Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

1.

Anatomi dan Fisiologi Mata


A. Orbita
Rongga orbita secara skematis digambarkan sebagai piramida dengan 4
dinding yang mengerucut ke posterior. Dinding medial orbita kiri dan kanan
terletak parallel dan dipisahkan oleh hidung. Pada setiap orbita, dinding lateral
dan medialnya membentuk sudut 45 derajat, menghasilkan sudut siku antara
kedua dinding lateral. Bentuk orbita dianalogikan sebagai buah pir,dengan nervus
opticus sebagai tangkainya. Diameter lingkar anterior sedikit lebih kecil dari pada
diameter region di bagian dalam tepian sehingga terbentuk bingkai pelindung
yang kokoh.
Volume orbita dewasa kira-kira 30 mL dan bola mata hanya menempati
sekitar seperlima bagian rongga. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya.
Batas anterior rongga orbita adalah septum orbitale, yang berfungsi sebagai
pemisah antara palpebral dan orbita.
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus maksilaris di bawah,
serta sinus ethmoidalis dan sfenoidalis di medial. Dasar orbita yang tipis mudah
rusak oleh trauma langsung pada bola mata, mengakibatkan timbulnya fraktur
“blowout”dengan herniasi isi orbita ke dalam antrum maksilaris. Infeksi pada
sinus sfenoidalis dan etmoidalis dapat mengikis dinding medialnya yang setipis
kertas (lamina papyracea) dan mengenai isi orbita. Defek pada atapnya (mis.,
neurofibromatosis) dapat berakibat terlihatnya pulsasi pada bola mata yang
berasal dari otak.
- Dinding orbita
Atap orbita terutama terdiri atas pars orbitalis ossis frontalis. Kelenjar
lakrimal terletak di dalam fossa glandulae lacrimalis di bagian anterior lateral
atap. Ala minor ossis sphenoidalis yang mengandung kanalis optikus
melengkapi bagian atap di posterior.
Dinding lateral dipisahkan dari bagian atap oleh fissura orbitalis
superior, yang memisahkan ala minor dari ala major ossis sphenoidalis.
Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitalis ossis zygomatici
(malar). Inilah bagian terkuat dari tulang-tulang orbita. Ligamentum
suspensorium, tendo palpebralis lateralis, dan ligamentum “check”
mempunyai jaringan ikat yang melekat pada tuberculum orbitale lateral.
Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral oleh fissura orbitalis
inferior. Pars orbitalis maxillae membentuk daerah sentral yang luas bagian
dasar orbita dan merupakan tempat tersering terjadinya fraktur blowout.
Processus frontalis maxillae di medial dan os zygomaticum di lateral
melengkapi tepi inferior orbita. Processus orbitalis ossis palatine membentuk
daerah segitiga kecil pada dasar posterior.

Gambar 1. Tulang-tulang dinding orbita kiri

Batas-batas dinding medial rongga orbita tidak terlalu jelas. Os


ethmoidale tipis seperti kertas, tetapi menebal kearah anterior saat bertemu
dengan os lacrimale. Corpus ossis sphenoidalis membentuk bagian paling
posterior dinding medial, dan processus angularis ossis frontalis membentuk
bagian atas crista lacrimalis posterior. Bagian bawah crista lacrimalis posterior
dibentuk oleh os lacrimale. Crista lacrimalis anterior teraba dengan mudah
melalui palpebral dan terdiri atas processus frontalis maxillae. Sulcus
lacrimalis terletak di antara kedua crista dan mengandung saccus lacrimalis.

- Apeks orbita
Gambar 2. Aspek Orbita kanan

Apeks orbita adalah tempat masuk semua saraf dan pembuluh ke mata
dan tempat asal semua otot ekstraokular, kecuali obliquus inferior. Fissura
orbitalis superior terletak di antara corpus serta ala major dan minor ossis
sphenoidalis. Vena ophthalmica superior dan nervus lacrimalis, frontalis, dan
trochlearis berjalan melalui bagian lateral fissura yang terletak di luar annulus
Zinn. Ramus superior dan inferior nervus oculomotorius serta nervus abducens
dan nasociliaris berjalan melalui bagian medial fissura di dalam annulus Zinn.
Nervus opticus dan arteria ophthalmica berjalan melalui kanalis optikus, yang
juga terletak di dalam anulus Zinn. Vena ophthalmica inferior dapat melalui
bagian manapun dari fissura orbitalis superior, termasuk bagian yang
bersebelahan dengan corpus ossis sphenoidalis yang terletak di sebelah
inferomedial anulus Zinn. Vena ophthalmica inferior sering bergabung dengan
vena ophthalmica superior sebelum keluar dari orbita.

