Flotasi PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 27

STUDI PEMISAHAN MINERAL

MENGGUNAKAN METODE FLOTASI


PADA PT. FREEPORT INDONESIA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan untuk pelaksanaan Tugas Akhir Mahasiswa


Jurusan Teknik Pertambangan

BERNADETHA TIFANY HURLATU


(011 064 0102)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2015
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


pendidikan dari Program studi S1 Teknik Pertambangan dan memperoleh
gelar Sarjana Teknik dari Universitas Cenderawasih

Oleh :

Bernadetha T. Hurlatu
0110640102

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Bevie M Nahumury, ST. MT


NIP. 1981 0421 2008 121 003

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Pertolongan serta pengasihannya penulis dapat menyelesaikan
Proposal Tugas Akhir yang berjudul : “Studi Pemisahan Mineral Menggunakan
Metode Flotasi Pada PT. Freeport Indonesia” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Proposal Akhir ini merupakan salah satu syarat Untuk Memenuhi
Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi S1 Teknik
Pertambangan, Dan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dari Universitas
Cenderawasih.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Endang Hartiningsih, ST.MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Cenderawasih.
2. Bevie Nahumury, ST.MT selaku Ketua Program Study (S1) Teknik
Pertambangan Universitas Cenderawasih.
3. PT. Freeport Indonesia yang telah menyediakan tempat bagi penulis untuk
mengambi data untuk Tugas Akhir.
4. Teman - teman Mahasiswa Angkatan 2011 yang telah membantu dan
memberikan semangat dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk lebih
menyempurnakan isi proposal ini. Namun demikian, penulis berharap proposal
inidapat memberi manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Jayapura, 4 Mei 2015

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Permasalahan .............................................................................................2
1.2.1 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.2.2 Batasan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................2
1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................................ 2
1.4 Keadaan Lingkungan .................................................................................3
BAB 2 DASAR TEORI .......................................................................................... 7
2.1 Konsep Dasar Pengolahan Bahan Galian ..................................................7
2.2 Metode Pengolahan Bahan Galian ............................................................7
2.3 Tahap-tahap Proses Pengolahan Bahan Galian .........................................8
2.3.1 Kominusi Atau Reduksi Ukuran (Comminution).............................. 8
2.3.2 Peremukan / Pemecahan (Crushing) ................................................. 8
2.3.3 Penggerusan / Penghalusan (Grinding)............................................. 9
2.3.4 Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing) .......................................... 9
2.3.5 Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving) .............................. 9
2.3.6 Klasifikasi (Classification) .............................................................. 10
2.4 Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration) ............................11
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................ 18
3.1 Metode Penelitian ....................................................................................18
3.2 Jadwal penelitian .....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Project Area PT.Freeport Indonesia (Sumber : Big Gossan
Feasibility Study – March 2005). ......................................................... 3
Gambar 2.Kondisi Geografis PT. Freeport Indonesia (Sumber : UG Mine Geology
Dept. PT. FI, 2002)............................................................................... 5
Gambar 3. Topografi Area Pertambangan PT. Freeport Indonesia (Sumber: Vol 1-
Big Gossan Mine’s Feasibility Study 2-8). .......................................... 6
Gambar 4. Diagram Alir Pengolahan Bahan Galian ............................................. 10
Gambar 5. Peningkatan Kadar atau Konsentrasi................................................... 11
Gambar 6. Proses Flotasi ...................................................................................... 12
Gambar 7. Skematika Tegangan Antarmuka ........................................................ 15
Gambar 8. Froth Separation .................................................................................. 17

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian..................................................................................... 19

vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Freeport Indonesia merupakan salah satu perusahaan tambang yang
berlokasi di daerah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua yang sudah melakukan
penambangan sampai dengan proses pengolahan konsentratendapan bijih
tembaga, emas dan perak. Tujuan diadakannya kegiatan pengolahan yaitu untuk
memisahkan mineral berharga dari pengotornya, mengontrol ukuran partikel agar
ukuran dan kadarnya relatif seragam dan sesuai dengan proses selanjutnya.
Dengan demikian proses pengolahan menjadi sangat penting karena dapat
meminimalkanloose recovery pada saat peleburan.
Data hasil recovery sendiri juga sangat diperlukan pada beberapa
perusahaan tambang agar perusahaan tersebut dapat mengetahui berapa banyak
perolehan yang mereka hasilkan dari satu kali pemisahan menggunakan metode
flotasi.
Pada proses pengolahan bahan galian terdapat tiga tahapan proses, yaitu
tahap preparasi, tahap pemisahan dan tahap dewatering. Salah satu tahap
pemisahan yang akan di bahas yaitu tahap pemisahan dengan menggunakan
metode flotasi. Flotasi merupakan pemisahan satu mineral atau lebih dengan
mineral lainnya melalui pengapungan, yaitu mengapungkan mineral tertentu dari
mineral lainnya dengan bantuan gelembung udara sampai ke permukaan air.
Secara spesifik pemisahan ini disebut froth flotation atau flotasi buih, media
pemisahannya adalah air dan gelembung udara. Karena peranannya yang sangat
penting untuk tahap terakhir pada proses penambangan maka dilakukan “Studi
Pemisahan Mineral Menggunakan Metode Flotasi Pada PT. Freeport Indonesia”
untuk meningkatkan konsentrat yang diinginkan dan mengetahui berapa banyak
mineral recovery yang di dapat dari sekali pengolahan.

1
1.2 Permasalahan
1.2.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pemisahan material sehingga menghasilkan konsentrat
dengan menggunakan metode Flotasi.
2. Umpan masuk sama dengan umpan keluar, oleh sebab itu perlu dihitung
loose recovery.

1.2.2 Batasan Masalah


Ruang lingkup agar dalam pembahasan tulisan ini mengarah sesuai topik,
maka diperlukan batasan-batasan sebagai berikut :
 Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengetahui proses dari Flotasi.
 Lokasi penelitian pada PT. Freeport Indonesia, Kabupaten Mimika.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses pemisahan material dan pengotornyamenggunakan
metode Flotasi
2. Menghitung recovery yang dihasilkan dari metode Flotasi

1.3.2 Manfaat Penelitian


1. Dengan adanya proses pemisahan menggunakan metode Flotasi, akan
diketahui berapa kapasitas alat dan ukuran material yang mampu di
olah oleh alat tersebut.
2. Dengan menggunakan metode Flotasi juga kita dapat menghitung loose
recovery dalam sekali olah.

2
1.4 Keadaan Lingkungan
Secara garis besar area kontrak karya PT. Freeport Indonesia dapat dibagi
menjadi dua daerah (Gambar 1), yaitu: Daerah dataran rendah (lowland) dan
daerah dataran tinggi (highland).
Daerah Dataran Rendah (lowland)merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian antara 10 mdpl sampai 2000 mdpal dandaerah dataran tinggi
(highland) merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 2000 mdpl
sampai 4200 mdpal yang terdiri dari wilayah pabrik pengolahan bijih (mil74), Mil
Level Adit (MLA) portal, Ali Budihardjo Tunnel (level 2510), Kasuang Portal
(level 2860), ARD Portal (level 2950), Amole Portal (level 3020), dan Agawagon
Portal (level 3046), tambang DOZ, tambang IOZ, tambang Big Gossan, tambang
Gunung bijih Timur (GBT) dan lokasi tambang terbuka Grasberg.

Gambar1.PetaLokasi Project Area PT.Freeport Indonesia (Sumber : Big Gossan Feasibility


Study – March 2005).

3
Lokasi PT. Freeport Indonesia terletak di pegunungan Jayawijaya,
Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua, berada pada
posisi geografis 04º 06' - 04º 12' Lintang Selatan dan 137º 06' – 137º 12' Bujur
Timur. Kegiatan operasional PT. Freeport Indonesia terbentang dari lokasi
penambangan bijih tertinggi di Grasberg sampai pelabuhan Amamapare yang
panjangnya lebih kurang 125 km.
Wilayah kerja PT. Freeport Indonesia mempunyai iklim tropis. Tetapi
kenyataannya, kondisi iklim sebenarnya berubah secara bervariasi sesuai dengan
perubahan terhadap ketinggian. Secara umum daerah dataran rendah (lowland)dan
memiliki iklim yang panas, basah dan lembab, sedangkan daerah dataran tinggi
(highland) memiliki iklim yang basah, dan dingin.
Temperatur udara rata –rata bervariasi antara 70C pada daerah pemantauan
alat meteorologi tertinggi sampai sekitar 260C pada pelabuhan Amamapare.
Temperatur bulanan rata-rata hampir selalu konstan, yang merupakan karakteristik
dari iklim tropis. Curah hujan di daerah penambangan yang dipantau dari stasiun
GBT berkisar antara (16 – 816 mm/bulan) dan hari hujan berkisar antara (9 – 31
hari hujan/bulan).
Topografi pada daerah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia sangat
bervariasi mulai dari daerah pantai dan rawa sampai dengan daerah yang
berketinggian 4200 mdpal (Gambar 2).

