009). Berdasarkan survey pada tahun 2002,
sekitar 4% vegetarian pada orang-orang dewasa di Kanada diperkirakan
mewakili 900.000 penduduknya. Pada umumnya vegetarian lebih banyak
dijumpai pada kaum wanita dengan persentase 6,5% dibandingkan kaum pria
yang memiliki persentase 4,1% (ADA, 2003). Vegetarian di Indonesia
tergabung dalam suatu organisasi yang bernama Indonesia Vegetarian Society
(IVS). Jumlah vegetarian yang terdaftar pada Indonesia Vegetarian Society
(IVS) saat berdiri pada tahun 1998 sekitar 5.000 orang dan meningkat menjadi
60.000 anggota pada tahun 2007. Angka ini merupakan sebagian kecil dari
jumlah vegetarian yang sesungguhnya karena tidak semua vegetarian terdaftar
dan mendaftar menjadi naggota. (Susianto, 2008)
Studi epidemiologi gizi menunjukan bahwa diet vegetarian memberikan
keuntungan bagi kesehatan, yaitu mengurangi resiko penyakit degenerative
kronik, seperti diabetes mellitus, PJK, kanker, dan lain-lain,dan
memperpanjang usia harapan hidup. Hal ini disebabkan pola asupan
vegetarian yang rendah asupan makanan hewani, cenderung rendah lemak
total, lemak jenuh dan kolesterol, serta tinggi serat di banding non vegetarian
(CL.Larsson dan GK.Johansson, 2002). Indeks massa tubuh (IMT) yang lebih
rendah pada vegetarian dibanding non-vegetarian juga memberikan efek
positif pada kelompok vegetarian. Pada Penelitian Mira Risky Pamungkas
dan Ani Margawati (2013) menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan IMT antara vegan dan non-vegan. Namun pada penelitian ni ketut
sutiari (2008) didapatkan bahwa gizi overweigh dan besitas lebih banyak
terjadi pada masyarakat vegetarian di banding dengan non vegetarian sehingga
di dapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata rata-rata IMT pada
masyarakat vegetarian dan non vegetarian pada masyarakat di bali Selain
memberi keuntungan, diet vegetarian juga memiliki beberapa kekurangan
yaitu beresiko tinggi kekurangan beberapa jenis protein dan asam amino,asam
lemak omega-3,vitamin D, vitamin B12, kalsium, zink, tembaga, dan besi
(WJ.Craig, 2009). Hal ini terutama terjadi pada vegan yang sama sekali tidak
mengkonsumsi makanan hewani. Sedangkan pada nonvegan, seperti lakto
vegetarian, ovo vegetarian, lakto-ovo vegetarian, zat gizi tersebut bias
diperoleh dari susu dan telur tang di konsumsi, meskipun jumlahnya tidak jauh
lebih banyak dari vegan (LK.Debruyne dan K.pinna, 2008). Di antara
beberapa zat gizi yang beresiko tinggi kekurangan pada vegetarian memiliki
fungsi yang sangat esensial bagi tubuh dalam pembentukan hemoglobin,
seperti besi, zink, tembaga, proten, dan vitamin B12.
Hemoglobin merupakan protein pembawa oksigen dalam darah, yang
terdiri dari dua pasang rantai polipeptida (globin) dan empat gugus heme yang
masing-masing mengandung sebuah atom besi. Beberapa zat gizi yang
berperan dalam sintesis hemoglobin adalah protein, besi, zink, tembaga,
vitamin B6, vitamin B12, folat, vitamin C, dan juga terdapat zat penghambat
seperti filat, tannin, dan oksalat. (RS.Gibson, 2005)
Zat besi yang terdapat pada produk nabati di sebut zat besi non heme
yang mempunyai ketersediaan biologik sedang hingga rendah Adanya fitat
dan oksalat yang banyak pada makanan nabati bersifat menghambat
penyerapan zat besi non heme. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan
terjadinya Anemia Gizi Besi (AGB) yang masih merupakan masalah gizi
utama di Indonesia (Almatsier, 2009). Akan tetapi, absorbsi juga dapat
ditingkatkan dengan adanya zat pemacu, seperti vitamin C, yang banyak
terdapat pada makanan nabati. (JJB.Anderson, 2004 dan JR.Hunt, 2003)
Asupan zat-zat gizi yang cukup akan menghasilkan hemoglobin yang
cukup. Jika terdapat beberapa asupan zat gizi, seperti protein, besi, zink, dan
tembaga yang rendah, maka dapat menyebabkan vegetarian, terutama vegan
beresiko tinggi memiliki kadar hemoglobin yang rendah seperti yang di
temukan ada penelitian Ni Ketut Sutiari (2008) mengatakan bahwa rata-rata
kadar hemoglobin darah (Hb) pada masyarakat lakto vegetarian dan lakto-
ovo vegetarian lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat vegan dan non
vegetarian yang dilakukan di Bali. Namun pada penelitian yang di lakukan
oleh miftahul jannah (2011) mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang bermakna menganai kadar hemoglobin vegetarian vegan dan non
vegan, begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma Eva DKK
(2015) mengatakan bahwa rata-rata kadar hemoglobin pada vegetarian
normal, dan pada penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung Alit
Pramartha (2016) mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata hb
antara wanita vegetarian dan non vegetarian.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai perbedaan angka kecukupan gizi yang berkaitan dengan
IMT dan kadar hemoglobin darah pada vegetarian dan non vegetarian.
Vegetarian non vegan dalam penelitian ini meliputi lakto vegetarian.

