Proposal Metpen

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POLA DISTRIBUSI KANTONG SEMAR DI

GUNUNG SEMAHU KECAMATAN SENGAH TEMILAK KABUPATEN LANDAK


SEBAGAI UPAYA PEMBELAJARAN LAPANGAN SISWA KELAS X SMA DAYA
PELITA MENJALIN PROPOSAL

OLEH : Nama : NPM : INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) BUDI
UTOMO MALANG PAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSATA DAN
KEOLAHRAGAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Berlakang Masalah
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan adalah untuk mendidik dan memberi bekal
kemampuan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dan lingkungan serta berbagi bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan, maka di
butuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan
tersebut, karena menurut koasih, kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan
mengunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran yang senantias terus di
tingkatkan (Solihatin dan Raharjo, 2007: 15). Proses pembelajaran di sekolah sering
sekali membuat kita kecewa, apalagi jika dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap
materi ajar. Walaupun sering kali kita mengetahui bahwa siswa yang mampuy
menyajikan hafalan yang baik terhadap materi yang di terimanya, tetapi pada
kenyataannya mereka sering kali tidak memahami atau mengerti secara mendalam
pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Pengertian atau pemahamaan yang di maksut
disini adalah bahwa pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling
berkaitan dengan kemampuannya untuk mengunakan pengetahuan tersebut dalam situasi
baru. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan
sebangai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Proses belajar mengajar di kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi
pikiran utama strategi belajar. Untuk itu diperlukansuatu strategi yang lain, selain yang
sudah di lakukan selama ini, strategi yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi mendorong siswa mengkotruksikan
pengetahuian di benak mereka sendiri. Persoalan sekarang adalah bagaiman menemukan
cara yang terbaik untuk menyampaikan konsep belajar sehingga semua siswa dapat
mengunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana menanamkan konsep
penelitian lapangan sebagai bagian yang paling berhubungan dengan pelajaran lain
dengan lingkungan dimana siswa hidup serta membentuk satu pemahaman yang utuh.
Bagai mana seorang guru dapat berkomunikasi secara efekti dengan siswanya yang selalu
bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang
dipelajari siswa. Bagai mana guru dapat membuka wawasan dan berfikir yang beragam
dari seluruh siswa, sehinga mereka dapat mempelajari konsep dan cara mengigatnya
dengan dunia nyata, sehingga dapat membuka pintu kesempatan selama hidupnya. Hal ini
merupakan tantangan yang dihadapi guru setap harinya. Agar pemahaman siswa dapat
dikaji secara terarah mak seiring dengan perkembangan dunia pendidikan Pembelajaran
Lapangan Tentang Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung
Semahug Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak, menjadi salah satu alternative
sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman pembelajaran lapangan.
Pembelajaran Lapangan Tentang Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong
Semar Di Gunung Semahug Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak, merupakan
salah satu pembelajaran koopertatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara
pengelompokan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran Lapangan
Tentang Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung Semahug
Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak yaitu metode pembelajaran dengan cara
meneliti Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar yang ada Di Gunung
Semahug Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak. Pembelajaran Lapangan
Tentang Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung Semahug
Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak yang dilaksanakan dalam penelitian ini
merupakan sutu pembelajaran pengujian yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk
menuliskan jawabannya sesuai dengan materi penelitian yang di laksanakan. Siswa yang
mendapatkan nomor pada masing-masing kelompok menjelaskan kembali apa yang
mereka ketahui dan pelajari. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka
peningkatan pemahaman konsep belajar siswa memerlukan perencanaan dan peningkatan
pemahamaan konsep belajar siswa memerlukan perencanaan dan pendekatan yang
sistematis. Dalam penelitian eksperimen ini, diharapkan ada peningkatan hasil belajar
melalui Pembelajaran Lapangan Tentang Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi
Kntong Semar pembelajaran biologi siswa kelas x SMA Daya Pelita Menjalin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah di uraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:Apakah dengan mengunakan metode pembelajaran
lapangan tentang Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung
Semahug Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak dapat meningkatkan hasil
belajar pembelajaran biologi siswa kelas x SMA Daya Pelita Menjalin.
