Bab Ii

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 33

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Pembelajaran Menulis

1. Hakikat Pembelajaran Menulis

Membicarakan hakikat pembelajaran menulis, khususnya menulis

karangan deskripsi. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya

adalah untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa siswa,

sesuai dengan jenjang dan tingkat yang di jalani siswa.Menulis dapat

didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Hoerudin,

dkk 2007:4). Semua orang pernah melakukan aktivitas menulis, walaupun

hanya sebuah coretan atau beberapa untaian kata. Tulisan merupakan

sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati

pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak

terdapat empat unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan

(penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan

pembaca sebagai penerima pesan (Hoerudin, dkk 2007:4)

Takala (dalam Achmadi, 1990) yang dikutip oleh Hoerudin(2007:5),

bahwa menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan

mengorganisasi makna dalam tataran ganda; bersifat interaktif dan

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sistem

tanda konvensional yang dapat dibaca.

11
12

Di sekolah-sekolah pembelajaran menulis lebih diarahkan pada

pembelajaran terhadap siswa agar memiliki kemampuan berkomunikasi

secara tertulis selain itu, pembelajaran menulis juga bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berfikir/bernalar secara kemampuan

memperluas wawasan.

Menuangkan buah fikiran secara teratur dan terorganisasi kedalam

sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami jalan

pikiran seseorang, tidaklah mudah. Banyak orang yang fasik berbicara,

namun kurang mampu menuangkan gagasan secara tertulis. Kemampuan

menulis merupakan hasil proses belajar dan ketekunan berlatih.

2. Manfaat Menulis

Menulis memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia.

Banyak orang yang segan untuk menceritakan hal-hal yang pahit dalam

kehidupannya di hadapan orang lain. Oleh karena itu, menulis dijadikan

alternatif untuk mengeluarkan semua emosi dalam diri seseorang.

Seseorang bebas menuliskan pengalaman pahitnya tanpa malu dan

disaksikan orang lain.Menulis juga bisa membuat seseorang menjadi

populer, seperti Habiburrahman El Shirazy penulis novel. Ia menjadi

populer karena tulisannya yang memukau.

Manfaat menulis menurut Akhadiah dkk (2003:1-2) adalah sebagai

berikut.

a. Penulis dapat mngenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan

menulis, penulis dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya


13

tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus

berfikir menggali pengetahuan dan pengalamannya.

b. Penulis dapat berlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan.

Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan,

serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan gagasan.

c. Penulis dapat lebih menyerap, mencari, serta menguasai informasi

sehubungan dengan topik yang tertulis. Kegiatan menulis dapat

memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta

yang yang berhubungan.

d. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan secara sistematis serta

mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat

menjelaskan permasalahan yang semula masih samar.

e. Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih

objektif.

f. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah

memecahkan permasalahan dengan menganalisisnya secara tersurat

dalam konteks yang lebih konkret.

g. Penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi

penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyedap

ibformasi dari orang lain.

h. Dengan kegiatan menulis yang terencana, membiasakan penulis berfikir

serta berbahasa secara tertib dan tentram.


14

3. Tujuan Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk

mnegungkapkan ide, gagasan, informasi, pesan melalui bahasa tulisan.

Namun, membicarakan kegiatan menulis tidak hanya sebatas itu saja,

pembicaraan mengenai menulis akan lebih detail lagi. Hugo Hartig dalam

Tarigan (2008:25) mengungkapkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai

berikut.

a. Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.

Penulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemampuan sendiri.

b. Altruistic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan

kedudukan para pembaca, ingin mendorong para pembaca memahami,

menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para

pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c. Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran

gagasan yang diutarakan.

d. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan

kepada para pembaca.


15

e. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang

pengarang kepada para pembaca.

f. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi

“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan

dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal,

seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-

nilai kesenian.

g. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.

Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti

secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat

dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai

beberapa tujuan yaitu bertujuan penugasan, altruistik, persuasif,

informasional, pernyataan diri, kreatif, dan pemecahan masalah.

4. Fungsi Menulis

Melalui aktivitas menulis seseorang dapat mencurahkan gagasan,

pikiran, dan perasaan secara baik, terbuka, dan sistematis. Aktivitas

menulis memudahkan sesorang berpikir kritis dan mengoptimalkan potensi

yang terdapat di dalam dirinya.