4
KONDISI GEOGRAFIS

Gambar2.KondisiGeografisPT. Freeport Indonesia (Sumber : UG Mine Geology Dept. PT.


FI, 2002).

Pada area penambangan merupakan daerah yang tidak rata dan


bergunung-gunung, karena terletak di daerah pegunungan Sudirman atau
Highland dengan ketinggian antara 2000 m sampai 4200 mdpal. Daerah
dataran rendah atau Lowland mempunyai ketinggian antara 10 m sampai
2000 mdpal yang meliputi pelabuhan Amamapare, Timika dan Kuala
Kencana dan merupakan daerah yang relatif datar dan rata.

5
Gambar3.Topografi Area PertambanganPT. Freeport Indonesia (Sumber: Vol 1-Big
Gossan Mine’s Feasibility Study 2-8).

Keadaan morfologi daerah penambangan sangat variatif, yaitu pada daerah


pelabuhan (Portsite) merupakan daerah rawa dan pantai yang dikelilingi oleh
hutan bakau. Meninggalkan daerah pelabuhan ketinggian semakin besar dan rawa
bakau sedikit demi sedikit menjadi rawa nipa atau sagu. Pada jarak sekitar 40 km
memasuki area pedalaman terdapat dataran dengan ketinggian 350-500 mdpal
yang ditumbuhi oleh hutan lebat. Pada daerah ini mulai timbul pegunungan
dengan bentuk jurang yang terjal.
Mendekati daerah Tembagapura dengan ketinggian sekitar 2000 mdpal
terdapat banyak jurang dan dinding batuan yang terjal, bentuk air tejun yang besar
maupun yang kecil dan lembah-lembah yang curam. Jika memasuki daerah
penambangan dengan ketinggian sekitar 2800 m sampai 4000 m dari permukaan
air laut, pada permukaannya hampir tidak ditemui adanya pohon namun hanya
tanaman perdu, rumput dan lumut. Hal ini di sebabkan karena cuaca yang sangat
dingin dan terkadang diselimuti salju.

6
BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Konsep Dasar Pengolahan Bahan Galian


Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga
secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan
proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu
tahap preparasi, tahap pemisahan dan tahap dewatering.
Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk
Membebaskan mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi),
Memisahkan mineral berharga dari pengotornya, Mengontrol ukuran partikel agar
sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi ukuran), Mengontrol agar bijih
mempunyai ukuran yang relatif seragam, Mengontrol agar bijih mempunyai kadar
yang relative seragam, Membebaskan mineral berharga, Menurunkan kandungan
pengotor (menaikkan kadar mineral berharga). Dengan demikian kita akan
mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa mengurangi ongkos/biaya
pengangkutan, mengurangi ongkos/biaya peleburan, serta mengurangi kehilangan
mineral berharga pada saat peleburan.

2.2 Metode Pengolahan Bahan Galian


Metode pengolahan bahan galian yang digunakanuntuk mereduksi ukuran
dari bahan galian/bijih yang berasal dari tambang dan memisahkan bijih yang
terdiri dari mineral berharga dan mineral pengotor terdiri atas dua operasi dasar
dalam pengolahan mineral (Barry & T.J, 2006) yaitu :
1. Liberasi adalah usaha untuk membebaskan mineral berharga dari
pengotornya yang dilakukan dengan cara kominusi, yang melibatkan
peremukan dan penggilingan. ukuran partikel produk merupakan
campuran dari partikel yang relatif bersih dari mineral dan pengotor.
2. Konsentrasi adalah pemisahan mineral dengan pengkonsentrasian
yaitu dengan memanfaatkan sifat permukaan mineral untuk
pemisahan.

7
2.3 Tahap-tahap Proses Pengolahan Bahan Galian
Berikut adalah tahapan-tahapan utama dalam proses pengolahan bahan galian
yaitu :
2.3.1 Kominusi Atau Reduksi Ukuran (Comminution)
Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses
PBG yang bertujuan untuk :
a. Membebaskan / meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material
pengotornya.
b. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
c. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat
lain, misalnya reagen flotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Peremukan / pemecahan (crushing)
b. Penggerusan / penghalusan (grinding)

2.3.2 Peremukan / Pemecahan (Crushing)


Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang
langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter
sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.
Peralatan yang dipakai antara lain adalah :
a. Jaw crusher
b. Gyratory crusher
c. Cone crusher
d. Roll crusher
e. Impact crusher
f. Rotary breaker
g. Hammer mill

8
2.3.3 Penggerusan / Penghalusan (Grinding)
Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah
berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan
dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari :
a. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).
b. Batang-batang baja (steel rods).
c. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut
semi autagenous mill (SAG).
d. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling
menggerus dan disebut autogenous mill.
2.3.4 Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing)
Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada
proses pengolahan yang berikutnya.