C.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran lapangan tentang
Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung Semahug
Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak dapat meningkatkan hasil belajar
pembelajaran biologi siswa kelas x SMA Daya Pelita Menjalin. 2. Mengetahui Jenis-jenis
Nepenthes spp. apa saja yang ada di Kawasan Hutan Gunung Semahung Kecamatan
Sengah Temila Kabupaten Landak
C. Mamfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi semua pihak yang
terkait dalam dunia pendidikan. Adapun mamfaat yang diharapkan antara lain : a. Bagi
siswa Siswa dapat meningkatkan nilai belajarnya melalui pembelajaran lapangan tentang
Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung Semahug
Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak, dan juga menjadi pengalaman berharga
dalam penelitian lapangan b. Bagi guru Guru dapat memaknai penerapan pembelajaran
lapangan Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung Semahug
Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak. Untuk meningkatkan pemahaman yang
akan berpoengaruh pada hasdil belajar siswa. Memberi masukan pada guru atau calon
guru biologi dalam menentukan strategi mengajar yang sesuai dengan materi-materi
biologi, sebagi alternatif untuk memberi variasi dalam pembelajaran. Bahan
pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru
biologi. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta tambahan refrensi bagi
guru biologi dan guru mata pelajaran lainnya guru memperluas wawasan pembelajaran.
D. Definisi Oprasional Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi di lingkungannya (slameto 2003:2) Pembelajaran lapangan
Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung Semahug
Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak yaitu sebagai upaya pembelajaran kelas x
SMA Daya Pelita Menjalin, metode pembelajaran dengan cara megamati jenis dan pola
distibusi kantong semar. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. HASIL BELAJAR Menerut
Nasution dalam sudaryo, dkk (1991:3) dalam pendidikan sekolah tradisional belajar
diartikan sebagai upaya seseorang untuk menambah pengetahuan. Sedangkan pendidikan
modern menganut pengetian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri anak berkat
pengalaman dan latihan. Perolehan belajarnya tidak hanya sekedar penegtahuan saja
melainkan bermacam-macam, antara lain dapat berupa fakta, konsep, nilai atau norma,
keterampilan motorik, dan sebagainya. Menurut pengertian secara fisikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto
(2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interasi dilingkunganya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar pada dasarnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
anak berkat adnya pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku dalam pengertian
belajar menurut Slameto (2003:3) meliputi perubahan terjadi secara sadar perubahn dalam
belajar bersifat kontinyu dan fungsiona, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,
perubahan dalam belajar bukan bersifat smentara, perubahan dalam belajar bertujuan atau
terarah dan perubahan mencakup seluru spek tingkah laku baik dal sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagianya. Proses belajar dipengaruhi oleh beberaapa factor
diantaranya factor interen yaitu factor yang ada dalam individu yang sedang belajar dan
factor eksteren yang ada diluar individu. Faktor interen meliputi factor jasmaniah, factor
fisikologis, dan factor kelelahan. Sedakan factor-faktor eksteren yang berpengaruh
terhadap belajar dapat dikelompokan menjadi tiga factor yaitu, factor keluarga, factor
sekolah, dan factor masarakat (Slameto, 2003 : 60). Belajar adalah berubahnya
kemempuan seseorang untuk melihat, berpikir, merasakan sesuatu, melalui berbagai
pengalaman-pengalaman yang sebagiannya bersifat perceptual, dan bersifat intelektual,
emosional maupun motorik. Dengan demikian belajar akan berarti sebagai suatu
perubahan dalam cara melihat, merasakan, berpikir, dan megerjakan sesuatu dengan
mengunakan dan berdasarkan konsep, persepsi, sikap, dan keterampilan yang telah
dipelajari dan dimiliki sebelumnya (Tadjob, 1994:46-47). Selanjutnya, Oemar Hamalik
(2005:36-37) menguraikan pengertian belajar menjadi dua yaitu: 1. Belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman-pengalaman. Menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. 2.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi antara
individu dengan lingkungannya.
B. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)
Menurut Nurhadi (2004 : 112) pembelajaran coopratif (cooperative learning) adalah
“pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengunaan kelompok kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar”. Pembelajaran kooperatif dipandak efektif karena manusia mempunyai dearajat
potensi, latar belakang historis, serat harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena
perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencerdaskan), sehinga
tercipta masarakat belajar (learning community) dimana siswa tidak hanya belajar dari
guru tetapi dari sesame siswa. Cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesame dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap angota
kelompok itu sendiri. “cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur
tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok”
(Solihatin dan Raharjo, 2007 : 4)
. Dalam keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan
oleh individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apa bila
dilakukan secara bersama-sama dalm kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur
dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan dibawah bimbingan guru maka
proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi
yang di pelajari. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, maka pembelajaran dengan
mengunakan model cooperative learning menekankan pada aspek kerja sama antar
individu dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
angota kelompok itu sendiri. Suatu aspek penting dalam pembelajaran koopertif ialah
bahwa disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku
kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif secara
bersama-sama membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Tujuan di bentuk
kelompok kooperatif adaalah agar member kesempatan kepada siswa untuk terlibat secar
aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan pembelajaran. Roger dan Dapid Johnson
dalam Lie (2004:31) mngatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa diangap
cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model
pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Unsure-unsur tersebut adalah: Saling
ketergantungan positif Keberhasilaln suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya, diman setiap angota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri,
selanjutnya antara anggota kelompok dapat saling berbagi pengetahuan yang dimiliki
untuk menyelesaikan masalah secara bersama. Tanggung jawab perseorangan Dalam
cooperative learning setiap individu memiliki tangung jawab perseorangan untuk
memajukakn kelompoknya. Tatap muka Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi, menghargai perbedaan, sehinga mereka bertukar pikiran
dan mengisi kekurangan masing-masing. Komunikasi antara angota Melalui kegiatan
tatap muka, akakn mempermuda setiap angota kelompok untuk berinteraksi dan
berkomunikasi untuk saling mngungkapkan pendapat dalam memecahkan persoalan.
Evaluasi proses kelompok Proses kerja kelompok perlu adanya evaluasi dari hasil kerja
sama mereka, sehingga utntuk selanjutnya anggota kelompok bisa berkerjasama dengan
baik. Inti dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya saling kerja sama antar anggota
kelompok, dimana setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab secara individu
sekaligus kelompok, sehinga dari perbedan masing-masing individu dapat saling bertukar
pikiran dan berinteraksi secara terbuka untuk menyelesaikan persoalan yang di hadapi.
C. LANGKAH-LANGKAH DALAM COOPERTIVE LEARNING
Langkah-langkah dalam cooperative learning secara umum (Stahl dan Slavin dalam
Solihatin, 2007 :10) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut:
1. Langkah pertama, yang dilakukan guru adalah merancang rencana program
pembelajaran. Padalangkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran, disamping itu guru
menetapkan sikap dan keterampilan sosial uang diharapkan dikembangkan dan
diperhatikan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Guru dalam
merancang program pembelajaran harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas
siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok kecil, artinya bahwa materi
dan tugas-tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara bersama dalam
dimensi kerja kelompok.
2. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran dikelas, guru merancang lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobsevasi kegiatan siswa dalam belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Dala menyampaikan materi guru tidak
lagi menyampaikan materi secara panjang lebar, karena pemahaman dan pendalaman
materi tersebut nantinya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama dalam
kelompok. Guru hanya menjelaskan poko-poko materi dengan tujuan siswa
mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang akan
diajarkan. Pada saat guru selesai menyajikan materi, langkah berikutnya adalah
menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran bardasarkan
materi yang telah dipelajarkan. Hal ini dimaksutkan untuk mengkondisikan kesiapan
belajar siswa. Berikutnya guru membimbing siswa untuk membuat kelompok.
