Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

11.

3 Pendekatan PER

Di samping pendekatan nilai sekarang (model diskonto dividen), dalam metode


penilaian saham berdasar analisis fundamental dikenal juga pendekatan lain yang disebut
Price Earning Ratio. Pendekaran ini merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di
kalangan analisis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER atau disebut juga
pendekatan multiplier, investor akan menghitung beberapa kali (multiplier) nilai earning
yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau
perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Jika misalnya PER suatu
saham sebanyak 3 kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali nilai earning
perusahaan tersebut. PER ini juga akan memberikan informasi berapa rupiah harga yang
harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp 1,00 earning perusahaan.

Rumus untuk menghitung PER suatu saham adalah dengan membagi harga saham
perusahaan terhadap earning per lembar saham. Secara sistematis, rumus untuk menghitung
PER adalah sebagai berikut :

Harga saham
PER 
Earning per lembar saham

Contoh : Misalnya harga saham DX saat ini adalah Rp 10.000,00 per lembar dan
tahun ini perusahaan memperoleh earning 900 juta rupiah. Jumlah saham beredar saat ini
adalah 900 ribu lembar saham. Dari data tersebut kita bisa menghitung PER dengan cara
sebagai berikut :

(1) Menghitung earning per lembar saham DX

Earning per lembar = Earning perusahaan

Jumlah saham beredar

= Rp 900.000.000

900.000 lembar

= Rp 1.000 per lembar saham

(2) Menghitung PER dengan menggunakan rumus 11.7 di atas

PER = Rp 10.000

Rp 1.000 = 10 kali
Jadi PER saham DX adalah 10 kali. Artinya, untuk memperoleh Rp 1,00 dari earning
perusahaan DX, investor harus membayar Rp 10,00

Jika kita membagi sisi kiri dan sisi kanan persamaan tersebut dengan earning yang
diperoleh perusahaan (E1), maka akan kita peroleh rumus PER sebagai berikut :

D1 / E1
P̂0 /E 1 
k -g

Dengan demikian, variabel-variabel yang mempengaruhi PER atau disebut juga


sebagai faktor-faktor multiplier earning adalah :

1. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio / DPR, yaitu D1 / E1.

2. Tingkat return yang disyaratkan investor dari saham bersangkutan (k).

3. Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan dari saham tersebut (g)

Contoh : Seorang investor membeli saham DPS. Misalkan perusahaan DPS tersebut
hanya akan membagikan 80% (D1/E1=0,8) dari earning yang diperolehnya bagi investor
dalam bentuk dividen. Pertumbuhan dividen sebesar 5% dan tingkat return yang disyaratkan
investor adalah 15%. Dari data tersebut, kita bisa menghitung PER, sebagai berikut :

P / E = 0,8 / 0,15-0,05 = 0,8/0,10

P / E = 8 kali.

Kita telah membahas dua pendekatan yang paling sering digunakan dalam penilaian
saham perusahaan, yaitu pendekatan diskonto dividen dan pendekatan PER. Kedua
pendekatan tersebut masing-masing mendasarkan diri pada konsep dasar ilmu investasi yaitu
nilai sekarang (present value). Perbedaanya adalah bahwa secara teoritis, pendekatan
diskonto dividen lebih baik dibanding pendekatan PER, sedangkan di sisi lainnya pendekatan
PER lebih populer digunakan oleh para analisis dibanding pendekata diskonto dividen karena
lebih mudah menggunakannya.

Lalu, manakah diantara kedua pendekatan tersebut yang paling baik? Kedua
pendekatan yang telah kita bahas cepat sangat penting bagi seorang investor dalam
pembuatan keputusan investasi serta mengandung konsep dasar penilaian yang sama.
Barangkali jawaban yang lebih tepat untuk pertanyaan di atas adalah bahwa di antara kedua
pendekatan tersebut, tidak ada yang mutlak lebih baik dibanding pendekatan lainnya.
Kiranya, akan lebih tepat jika kita menggunakan kedua pendekatan tersebut sebagai dua hal
yang bersifat saling menggantikan (susbtitusi). Penggunaan kedua pendekatan itu secara
komplementer diharapkan akan membantu investor menentukan keputusan yang tepat dalam
membeli, menahan ataupun menjual saham. Akan tetapi, satu hal perlu dicatat bahwa kedua
penilaian tersebut masih berpotensi mengandung kesalahan karena apa yang kita lakukan
dalam penilaian saham dengan pendekatan-pendekatan tersebut hanyalah merupakan estimasi
tentang sesuatu yang akan terjadi di masa datang.

11.4 Pendekatan Penilaian Saham Lainnya

Pendekatan diskonto dividen dan pendekatan PER merupakan pendekatan yang


sangat populer untuk menentukan nilai suatu saham. Kedua pendekatan tersebut, ada tiga
pendekatan lainnya yang bisa dipakai investor untuk menentukam nilai saham. Pendekatan
tersebut adalah rasio harga terhadap nilai buku, rasio harga terhadap aliran kas, dan economic
value added (EVA).