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana perbedaan asupan zat gizi dan status gizi kelompok
vegetarian dan non vegetarian?
b) Apakah ada hubungan asupan zat gizi vegetarian terhadap kadar
hemoglobin dan IMT ?
c) Apakah ada pengaruh lama vegetarian terhadap status gizi vegetarian,
IMT, dan hemoglobin (HB) darah?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan angka kecukupan gizi dengan menilai IMT
dan kadar hemoglobin darah pada vegetarian dan non vegetarian di desa
kahuripan jaya
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk menegtahui perbedaan asupan zat gizi dan status gizi
kelompok vegetarian dan non vegetarian.
b) Untuk mengetahui adanya hubungan asupan zat gizi vegetarian
terhadap kadar hemoglobin dan IMT.
c) Untuk mengetahui adanya pengaruh lama vegetarian terhadap status gizi
vegetarian IMT, dan hemoglobin (HB) darah.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang perbedaan angka
kecukupan gizi dengan menilai IMT dan kadar hemoglobin darah pada
vegetarian dan non vegetarian.
1.4.2 Manfaat Bagi Pendidikan
a) Dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi mengenai perbedaan
angka kecukupan gizi dengan menilai IMT dan kadar hemoglobin darah
pada vegetarian dan non vegetarian.
b) Dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya peningkatan upaya untuk
memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tubuh bagi vegetarian
c) Dapat di gunakan sebagai bahan bacaan dan refrensi bagi penelitian
slanjutnya.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tidak hanya untuk penduduk yang
vegetarian sebagai gambaran tingkat konsumsi gizi, IMT, dan kadar
hemoglobin darah.
1.5 Ruang Lingkup
1. Judul
perbedaan angka kecukupan gizi dengan menilai IMT dan kadar
hemoglobin darah pada vegetarian dan non vegetarian di Desa
Kahuripan Jaya
2. Subjek Penelitian
subjek penelitian ini adalah penduduk yang menerapkan pola makan
vegetarian dan non vegetarian di desa kahuripan jaya.
3. Objek Penelitian
Variable independen pada penelitian ini berupa pola makan vegetarian
dan non vegetarian, dan untuk variable dependen pada pnelitian ini
berupa IMT, dan kadar hemoglobin (HB) pada darah.
4. Tempat Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan di lakukan di Desa Kahuripan Jaya Kecamatan
Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu bulan
februari – maret 2017.
BAB II

TINJAUAN PUSTAK

2.1 vegetarian

2.2 status gizi

Imt

Hemoglobin

2.3 kerangka teori

2.4 kerangka konsep

2.5hipotesa

You might also like