16

Tarigan (2008:22) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya tulisan

memiliki fungsi utama sebagai alat berkomunikasi secara tidak langsung.

Menulis dapat memudahkan seseorang untuk merasakan dan

meningkatkan hubungan-hubungan, memperdalam persepsi atau daya

tanggap, memecahkan masalah, serta menyusun urutan bagi pengalaman.

Rusyana (1986:14) menyebutkan bahwa fungsi menulis dapat dilihat

dari dua segi, yaitu segi kegunaan dan segi peranannya dalam mengarang.

a. Fungsi menulis berdasarkan kegunaannya

1) Melukiskan

Dalam tulisan ini penulis menggambarkan atau mendeskripsikan

sesuatu, baik menggambarkan wujud benda atau mendeskripsikan

keadaan sehingga pembaca dapat membayangkan secara jelas apa

yang digambarkan atau dideskripsikan penulisnya. Pembaca seolah-

olah melihat atau mengalami sendiri. Fungsi seperti ini terdapat dalam

karangan deskripsi.

2) Memberi petunjuk

Penulis memberikan petunjuk tentang cara melaksanakan sesuatu.

Pembaca dapat mengikuti petunjuk itu apabila ingin berhasil seperti

yang diharapkan penulis. Fungsi seperti ini terdapat dalam resep dan

pedoman.
17

3) Memerintah

Penulis memberikan perintah untuk melakukan sesuatu dan juga

perintah tidak melakukan sesuatu hal. Fungsi seperti ini terdapat

dalam undang-undang dan peraturan.

4) Mengingat

Penulis mencatat peristiwa, keadaan, dengan tujuan untuk

mengingat hal-hal penting agar tidak terlupakan. Tulisan ini biasanya

berupa buku harian.

5) Berkorespondensi

Penulis melakukan surat menyurat dengan orang lain guna

memeritahukan, menanyakan atau meminta sesuatu, dan berharap

orang yang dituju dapat membalasnya. Fungsi tersebut biasanya

terdapat dalam surat.

b. Fungsi menulis berdasarkan peranannya

1) Penataan

Pada waktu menulis terjadi proses penataan gagasan, pendapat,

pikiran, dan imajinasi. Oleh karena itu, tulisan dapat menggambarkan

proses penataan gagasan, pendapat, pikiran, dan imajinasi dari seorang

penulis.

2) Pengawetan

Tulisan berfungsi sebagai dokumen tertulis yang memiliki sifat

tahun lama.
18

3) Penciptaan

Tulisan merupakan hasil dari proses penciptaan sesuatu dan

mungkin saja sesuatu itu merupakan hal baru yang sebelumnya tidak

ada.

4) Penyampaian

Gagasan, pikiran, imajinasi yang sudah ditata dan diawetkan dalam

wujud tulisan dapat dibaca dan disampaikan kepada orang lain.

Penyampaian itu dapat terjadi bukan saja kepada orang yang

berdekatan tempatnya, melainkan juga kepada orang yang berjauhan.

Penyampaian itu juga dapat terjadi pada masa yang berlainan.

Fungsi menulis menurut Rusyana seperti yang telah diuraikan di atas

menunjukan bahwa menulis karangan deskripsi termasuk kedalam fungsi

berdasarkan kegunaan, yaitu melukiskan dan berdasarkan peranannya yaitu

fungsi penyampaian. Oleh karena itu, menulis karangan deskripsi

merupakan penggambaran atau pendeskripsian suatu gagasan, pikiran,

imajinasi yang sudah ditata dan diawetkan dalam wujud tulisan dapat dibaca

dan disampaikan kepada orang lain yang berupa penggambaran wujud

benda atau pendeskripsian keadaan sehingga pembaca dapat membayangkan

secara jelas apa yang digambarkan atau dideskripsikan penulisnya. Pembaca

seolah-olah melihat atau mengalami sendiri.


19

5. Menulis Sebagai Proses

Beberapa pendekatan dalam pembelajaran menulis menurut Proett dan

Gill, 1986 yang dikutip oleh Hoerudin (2007:31).

a. Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya atihan mengarang,

sekalipun tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan

membantu meningkatkan keterampilan menulis seseorang.

b. Pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang

mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam

menulis.

c. Pendekatan koreksi berkata bahwa seseorang menjadi penulis karena

dia menerima banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas

tulisannya.

d. Pendekatan formal mengungkapkan bahwa keterampilan menulis akan

diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta

konvensi atau aturan penulisan dikuasai dengan baik.

Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan

melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan

(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau

penyempurnaan tulisan).

1) Tahap Prapenulisan

Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan

(warning uf) bagi orang yang berolahraga. Sebenarnya hampir semua

orang mengalami fase ini dalam mengarang. Persoalannya adalah apakah


20

kebenarannya disadari atau tidak, untuk menulis yang sederhana seperti

surat, buku harian, atau memo, keberadaan fase persiapan ini tidaklah

terasa.

Menurut Proet dan Gill (1986), tahap ini merupakan fase mencari,

menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang

diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk

mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam

menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik.

Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan

tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan,

serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka

karangan.

a) Menentukan topik

Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai

seluruh karangan. Ada pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk

mencari, misalnya: “saya mau menulis apa? Apa yang akan saya tulis?

Tulisan saya akan berbicara tentang apa?”

b) Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan

Untuk membantu kita merumuskan tujuan, kita dapat bertanya pada

diri sendiri, “Apakah tujuan saya menulis topik karangan ini? Mengapa

saya menulis karangan dengan topik ini? Dalam rangka apa saya

menulis karangan ini?”.


21

Tujuan menulis ini perlu diperhatikan selama penulisan berlangsung

agar misi karangan dapat tersampaikan dengan baik.

c) Memperhatikan sasaran karangan (pembaca)

Britton (dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995) menyatakan bahwa

keberhasilan menulis dipengaruhi oleh ketepatan pemahaman menulis

terhadap pembaca tulisannya. Kemampuan ini memungkinkan kita

sebagai penuis untuk memilih informasi serta cara penyajian yang

sesuai.

d) Mengumpulkan informasi pendukung

Ketika akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan dan informasi

yang benar-benar siap dan lengkap. Itulah sebabnya sebelum menulis

kita perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih informasi yang yang

dapat mendukung, memperluas, memperdalam, dan memperkaya isi

tulisan kita.

Pengumpulan informasi itu sendiri dapat dilakukan sebelum,

sewaktu, atau sesudah penulisan terjadi. Meskipun demikian, akan lebih

baik jiga informasi yang relevan telah terkumpul secukupnya sebelum

menulis sehingga proses penulisan tidak banyak terganggu.

e) Mengorganisasikan ide dan informasi

Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-

garis besar karangan yang akan ditulis (Keraf, 1984). Dengan kata lain,

kerangka karangan adalah panduan seseorang dalam menulis ketika

mengembangkan suatu karangan. Sebagai panduan, kerangka karangan


22

dapat membantu penulisan untuk mengumpulkan dan memiliki bahan

tulisan yang sesuai. Disamping itu, kerangka karangan akan

mempermudah pengembangan karangan sehingga dapat terarah, teratur,

dan runtut.

2) Tahap Penulisan

Seperti telah kita ketahui, struktur karangan terdiri atas awal, isi, dan

akhir. Awalan karangan berfungsi untuk memperkenalkan dan sekaligus

mengiring pembaca terhadap pokok tulisan kita. Isi karangan menyajikan

bahan topik atau ide untuk karangan, berikut hal-hal yang menjelaskan

atau mendukung ide tersebut seperti contoh, ilustrasi, informasi, bukti atau

alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada

ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting

bagian ini berisi simpulan, dan dapat ditambah rekomendasi atau saran bila

diperukan.

3) Tahap Pascapenulisan

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang

kita hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi).

Pada tahap ini biasanya kita meneliti secara menyeluruh mengenai logika,

sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan

catatan kaki dan daftar pustaka, dan sebaliknya. Jika tidak ada lagi yang

kurang memenuhi persyaratan selesailah sudah tulisan kita.


23

B. Karangan

1. Pengertian karangan

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Menurut Gie

(2002:3) karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam

bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca.

Unsur-unsur menurut Gie (2002:4) ada empat, yaitu gagasan yang berupa

pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran

seseorang, tuturan yang berbentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat

dipahami pembaca, tatanan yaitu tertib pengaturan dan penyusunan

gagasan dengan mengidahkan berbagai asas dan aturan serta teknik sampai

merencanakan rangka dan langkah. Serta wahana yang berfungsi sebagaia

sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut

kosa kata dan gramatika serta retorika.