Kegiatan ini dilakukan sambil menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh siswa
dalam kelompoknya masisng-masing. Pada saat siswa belajar secara kelompok,tugas
guru adalah melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa
berdasar lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya.
3. Langkah ketiga,adalah dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, baik
secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami dalam materi maupun
mengenai sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan berlajar berlangsung. Disamping
itu pada saat kegiatan kelompok berlangsung, ketika siswa terlibat dalam diskusi
dalam masing-masing kelompok, guru secara periodik memberikan layanaan kepada
siswa baik secara individual maupun klasikal. 4. Langkah keempat, guru memberikan
kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini
dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa
terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. Pada saat persentasi
siswa berakhir, guru mengajak untuk melakukan refleksi diri terhadap proses
jalannya pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
yang ada atau sikap serta prilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.
Disamping itu guru juga memberikan penekanan terhadap nilai, sikap dan prolaku
sosial yang harus dikembangkan dan dilatih oleh siswa. Disini guru berperan sebagai
mediator dan moderator aktif, artinya pengembangan ide, saran dan kritik terhadap
proses pembelajaran dari siswa, selanjutnya guru melakukan berberapa perbaikan dan
pengarahan terhadap ide, saran, kritik yang berkembang.
4. D. PENGELOLAAN KELAS COOPERTIVE LEARNING
Pengelolaan kelas dalam cooperative learning ini bertujuan untuk membina
pembelajar dalam mengembangkan minat dan giat berkerja sama dan cooperative
leraning, yaitu : 1. Pengelompokan Ciri yang menonjol dari cooperative learning
adalah pengelompokan heterogenitas (kemacam ragaman). Kelompok heterogenitas
bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman Gender, latar belakang agama
sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Pengelompokan secara
heterogen ini disukai oleh para guru alasanya pertama karena kelompo9k heterogen
memberikan kesaempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling
mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan realsi dan interaksi antar ras,
agama, etnik, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan
kelas adanya satu orang yang bertkemampuan akademis tingi, guru mendapatkan satu
asisten untuk setiap tiga orang. 2. Semangat gotong royong Agar kelompok bisa
berkerja secar efektif dalam proses pembelajaran gotong royong, masing-masing
angota kelompok perlu mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong
royong ini bisa dirasakan dengan membina niat dan tekat siswa dalam berkerja sama
dengan siswa yang lainnya. Niat siswa bisa di bina dengan kegiatan yang bisa
membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat. Pertama, melalui
kesaman kelompok, yaitu suatu kelompok akan merasa bersatu jika ini bukan berarti
mennyeragamkan semua keinginan, minat dan kemampuan angota kelompok. Kedua
adalah melalui identitas kelompok, berdasarkan kesamaan mereka setiap kelompok
bisa merundingkan nama yang tepat untuk kelompok mereka. Ketiga adalah sapaan
dan sorak kelompok, hal ini berfungsi untuk lebih mempererat hubungan dalam
kelompok. Salain itu dalam pembelajaran adakalanya suasana kelas menjadi jenuh
dan membosankan. Dalam saat-saat seperti ini guru bisa membangunkan siswa-siswa
yang mengantuk dan menghidupkan semangat belajar siswa dengan meluangkan
berberapa detik saja untuk sapaan dan sorak kelompok. 3. Penataan ruang kelas
Dalam metode pembelajaran cooperative learning, siswa juga bisa belajar dari
sesama teman,dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator. Ruang kelas perlu
ditata sedemikian rupa sehingga menunjang pembelajaran cooperative learning.
Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan
situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah
ukuran kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa, toleransi guru dan kelas
sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa lain, dan pengalaman siswa
dalam melaksanakan metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran
kooperatif, penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu.
Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru atau
papan tulis dengan jelas, bisa melihat rekan-rekan sekelompoknya dengan baik dan
berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu
sama lain, tetapi tidak mengganggu kelompok yang lain dan guru menyediakan ruang
kosong disalah satu bagian kelas untuk kegiatan lain.
