Karbon Merupakan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Tanah

Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung
dimuka daratan bumi dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu
sangat panjang, dan mewujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi
tertakrifkan. Tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi yang lain,
yaitu air alami dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem. Tanah
berkedudukan khas dalam masalah lingkungan hidup, merupakan kimia lingkungan dan
membentuk landasan hakiki bagi kemanusiaan.
Bahan tanah tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan padat
organik, air, dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas sibir batuan dan mineral primer,
lapukan batuan dan mineral, serta mineral skunder. Bahan padat organik terdiri atas sisa dan
rombakan jaringan jasad, terutama tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup penghuni tanah,
termasuk akar tumbuhan hidup. Air mengandung berbagai zat terlarut. Maka disebut juga
larutan tanah. Udara tanah berasal dari udara atmosfer, akan tetapi mengalami perubahan
susunan karena saling tidaknya dengan tanah.
Bahan padat organik merupakan komponen terbesar maka tanah berkelakuan sebagai
bahan padat. Bahan padat membentuk kerangka tanah. Air dan udara tanah mengisi pori-pori
di antara kerangka tanah. Oleh karena itu menempati ruangan yang sama, antara air dan udara
tanah selalu terjadi persaingan dalam menempati pori. Dalam tanah basah, kebanyakan pori
terisi air dan dapat menyebabkan terjadinya kahat udara. Sebaliknya, dalam tanah kering
kebanyakan pori ditempati udara dan dapat menyebabkan terjadinya kahat air
(Notohadiprawiro, 1998).
C organik
Karbon merupakan penyusun bahan organik. Oleh karena itu peredaranya selama
pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energy yang diperlukan oleh flora
dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon. Akibat dari hal tersebut maka CO2 terus menerus
dibentuk. Berbagai perubahan yang terjadi dan menyertai reaksi karbon tersebut di dalam atau
di luar tanah disebut peredaran karbon (Soepardi, 1983). Karbon masuk ke dalam tanah melalui
fotosintesis, dengan mengubah CO2 atmosfer menjadi senyawa organik yang akhirnya masuk
dalam tanah sebagai serasah tanaman, akar dan eksudat akar (Young, 1997).
Sebagian besar C organik merupakan fraksi bahan organik tanah yang terdiri dari sel-
sel mikroorganisme tanaman dan hewan pada berbagai tingkat dekomposisi, sedangkan C
inorganik sebagian besar berupa mineral-mineral karbonat. Tidak semua tanah mengandung C
inorganik karena adanya pelepasan formasi mineral-mineral karbonat tanah dalam bahan induk.
Karbon organik ada pada semua tanah pertanian (Nelson and Sommers, 1982).
Kandungan karbon organik tanah merupakan hasil bersih dari nilai masukan karbon
(dari fotosintesis) dan karbon yang hilang. Kandungan bahan organik pada tanah anaerob
berkisar antara 0,5% atau kurang untuk permukaan tanah berpasir, sampai 5% untuk
permukaan mineral horizon pada tanah alami pada daerah beriklim sedang. Jumlah bahan
organik menurun tajam dengan semakin dalamnya permukaan tanah. Pengolahan lahan
biasanya menyebabkan kehilangan 1/3 sampai ½ bahan organik. Kandungan karbon organik
pada tanah secara umum meningkat dengan semakin meningkatnya curah hujan dan dengan
semakin menurunnya suhu. Suhu dingin meningkatkan kandungan karbon organik tanah
dengan mengurangi nilai kehilangan karbon di dalam tanah (Bohn et al., 1979).
Kandungan karbon organik tanah umumnya tinggi pada tanah alami di bawah vegetasi
rumput atau hutan. Konversi hutan dan padang rumput menjadi areal budidaya tanaman dan
peternakan mengakibatkan hilangnya karbon organik tanah (Widjaja, 2002).
Sebagian besar kehilangan karbon dari tanah pertanian terjadi selama decade awal setelah
pengolahan tanah. Kecepatan kehilangan karbon menurun sejalan dengan semakin
menurunnya karbon yang mudah terdekomposisi dan adanya perbaikan secara berangsur pada
pengelolaan lahan (Widjaja, 2002).
Penggunaan tanaman penutup tanah seperti rumput-rumputan, semak dan terutama
pohon-pohonan dapat meningkatkan periode pertumbuhan aktif dan menghasilkan proporsi
yang lebih besar karbon dalam tanah. Jumlah C organik dalam tanah dipengaruhi oleh jenis
tanaman yang ada pada lahan tersebut. Pertanian dengan tanaman tahunan merupakan cara
yang efektif untuk menjaga kandungan karbon tanah. Tingkat akumulasi karbon akan menurun
berdasarkan waktu, sebagian besar penyerapan karbon terjadi melalui akar dan serasah tahunan
(Widjaja, 2002).
Keadaan iklim, terutama suhu dan curah hujan sangat mempengaruhi banyaknya
kandungan bahan organik di dalam tanah, termasuk karbon organik. Total rata-rata kandungan
organik dalam tanah naik setiap kali suhu rata-rata tahunan turun 10 derajat. Keadaan bahan
organik tanah sebagian besar merupakan gambaran mengenai suhu maupun curah hujan,
disamping factor lain. Pengaruh iklim selalu diikuti dengan factor-faktor lain (Buckman and
Brady, 1982). Tingkat penyerapan karbon terhambat di dalam lingkungan yang
produktivitasnya rendah karena iklim yang dingin ataupun iklim yang kering (Widjaja, 2002).
Kandungan C organik dalam tanah ditentukan dengan metode pembakaran kering atau
pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan membakar contoh tanah diatas
furnance, kemudian mengukur CO2 yang dilepaskan. Hasilnya secara kuantitatif lebih tepat
daripada pembakaran basah. Pembakaran basah dilakukan dengan mengoksidasi dengan asam
khromat dengan jumlah yang berlebihan, kemudian dilakukan titrasi terhadap kelebihan
oksidant tersebut (Hardjowigeno, 1993).
Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas (atmosfer). Kegiatan
ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil, umumnya bagian tanaman yang
berwarna hijau dan terdapat diatas tanah. Klorofil mampu menyerap energi cahaya (terutama
sinar matahari) dan mengubahnya menjadi energi kimia (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pada saat pelapukan bahan organik menurun, persediaan karbon dalam tanah menipis
dan jumlah jasad renik juga berkurang. Sehingga dapat disimpulkan C-organik pada tanah
menjadi sangat rendah (Hasibuan, 2009).
C organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar karbon dalam bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar
bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan
tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang
cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya
meningkat (Hakim, dkk, 1986).

Mahar, Annisa. 2011. Pengaruh Keasaman Tanah Terhadap Nilai Aluminium Dapat Ditukar
Pada Tanah Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Sukmawati, Nelly. 2006. Analisis distribusi spasial C organik tanah di wilayah sekitar Bogor.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sulaeman, Suparto, Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, Dan
Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

You might also like