LAPORAN PENYULUHAN Kusta Medayu

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

LAPORAN PENYULUHAN

PUSKESMAS MEDOKAN AYU KECAMATAN RUNGKUT


KOTA SURABAYA
APRIL 2018

Oleh :

Kelompok Puskesmas Medokan Ayu

Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi

Periode: 09 April 2018 - 28 April 2018

Pembimbing:

Dr. Sri Umijati, dr., MS

Rachmi Pratiwi Febritaparti, dr

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KEDOKTERAN PENCEGAHAN (IKM-KP)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018
LAPORAN PENYULUHAN
PUSKESMAS MEDOKAN AYU KECAMATAN RUNGKUT
KOTA SURABAYA
APRIL 2018

Oleh :

Inez Fairuz F 011211133111


Erfa Surya Chindi 011211133124
Celynka Finlanda 011211132077
Ade Kurniawan 011523143003
Cendekia Aliftananda R 011523143001
Resti Rahmawati S 011211131091
Webby Bernica I 011211133008

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KEDOKTERAN PENCEGAHAN (IKM-KP)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018
LAPORAN PENYULUHAN
PUSKESMAS MEDOKAN AYU
PERTEMUAN KADER

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penyuluhan


Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. (Kemenkes RI, 2010)
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu. (Kemenkes RI, 2004)
Batasan KLB meliputi arti yang luas:
1. Meliputi semua kejadian penyakit:
• Infeksi (akut dan kronis)
• Non infeksi.
2. Tidak ada batasan jumlah penderita untuk menyatakan KLB.
• Jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya
• keadaan penyakit bervariasi menurut:
• tempat (tempat tinggal, pekerjaan)
• waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim)
• pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya
(endemisitas)
3. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai
untuk menentukan KLB:
• dusun, desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi dan
negara.
• Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit
tersebut.
4. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga:
• jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun
• Tergantung dari masa inkubasi penyakit (Kemenkes RI, 2004)

Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah, adalah kejadian


berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. (Kemenkes RI, 2010)
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda.
Penyakit infeksi dan menular masih memerlukan perhatian besar, sementara itu
terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit karena perilaku tidak
sehat dan penyakit degeneratif. Kemajuan transportasi dan komunikasi, membuat
penyakit dapat berpindah dari satu daerah atau negara ke negara lain dalam waktu
relatif singkat serta tidak mengenal batas wilayah administrasi. Selanjutnya
berbagai penyakit baru ditemukan, serta kecenderungan meningkatnya kembali
beberapa penyakit yang selama ini sudah berhasil dikendalikan. Menurut
Myrnawati (2000), dalam kurun waktu lima tahun mendatang, masalah penyakit di
Indonesia akan didominasi oleh penyakit endemis seperti DBD, kusta, rabies, diare
yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) yang
mengakibatkan banyak kematian, meningkatnya kembali penyakit endemis sepeti
TB Paru, malaria, pneumonia dan timbulnya penyakit baru baik yang menular
maupun tidak menular. Di kota Semarang sendiri, DBD merupakan penyakit
endemis sejak tahun 1969, bahkan tahun 2004 terjadi KLB DBD sebanyak 46
kasus. Upaya mengurangi kerugian akibat yang ditimbulkan oleh letusan Kejadian
Luar Biasa (KLB) penyakit adalah melakukan pengamatan penyakit cara intensif
yang dikenal dengan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB)
terhadap penyakit yang potensial terjadi KLB. Kegiatan SKD diarahkan pada
pengendalian mata rantai atau faktorfaktor yang memungkinkan timbulnya
penyakit, berikut cara intervensinya sehingga dapat mengurangi kerugian. SKD-
KLB akan dilanjutkan dengan kegiatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
untuk memantau program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang
dilaksanakan. Program Surveilans epidemiologi dapat memanfaatkan kegiatan
PWS ini untuk memantau SKD-KLB. Kebutuhan informasi tentang penyelidikan
penyakit ini diperoleh melalui kegiatan Surveilans epidemiologi yang digunakan
untuk Sistem Kewaspadaan Keadaan Luar Biasa (KLB). Kegiatan tersebut secara
teknis oleh Seksi Pengamatan Penyakit. Informasi hasil Surveilans ini harus dapat
menunjukkan sebaran penyakit menurut orang yang terkena penyakit, tempat
penyebaran penyakit serta waktu (periodisasi) kejadian penyakit, serta
menunjukkan peringatan (warning) terjadinya KLB suatu penyakit sesuai dengan
indikator kriteria kerja KLB yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
tentang Pedoman Penanggulangan Penyakit dan Kejadian Luar Biasa. Informasi
hasil Surveilans diperlukan oleh Seksi Pengamatan Penyakit untuk menentukan
penyelidikan Wilayah (kelurahan) yang terjadi KLB penyakit tertentu, serta untuk
membuat laporan kepada Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Sub Dinas P2P maupun
Ka Sub Dinas Perencanaan, Perijinan dan Informasi (PPI). (Siti Masrochah, 2006)
2. Tujuan Penyuluhan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberi informasi pada masyarakat khususnya ibu kader mengenai
surveilans penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan
dan perilaku,serta masalah kesehatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama ibu kader di pertemuan
kader Puskesmas Medokan Ayu mengenai surveilans penyakit menular.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama ibu kader di pertemuan
kader Puskesmas Medokan Ayu mengenai surveilans penyakit tidak
menular.
3. Menjelaskan pada masyarakat mengenai kesehatan lingkungan dan peran
perilaku untuk menghadapi masalah kesehatan.
BAB II
PERSIAPAN PENYULUHAN