E. METODE PEMBELAJARAN PENELITIAN KEANEKARAGAMAN JENIS DAN
POLA DISTRIBUSI KANTONG SEMAR
Pembelajaran penelitian lapangan Keanekaragaman danJjenis Pola Distirbusi
Kantong Semar, merupakan salah satu pembelajaran koopertif yang kegiatan belajar
mengajar dengan cara pengelompokan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil.
Pembelajaran Keanekaragaman Jenis Dan Pola Distirbusi Kantong Semar yaitu
metode pembelajaran dengan cara meneliti Keanekaragaman Dan Jenis Pola
Distribusi Kantong Semar yang ada Di Desa Semahu Kecamatan Sengah Temilak
Kabupaten Landak yang dilaksanakan dalam penelitian ini merupakan suatu
pembelajaran pengujian yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan
jawabannya sesuai dengan materi pelajaran yang sesuai dengan penelitian
Keanekaragaman Jenis Dan Pola Distribusi Kantong Semar. Siswa yang mendapatkan
nomor undian pada masing-masing kelompok menjelaskan kembali apa yang baru
mereka pelajari.
F. KEANEKARAGAMAAN JENIS DAN POLA DISTRIBUSI KANTONG SEMAR
DI GUNUNG SEMAHUG KECAMATAN SENGAH TEMILAK KABUPATEN
LANDAK
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman jenis dan
kelimpahan sumber daya alam hayati. Kalimantan Barat merupakan suatu daerah
yang mempunyai keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, salah satu jenis flora
yang banyak ditemukan baik jumlah maupun jenisnya adalah kantong semar
(Nepenthes spp.). Berdasarkan penelusuran spesimen herbarium di Herbarium
Bogoriense yang dilakukan oleh Mansur (2006), 10 jenis ditemukan di Sulawesi, 9
jenis di Papua – New Guinea, 4 jenis di Maluku, 2 jenis di Jawa, 29 jenis di Sumatra
dan 32 jenis di Borneo (mencakup Kalimantan, Sarawak, Sabah, Brunei). Penelitian
mengenai keanekaragaman kantong semar di beberapa kawasan konservasi di
Kalimantan Barat sudah pernah dilakukan. Jenis – jenis kantong semar yang
ditemukan di Kawasan Cagar Alam Lho Fat Fun Fie Kabupaten Bengkayang
berjumlah 3 jenis (Nazilah, 2006), di Taman Nasional Gunung Palung Ketapang
berjumlah 5 jenis (Tanjung, 2004), di Gunung Pasi Singkawang 4 jenis (Delyanet,
2009), di kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak terdapat 6 jenis (Eksakti,
2009) dan di Hutan Adat Dusun Benuah Desa Teluk Bakung Kecamatan Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya terdapat 7 jenis (Yusnandar, 2008). Nepenthes
merupakan salah satu tumbuhan yang unik sehingga banyak menarik perhatian.
Keunikan tumbuhan ini berupa bentuk, corak, ukuran dan warna kantongnya,
sehingga menjadikan Nepenthes berpotensi dikembangkan sebagai tanaman hias.
Tumbuhan Nepenthes memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat bahkan dapat membantu meningkatkan pendapatan daerah.
Selain berpotensi sebagai tanaman hias, Nepenthes juga memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai tanaman obat. Namun, pembukaan lahan dengan pembakaran
dan berpindah tempat semakin mengancam keberadaan Nepenthes (Dwi dan Hary,
2007). Penelitian tumbuhan kantong semar (Nepenthes) di kawasan hutan Gunung
Semahung belum pernah dilakukan. Pertambahan jumlah penduduk yang pesat
mendorong pemanfaatan hasil alam yang intensif pula, adanya aktifitas masyarakat
yang berlebihan untuk memanfaatkan sumber daya alam dapat mengancam
keberadaan Nepenthes di habitat aslinya. Rencana penelitian ini, diharapkan
keanekaragaman Nepenthes dapat lebih terjaga kelestariannya. a. Morfologi Kantong
Semar a) Bentuk batang Panjang batang dapat mencapai 30 cm hingga 20 meter
dengan tebal batang antara 3-30 mm. Bentuk batang umumnya silindris, tetapi ada
juga yang berbentuk segitiga dengan dua sayap. Warna batang bevariasi ada yang
hijau terang, ada pula sedikit warna merah tua atau nila. N. ampularia dan N.