- Vaskularisasi
Pemasok arteri utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri
ophthalmica, yaitu cabang besar pertama arteri carotis interna bagian
intracranial. Cabang ini berjalan di bawah nervus opticus dan bersamanya
melewati kanalis optikus menuju orbita. Cabang infraorbital pertama adalah
arteri centralis retinae, yang memasuki nervus opticus sekitar 8-15 mm di
belakang bola mata. Cabang-cabang lain arteri ophthalmica adalah arteri
lacrimalis, yang memperdarahi glandula lacrimalis dan kelopak mata atas;
cabang-cabang muskularis ke berbagai ototorbita; arteri ciliaris posterior
longus dan brevis; arteri palpebrales mediales ke kedua kelopak mata; dan
arteri supraorbitalis serta supratrochlearis. Arteri ciliaris posterior brevis
memperdarahi koroid dan bagian-bagian nervus opticus. Kedua arteri ciliaris
posterior longus memperdarahi corpus ciliaris, beranastomosis satu dengan
yang lain, dan bersama arteri ciliaris anterior membentuk circulus arteriosus
major iris. Arteri ciliaris anterior berasal dari cabang-cabang muskularis dan
menuju ke musculi recti. Arteri ini memasok darah ke sklera, episklera,
limbus, dan konjungtiva, serta ikut membentuk circulus arterialis major iris.
Cabang-cabang arteri ophthalmica yang paling anterior ikut membentuk
aliran-aliran arteri yang berkelok-kelok di kelopak mata, yang membuat
anastomosis dengan sirkulasi karotis eksterna melalui arteri facialis.

Gambar 3. Perdarahan segmen anterior

Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena ophthalmica


superior dan inferior, yang juga menampung darah dari venae vorticosae, vena
ciliaris anterior, dan vena centralis retinae. Vena ophthalmica berhubungan
dengan sinus cavernosus melalui fissura orbitalis superior, dan dengan pleksus
venosus pterigoideus melalui fissura orbitalis inferior. Vena ophthalmica
superior mula-mula terbentuk dari vena supraorbitalis dan supratrochelaris
serta dari 1 cabang vena angulari; ketiga vena tersebut mengalirkan darah dari
kulit di daerah periorbital. Vena ini membentuk hubungan langsung antara
kulit wajah dan sinus cavernosus sehingga dapat menimbulkan thrombosis
sinus cavernosus yang fatal pada infeksi superfisial di kulit periorbital.

B. Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampirbulat, dengan diameter anteroposterior
sekitar 24,2 mm.
- Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi palpebral (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea di limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata
dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus
jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices
dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Konjungtiva
bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di
limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang 3 mm).
Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak, dan mudah bergerak
(plica semilunaris) terletak di kantus internus dan merupakan selaput
pembentuk kelopak mata dalam pada beberapa hewan kelas rendah. Struktur
epidermoid kecil semacam daging (caruncula) menempel secara superficial ke
bagian dalam plica semilunaris dan merupakan zona transisi yang
mengandung baik elemen kulit maupun membran mukosa.
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri ciliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama
banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk
jaring-jaring vascular konjungtiva yang sangat banyak. Pembuluh limfe
konjungtiva tersusun di dalam lapisan superficial dan profundus dan
bergabung dengan pembuluh limfe palpebral membentuk pleksus limfatikus
yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik)
pertama nervus V. Saraf ini memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit.

