Professional Documents
Culture Documents
LP Tumor Sinonasal
LP Tumor Sinonasal
LP Tumor Sinonasal
Oleh:
1302105011
2017
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Tumor sinonasal adalah penyakit dimana terjadinya pertumbuhan sel
abnormal pada sinus paranasal dan rongga hidung. Lokasi hidung dan sinus
paranasal (Sinonasal) merupakan rongga yang dibatasi oleh tulang-tulang
wajah yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul
di daerah ini sulit diketahui secara dini (Lesmono, 2015).
Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga
udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar
wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang tenggkorak. Rongga ini
berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus frontalis terletak di bagian
dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak di belakang pipi. Sementara itu,
sinus sphenoidalis terletak di belakang dahi dan sinus ethmoidalis terletak
diantara kedua mata.
2. Epidemiologi
Keganasan pada sinonasal jarang terjadi. Umumnya ditemukan di Asia dan
Afrika. Di Indonesia dan di luar negeri, angka kejadian jenis yang ganas
hanya sekitar 1% dari keganasan seluruh tubuh atau 3% dari seluruh
keganasan di kepala dan leher. Keganasan sinonasal lebih sering pada laki-
laki dibandingkan perempuan (2:1). Asal tumor primer juga sulit untuk
ditentukan, apakah dari hidung atau sinus karena biasanya pasien berobat
dalam keadaan penyakit telah mencapai tahap lanjut dan tumor sudah
memenuhi rongga hidung dan seluruh sinus. Lebih kurang 60% keganasan ini
berasal dari sinus maksila, diikuti sinus etmoid 10-15% dan sinus sphenoid
dan sinus frontal 1%.
3. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui , namun kontak dengan debu kayu diketahui
merupakan faktor risiko utama yang berhubungan dengan keganasan ini.
Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus HPVdan virus Epstein-barr.
4. Faktor risiko
a. Penggunaan tembakau
Penggunaan tembakau (termasuk didalamnya adalah rokok, cerutu, rokok
pipa, mengunyah tembakau, menghirup tembakau) adalah faktor risiko
terbesar penyebab kanker pada kepala dan leher.
b. Alkohol
Peminum alkohol berat dengan frekuensi rutin merupakan faktor risiko
kanker kepala dan leher.
c. Inhalan spesifik
Menghirup substansi tertentu, terutama pada lingkungan kerja, mungkin
dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kavum nasi dan sinus
paranasal, termasuk diantaranya adalah:
1. Debu yang berasal dari industry kayu, tekstil, pengolahan
kulit/kulit sintetis dan tepung.
2. Debu logam berat: kromium, asbes
3. Uap isoprofil alkohol, pembuatan lem, formaldehyde, radium
4. Uap pelarut yang digunakan dalam memproduksi furniture dan
sepatu.
d. Sinar ionisasi : Sinar radiasi, sinar UV
e. Virus : Virus HPV, Virus Epstein-barr
f. Usia, penyakit keganasan ini lebih sering didapatkan pada usia antara 45
tahun hingga 85 tahun.
g. Jenis kelamin
Tumor sinonasal ditemukan dua kali lebih sering pada pria dibandingkan
pada wanita.
5. Klasifikasi
Klasifikasi tumor sinonasal :
a. Tumor jinak sinonasal
Apabila tumor hanya tumbuh pada bagian lokal saja dan tidak
menyebabkan terjadinya metastase ke bagian tubuh lain.
b. Tumor ganas (Kanker sinonasal)
Apabila tumor menyerah daerah disekiatrnya dan menyebabkan
terjadinya metastase ke bagian tubuh lain.
Sistem TNM adalah suatu cara untuk melukiskan stadium kanker. Sistem
TNM didasarkan atas 3 kategori, yaitu:
T = Tumor Primer
N= Nodus regional, metastase kelenjar limfe regional
M= Metastase jauh
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
T1 N1 M0
II T2 N0 M0
T2 N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
III T3 N0 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
T4 N0 M0
IVA T4 N1 M0
T4 N2 M0
IVB T apapun N3 M0
7. Gejala Klinis
Gejala yang dikeluhkan oleh pasien tergantung dari asal primer tumor serta
arah dan perluasannya.
Gejala yang dikeluhkan dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Gejala nasal
Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Jika ada sekret,
sering sekret yang timbul bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang
besar dapat mendesak tulang hidung sehingga terjadi deformitas hidung. Khas
pada tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik.
2. Gejala orbital
perluasan tumor kearah orbita menimbulkan gejala diplopia, proptosis atau
penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.
3. Gejala oral
Perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau ulkus di
palatum atau di prosesus alveoris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas
lagi atau gigi geligi goyah. Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena
nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah dicabut.