rafflesiana memiliki batang berbentuk silindris dan memanjang, berwarna hijau dan
kadang ada warna merah tua atau nila, sedangkan batang N. gracilis berbentuk
segitiga, memanjang dan lebih ramping dengan warna umumnya merah tua (Clarke,
1997; Tjitrosoepomo, 2002). b) Bentuk bunga Bunga kantong semar muncul di dekat
pucuk batang utama, berkelamin tunggal dan berumah dua (dioecius). Bunga biasanya
berwarna merah atau hijau, berkelenjar madu dan tersusun dalam rangkaian berupa
tandan (racemes/botrys) atau bulir (spica). Bunga kantong semar memiliki 2 daun
kelopak dan 2 helai mahkota. Bunga jantan memiliki benang sari berjumlah antara 4
hingga 24 buah dan tangkai sari berlekatan membentuk suatu kolom. Bunga betina
memiliki bakal buah (ovarium) menumpang, beruang 4 dan berisi banyak bakal biji.
Tangkai putik berjumlah 1 atau tidak ada sama sekali dengan kepala putik berlekuk-
lekuk (Clarke, 1997; Tjitrosoepomo, 2002). c) Bentuk buah Buah kantong semar
berupa buah kendaga (rhegma) yang membuka dengan membelah ruang. Endosperma
dan lembaga buah panjang dan tipis. Benih-benih kantong semar biasanya disebarkan
oleh angin (Clarke, 1997; Tjitrosoepomo, 2002). d) Bentuk daun Daun kantong semar
bertangkai daun atau tanpa tangkai daun. Panjang tangkai daun berkisar antara 2-20
cm. Bentuk daun mulai dari panjang dan berujung sampai sempit sampai panjang dan
berujung lebar atau lonjong. Panjang daun antara 10-45 cm, tulang daun selalu tegap
menonjol dan pada ujungnya akan tumbuh sedikit demi sedikit sulur atau tendril yang
berakhir dengan kantong atau bakal kantong. Warna daun hijau atau hijau
kekuningan, terkadang berwarna hijau kenilaan pada lapisan atas (Mansur, 2006). e)
Bagian kantong Mulut kantong biasanya miring dan kadang biasanya berliku di
sepanjang tutupnya (Mansur, 2006). Mulut kantong terdapat bibir kantong (peristome)
dengan warna yang menarik. Bibir kantong merupakan jaringan keras dan licin yang
terletak di bagian sekitar mulut kantong, biasanya dilengkapi dengan tonjolan-
tonjolan melintang berbentuk silinder yang disebut gigi (teeth). Peran utama bibir
kantong adalah sebagai pemikat dan penjebak serangga sedangkan gigi kantong
berguna untuk membentuk penghalang yang mempersulit mangsa keluar dari kantong
(Clerke, 1997; Mansur, 2006; Kurata, 1976). Kantong semar Bibir kantong
(peristome) Tutup kantong Bunga Sulur (tendril) Daun Batang Gambar 2.1 :
Morfologi tumbuhan kantong semar Sumber : Handoyo, (2006) Katup (tutup kantong)
Cairan madu Sulur Bibir kantong Lapisan lilin Gambar 2.2 : Morfologi kantong semar
Sumber : Handoyo (2006) Tanaman kantong semar memiliki kantong dengan tinggi
berkisar antara 5-35 cm dan berdiameter berkisar antara 1-20 cm. Satu individu
kantong semar biasanya memiliki dua atau tiga macam kantong yang bentuknya
berbeda, yaitu kantong bawah, kantong atas dan kantong peralihan. Kantong bawah
biasanya hidup merambat di tanah dengan kantong umumnya berbentuk seperti kendi
dua sayap yang sama di depannya, umumnya mengandung banyak cairan di
dalamnya. Kantong atas yang hidup menggantung memiliki kantong lebih panjang
dan berbentuk seperti corong pada bagian depannya. Ukuran kantong atas umumnya
lebih kecil dan ringan. Beberapa kantong semar membentuk kantong peralihan selama
masa transisi pembentukan kantong atas dan bawah. Kantong peralihan memiliki
bentuk dan struktur yang terletak di antara kantong atas dan bawah yakni memiliki
sayap, tendril terletak di sisi samping dan bentuk kantong lebih ramping dari bentuk