Gambar 4. Konjungtiva

- Kapsul Tenon (Fasia Bulbi


Kapsul Tenon adalah suatu membran fibrosa yang membungkus bola
mata dari limbus sampai nervus opticus. Di dekat limbus, konjungtiva, kapsul
Tenon, dan episklera menyatu. Lebih posterior lagi, permukaan dalam kapsul
Tenon berhadapan langsung dengan sklera, dan sisi luarnya berhadapan
dengan lemak orbita dan struktur-struktur lain dalam kerucut otot ekstraokular.
Pada titik tempat kapsul Tenon ditembus tendo-tendo otot ekstraokular dalam
perjalanannya menuju ke tempat insersinya di bola mata, kapsul ini
membentuk lipatan tubular di sekeliling otot-otot tersebut. Lipatan-lipatan
fasia ini akan menyatu dengan fasia ototnya, fasia yang menyatu ini melebar
ke struktur-struktur sekelilingnya dan ke tulang orbita. Perluasan fasia ini
cukup kaku dan membatasi kerja otot ekstraokular sehingga dikenal sebagai
ligament check. Ligamen ini mengatur arah gerak otot-otot ekstraokular dan
berfungsi sebagai origo mereka. Segmen bawah kapsul Tenon tebal dan
menyatu dengan fasia musculus rectus inferior dan musculus obliquus inferior
membentuk ligamentum suspensorium bulbi, tempat terletaknya bola mata.

- Skera & Episklera


Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang
hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih
serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus
opticus di posterior. Pita-pita kolagen dan jaringan elastin membentang di
sepanjang foramen sklera posterior, membentuk lamina cribrosa, yang di
antaranya dilalui oleh berkas akson nervus opticus. Permukaan luar sklera
anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis jaringan elastic halus, episklera,
yang mengandung banyak pembuluh darah yang mendarahi sklera. Lapisan
berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera adalah lamina fusca, yang
membentuk lapisan luar ruang suprakoroid.
Pada tempat insersi musculi recti, tebal sklera sekitar 0,3 mm; di
tempat lain tebalnya sekitar 0,6 mm. Di sekitar nervus opticus, sklera ditembus
oleh arteri ciliaris posterior longus dan brevis, dan nervus ciliaris longus dan
brevis. Arteri ciliaris posterior longus dan nervus ciliaris longus melintas dari
nervus opticus ke corpus ciliaris di sebuah lekukan dangkal pada permukaan
dalam sklera di meridian jam 3 dan jam 9. Persarafan sklera berasal dari saraf-
saraf ciliaris.
Gambar 5. Anatomi mata
- Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke
dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut
sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 μm di
pusatnya; diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda:
lapisan epitel (yang berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. Lapisan
epitel mempunyai lima atau enam lapis sel. Lapisan Bowman merupakan
lapisan jernih aseluler, yang merupakan bagian stroma yang berubah.
Gambar 6. Potongan melintang kornea

Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah


limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea superficial juga mendapatkan
sebagian besar oksigen dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari
cabang pertama (ophthalmicus) nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi
kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularis, dan
deturgensinya.

- Traktus Uvealis
Traktus uvealis terdiri dari iris, corpus ciliare, dan koroid. Bagian ini
merupakan lapisan vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan
sklera. Struktur ini ikut mendarahi kornea.
 Iris
Iris adalah perpanjangn corpus ciliare ke anterior. Iris berupa
permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris
terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan
bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang masing-masing berisi
aqueous humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator.
Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan
perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina kearah anterior.
Vaskularisasi iris didapatkan dari circulus major iris. Kapiler-kapiler
iris mempunyai lapisan endotel yang tak berlubang (nonfenestrated)
sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein yang disuntikkan
secara intravena. Persarafan sensoris iris melalui serabut-serabut dalam
nervi ciliaris.
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.
Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara
konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus
kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.
 Corpus Ciliare
Corpus ciliare,yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan
melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal
iris (sekitar 6 mm). corpus ciliare terdiri atas zona anterior yang berombak-
ombak, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4
mm). Processus ciliaris berasal dari pars plicata. Processus ciliaris ini
terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena
vorticosa. Ada dua lapisan epitel siliaris: satu lapisan tanpa pigmen di
sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior; dan satu
lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan lapisan
epitel pigmen retina. Processus ciliaris dan epitel siliaris pembungkusnya
berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor.
Musculus ciliaris, tersusun dari gabungan serat-serat longitudinal,
sirkular, dan radial. Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk mengerutkan
dan relaksasi serat-serat zonula, yang berorigo di lembah-lembah di antara
processus ciliaris. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga
lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat
maupun yang berjarak jauh dalam lapangan pandang.
Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi corpus ciliaris berasal dari
circulus arteriosus major iris. Persarafan sensoris iris melalui saraf-saraf
siliaris.
Gambar 7. Corpus ciliare

 Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.
Koroid tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan
kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar
lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai
koriokapilaris. Darah dari pembuluh koroid dialirkan melalui empat vena
vorticosa, satu di tiap kuadran posterior. Koroid di sebelah dalam dibatasi
oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Koroid melekat erat
ke posterior pada tepi-tepi nervus opticus. Di sebelah anterior, koroid
bergabung dengan corpus siliaris. Kumpulan pembuluh darah koroid
mendarahi bagian luar retina yang menyokongnya.
Gambar 8. Potongan melintang koroid

 Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9
mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris; zonula
menghubungkannya dengan corpus siliaris. Di sebelah anterior lensa
terdapat aqueous humor; di sebelah posterior, vitreus. Kapsul lensa adalah
suatu membran semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding
kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.
Gambar 9. Potongan lensa (vertikal)

Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nucleus lensa


lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-
serat lamelar subepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan
menjadi lebih besar dan kurang elastic. Nucleus dan korteks terbentuk dari
lamellae konsentris yang panjang.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula (zonula Zonii), yang tersusun atas banyak fibril;
fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke
dalam ekuator lensa. Tidak ada serat nyeri, pembulu darah, atau saraf di
lensa.
- Sudut Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer
dan pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis Schwalbe,
anyaman trabekula (yang terletak di atas kanal Schlemm), dan taji sklera
(sclera spur).
Gambar 10. Sudut bilik mata depan

Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Anyaman


trabekula berbentuk segitiga pada potongan melimtang, dengan dasar yang
mengarah ke corpus ciliaris. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar
berlubang jaringan kolagen dan elastik, yang membentuk suatu filter dengan
pori yang semakin mengecil ketika mendekati kanal Schlemm. Bagian-bagian
anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata depan, dikenal sebagai anyaman
uvea.

Gambar 11. Fotomikrograf sudut bilik mata depan

- Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dengan
semitransparan yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola
mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliaris dan
berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak rata. Di sebagian besar
tempat, retina dan epitel pigmen retina mudah terpisah sehingga mudah
terbentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasi retina.
Permukaan dalam retina berhadapan dengan vitreus. Lapisan-lapisan
retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut: (1) membran limitans
interna; (2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion
yang berjalan menuju nervus opticus; (3) lapisan sel ganglion; (4) lapisan
pleksiform dalam, yang mengandung sambungan sel ganglion dengan sel
amakrin dan sel bipolar; (5) lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar,
amakrin dan horizontal; (6) lapisan pleksiform luar, yang mengandung
sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan inti
luar sel fotoreseptor; (8) membran limitan eksterna; (9) lapisan fotoreseptor
segmen dalam dan luar batang dan kerucut; dan (10) epitel pigmen retina.
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,56 mm pada
kutub posterior. Di tengah-tengah retina terdapat macula, yang secara klinis
dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh cabang-cabang pembuluh darah
retina temporal
Retina menerima darah dari dua sumber: koriokapilaris yang berada
tepat di luar membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk
lapisan pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel
pigmen retina; serta cabang-cabang dari arteri centralis retinae, yang
mendarahi dua pertiga dalam retina. Fovea seluruhnya diperdarahi oleh
koriokapilaris dan rentan terhadap kerusakan yang tak dapat diperbaiki bila
retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel
yang tidak berlubang, yang membentuk sawar darah-retina. Lapisan endotel
pembuluh koroid berlubang-lubang. Sawar darah-retina sebelah luar terletak
setinggi lapisan epitel pigmen retina.
- Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang
dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus –
membran hyaloid – normalnya berkontak dengan struktur berikut: kapsul lensa
posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi
optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke
lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Di awal
kehidupan, vitreus melekat kuat pada kapsul lensa dan caput nervi optici,
tetapi segera berkurang di kemudian hari.
Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen,
kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel
pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air.

