Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan Pre Eklamsia Berat Di Ruang Mahmudah Mawardi Rs. Islam Nahdlotul Ulama Demak
Laporan Pendahuluan Pre Eklamsia Berat Di Ruang Mahmudah Mawardi Rs. Islam Nahdlotul Ulama Demak
Laporan Pendahuluan Pre Eklamsia Berat Di Ruang Mahmudah Mawardi Rs. Islam Nahdlotul Ulama Demak
Di susun oleh :
SUROJI
201703107
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA
KUDUS
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di negara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa produktivitasnya.
Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya
meninggal saat hamil atau bersalin (Saifuddin 2006, h. 3).
Saat ini angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di
seluruh dunia mencapai 515.000 jiwa tiap tahun. Ini berarti seorang ibu
meninggal hampir setiap menit karena komplikasi dalam kehamilan maupun
persalinannya. Angka kematian ibu (AKI) berhasil diturunkan dari 307 per
10.000 kelahiran hidup tahun 2004 menjadi 262 pada tahun 2005, 255 pada
tahun 2006 menjadi 248 pada tahun 2007 (Untoro, 2009). Sedangkan AKI di
propinsi Jawa Tengah tahun 2005 berdasarkan hasil survey kesehatan Daerah
sebesar 252 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Jawa Tengah,
2007).
Menurut Manuaba (2001, h. 239) penyebab kematian ibu perinatal
yang tertinggi terutama di negara berkembang adalah perdarahan, infeksi, pre
eklamsi serta eklamsi. Kematian karena eklamsi meningkat tajam
dibandingkan pada tingkat pre eklamsi berat. Oleh karena itu, menegakkan
diagnosa dalam pre eklamsi dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi
eklamsi merupakan tujuan pengobatan.
Salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia adalah pre eklamsi, pre
eklamsi harus selalu dianggap sebagai kasus yang berbahaya, karena jika
penanganan tidak cepat dan tepat dapat menyebabkan kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasiokordis, edema paru-paru,
sedangkan pada bayi dapat menyebabkan kematian yang terutama disebabkan
oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas (Sarwono 2006, h. 297).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria
tetapi tidak menunjukkan tanda - tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri,
dan edema.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.
B. Klasifikasi
Dibagi dalam 2 golongan :
1. Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi rebah
terlentang/tidur berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1
kg atau lebih perminggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+atau 2+
pada urin kateter atau midstream
2. Pre-eklampsi berat:
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
c. Oliguria, jmlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di
epigastrium
e. Ada edema paru dan sianosis
Perbedaan Preeklamsia ringan dan Berat
EFEK PADA PREEKLAMSI RINGAN PREEKLAMSIA BERAT
IBU
Tekanan Darah Peningkatan TD sistolik 30 Peningkatan menjadi lebih
(TD) mmHg atau lebih, kurang 160/110 mmHg pada
peningkatan TD diastolik dua kali pemeriksaan dengan
sebesar lebih dari sama jarak 6 jam pada ibu hamil
dengan 15 mmHg atau yang beristirahat di tempat
hasil pemeriksaan sebesar tidur.
140/90 mmHg dua kali
dengan jarak 6 jam.
MAP 140/90 = 70 160/110 = 127
Peningkatan Peningkatan BB lebih dari Sama seperti preeklamsia
Berat Badan 0,5 kg/minggu selama ringan.
(BB) trimester ke-2 dan ke-3
atau peningkatan BB yang
tiba-tiba sebesar 2 kg
setiap kali.
Proteinuria Proteinuria sebesar 300 Proteinuria 5 sampai 10 g/L
Dipstik mg/L dalam 24 jam atau dalam 24 jam atau lebih dari
kuantitatif 24 >1 g/ L secara random sama dengan +2 protein
jam dengan memakai contoh dengan dipstik.
urin siang hari yang
dikumpulkan pada 2 waktu
dengan jarak 6 jam karena
kehilangan protein dan
bervariasi; dengan dipstik,
nilai bervariasi dari sedikit
sampai +1.
Edema Edema dependen, bengkak Edema umum, bengkak
di mata, wajah, jari, bunyi semakin jelas di mata, wajah,
paru pulmoner tidak jari, bunyi paru (rales) bisa
terdengar. terdengar.