2.3.5 Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)


Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam
skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :
 Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
 Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).

9
2.3.6 Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu:
 Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas
disebut overflow.
 Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di
bagian bawah (dasar) disebut underflow.

Gambar4. Diagram Alir Pengolahan Bahan Galian

10
Pemilahan (Sorting)

Konsentrasi Gravitasi
(Gravity Concentration)

Konsentration dengan Media Berat


(Dense/Heavy Medium Separation)
Konsentrasi (Concentation)

Konsentrasi Elektrostatik
(Electrostatic Concentration)

Konsentrasi Magnetik
(Magnetic Concentration)

Konsentrasi Secara Flotasi


(Flotation Concentration)

Gambar5. Peningkatan Kadar atau Konsentrasi

2.4 Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration)


Flotasi adalah salah satu proses separasi (pemisahan) antara mineral yang
berharga dan pengotornya (gangue) dengan memafaatkan sifat kimia fisik dari
permukaan partikel mineral. Dimana partikel mineral memiliki sifat hidrofilik dan
hodrofobik. Mineral yang memiliki sifat hodrofobik akan berikatan dengan
gelembung udara dan naik ke permukaan membentuk buih. Buih yang dihasilkan
diambil dan dikeringkan sehingga diperoleh mineral berharga yang diinginkan.
Proses flotasi dapat diberdakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Directional Flotation adalah proses flotasi dimana mineral berharga
akan terangkat ke atas membentuk buih yang mengapung di permukaan
pulp,

11
2. Reverse Flotation adalah proses flotasi dimana partikel mineral yang
diapungkan merupakan mineral pengotor (gangue).

Proses flotasi dapat berlangsung optimal bergantung dari reagen-reagen


yang digunakan. Reagen yang digunakan juga beragam tergantung dari mineral
yang ingin kita peroleh. Reagen tersebut memiliki masing-masing kegunaan atau
saling melengkapi reagen lain. Berikut ini reagen-reagen yang digunakan :

Gambar6. Proses Flotasi

1. Collector
Collector adalah senyawa yang dapat menyebabkan permukaan mineral
menjadi hodrofobik, yaitu suka udara. Collector yang digunakan biasanya berupa
mineral organik heteropolar yang mengandung gugus polar dan nonpolar. Gugus
non polar cenderung bersifat hidrofobik dan akan menempel pada gelembung
udara, sedangkan gugus polar akan menempel pada partikel solid tertentu
sehingga partikel solid tersebut ikut terapung bersama gelembung udara.
Contoh reagen kolektor yang biasa digunakan adalah oleic acid.
2. Frother
Frother adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan
gelembung atau penstabil gelembung udara, sehingga gelembung tidak mudah
pecah. Frother yang efektif biasanya mengandung setidaknya lima atom karbon
dalam rantai utamanya. Ketika permukaan partikel telah menjadi hodrofobik,

12
partikel tersebut harus mampu menempel pada gelembung udara yang disuntikan
(aerasi). Namun muncul masalah ketika gelembung-gelembung tersebut tidak
stabil dan mudah pecah akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dan
gelembung-gelembung lain.
Contoh reagen frother adalah pine oil, alkohol (MIBC), polilikol, polioksiparafin,
xilenol
3. Modifier
Modifier adalah beberapa jenis reagen yang digunakan untuk
mengoptimalkan proses flotasi. Modifeir terdiri dari:
 Aktivator
Merupakan reagan yang ditambahkan untuk menambahkan interaksi antara
partikel solid dengan kolektor.
 Dispersant
Merupakan reagen yang digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan
antar partikel mineral sehingga interaksi antara mineral dan gelembung udara
menjadi lebih optimal.
 Depresant
Merupakan reagen yang ditambahkan untuk membentuk lapisan kimia polar yang
membungkus partikel solid sehingga menambahkan sifat hidrofobik ke partikel
solid lain yang tidak diinginkan.
 pH Regulator
merupakan reagen yang digunakan untuk mengontrol pH karena sifat hidrofobik
akan berlangsung optimal pada range pH tertentu.
Contoh reagen modifier adalah sebagai berikut: lime CaO, soda
ash Na2CO3, NaOH, asam H2SO4, HCl. Modifiers kationik: Ba , Ca , Cu , Pb2+,
2+ 2+ +

Zn2+, Ag+. Modifiers anionik: SiO32-, PO43-, CN–, CO32-, S2-. Organic modifers:
dextrin, starch, glue, CMC.