Gamba 12. Vitreus

- Otot-Otot Ekstraokuler
Enam otot ekstraokular mengendalikan gerak setiap mata: empat
muskulus rektus dan dua obliquus.
Gambar 13. Otot-otot ekstraokuler

1. Otot-otot Rektus
Keempat otot rektus mempunyai origo pada annulus Zinn yang
mengelilingi nervus opticus di apeks posterior orbita. Mereka dinamakan
sesuai insersionya ke dalam sklera pada permukaan medial, lateral,
inferior, dan superior mata. Fungsi utama otot-otot itu secara berturut-turut
adalah aduksi, abduksi, mendepresi, dan mengelevasi bola mata. Otot-otot
itu panjangnya 40 mm, menjadi tendo mulai 4-9 mm dari titik insersio;
pada lokasi insersio lebar mereka sekitar 10 mm. Perkiraan jarak titik
insersio dari limbus kornea adalah: rektus medialis – 5,5 mm; rektus
inferior – 6,75 mm; rektus lateralis – 7 mm; rektus superior – 7,5 mm.
Pada posisi primer mata, muskulus rektus vertical membentuk sudut kira-
kira 23 derajat dengan sumbu optic.
2. Otot-otot Obliquus
Kedua otot obliquus terutama mengendalikan gerak torasional dan, sedikit
mengatur gerak bola mata ke atas dan bawah untuk membungkus
musculus obliquus inferior dan berinsersio pada batas bawah lempeng
tarsus inferior dan orbicularis oculi. Serat-serat otot polos musculus
tarsalis inferior berhubungan dengan aponeurosis tersebut.
Komponen otot polos refraktor palpebra dipersarafi oleh saraf
simpatis, sedangkan levator dan musculus rectus inferior oleh saraf cranial
ketiga (oculomotorius). Ptosis merupakan gambaran sindrom Horner dan
kelumpuhan nervus ketiga.

Gambar 14. Otot-otot Rektus

3. Musculus Levator Palpebrae Superior


Musculus levator palpebra muncul sebagai tendo pendek dari permukaan
bawah ala minar ossis sphenoidalis, di atas dan di depan foramen opticum.
Tendo tersebut menyatu dengan origo musculus rectus superior di
bawahnya. Kedua ujung aponeurosis levator disebut kornu medial dan
lateral. Kornu medial tipis dan menempel di bawah sutura frontolacrimalis
dan ke dalam ligamentum palpebrae mediale. Kornu lateral berjalan di
antara bagian orbita dan bagian palpebra glandula lakrimalis lalu
berinsersio ke dalam tuberculum orbitale dan ligamentum palpebrae
laterale.
Levator dipersarafi oleh cabang superior nervus oculomotorius (III).
Perdarahan levator palpebrae superior datang dari cabang muscular lateral
arteri ophthalmica.
No. 2 dan 3

Kelainan refraksi merupakan penyebab utama gangguan fungsi penglihatan yang


dapat dicegah, dan koreksi kacamata yang sesuai dapat memberikan penglihatan optimal bagi
individu yang mengalaminya. Pada pasien kedua tidak mengalami kemajuan setelah
dikoreksi karena pada saat dikoreksi, lensa yang digunakan tidak sesuai dengan visus pasien.
Untuk melakukan koreksi, kadang terdapat beberapa jenis kekuatan lensa yang pas untuk
digunakan melihat dengan jelas, namun tidak semua lensa tersebut akan nyaman digunakan
sebagai lensa bantu. Hanya akan ada satu jenis kekuatan lensa yang memberikan penglihatan
yang jelas dan kenyamanan saat dipakai sebagai lensa bantu yaitu lensa yang akan
meminimalkan akomodasi penderita. Untuk melakukan koreksi perlu dicoba beberapa jenis
kekuatan lensa secara berurutan yang tetap memberikan penglihatan yang jelas dan
kenyamanan saat membaca huruf tersebut.
Ketepatan koreksi sangat ditentukan oleh ketepatan ukuran lensa bantu yang dapat
membiaskan sinar tepat pada retina dengan akomodasi lensa yang minimal agar penderita
dapat melihat dengan jelas dan nyaman. Orang yang tidak mengontrol akomodasinya sering
menyatakan bahwa kadang ia melihat deretan huruf yang sama secara jelas dan kabur. Hal
tersebut harus dapat dikontrol oleh pemeriksa. Usahan untuk melakukan pemeriksaan refraksi
secepat mungkin untuk menghindari kebosanan dari penderita yang akan mempengaruhi
keakuratan hasil pemeriksaan. Terutama pada anak-anak yang cepat bosan sehingga perlu
banyak dihibur untuk membantu konsentrasinya dan orangtua yang cepat lelah sehingga
pemeriksaan dapat diteruskan di lain waktu.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tajam Penglihatan