2.1 Koordinasi dengan perangkat RT-RW dan kader


Koordinasi dengan dokter pembimbing dan pihak sarana prasarana
Puskesmas Medokan Ayu untuk peminjaman ruangan dan alat untuk melakukan
kegiatan penyuluhan dan mensosialisasikan akan adanya acara penyuluhan dan
mendiskusikan keperluan penyuluhan serta tempat dan waktu yang dibutuhkan.
Materi penyuluhan yang akan diberikan pada kader dikonsultasikan kepada
penanggungjawab P2M Puskesmas Medokan Ayu untuk direvisi dan agar sesuai
dengan pemahaman masyarakat/kader.

2.2 Persiapan Proses


Setelah semua persiapan selesai maka mulai dilaksanakan pembagian tugas
sebagai berikut:
 Pembuatan konsep penyuluhan oleh seluruh anggota kelompok.
 Pengumpulan materi penyuluhan.
 Pembuatan media penyuluhan berupa leaflet dan slide presentasi
BAB III
SASARAN, METODE DAN MATERI PENYULUHAN

3.1 Sasaran Penyuluhan


Ibu-ibu kader binaan Puskesmas Medokan Ayu Surabaya.

3.2 Metode Penyuluhan


Penyuluhan dilakukan bersamaan dengan peertemuan rutinan kader binaan
Puskesmas Medokan Ayu, yang bertempat di Ruang Pertemuan Puskesmas
Medokan Ayu, dan waktu yang telah ditentukan. Kader akan diberikan leaflet yang
berisi overview mengenai salah satu penyakit. Kader dipersilahkan menanyakan
materi yang kurang jelas. Penyuluhan dilakukan khusus dengan media leaflet dan
handout bagi kader agar menjadi ujung tombak dalam memberikan informasi dan
pengawasan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
mengenai surveilans penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan
lingkungan.