4. Gejala fasial
Perluasan tumor akan menyebabkan penonjolan pipi, disertai nyeri, anesthesia
atau parestesia muka jika sudah mengenai nervus trigeminus
5. Gejala intrakranial
Perluasan tumor ke intrakranial dapat menyebabkan sakit kepala hebat,
oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea, yaitu cairan otak
yang keluar melalui hidung ini terjadi apabila tumor sudah menginvasi atau
menembus basis crania. Jika perluasan sampai ke fossa kranii media, maka
saraf lainnya bisa terkena. Jika tumor meluas ke belakang, terjadi trismus
akibat terkenanya muskulus pterigoideus disertai anesthesia dan parestesia
daerah yang dipersarafi nervus maksilaris dan mandibularis.
8. Pemeriksaan Fisik
Saat memeriksa pasien, pertama-tama perhatikan wajah pasien apakah
terdapat asimetri atau tidak. Selanjutnya periksa dengan seksama kavum nasi
dan nasofaring melalui rinoskopi anterior dan posterior. permukaan yang licin
merupakan pertanda tumor jinak sedangkan permukaan yang berbenjol-benjol,
rapuh dan mudah berdarah merupakan pertnada tumor ganas. Jika dinding
lateral kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila.
Pemeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi dapat membantu menemukan
tumor pada stadium ini. Adanya pembesarab kelenjar leher juga perlu dicari
meskipun tumor ini jarang bermetastasis ke kelenjar leher.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Biopsi
Biopsi adalah pengangkatan sejumlah kecil jaringan untuk pemeriksaan
dibawah mikroskop. Adapun sampel diambil untuk mengevaluasi sel, jaringan
dan organ untuk mendiagnosa penyakit.Ini merupakan salah satu cara untuk
mengkonfirmasi apkah tumor tersebut jinak atau ganas. hasil pemeriksan
patologi anatomi (PA) seperti inilah yang dijadikan gold standart atau
diagnosis pasti suatu tumor.
b. Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi menggunakan alat endoskop yaitu berupa pipa
fleksibel yang ramping dan memiliki penerangan pada ujungnya sehingga d
apat membantu untuk melihat area sinonasal yang tidak dapat terjangkau
melalui rhinoskopi.
c. Pemeriksaan X-ray
Normal sinus x-ray dapat menunjukkan sinus dipenuhi dengan gambaran
seperti udara. tanda x-ray sebaiknya dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT
scan
d. CT Scant
e. MRI
f. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam
tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke tubuh pasien.
10. Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis terkait gejala yang dialami
oleh pasien, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang.
11. Penatalaksanaan
Pasien dengan tumor sinus paranasal biasanya dirawat oleh tim spesialis
menggunakan pendekatan holistik multidisiplin ilmu. Setiap pasien menerima
rencana pengobatan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhannya. pilihan
pengobatan untuk tumor sinonasal meliputi:
a. Pembedahan
Terspi bedah yang dilakukan biasanya adalah terapi kuratif dengan reseksi
bedah. Secara umum, terapi bedah ini umumnya dilakukan pada lesi jinak.
b. Radioterapi
Terapi radiasi juga disebut radioterapi dan terapi radiasi diberikan setelah
dilakukannya terapi utama seperti pembedahan.
c. Kemoterapi
Kemoterapi biasanya diperuntukkan untuk terapi tumor stadium lanjut.
12. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
Perdarahan arteri etmoid, kebocoran cairan otak, epifora yang disebabkan oleh
obstruksi pada aliran traktur lakrimalis dan diplopia.
13. Prognosis
Pada umumnya prognosis kurang baik. Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi prognosis keganasan pada sinonasal. Faktor-faktor tersebut
seperti perbedaan diagnosis histology, asal tumor primer, perluasan tumor,
pengobatan yang diberikan sebelumnya, terapi yang diberikan, status
imunologis, lamanya follow up, dan lain-lain.
c. Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan BAB (Frekuensi, kesulitan, ada / tidak ada darah, penggunaan
obat pencahar). Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK :
disuria, nokturia, inkontenensia). Dimana pertanyaan yang dapat diajukan
meliputi:
Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan mulai terasa?
Apa terdapat gangguan seperti konstipasi atau diare?
Bagaimana pola BAK klien?
Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing, atau sakit pada bagian organ
reproduksi
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Menggambarkan pola latihan dan aktivitas, fungsi pernapasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata diri
apabila tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang
lain, 3 : dibantu orang dan alat 4 : tergantung dalam melakukan
ADL,kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung,
frekuensi,irama dan kedalam nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Biopsi
Biopsi adalah pengangkatan sejumlah kecil jaringan untuk pemeriksaan
dibawah mikroskop. Adapun sampel diambil untuk mengevaluasi sel,
jaringan dan organ untuk mendiagnosa penyakit.Ini merupakan salah satu
cara untuk mengkonfirmasi apkah tumor tersebut jinak atau ganas. hasil
pemeriksan patologi anatomi (PA) seperti inilah yang dijadikan gold
standart atau diagnosis pasti suatu tumor.
b. Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi menggunakan alat endoskop yaitu berupa pipa
fleksibel yang ramping dan memiliki penerangan pada ujungnya sehingga
dapat membantu untuk melihat area sinonasal yang tidak dapat terjangkau
melalui rhinoskopi.
c. Pemeriksaan X-ray
Normal sinus x-ray dapat menunjukkan sinus dipenuhi dengan gambaran
seperti udara. tanda x-ray sebaiknya dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT
scan
d. CT Scant
e. MRI
f. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam
tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke tubuh pasien.
Nyeri Akut
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Risiko Infeksi
Nyeri akut b.d Setelah diberikan NIC Label : Pain Management 1. Lokasi, karakteristik, durasi, S : Klien mengatakan
agens cedera asuhan keperawatan frekuensi, kualitas dan faktor nyerinya berkurang
1. Mengkaji nyeri secara
biologis (virus selama ...x24 jam presipitasi nyeri merupakan hal (skala 3) setelah
komprehensif termasuk lokasi,
penyebab diharapkan nyeri klien yang dijadikan ukuran untuk diberikan terapi
karakteristik, durasi, frekuensi,
penyebab tumor berkurang atau hilang melihat kondisi klien. analgetik dan
kualitas dan faktor presipitasi. 2. Untuk menilai skala nyeri yang
sinonasal) dengan kriteria hasil: 2. Mengobservasi aspek dilakukan teknik
NOC Label : Pain dirasakan klien.
ditandai dengan nonverbal terhadap nyeri yang 3. Dapat meminimalisir penggunaan relaksasi
level
perubahan dirasakan. teknik farmakologi untuk O : Klien terlihat
frekuensi 3. Mengajarkan teknik non
1. Klien melaporkan mengurangi skala nyeri klien. merasa nyaman dan
pernapasan farmakologi: napas dalam, 4. Untuk mengoptimalkan
rasa nyeri yang
tidak lagi meringis
meringis, dan relaksasi, distraksi, dan penanganan nyeri pada klien.
ringan (skala 3)
5. Untuk menurunkan skala nyeri seperti sebelumnya
sikap melindungi 2. Klien tidak kompres panas atau dingin.
4. Kolaborasikan penggunaan dan mencegah peningkatan skala
area nyeri (pada mengerang atau A: Tujuan tercapai
analgetik dengan dokter. nyeri.
pipi, wajah, mata, menangis terhadap
5. Mengeliminasi faktor yang 6. Posisi klien yang nyaman dapat
P: Pertahankan
kepala) rasa sakitnya
dapat menyebabkan nyeri. meminimalisir faktor predisposisi. kondisi klien yakni
3. Klien tidak
6. Memposisikan klien dalam 7. Melihat karakteristik nyeri yang
menunjukkan rasa posisi senyaman mungkin. dialami klien, sehingga akan mempertahankan
7. Menanyakan pada klien kapan
sakit akibat mempengaruhi tindakan kenyamanan klien dan
nyeri menjadi lebih buruk dan
nyerinya. keperawatan dan diagnosa yang mengeliminasi faktor
apa yang dilakukan untuk
akan ditegakkan. penyebab nyeri
menguranginya. 8. Mempercepat proses penurunan
NOC Label : Pain 8. Mengajarkan prinsip dari
skala nyeri klien.
control manajemen nyeri.
NIC Label : Analgesic
1. Klien menyadari 1. Untuk dapat menentukan
administration
awal terjadinya medikasi yang tepat agar tujuan
nyeri dengan baik 1. Mengetahui lokasi, tercapai maksimal.
2. Klien dapat 2. Untuk mencegah terjadinya alergi
karakteristik, kualitas, dan
menjelaskan faktor ketika pemberian medikasi.
derajat nyeri sebelum 3. Untuk mengoptimalkan
penyebab timbulnya
memberikan pasien medikasi penggunaan analgesik dalam
nyeri dengan sering 2. Melakukan pengecekan
3. Klien dapat upaya mengurangi skala nyeri
terhadap riwayat alergi
menyebutkan 3. Memilih analgesic yang sesuai klien.
4. Untuk mengetahui adanya
gejala-gejala nyeri atau kombinasikan analgesic
perubahan tanda-tanda vital
yang dirasakan saat di resepkan analgesik lebih
4. Menggunakan sebelum dan setelah diberikan
dari satu
pengobatan non 4. Memonitor tanda-tanda vital analgesic sehingga dapat
farmakologis untuk sebelum dan setelah diberikan menentukan kondisi klien saat ini.