2. Jenis-jenis Karangan

Jenis karangan berdasarkan penyajiannya adalah sebagai berikut.

Kosasi (2003:26-27).

a. Narasi

Narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau

kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian

yang diceritakan itu. Dalam karangan narasi terdapat tiga unsur utama

yakni tokoh-tokoh, kejadian, latar atau ruang, dan waktu.Ciri-ciri

karangan narasi adalah :


24

1. Menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara

kausalitas.

2. Terdapat unsur tokoh yang digambarkan mempunyai perwatakan

yang jelas.

3. Terdapat alur cerita, setting dan konflik.

b. Deskripsi

Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek

dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek

yang digambarkan itu. Ciri-ciri karangan deskripsi adalah :

1. Berhubungan dengan panca indra.

2. Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu.

3. Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri

pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami

atau mendengar, sendiri suatu objek yang dideskripsikan.

4. Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu,

yang dapat berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan.

5. Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis

(objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis.

c. Eksposisi

Eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan

informasi. Tujuannya agar pembaca mendapatkan informasi dan

pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang


25

dikemukakan, karangan eksposisi menggunakan contoh, grafik, serta

berbagai bentuk fakta dan lainnya. Ciri-ciri karangan eksposisi yaitu :

1. Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya.

2. Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual).

3. Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak.

4. Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta

yang ada.

5. Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja

sesuatu.

d. Argumentasi

Argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu

kebenaran sehingga pembaca meyakinkan kebenaran itu. Pembuktian

tersebut memerlukan data, fakta, alasan yang kuat dan meyakinkan untuk

mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, dan

keyakinan. ciri-ciri karangan argumentasi yaitu :

1. Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang

sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca

2. Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar

3. Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau

pandangan pembaca

4. Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan

emosi dan menjauhkan subjektivitas


26

5. Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat

menggunakan bermacam-macam pola pembuktian

e. Persuasi

Persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi

pembaca. Karangan ini pun memerlukan data sebagai penunjang. Ciri-ciri

karangan persuasi yaitu :

1. Terdapat himbauan atau ajakan.

2. Berusaha mempengaruhi pembaca.

3. Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis

besar dari suatu karangan yang akan digarap. Kerangka karangan dapat

membantu, untuk menyusun karangan secara teratur, memudahkan penulis

menciptakan klimaks yang berbeda-beda, menghindari penggarapam sebuah

topik sampai dua kali atau lebih, memudahkan penulis untuk mencari materi

pembantu.

a. Manfaat kerangka karangan

Keraf, (1993:132-133) menyatakan bahwa Metode ini akan membantu

setiap penulis untuk menghindari dari kesalahan-kesalahan yang tidak

diperlukan. Atau secara terinci dapat dikatakan bahwa outline atau

kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut.

1) Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan

membantu penulis untuk melihat wujud gagasan dalam sekilas

pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan


27

timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-

gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam

perimbangannya.

2) Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.Setiap

tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum

mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian

yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap

bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya.

3) Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.

Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih,

sesuai dengan kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun

penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu. Karena

hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan.

4) Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.Dengan

menggunakan perincian-poerincian dalam kerangka karangan penulis

dengan mudah akan mencari data-data atau fakta-fakta untuk

memperjelas atau membuktikan pendapatnya.

4. Pola Susunan Kerangka karangan

Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur,

biasanya dipergunakan beberapa cara atau tipe susunan. Keraf (1993:136)

menyatakan bahwa pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah

dan pola logis. Pola alamiah dari suatu kerangka karangan biasanya

didasarkan atas urutan-urutan kejadian, atau urutan-urutan tempat atau


28

ruang. Sebaliknya pola logis walaupun masih ada sentuhan dengan

keadaan yang nyata, tetapi lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran manusia

yang menghadapi persoalan yang telah digarap itu.

a. Pola Alamiah

Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai

dengan keadaan yang nyata di alam.

1) Urutan Waktu (Kronologis)

Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang

didasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Yang

paling mudah dalam pola urutan ini adalah mengurutkan peristiwa

menurut urutan kejadiannya atau berdasarkan kronologinya;

peristiwa yang satu mendahului yang lain, atau suatu peristiwa

mengikuti peristiwa yang lain.

2) Urutan Ruang (Spasial)

Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling

penting, bila topik yang diuraikan mempunyai perlatihan yang sangat

erat dengan ruang atau tempat. Urutan ini terutama digunakan dalam

tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif.