1. Kuat Penerangan atau Pencahayaan


Mata manusia sensitif terhadap kekuatan pencahayaan, mulai dari beberapalux
di dalam ruangan gelap hingga 100.000 lux di tengah terik matahari. Kekuatan
pencahayaan ini aneka ragam yaitu berkisar 2000-100.000 di tempat terbuka
sepanjang siang dan 50-500 lux pada malam hari dengan pencahayaan buatan.
Penambahan kekuatan cahaya berarti menambah daya, tetapi kelelahan
relatif bertambah pula. Kelelahan ini diantaranya akan mempertinggi kecelakaan.
Namun meskipun pencahayaan cukup, harus dilihat pula aspek kualitas pencahayaan,
antara lain faktor letak sumber cahaya.
Sinar yang salah arah dan pencahayaan yang sangat kuat menyebabkan kilauan
pada obyek. Kilauan inidapat menimbulkan kerusakan mata. Begitu juga penyebaran
cahaya di dalam ruangan harus merata supaya mata tidak perlu lagi menyesuaikan
terhadap berbagai kontras silau, sebab keanekaragaman kontras silau
menyebabkankelelahan mata. Sedangkan kelelahan mata dapat menyebabkan :
a. Irritasi, mata berair dan kelopak mata berwarna merah (konjungtivitis)
b. Penglihatan rangkap
c. Sakit kepala
d. Ketajaman penglihatan merosot, begitu pula kepekaan terhadap
perbedaan(contrast sensitivity) dan kecepatan pandangan
e. Kekuatan menyesuaikan (accomodation) dan konvergensi menurun

2. Waktu Papar
Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang
jamkerjanya melebihi 40 jam/minggu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat
kerja. Yang dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu
istirahat. Meskipun terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja informal
bekerja lebih dari 7 jam/hari. Hal ini menimbulkan adannya beban tambahan pada
pekerja yang padaakhirnya menyebabkan kelelahan.mental dan kelelahan mata.

3. Umur
Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Pada
tenagakerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan
berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat
dengan ketajaman yang sama .
Makin banyak umur, lensa bertambah besar dan lebih pipih, berwarna
kekuningan dan menjadi lebih keras. Hal ini mengakibatkan lensa kehilangan
kekenyalannya, dan karena itu, kapasitasnya untuk melengkung juga berkurang.
Akibatnya, titik-titik dekat menjauhi mata, sedang titik jauh pada umumnya tetap saja.

4. Kelainan Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan
yangterdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola
mata demikian seimbang sehingga bayangan benda selalu melalui mediapenglihatan
dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata
emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat diretinanya pada keadaan
mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Pungtum Proksimum
merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas.
Pungtum Remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihatdengan
jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan denganretina
atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia, pungtum remotum terletak di depan
mata.
Secara klinik kelainan refraksi adalah akibat kerusakan ada akomodasi visuil,
entah itu sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan pada lensa. Kelainan
refraksi yang sering dihadapi sehari-hari adalah miopia, hipermetropia, presbiopia,
dan astigmatisma.

5. Pasien ke 2, kenapa nyeri pada bola mata sebelah kiri


Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga
disebabkan oleh gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenarasi
berkas serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan ini terjadi pada cabang-cabang
sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan
intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik mekenan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah bola mata. Bagian tepi
papil saraf optik relatif kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi cekungan papil
saraf optik dan nyeri pada bola mata.
Daftar Pustaka

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Ilyas, S. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta

You might also like