3.3 Materi Penyuluhan


Materi disampaikan kepada kader disajikan dengan slide Power Point dengan
menggunakan leaflet berisi informasi mengenai surveilans penyakit menular,
penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan dan perilaku,serta masalah
kesehatan.
BAB IV
PELAKSANAAN PENYULUHAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penyuluhan


Hari/tanggal : Jum’at, 13 April 2018
Lokasi : Ruang Pertemuan Puskesmas Medokan Ayu Surabaya
Waktu : 09.00-selesai WIB
Jumlah peserta : 30 Ibu kader Puskesmas Medokan Ayu Surabaya

4.2 Struktur Kepanitiaan


Pembimbing : 1. Dr. Sri Umijati, dr., MS

2. Rachmi Pratiwi Febritaparti, dr

Ketua : Ade Kurniawan 011523143003


Penyaji : Erfa Surya Chindi 011211133124
Tim : Inez Fairuz F 011211133111
Celynka Finlanda 011211132077
Resti Rahmawati S 011211131091

4.3 Jadwal Acara Penyuluhan


09.00-selesai : Penyuluhan bersama kader di Ruang Pertemuan Puskesmas
Medokan Ayu Surabaya
BAB V
HASIL PENYULUHAN

Sebanyak 30 warga Balongsari Dalam I yang terdiri dari 30 ibu balita telah kami
lakukan penyuluhan bersama di Posyandu Balita Balongsari Surabaya. Penyuluhan
kepada keluarga berlangsung sekitar 60 menit sudah termasuk sesi tanya jawab. Materi
penyuluhan diberikan dalam bentuk leaflet yang kemudian dibawa oleh responden.
Responden nampak antusias dan menyampaikan pendapat dan pertanyaan kepada
penyaji. Beberapa pertanyaan antara lain:

1. Pertanyaan: Apakah plak putih pada tenggorokan penyebabnya difteri?


Jawaban : plak putih pada tenggorokan tidak selalu penyebabnya karena difteri, bila
gejala disertai keluhan demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening dan
status imunisasi DPT tidak lengkap perlu dicurigai penyebabnya difteri.

2. Pertanyaan: Apa penanganan awal bila ditemukan keluhan gejala penyakit difteri?
Jawaban : Bawa ke rumah sakit terdekat dan jangan menundanya, untuk segera
mendapatkan pengobatan.

3. Pertanyaan : Apabila setelah diberikan imunisasi kemudian timbul alergi apa yang
harus kita lakukan ?
Jawaban : Segera bawa rumah sakit untuk diberikan adrenalin dan penanganan
lebih lanjut

4. Pertanyaan : Apabila sudah imunisasi mungkinkah masih terjangkit penyakit difteri,


polio, dan lain lain?
Jawaban : Jadi sebenarnya vaksin itu adalah memberikan sel dari penyakit namun
sudah dilemahkan kedalam tubuh kita. Tujuannya agar tubuh kita dapat membentuk
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk melawan penyakit.

5. Pertanyaan : Apabila sudah diberikan vaksin saat bayi perlukan diberikan vaksin lagi
saat dewasa ?
Jawaban : Perlu, harus diberikan booster imunisasi kembali. Karena rata rata
imunisasi hanya bertahan kurang lebih 10 tahun
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
30 kader binaan Puskesmas Medokan Ayu Surabaya telah mendapat
penyuluhan mengenai surveilans penyakit menular, penyakit tidak menular,
kesehatan lingkungan dan perilaku,serta masalah kesehatan.

6.2 Saran
1. Penyuluhan dilakukan di skala yang lebih besar, tidak hanya kader binaan
namun seluruh warga di wilayah kerja Puskesmas Medokan Ayu dengan
menggunakan pengeras suara dan layar proyektor yang memadai.
2. Media lebih disempurnakan.
3. Penyuluhan dilakukan secara rutin dan bertahap sesuai dengan sumberdaya yang
dimiliki oleh puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004. Wabah dan Kejadian Luar Biasa. Jakarta : Ditjen PP & PL
Depkes RI

Depkes RI. 2010. Wabah dan Kejadian Luar Biasa. Jakarta : Pusdatin

Siti Masrochah, 2006. SISTEM INFORMASI SURVEILANS EPIDEMIOLOGI


SEBAGAI PENDUKUNG KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
PENYAKIT DI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. Diakses [online] :
http://eprints.undip.ac.id/18184/1/Siti_Masrochah.pdf
Dokumentasi :

You might also like