13
Dalam menganalisa efisiensi proses flotasi yang dilakukan, ada beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan. Dimana beberapa pendekatan tersebut adalah
sebagai berikut:
 Recovery
Rasio Konsentrasi

Recovery = ....................................................................... (pers. 2.1)

Enrichment Ratio
Rasio Konsentrasi = ................................................................... (pers. 2.2)

dimana,
c = rasio konsentrasi
f = rasio umpan (feed)
t = rasio tailing

 Langkah-langkah Flotasi :
1. Penghancuran dan pelembutan bijih (wet grinding)→maximum 35 - 48
mesh, rata-rata 100-150 mesh, minimal < 200 mesh,tergantung pada sifat-
sifat bijih.
2. Pulp preparation→ pulp density optimum: 15 - 35%solid
- sifat alam bijih
- tipe mesin flotasi
- faktor pengalaman
3. Penambahan reagen kimia pada pulp:
a) Conditioning agent / Conditioner / Modifier
Zat anorganik yang segera larut dalam air, berfungsi untuk
mengubah keadaan permukaan mineral dalam air daripada pulp.Waktu
conditioning tergantung pada reagen dan sifat mineral.

14
b) Penambahan collector
Zat-zat organik, dan dalam beberapa hal hanya sebagian yang larut
dalam air, mengubah permukaan mineral dalam pulp yang
mengakibatkan permukaan mineral tidak dapat ditempel dengan air
sedang sebagian lain dapat.
c) Penambahan jumlah sedikit dari frother.
Zat-zat organik dipakai untuk menghasilkan busa-busa/froth.
Busa-busa harus dihasilkan sedemikian rupa→bergerak bebas dalam
pulp dan mengambil partikel-partikel mineral →dikumpulkan pada
permukaan pulp dalam cell.
4. Aeration
Menghantarkan udara tekanan rendah→faktor penting dalam pemisahan.
5. Pemisahan busa-busa bermuatan mineral dari pulpconcentrate.

Gaya-gaya yang bekerja pada permukaan mineral :


• Keaktifan permukaan mineral dengan adanya “flotation reagent” dalam
air tergantung dari gaya yang bekerja pada permukan mineral tersebut.
Kecenderungan gaya tersebut untuk memisahkan sebuah partikel dengan
gelembung udara.
• Gaya tensile akan sangat berperan dalam hubungan terbentuknya sudut
antara permukaan mineral dan permukaan gelembung.

Gambar7. Skematika Tegangan Antarmuka

15
Kesetimbangan tegangan antarmuka pada titik kontak tiga fasa dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Ts/a = Ts/w + Tw/a cos θ .......................................................... (pers. 2.3)

Dimana:
Ts/a = energi permukaan antara padat -udara
Ts/w = energi permukaan antara padat - air
Tw/a = energi permukaan antara air-udara
θ = sudut kontak, antara permukaanmendatar dan gelembung udara

Sudut kontak sering digunakan untuk mengukur kehidrophobian


permukaan mineral. Sudut kontak nol, atau θ = nol, artinya air menutupi atau
menyelimuti permukaan mineral. Permukaan mineral dibasahi oleh air. Mineral
ini dikatagorikan sebagai mineral hydrophilic. Sudut kontak 180 derajat, atau θ =
1800 , artinya udara menutupi atau menyelimuti permukaan mineral, atau mineral
tidak dibasahi oleh air. Mineral ini dikatagorikan sebagai mineral hydrophobic.
Sudut kontak terbesar yang dibangun antara mineral, gelembung dan udara
adalah 1100 . Sudut kontak pada operasi pemisahan yang menggunakan metoda
flotasi adalah antara 60–1100. Semakin besar sudut kontak semakin besar
kemungkinan mineral menjadi hydrophobic, sehingga semakin besar pula untuk
dapat menempel pada gelembung. Untuk dapat memperbesar sudut kontak, maka
cos θ harus diperkecil.
 Energi Antarmuka.
Energy antarmuka yang dibangun oleh mineral, gelembung dan air dapat
ditentukan dengan pendekatan energy bebas dari dua keadaan.
1. Energi bebas sistem sebelum gelembung dan solid menyatu, W1
2. Energi bebas sistem setelah gelembung dan solid bergabung, W2
3. Gelembung dan padatan akan nempel jika terjadi penurunan energi. Atau
W2 lebih kecil dari W1