3) Topik yang ada

Suatu pola peralihan yang dapat dimasukan dalam pola alamiah

adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau

peristiwa yang sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu.


29

b. Pola Logis

Macam-macam urutan logis yang dikenal adalah:

1) Urutan klimaks dan anti klimaks

2) Urutan kausal

3) Urutan pemencahan masalah

4) Urutan umum – khusus

5) Urutan familiaritas

6) Urutan akseptabilitas

C. Karangan Deskripsi

1. Pengertian Karangan Deskripsi

Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang

bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian

dari objek yang sedang dibicarakan. Keraf (1982:93) mengemukakan

bahwa kata deskripsi berasal dari kata latin describere yang berarti menulis

tentang, atau membeberkan sesuatu hal. Sebaliknya kata deskripsi dapat

diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata peri-memerikan

yang berarti ‘melukiskan sesuatu hal’. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rahayu (2007:158) menyatakan bahwa deskripsi merupakan bentuk

tulisan yang berusaha memberikan perincian dari objek yang sedang

dibicarakan. Penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil

pengamatannya dan perasaannya kepada pembaca melalui tulisan. Oleh

sebab itu, sekurang-kurangnya harus dibedakan dua macam deskripsi,

yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi teknis atau deskripsi ekspositoris.


30

Deskripsi juga bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau

rangka ruang dengan maksud untuk menghadirkan di depan mata angan-

angan pembaca segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau

dicium oleh pengarang (Widyamartaya, 1992:9-10). Jadi, deskripsi adalah

bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman

pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.

Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat

didengar dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa

benda, alam, warna, dan manusia.

Rahayu (2007:158) menyatakan bahwa Deskripsi yang baik dituntut

dua hal, yaitu.

1. Kesanggupan berbahasa seorang penulis yang kaya akan nuansa dan

bentuk.

2. Kecermatan pengamatan dan ketelitian penyelidikan; dengan

menggunakan pilihan kata yang tepat, pembaca dapat seolah-olah

melihat sendiri objek dengan hidup dan segar.

2. Teknik Deskripsi

a. Pendekatan deskripsi; untuk mencapai tujuan deskripsi harus melalui

pendekatan yaitu bagaimana penulis melihat objek dan sikap yang

diambil untuk menggambarkan objek secara tepat. (Keraf, 1982 : 104)

1) Pendekatan Realistis

Dalam pendekatan yang realistis penulis berusaha agar deskripsi

yang dibuatnya terhadap objek yang tengah diamati itu, harus dapat
31

dilukiskan seobjektif-objektifnya, sesuai dengan keadaan yang nyata

yang dapat dilihat.

2) Pendekatan Impresionistis

Pendekatan impresionistis yaitu semacam pendekatan yang

berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Apa yang

dimaksud dengan subjektif sama sekali tidak berarti bahwa

pengarang itu membuat seenaknya terhadap detail-detail yang

dicerapnya.

3) Pendekatan menurut sikap penulis

Pendekatan ini memaparkan sikap penulis terhadap objek yang

akan dideskripsikan. Keberhasilannya bergantung pada tujuan yang

ingin dicapai, sifat objek, dan pembaca. Di sini penulis sudah

menentukan sikap yang diinginkan sebelumnya. Misalnya: masa

bodoh, bersungguh-sungguh, cermat, seenaknya, ironis. Sikap ini

kemudian digunakan untuk menunjang efek yang ingin dihasilkan.

b. Diksi (pilihan kata) merupakan jawaban atas pertanyaan “alat manakah

yang paling baik untuk membuat deskripsi agar dapat menimbulkan

kesan mendalam”. Sasaran ini dapat dicapai dengan memperhatikan

perpaduan yang harmonis antara metode pendekatan diksi, sikap,

bahasa kiasan.

c. Kiasan, yaitu umumnya dipakai adalah metafora (pemindahan arti).

Metafora bertujuan menghidupkan deskripsi.


32

d. Sugesti bunyi

1) Aliterasi, yaitu permainan bunyi dengan perulangan konsonan yang

dapat membedakan arti.

2) Asosiasi; permainan bunyi vokal, bunyi /i/ /e/ mempunyai sugesti

kecil, ringkih, sedang vokal /a/ /o/ /u/ memberi nuansa besar, lebar,

rendah.