Refleks Hiperefleksi +3; tidak ada Hiperefleksi +3 atau lebih;
klonus di pergelangan kaki. klonus di pergelangan kaki.
Haluaran urin Keluaran sama dengan Oligouri; lebih dari sama
masukan; lebih dari sama dengan 30 ml/jam atau 120
dengan 30 ml/jam ml/4 jam
Nyeri kepala Sementara Berat
Gangguan Tidak ada Kabur, fotofobia, bintik buta
penglihatan pada funduskopi.
Iritabilitas/afek Sementara Berat
Nyeri ulu hati Tidak ada Ada
Kreatinin serum Normal Meningkat
Trombositopenia Tidak ada Ada
Peningkatan Minimal Jelas
AST
Hematokrit Meningkat Meningkat
C. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti.
Carpenito (1997:1042), menerangkan bahwa faktor-faktor terjadinya pre
eklampsi adalah sebagai berikut:
1. Usia ibu hamil kurang dari 21 tahun
2. Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun
3. Mempunyai riwayat penyakit pembuluh ginjal
4. Diabetes melitus
5. Penyakit pembuluh darah
6. Kehamilan kembar
7. Mola hidatidosa
8. Penyakit hipertensi kronik
9. Riwayat keluarga dengan hiperetensi sebagai pengaruh kehamilan
Faktor Risiko terjadinya pre-eklamsia :
1. Kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine,
dan tekanan darah tinggi)
6. Kehamilan kembar
D. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif Pada preeklampsia yaitu :
1. Sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
2. Penglihatan kabur
3. Nyeri di daerah epigastrium,
4. Mual atau muntah-muntah.
5. Tekanan darahpun akan meningkat lebih tinggi,
6. Edema dan proteinuria bertambah meningkat (Trijatmo, 2005).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan vasospasme arteri
uterinaria
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi; transmisi/pengaruh
buruk interpersonal, ancaman kematian.
c. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan
dengan perubahan pada plasenta (gangguan uteroplasenta).
3. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan vasospasme arteri
uterinaria.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kesejahteraan janin tercapai.
Kriteria hasil :
1.) Peningkatan kesejahteraan janin
2.) Tidak ada penurunan frekuensi jantung pada CST/OCT
(contraction stress test/oxytocin challenge test)
Intervensi :
1.) Lakukan pemasangan KTG ( Kardio Topografi)
Rasional : mengetahui kesejahteraan janin
2.) Anjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri
Rasional : membantu melancarkan peredarah darah pada janin,
meningkatkan kesejahteraan janin
3.) Berikan oksigen tambahan pada ibu
Rasional : membantu perbaikan sirkulasi pembuluh darah dan
ketersediaan oksigen untuk ambilan janin
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi; transmisi/pengaruh
buruk interpersonal, ancama kematian.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit
ansietas klien teratasi.
Kriteria Hasil : klien mau mengungkapkan perasaannya secara
terbuka.
Intervensi :
1.) Kaji sumber dan tingkat ansietas klien/pasangan.
Rasional : Semua klien mengalami persalinan dan kelahiran
dengan derajat tertentu dari ansietas, yang menjadi lebih tinggi
pada situasi berisiko tinggi. Ansietas ini secara langsung
berhubungan denagan rasa takut karena ketidaktahuan karena
perkiraan hasil akhir bagi klin dan janin kurang.
2.) Anjurkan pengungkapan perasaan, berikan dukungan emosi
yang cepat.
Rasional : membantu klien/pasanangan dalam ngidentifikasi
masalah khusus dan membantu menghilangkan ansietas.
3.) Informasikan klien bahwa dokter anak akn datang pada saat
kelahiran, bila mungkin kenalkan klien pada dokter anak
sebelum kelahiran.
Rasional : menjamin klien/pasangan bahwa pada kelahiran, bayi
akan ada dalam penanganan kompeten dan menerima perawatan
yang tepat.
c. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x30 menit
tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil : DJJ ( + ) : 12-12-12, Hasil NST , Hasil USG ;
Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur
dan solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena
hipertensi sehingga timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,
perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi
jantung serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
DAFTAR PUSTAKA
http://one.indoskripsi.com/node/9081
http://diyoyen.blog.friendster.com/2008/11/preeklampsia-berat/
http://agungnurse.blogspot.com/2009/05/askep-pd-pasien-dgn-perdarahan.html