16
Perubahan energi antaramuka setelah terjadi pelekatan adalah:
W1 = Aag Tag + Asa Tsa ......................................................... (pers. 2.4)
W2 = (Aag – Asg) Tag + Asg Tsg + (Asa – Asg) Tsa.............. (pers. 2.5)
ΔW > 0, atau ΔW = W1 – W2 = Tag + Tsa – Tsg ................... (pers. 2.6)
ΔW = Tag (1 – cos θ) ................................................................ (pers. 2.7)
(1 - cos θ) disebut floability factor
Bila θ = 0→mineral non flotable. Floatibility darimineral bertambah atau
berkurang dengan perubahan sudut θ.

Gambar8. Froth Separation

17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan kemudian dilanjutkan
dengan studi pustaka dan melakukan analisis dari keduanya untuk mendapatkan
penyelesaian masalah yang baik.
Adapun urutan pekerjaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Studi literatur ini dilakukan dengan mencari bahan – bahan pustaka
yang menunjang antara lain :
a. Literatur di perpustakaan.
b. Makalah – makalah seminar yang menunjang.
c. Informasi perusahaan.
d. Laporan penelitian terdahulu dengan topik yang sama.
2. Penelitian di lapangan
Dalam penelitian dilapangan dilakukan beberapa tahap kegiatan :
a. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
rumusan masalah yang ada.
b. Menetukan tempat pengamatan penelitian.
c. Penyesuaian dengan perumusan masalah yang bertujuan agar penelitian
yang dilakukan tidak meluas dan data yang diambil dapat dilakukan
secara efektif.

3. Pengambilan data terdiri dari :


Pengambilan data dilaksanakan setelah dilakukan studi literatur dan
orientasi lapangan selesai dilaksanakan. Adapun data yang diambil
berupa data primer dan sekunder.
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran
dan pengamatan di lapangan.
b. Data sekunder adalah data yang diambil dari literatur dan laporan
perusahaan.

18
4. Akuisisi data :
a. Pengelompokan data, jumlah data dan pengujian data.
b. Pengecekan keakuratan data, agar kerja lebih efisien.
5. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa perhitungan yang
selanjutnya akan direalisasikan dalam bentuk perhitungan, grafik –
grafik, tabel yang menuju perumusan penyelesaian masalah.
6. Analisis data
Melakukan analisa terhadap hasil pengolahan data dan memberikan
alternatif penyelesaian masalah sebagai acuan untuk pembahasan
permasalahan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan antara
hasil pengolahan data dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan
merupakan hasil akhir dari pemecahan permasalahan.

3.2 Jadwal penelitian


Tabel1. Jadwal Penelitian
AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
NO KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PERSIAPAN
2 PENGAMBILAN DATA
3 PENGOLAHAN DATA
4 PENYUSUNAN LAPORAN

19
DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Persiapan :
 Pengajuan surat ijin
 Pemilihan judul
 Pengajuan proposal
 Studi Literatur

Pengambilan Data

Data primer Data sekunder


 Berat Jenis Umpan  Profil Perusahaan
 Kapasitas Alat  Data Curah Hujan
 Jumlah Pulp
 Jumlah Reagen
 Ukuran dan Jenis Umpan

Pengolahan data
Menggunakan metode Flotasi dan kemudian data –
data yang di peroleh akan di olah menggunakan
rumus Loose Recovery

Hasil
 Agar mengetahui proses dari pemisahan mineral
berharga dan pengotornya memenggunaka Flotasi
 Mengetahui hasil perhitungan mineral recovery

Kesimpulan dan Saran

20
DAFTAR PUSTAKA

Barry, W. A., & T.J, N.-M. (2006). Wills' Mineral Processing Technology.
Elsevier Science & Technology Books.
Pengolahan Bahan Galian. Mining Departemen.
Sudarsono, A. (1989). Pengolahan Bahan Galian Umum. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Sudarsono, D. A. (2003). Pengantar Pengolahan Dan Ekstraksi Bijih Emas.
Bandung: Departemen Teknik Pertambangan ITB.
WEIS, N. L. SME MINERAL PROCESSING HANDBOOK. 1985.

21

You might also like