RASIO HARGA / NILAI BUKU.

Hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga
dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara
teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya. Rasio harga terhadap
nilai buku ini kebanyakan digunakan untuk menilao saham-saham sektor perbankan, karena
aset-aset bank biasanya memiliki nilai pasar dan nilai buku yang relatif sama. Idealnya, harga
pasar saham bank jika dibagi dengan nilai buku asetnya akan mendekati 1. Tetapi, jika
ternyata bank tersebut misalnya banyak menghadapi masalah kredit macet yang tidak bisa
ditagih lagi, tentu saja rasio harga/nilai bukunya akan lebih kecil dari 1. Tapi di sisi lain, bisa
saja terjadi bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1, terutama jika bank tersebut mengalami
pertumbuhan yang meyakinkan atau sedang menjadi target merger dengan beberapa bank.

Bagaimana informasi rasio harga / nilai buku ini bisa dipakai investor dalam
keputusan investasi? Hasil penelitian Rosenberg dkk (1985), menemukan bahwa saham-
saham yang memiliki rasio harga/nilai buku yang rendah akan menghasilkan return yang
secara signifikan lebih tinggi dibanding saham-saham yang memiliki rasio harga / nilai buku
yang tinggi. Dengan demikian Rosenberg dkk, merekomendasikan untuk membeli saham-
saham yang mempunyai rasio harga/nilai buku yang rendah jika investor mengharapkan
tingkat return yang lebih besar pada risiko tertentu.

RASIO HARGA / ALIRAN KAS.

Pendekatan lainnya dalam penilaian saham adalah pendekatan rasio harga


saham/aliran kas. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan pelengkap bagi pendekatan PER
yang telah kita bahas sebelumnya. Pendekatan ini mendasarkan diri pada aliran kas
perusahaan lebih relevan dibanding data earning, menurut laporan secara akuntansi.
Dalam penilaian saham perusahaan, investor bisa menggunakan informasi rasio harga
/ aliran kas ini sebagai pelengkap informasi PER, karena data aliran kas perusahaan bisa
memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi investor tentang perusahaan nilai saham
yang akan terjadi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Gentry dkk (1985), yang
menemukan bahwa informasi aliran kas merupakan informasi penting untuk menilai kinerja
perusahaan dan memprediksi kemungkinan kebangkrutan atau suksesnya perusahaan di masa
datang.

ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan menghitung
economic value added (EVA) suatu perusahaan EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen
perusahaan dal meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah
bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang
diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. EVA dihitung
dengan mengurangkan keuntungan operasi perusahaan dengan biaya modal perusahaan, baik
untuk biaya utang (cost of debt) maupun modal sendiri (cost of equity). Jika perbedaan
tersebut positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan ini biasanya akan direspons
oleh meningkatnya harga saham. Demikian pula sebaliknya jika EVA negatif berarti
perusahaan mengalami penurunan kinerja, yang biasanya akan direspons dengan penurunan
harga saham perusahaan.

Secara matematis, rumus untuk menghitung EVA suatu perusahaan bisa dituliskan
sebagai berikut :

EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak – besarnya biaya modal operasi dalam
rupiah setelah dikurangi pajak

EVA = [EBIT (1 – pajak)] – [(modal operasi) (persentase biaya modal setelah pajak)]

Berikut ini adalah suatu contoh perhitungan EVA untuk perusahaan ABC. Dan
perhitungan tersebut terlihat bahwa EVA perusahaan ABC mengalami peningkatan yang
besar, yaitu dari Rp 10 juta pada tahun 1998 menjadi + Rp 37,5 juta pada tahun 1999.
Peningkatan ini bisa menunjukkan indikasi adanya keberhasilan manajemen dalam
memberikan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.
Perhitungan EVA Perusahaan ABC (ribuan rupiah)

1998 1999

EBIT 200.000 250.000

Pajak 25% 25%

EBIT (1-Pajak) 150.000 187.500

Modal Operasi 1.600.000 1.500.000

Biaya Modal Setelah Pajak (%) 10% 10%

Biaya Modal dalam Rupiah 160.000 150.000

EVA -10.000 37.500


PENUTUP

Kesimpulan

Pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis
fundamental yaitu:

1. Pendekatan nilai sekarang (present value)

a) Model Pertumbuhan Nol

b) Model Pertumbuhan Konstan

c) Model Pertumbuhan Tidak Konstan (ganda)

2. Pendekatan Price Earning Ratio

3. Pendekatan Penilaian Saham Lainnya

a) Rasio Harga/Nilai Buku

b) Rasio Harga/Aliran Kas

c) Economic Value Added (EVA)


DAFTAR PUSTAKA

Eduardus Tandelilin. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama,
BPFE, Yogyakarta.

Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.

You might also like