5. Untuk menentukan keberlanjutan
meredakan rasa analgesic dengan satu kali dosis
pemakaian analgesik.
sakit atau tanda yang tidak biasa
5. Menggunakan
dicatat perawat
analgesic sesuai 5. Mengevaluasi keefektian dari
yang analgesic
direkomendasikan
Ketidakseimbang Setelah dilakukan NIC Label : Nutrition Management NIC Label : Nutrition Management S: Klien mengatakan
an Nutrisi kurang asuhan keperawatan nafsu makannya sudah
1. Kaji riwayat intake makanan. 1.Riwayat intake makanan
dari kebutuhan selama …x 24 jam mulai kembali dan dapat
menunjukan status nutrisi klien.
makan seperti semula
tubuh b.d faktor klien menunjukkan 2. Kaji perubahan nafsu makan
biologis (penyakit keseimbangan nutrisi dan akibatnya. 2.perubahan nafsu makan O : Klien dapat
tumor sinonasal) dengan kriteria hasil : menunjukan kondisi nutrisi klien. menghabiskan makannya
3.Kaji tinggi badan, berat badan
ditandai dengan dan tidak tampak lemas
NOC : Nutritional dan bandingkan dengan nilai 3.Untuk mengetahui berat badan
tonus otot lagi
Status normal. ideal klien.
menurun dan A : Tujuan tercapai
1.Pemasukan nutrisi 4.Atur pola makan sesuai dengan 4.Untuk menyesuaikan pola makan
penurunan berat
tidak mengalami pola hidup pasien dengan tepat. fan pola hidup klien. P : Pertahankan kondisi
badan 20% atau
penyimpangan klien yakni
lebih 2.Pemasukan makanan 5.Kolaborasi dengan ahli nutrisi 5.Perlu bantuan dalam perencanaan mempertahankan nafsu
mengalami untuk jumlah kalori dan tipe diet yang memenuhi kebutuhan makan normal,dan tidak
penyimpangan nutrisi yang dibutuhkan untuk nutrisi klien. lemas
pemenuhan nutrisi.
3.Pemasukan cairan
mengalami 6. Monitor intake nutrisi klien.
penyimpangan 6.Untuk menyeimbangkan intake
nutrisi yang adekuat.
4.Tinggi dan berat
badan sesuai dan dapat 7.Anjurkan klien untuk makan 7.Agar nutrisi klien tetap terjaga
dipertahankan. sedikit tetapi sering. walaupun dengan menghabiskan
sedikit energi.
terhadap terjadinya untuk memenejemen gejala meningkatkan derajat kesehatan A: Tujuan tercapai
. Risiko Infeksi Setelah melakukan NIC Label: Infection control NIC Label: Infection control S : Klien mengatakan
b.d faktor asuhan keperawatan merasa nyaman dan
1. Ajarkan Teknik mencuci tangan 1.Mencuci tangan merupakan control
risiko selam …. X 24 jam tidakmerasa lemas
untuk perawatan kesehatan terhadap masuknya agen infeksius ke
ketidakadekuat diharapkan infeksi
personal dakam tubuh O : Tanda-tanda infeksi
an pertahanan dapat diatasi dengan
(-)
sekunder kriteria hasil : 2. Gunakan sabun 2. Sabun antimikrobakterial dapat
antimikrobakterial untuk mencuci membunuh kuman A: Tujuan tercapai
NOC label : Infection
tangan secara tepat
Severity 3. Asupan nutrisi meningkatkan daya P: Pertahankan
3. Anjurkan mengkonsumsi asupan imunitas tubuh dalam tubuh kondisi klien
1. Tanda demam
nutrisi secara tepat
kemerahan berkurang 4. Istirahat agar mekanisme imun
4. Anjurkan untuk istirahat dalam tubuh dapat bekerja dengan
2. Tidak ada cairan
baik
purulen 5. Pemberian terapi antibiotik
3. Jumlah sel darah termasuk didalamnya terapi stem 5. terapi antibiotik dapat dijadikan
putih normal (7.000- sel, dan agen anti sikling sebagai suatu modalitas dalam proses
10.000 L/m3 ) penyembuhan
6. Ajarkan kepada pasien dan
keluarga tentang tanda dan gejala 6. Mengetahui tanda dan gejala
dari infeksi dan kapan untuk infeksi dapat menambah pengetahuan
melaporkannya kepada tenaga pasien dan keluarga bila
kesehatan mengalaminya
Bulecheck GM., Butcher HK., Dochterman JM., Wagner CM. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC). Mosby Elsevier : USA
Soepardi, EA. (2007). Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Jakarta: Gaya Baru