3) Anamatope adalah kata-kata peniru bunyi. Permainan bunyi dalam

deskripsi sering dipakai dalam puisi yang memerlukan sugesti yang

peka.

3. Ciri-ciri Karangan Deskripsi

Berdasarkan pengertian karangan deskripsi yang telah dikemukakan di

atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa secara umum karangan deskripsi

memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Berhubungan dengan panca indra.

b. Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu.

c. Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca

agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau

mendengar, sendiri suatu objek yang dideskripsikan.

d. Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu,

yang dapat berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan.

e. Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif),

impresionistis (subjektif), atau sikap penulis.


33

4. Jenis-jenis Karangan Deskripsi

Jenis karangan deskripsi dibedakan menjadi dua yaitu : deskripsi

sugestidan deskripsi ekspositoris/teknis.

Dalam deskripsi sugestif, penulis berusaha menciptakan suatu

penghayatan terhadap objek melalui imajinasi pembaca. Sedangkan dalam

deskripsi ekspositoris, penulis berusaha memberikan identifikasi atau

informasi sehingga pembaca dapat mengenalnya bila berhadapan dengan

objek tadi.

a. Deskripsi Sugestif

Deskripsi sugestif, yaitu menciptakan dan memungkinkan daya

khayal (imajinasi) pada para pembaca dengan perantara tenaga

rangkaian kata-kata yang dipilih penulis untuk menggambarkan ciri,

sifat, watak objek. Deskripsi ini bertujuan menciptakan sebuah

pengalaman pada diri pembaca. Pengalaman karena perkenalan secara

langsung dengan objek. (Rahayu, 2007:158)

b. Deskripsi Ekspositori/Faktual

Deskripsi ekspositoris bertujuan untuk memberikan identifikasi atau

informasi mengenai suatu objek. Karangan jenis ini tidak berusaha

menciptakan kesan atau imajinasi pada diri pembaca, sehingga dalam

membaca deskripsi ekspositoris memerlukan ketepatan informasi

mengenai objek yang akan digambarkan.


34

Rahayu (2007;158) mengemukakan bahwa memberikan identifikasi

atau informasi mengenai obyek hingga pembaca dapat mengenalnya

bila bertemu atau berhadapan dengan obyek tersebut.

5. Struktur Karangan Deskripsi

Menurut Keraf, dalam argumentasi dan narasi (2001:106-107)

menguraikan bahwa sebuah karangan mempunyai tiga tahap utama.

Demikian pula dengan karangan deskripsi, strukturnya terdiri atas

pendahuluan, isi, dan penutup.

a. Pendahuluan

Bagian ini berfungsi untuk memutuskan perhatian pembaca terhadap

tujuan dan alasan dikemukakannya objek tersebut.

b. Isi

Bagian isi berupa gambarana atau perincian tentang objek yang akan

dibicarakan. Pada bagian ini, penulis mendeskripsikan objek yang akan

diungkapkan dengan menggunakan pancaindera sebaik-baiknya agar

daya khayal bisa tercipta pada pembaca.

c. Penutup

Bagian ini berisi simpulan atau ringkasan yang telah diuraikan pada

bagian isi. Simpulan dibuat sesuai dengan kepentingan. Pada karangan

sederhana, penulis biasanya tidak selalu membuat simpulan, tetapi

hanya membuat ringkasannya saja.


35

6. Langkah Menyusun Karangan Deskripsi

a. Menetapkan Tema Tulisan

Tema tulisan, yaitu gagasan, persoalan, masalah, atau ide yang akan

kita kemukakan dalam tulisan. Karena tulisan yang hendak kita

kembangkan berbentuk deskripsi, tema tulisan tentu berupa objek yang

akan kita tulis.

b. Menetapkan Tujuan Tulisan

Dengan menulis deskripsi maka tujuan hendak dicapai ialah

memberikan gambaran dan rincian suatu objek kepada pembaca. Jika

yang kita tulis berbentuk deskripsi sugestif maka tujuan menulis ialah

berusaha menciptakan penghayatan melalui imajinasi pembaca terhadap

objek tertentu. Akan tetapi, jika yang kita tulis itu berbentuk deskripsi

teknis maka tujuan menulis ialah berusaha menanamkan pengertian

kepada pembaca terhadap objek tertentu dengan cara memberikan

indentifikasi dan informasi mengenai objek tersebut.

c. Mengumpulkan Bahan Tulisan

Bahan tulisan dapat diperoleh melalui berbagai cara, diantaranya :

1) Dengan mengadakan pengamatan dan peninjauan langsung terhadap

objek yang akan ditulis.

