Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Ascaris Lumbricodes

1.1 Spesies

Ascaris Lumbricoides secara morfologis menyerupai cacing tanah sehingga


namanya diambil dari nama cacing tnah yaitu lumbricus. Badan bulat memanjang
dengan kedua ujung lancip, ujung anterior lebih tumpul dari ujung posterior. Bagian
anterior dilengkapi mulut dengan 3 buah lipatan bibir yaitu 1 bibir dorsal dan 2 bibir
ventral. Cacing bewarna putih susu dengan ukuran cacing betina dewasa lebih besar
dari cacing jantan dewasa yaitu 15cm-35 cm sedangkan ukuran cacing jantan
berkisar 20cm-30 cm. Cacing betina terlihat lebih gemuk dan mempunyai ujung
anterior maupun ujung posterior yang runcing seperti ujung pensil. Cacing jantan
dewasa lebih ramping dengan ujung posterior yang melingkar ke arah ventral. Masa
hidup cukup pendek, yaitu 6 bulan sampai 18 bulan. Habitat cacing adalah usus
halus manusia, cacing tidak membutuhkan inang intermediat dan manusia
merupakan tuan rumah definitif.
Cacing betina menghasilkan telur sebanyak 200.000 butir sehari yang dapat
berlangsung selama hidupnya. Telur cacing dapat ditemukan pada feses inang.
Telur cacing mempunyai berbagai bentuk, yaitu :
a. Telur yang dibuahi, berukuran 60 x 45u, berbentuk bulat atau oval dengan
dinding telur yang kuat terdiri dari 3 lapis, yaitu :
1. Lapisan luar terdiri dari lapisan albuminoid dengan tampilan
permukaan dinding telur yang tidak rata, bergerigi, bewarna
kecoklatan karena pigmen empedu
2. Lapisan tengah merupakan lapisan chitin Yng terdiri dari polisakarida
3. Lapisan dalam merupakan membran vitelin yang terdiri dari sterol
yang cukup liat sehingga telur dapat bertahan sampai 1 tahun.
b. Telur dekortikasi, asalah tlur yang dibuahi akan tetapi kehilangan lapisan
albuminoidnya
c. Telur yang tidak dibuahi. Telur ini kemungkinan dihasilkan oleh cacing
betina dewasa yang tidak subur atau terlalu cepat dikeluarkan oleh betina
dewasa yang subur. Telur ini berukuran 90x45u, dan berdinding tipis.
d. Telur berembrio yaitu telur yang sudah mengandung embrio di dalam sel
telurnya dan merupakan telur yang bersifat infektif
1.2 Siklus hidup

Cacing dewasa hidup didalam usus halus, didalam ileum dan jejum. Telur
akan ke luar dari tubuh inang melalui inang dalam keadaan non-infektif dan
memerlukan pematangan atau maturasi di luar tubuh inang, yaitu tanah yang
lembab dan teduh selama 20-24 hari dengan suhu 30oC. Didalam tanah telur non-
inefektif akan berkembang menjadi infektif yang ditandai dengan adanya embrio
didalam sel telur sehingga telur infektif disebut juga dengan telur berembrio
(embryonated egg). Inang, dalam hal ini manusia dapat terinfeksi melalui makanan
yang terkontaminasi. Didalam lambung ianng telur akan menetasdan larvanya akan
ke luar. Larva akan bergerak ke usus halus dengan bantuan cairan lambung dan
akan menembus mukosa usus masuk ke dalam kapiler darah dan akan memulai
siklus sirkulasi darah atau siklus pulmonal.
Setelah lara memasuki pembuluh darah maka akan memasuki hati dan akan
dibawa ke jantung kanan, akhirnya akan sampai ke paru-paru. Di dalam paru-paru,
larva akan ke luar dari pembuluh darah dan akan memasuki alveolus kemudian ke
bronkiolus, bronkus, trakea selanjutnya akan memasuki siklus pencernaan kembali
melalui laring yang kemudian akan tertelan masuk ke esofagus dan kembali ke
lambung yang akhirnya akan mencapai habitatnya yaitu usus halus. Di usus halus
cacing akan mencapai stadium dewasa. Waktu yang diperlukan oleh larva untuk
bermigrasi dari mukosa usus sampai mencapai paru-paru dan kembali ke usus halus
adalah 10 sampai 15 hari. Sedangkan waktu yang diperlukan larva mencapai siklus
pencernaan kedua untuk berkembang menjadi dewasa dan menghasilkan telur
adalah 6 mingu sampai 10 minggu.