corong (Clarke, 1997). Bagian dalam dinding kantong terbagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas kantong memiliki permukaan licin
dan berlilin membuat serangga yang tergelincir ke dalam kantong hampir tidak
mungkin dapat keluar dari dalam kantong. Bagian bawah terdapat sebuah kelenjar
yang dapat mengeluarkan anzim proteolase (nepenthesin I dan nepenthesin II) yang
bersifat asam dan berfungsi dalam mencerna serangga yang terperangkap, enzim ini
diproduksi oleh sel parenkim kantong (Mackinon. dkk, 2000). b. Keanekaragaman
Jenis Keanekaragaman jenis adalah keseluruhan genus, spesies dan ekosistem dalam
suatu wilayah (Avonina, 2004). Keragaman jenis adalah bagian dari keanekaragaman
hayati yang merujuk pada varietas spesies dalam suatu daerah (Walhi, 1995). Menurut
Alikodra (1990) keanekaragaman hayati adalah berbagai macam bentuk, penampilan,
jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkat persekutuan makhluk hidup yaitu
tingkat ekosistem, jenis dan genetik. Pengertian tersebut menggambarkan bahwa
keanekaragaman dapat dibagi menjadi tiga bagian atau tiga kategori hirarki yaitu
genus, spesies dan ekosistem. Genus akan merujuk pada keanekaragaman genetik
yang merupakan variasi genetik yang ada dalam makhluk hidup. Variasi genetik ini
dapat beraneka ragam pada setiap spesies. Spesies akan merujuk pada
keanekaragaman spesies yang merupakan varietas spesies di dalam suatu daerah atau
ekosistem yang selanjutnya merujuk pada keanekaragaman ekosistem.
Tingginya keanekaragaman suatu jenis merupakan suatu indikasi tingginya
kompleks komunitas. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman yang
tinggi jika komunitas tersebut tersusun oleh banyak jenis. Sebaliknya, apabila di
dalam suatu kominitas terdapat beberapa jenis, maka dikatakan memiliki
keanekaragaman yang rendah (Welly, 2005). Menurut Fachrul (2006), tinggi atau
rendahnya tingkat keanekaragaman suatu komunitas dapat dilihat dari nilai indeks
keanekaragaman jenis (Shanon – Wiener) adalah sebagai berikut :
a) H’ < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek
adalah sedikit atau rendah,
b) H’ 1 – 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek
adalah sedang,
c) H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek
adalah tinggi.
d) Pola Distribusi Distribusi individu dalam suatu populasi di alam
menurut Suin (2002) terbagi dalam 3 pola antara lain. a. Acak
(random) Distribusi secara acak jarang terjadi dan hanya terjadi jika
lingkungan populasinya atau kondisi lingkungannya homogen. b. Teratur
(uniform) Distribusi individu dengan pola seragam terjadi jika ada persaingan
yang keras di antara individu sehingga timbul kompetisi yang positif yang
mendorong pembagian ruang hidup yang sama. c. Berkelompok (clumped)
Pola distribusi berkelompok terjadi secara umum di alam.
Pada pola ini individu – individu menunjukkan derajat
pengelompokkan karena adanya kebutuhan yang sama mengenai faktor –
faktor lingkungan. Pola ini biasanya terjadi pada kelompok mamalia dan
tumbuhan. Dalam pola distribusi mengelompok dikenal asas Allee atau Allee
principles yaitu setiap jenis populasi mempunyai kecenderungan untuk
menuju nilai pengelompokkan yang optimal.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Clasroom
Action Research. Menurut Aqib (2006 : 12) pengertian PTK sebagai berikut:
1. Penelitian, adalah kegiatan mencermati suatu objek, mengunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting
bangi penelitian.