2) Membaca buku, Koran, majalah, atau bahan bacaan lainnya. Cara

seperti ini disebut studi bacaan atau studi kepustakaan.

3) Melalui wawancara dengan narasumber yang menguasai

permasalahan yang ingin kita ketahui.


36

4) Melalui gabungan beberapa cara yang telah dikemukakan.

d. Menyusun Kerangka Tulisan

Kerangka tulisan adalah garis besar cerita yang akan dituangkan

pada sebuah tulisan. Sebelum menulis, seorang penulis perlu

menetapkan kerangka tulisan. Kerangka tulisan merupakan pedoman

atau acuan penulis tentang hal-hal apa saja yang akan ditulis, sehingga

dengan menggunakan kerangka tulisan alur cerita yang akan ditulis

semakin jelas dan terarah. Jarang seseorang dalam menuangkan isi

pikirannya sekaligus secara teratur terperinci dan sempurna tanpa

sebuah kerangka tulisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gorys Keraf

(1993:132) bahwa “ Kerangka karangan adalah rencana kerja yang

memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap.”

e. Mengembangkan kerangka karangan

Setelah kerangka karangan disusun, maka tahap selanjutnya adalah

mengembangkannya menjadi sebuah tulisan yang utuh. Pengembangan

kerangka karangan dilakukan satu persatu. Dalam penulisan atau

pengembangan kerangka karangan ada beberapa unsur yang harus

diperhatikan dan unsur-unsur tersebut merupakan penilaian baik

tidaknya hasil karangan yang dibuat. Unsur-unsur tersebut adalah isi

gagasan yang dikemukakan, organisasi isi (urutan peristiwa), tata

bahasa, pilihan struktur dan kosakata serta penggunaan ejaan yang

tepat.
37

7. Pola Pengembangan Karangan Deskripsi

Menurut Kosasi (2008:29), pola pengembangan karangan deskripsi

meliputi pola pengembangan spasial dan pola sudut pandang.

a. Pola Spasial

Pola spasial adalah pola pengembangan paragraf yang disarkan

atas ruang dan waktu. Dengan teratur, penulis menggambarkan suatu

ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari atas ke bawah,

dari depan ke belakang, dam sebagainya.

b. Pola Sudut Pandang

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang

didasarkan tempat atau posisi seseorang penulis dalam melihat

sesuatu. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau

keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu.

D. Pendekatan Kontruktivistik

1. Pengertian Konstruktivistik

Pembelajaran konstruktivistik merupakan pembelajaran yang lebih

menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan

serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajarnya

pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya

dengan bahasanya sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga

siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif. Oleh karena itu pembelajaran ini


38

dianggap dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional

saat ini.

Kontruktivistik berasal dari kata Konstruksi yang mempunyai arti

bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivistik

adalah suatu upaya untuk membangun susunan hidup yang berbudaya

modern atau mengikuti perkembangan zaman.

Menurut Glasersfeld (dalam Beetencourt, 1989 dan Matthews, 1994),

konstruktivistik adalah salah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan dibangun oleh diri kita sendiri dan juga menegaskan

bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas).

Menurut Tran Vui, Konstruktivistik adalah suatu filsafat belajar yang

dibangun berdasarkan pengalaman-pengalaman sendiri, sedangkan teori

Konstruktivistik adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap

manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan

kemampuan yang dimiliki untuk menemukan keinginan atau

kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain.

2. Alasan Pembelajaran Konstruktivistik Dianggap Mampu Dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional

Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung (teori

behavioristik), guru menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah dan

banyak menggantungkan buku teks. Pembelajaran konstruktivistik

membantu untuk siswa menalar dan mentransformasi informasi baru.

Pendekatan behavioristik lebih luas dan sukar untuk dipahami, karena


39

melihat apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan dan

ditunjukkan. Selain itu ada beberapa hal yang mendapat perhatian dari

pembelajaran konstruktivistik, yaitu :

a. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang

relevan,

b. Mengutamakan proses,

c. Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial,

d. Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengonstruksi pengalaman.

Pembelajaran konstruktivistik memiliki beberapa kelebihan bila

dibandingkan dengan pembelajaran yang lain.