1.3 Epidemiologi

Penyebaran infeksi cacing A. Ascaris bersifat kosmopolit terutama di daerah


tropik dengan suhu yang lembab. Prevalensi cukup tinggi di daerah-daerah dengan
sanitasi buruk dan daerah pertanian yang menggunakan pupuk tinja manusia.
Sampai saat ini belum ada cara khusus untuk membasmi telur di dalm tanah
terutama telur cacing di dalam tanah liat yang lembab. Telur cacing di dalam
lingkungan demikian akan dapat bertahanhidup lama dan tetap infektif. Di daerah
kering dan berangin, telur dapat terhisap melalui hidung dan akan menginfeksi
manusia mealui sistem pernafasan kemudian tertelan yang akhirnya akan memasuki
sistem pencernaan. Species cacing ini terutama akan menyerang anak-anak beruia
5-9 tahun tanpa membedakan jenis kelamin.
1.4 Patogenesis

Gejala klinik infeksi cacing ini tergantung pada beratnya infeksi, keadaan
umum penderita, daya tahan tubuh dan kerentanan penderita terhadap infeksi cacing
misalnya pada penderita compromised medis. Secara umu, patogenesis infeksi
berkaitan dengan sistem imun, efek migrasi larva, efek mekanis yang ditimbulkan
cacing dewasa dan defisiensi nutrisi. Awal infeksi larva ke dalam hati dan paru-
paru tidak akan memberikan gejala kecuali jika jumlah cacingnya cukup banyak
maka akan terlihat gejala pneumonia. Pada saat larva ke luar dari alveoli akan
mengakibatkan kerusakan epitel bronkus dan jika infeksi berulang maka kerusakan
yang terjadi akan bertambah buruk. Keadaan ini akan mengakibatkan reaksi
jaringan di sekitar larva di dalam jaringan hati maupun di dalam paru-paru yang
ditandai dengan infiltrasi eosinofil, makrofag dan sel-sel epiteloid. Di dalam paru-
paru, reaksi ini akan menimbulkan pneumonitis askaris ditandai dengan gejala
dyspnea, batuk-batuk, gejala asma, demam dan gambaran radiologi menunjukan
adanyabercak-bercak putih yang bersifat sementara. Kumpulan gejala kelainan
paru akibat infeksi larva A. Lumbricoides seperti tersebut disebut sindroma loffler.
Di dalam jaringan hati, larva dapat menimbulkan kelainan saluran pernafasan juga
dapat menyebabkan timbulnya ultikaria, dan jika larva bermigrasi ke tempat lain
dapat menimbulkan endophtalmitis, miningitis dan encephalitis.
Gejala luar dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa berupa iritasi saluran
pencernaan sehinggan menibulkan rasa tidak enak di perut berupa mual serta sakit
perut yang tidak jelas atau tidak nyaman di sekitar perut. Cacing dewasa dpat
terbawa ke area mulut karena kontraksi usus (regurgitasi) dan keluar melalui mulut
atau hidung atau terhisap masuk ke dalam bronkus. Jika cacing memasuki trakea
dpaat menyebabkan obstruksi saluran pernafasan. Kadang-kadang, cacing bergerak
masuk ke dalam tuba euustachia da menembus telinga tengah. Cacing dewasa yang
bermigrasi menginvasi appendiks, ductus choledochus atau ampulla vateri dapat
menyebabkan apendisitis, cholesistis atau pakreatitishemoragik. Dinding usus
halus dapat ditembus oleh cacing dewasa sehingga dapat mengalami nekrosis dan
bahkan gangren sehingga terjadi gejala peritonitis. Pergerakan cacing ke berbagai
organ dapat terjadi diantaranya karena adanya demam, penggunaan obat-obatan
tertentu seperti general anestesi atau keadaan-keadaan abnormal lainnya.
Jika jumlah cacing dewasa cukup banyak dan bergulung di dalam usus maka
dapat menyebabkan obstruksi lumen usus biasanya terjadi secara parsial yang
kemudian diikuti dengan penyumbatan total. Cacing dewasa yang bermigrasi akan
membawa miikrooganisme laiinya seperti bakteri sehingga dapat menyebabkan
infeksi sekunder di tempatnya bermigrasi akibat miikroorganisme lain. Selain itu,
cacing dewasa yang masih hidup ataupun yang sudah mati dapat menghasilkan zat-
zat toksis yang dapat menimbulkan gejala-gejala tertentu pada orang-orang yang
rentan. Gejala-gejala tersebut dapat berupa manifestasi keracunan seperti oedema
pada muka, urtikaria, insomnia, hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Cacing dewasa di dalam usus akan mengambil zat-zat makanan sehingga
akan menganggu status gizi penderitanya sehingga dapat timbulmalnutrisi dan
gangguan penglihatan akibat kekurangan vitamin A. Malnutrisi jangka panjang
akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan terutama pada
anak-anaka 20 ekor cacing dewasa dapat mengambil zat makanan 2,8 grkarbohidrat
dan 0,7 gram protein per hari. Pada anak-anak keadaan ini dapat menyebabkan
gejala perut buncitt, lesu, pucat, rambut bewarna merah dan jarang badan kurus
terutama pada anak-anak yang pada dasarnya mengalami kurang gizi.

1.5 Diagnosis

Diagnosis bisa ditegakan dengan melihat gejala klinis dan pemeriksaan


laboratorium tetapi kadang-kadang gejala klinis saja sering kali susah untuk
digunakan. Fase migrasi larva terhadap infeksi fase intestinal dapat didiagnosa
dengan menemukan telur cacing di dalam tinja.
Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan untuk melihat sindrom loffler juga
dilakukan untuk melihat keberadaan cacing dewasa di dalam usus halus yang akan
terlihat jelas terutama jika ada cacing dewasa yang berposisi paralel (rolley car
lines)

You might also like