2. Tindaskan, adalah sesuatu gerak yang disengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas, adalah ruangan tempat guru mengajar Berdasarkan pergertian tersebut
maka penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam serbuah kelas secara bersama (Arikunto, 2006 :3)
Sesuai jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini mengunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997 : 6 ), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus berikutnya. S etiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflekcetion (refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-
tahap penelitian tindakakn kelas dapat di lihat gambar berikut. èPelaksanaan
Tindakan èObserpasi èRencana Tindakan Siklus èPelaksanaan Tindakan
è0bservasi èAnalisis dan Refleksi èSiklus Berikutnya Gambar 1. Alur desain
penelitian tindakan kelas.
3.2 Subjek Penelitian, Tempat, Waktu
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas x SMA Daya Pelita Menjalin tahun
pelajaran 2011 / 2012, pada poko bahasan ; Pembelajaran lapangan Keanekaragamaan
Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung Semahug Kecamatan Sengah
Temilak Kabupaten Landak sebagai upaya pembelajaran kelas x SMA Daya Pelita
Menjalin. Tempat Penelitian tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SMA Daya Pelita Menjalin Tahun Pelajaran 2011 / 2012, dan juga lokasi
pengambilan data tentang keanekaragaman jenis dan pola distribusi kantong semar
yang berlokasi di desa semahu kecamatan sengah temilak kabupaten landak. 3. Waktu
Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
bpenelitian ini dilangsungkan.
3.3 Analisa Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka
digunakan analisa data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data
kualitatif. Cara penghitungan untung mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam
proses belajar mengajar sebagai berikut. 1. Merekapitulasi hasil tes 2. Menghitung
jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan
menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yangterdapat dalam buku petunjuk
yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai 75,
sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas
secara individual mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama
dengan 75%. 3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3.4 Alat Pengambilan Data
1. Hasil belajar kognitif Diambil dengan memberikan tes tertulis pada setiap akhir
siklus pada poko keanekaragamaan jenis dan pola distibusi kntong semar.
2. Lembar observasi aktivitas siswa Lembar observasi aktivitas siswa dalam
melakukan pembelajaran dengan metode Pembelajaran lapangan dengan topik
Keanekaragamaan Jenis Dan Pola Distibusi Kntong Semar Di Gunung Semahug
Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten Landak sebagai upaya pembelajaran kelas x
SMA Daya Pelita Menjalin dalam pembelajaran koopertatif, meliputi:
1. Meneliti secara singkat pada keseluruhan tes
2. Membaca materi untuk mencari jawabannya
3. Menjawqap pertanyaan melalui diskusi kelompok-kelompok
4. Mengingat kembali dan memahami jawaban atas pertanyaan
5.Menijau ulang jawaban atas pertanyaan (review)
6. Menyajikan hasil kelompok 7. Menyimpulkan hasil pembelajaran
8. Merekapitulasi hasil nilai sebelum dilakukan tindakan dan nilai sklus I dan siklus II
. Analisa hasil observasi untuk aktivitas siswa hasil observasi siswa selama
proses pembelajaran berlangsung di analisi dengan mengunakan skala likert dengan
rentang dari 5 sampai dengan
1. Dengan demikian jika ada 8 aspek yang harus diamatai maka sekor maksimal
adalah 40 dan sekor minimal adalah 8. Apabilka penelitian aktivitas siswa dibagi
dalam empat kategori maka siswa dengan sekor:
32≤ X ≤40 : Kategori amat baik
24≤ X ≤32 : Kategori baik
16≤ X ≤24 : Kategori kurang
8≤ X ≤ 16 : Kategori amat kurang (Pirantiningsi, 2004: 13)
2. Perhitungan rata-rata kelas Untuk mengetahui nilai rata-rata pada masing-masing
siklus digunakan rumus: Rata.rata, nilai .siswa = (S nilai,siswa sementara) (Arikunto,
2002:264)

You might also like