3. TujuanKonstruktivistik

Pada teori Konstruktivistik memiliki beberapa tujuan, antara lain:

a. Adanya motivasi bagi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab

siswa itu sendiri,

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan,

c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman

konsep secara lengkap,

d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara mandiri,

e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

4. Prinsip-Prinsip Konstruktivistik

Prinsip yang diterapkan dalam proses belajar yang menggunakan

metode konstruktivistik, yaitu:


40

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya

dengan keaktifan murid sendiri

c. Murid aktif untuk mengembangkan materi sendiri secara terus menerus,

sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses

belajar berjalan lancar

e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

f. Pentingnya sebuah pertanyaan dalam pembelajaran mengenai konsep

yang sedang diajarkan

g. Mencari dan menilai pendapat siswa

h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru

tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa.

Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang

guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat

informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan

strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.


41

5. Kelebihan Dan Kelemahan Konstruktivistik

a. Kelebihan

1) Membina pengetehuan baru bagi siswa untuk menyelesaikan

masalah dan membuat keputusan

2) Murid secara langsung membina pengetahuan baru, mereka akan

lebih paham dan mewujudkannya dalam segala situasi

3) Murid secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih

lama semua konsep

4) Mudah berinteraksi dengan orang lain dan guru dalam membina

pengetahuan baru.

b. Kelemahan

Dalam bahasan kelemahan atau kelebihan ini bisa kita lihat dalam

proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya

kurang begitu mendukung.

E. Langkah-langkah COBASI

Model COBASI ini merupakan model pembelajaran yang diawali dengan

pengenalan contoh, pembahasan contoh, dan penyimpulan hasil pembahasan

untuk menguatkan pemahaman siswa. Model ini diadaptasi dari model

Examples Non Examples. Model ini dapat digunakan untuk mempelajari

kompetensi dasar yang mengarahkan siswa agar memiliki sikap cermat dan

kritis terhadap suatu kondisi, kasus/masalah, gambar, atau peristiwa yang

diketahuinya. Selain itu model ini juga dapat digunakan memotivasi siswa

untuk mampu dan berani menyampaikan pendapat atau komentarnya.


42

Model pembelajaran ini dapat diterapkan dengan pendekatan

konstruktivistik. Langkah-langkah pembelajaran model COBASI yang

dilandasi oleh pandangan konstruktivistik adalah sebagai berikut.

1. Guru mempersiapkan contoh (gambar, kasus, benda model, atau media

lainnya) yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.

2. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan atau dilakukan siswa

dalam pembelajaran.

3. Guru menyampaikan sejumlah masalah atau pertanyaan yang jawaban

atau penyelesaiannya dapat dilakukan melalui pencermatan dan analisis

contoh yang sudah disiapkan oleh guru.

4. Guru menempelkan gambar atau teks kasus di papan tulis, atau

membagikan gambar atau teks kasus kepada setiap kelompok, atau

menayangkan gambar atau kasus melalui OHP/in focus, atau melalui

tayangan audio-visual.

5. Guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk

memperhatikan/menganalisis gambar atau kasus yang disajikan.

6. Setiap siswa diberi hak dan kesempatan untuk menentukan masalah yang

akan dipecahkannya berdasarkan minatnya masing-masing.

7. Berdasarkan masalah yang dipilihnya, siswa diberi kesempatan untuk

memikirkan dan menuliskan jawabannya dengan memperhatikan dan

mencermati lagi contoh yang telah disajikan.


43

8. Setelah seluruh siswa menyelesaikan tugasnya masing-masing, guru

memberikan “aba-aba” agar siswa yang membahas masalah yang sama

berkumpul dalam satu kelompok.

9. Setiap siswa dalam kelompok tersebut menyampaikan pendapatnya dan

saling menanggapi serta memberikan masukan.

10. Guru menugasi setiap kelompok untuk menuliskan laporan hasil

pemecahan masalahnya di kertas manila.

11. Seluruh siswa diberi kesempatan untuk memperhatikan dan memahami

laporan jawaban dari kelompok lain yang masalahnya berbeda.

12. Guru secara klasikal membahas laporan yang sudah dibuat siswa untuk

memantapkan pemahaman siswa.

13. Sebelum mengakhiri pelajaran, guru menyampaikan simpulan.

You might also like