Professional Documents
Culture Documents
Flotasi PDF
Flotasi PDF
Flotasi PDF
Oleh :
Bernadetha T. Hurlatu
0110640102
Mengetahui,
Ketua Program Studi
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Pertolongan serta pengasihannya penulis dapat menyelesaikan
Proposal Tugas Akhir yang berjudul : “Studi Pemisahan Mineral Menggunakan
Metode Flotasi Pada PT. Freeport Indonesia” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Proposal Akhir ini merupakan salah satu syarat Untuk Memenuhi
Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi S1 Teknik
Pertambangan, Dan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dari Universitas
Cenderawasih.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Endang Hartiningsih, ST.MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Cenderawasih.
2. Bevie Nahumury, ST.MT selaku Ketua Program Study (S1) Teknik
Pertambangan Universitas Cenderawasih.
3. PT. Freeport Indonesia yang telah menyediakan tempat bagi penulis untuk
mengambi data untuk Tugas Akhir.
4. Teman - teman Mahasiswa Angkatan 2011 yang telah membantu dan
memberikan semangat dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk lebih
menyempurnakan isi proposal ini. Namun demikian, penulis berharap proposal
inidapat memberi manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Project Area PT.Freeport Indonesia (Sumber : Big Gossan
Feasibility Study – March 2005). ......................................................... 3
Gambar 2.Kondisi Geografis PT. Freeport Indonesia (Sumber : UG Mine Geology
Dept. PT. FI, 2002)............................................................................... 5
Gambar 3. Topografi Area Pertambangan PT. Freeport Indonesia (Sumber: Vol 1-
Big Gossan Mine’s Feasibility Study 2-8). .......................................... 6
Gambar 4. Diagram Alir Pengolahan Bahan Galian ............................................. 10
Gambar 5. Peningkatan Kadar atau Konsentrasi................................................... 11
Gambar 6. Proses Flotasi ...................................................................................... 12
Gambar 7. Skematika Tegangan Antarmuka ........................................................ 15
Gambar 8. Froth Separation .................................................................................. 17
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Permasalahan
1.2.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pemisahan material sehingga menghasilkan konsentrat
dengan menggunakan metode Flotasi.
2. Umpan masuk sama dengan umpan keluar, oleh sebab itu perlu dihitung
loose recovery.
2
1.4 Keadaan Lingkungan
Secara garis besar area kontrak karya PT. Freeport Indonesia dapat dibagi
menjadi dua daerah (Gambar 1), yaitu: Daerah dataran rendah (lowland) dan
daerah dataran tinggi (highland).
Daerah Dataran Rendah (lowland)merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian antara 10 mdpl sampai 2000 mdpal dandaerah dataran tinggi
(highland) merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 2000 mdpl
sampai 4200 mdpal yang terdiri dari wilayah pabrik pengolahan bijih (mil74), Mil
Level Adit (MLA) portal, Ali Budihardjo Tunnel (level 2510), Kasuang Portal
(level 2860), ARD Portal (level 2950), Amole Portal (level 3020), dan Agawagon
Portal (level 3046), tambang DOZ, tambang IOZ, tambang Big Gossan, tambang
Gunung bijih Timur (GBT) dan lokasi tambang terbuka Grasberg.
3
Lokasi PT. Freeport Indonesia terletak di pegunungan Jayawijaya,
Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua, berada pada
posisi geografis 04º 06' - 04º 12' Lintang Selatan dan 137º 06' – 137º 12' Bujur
Timur. Kegiatan operasional PT. Freeport Indonesia terbentang dari lokasi
penambangan bijih tertinggi di Grasberg sampai pelabuhan Amamapare yang
panjangnya lebih kurang 125 km.
Wilayah kerja PT. Freeport Indonesia mempunyai iklim tropis. Tetapi
kenyataannya, kondisi iklim sebenarnya berubah secara bervariasi sesuai dengan
perubahan terhadap ketinggian. Secara umum daerah dataran rendah (lowland)dan
memiliki iklim yang panas, basah dan lembab, sedangkan daerah dataran tinggi
(highland) memiliki iklim yang basah, dan dingin.
Temperatur udara rata –rata bervariasi antara 70C pada daerah pemantauan
alat meteorologi tertinggi sampai sekitar 260C pada pelabuhan Amamapare.
Temperatur bulanan rata-rata hampir selalu konstan, yang merupakan karakteristik
dari iklim tropis. Curah hujan di daerah penambangan yang dipantau dari stasiun
GBT berkisar antara (16 – 816 mm/bulan) dan hari hujan berkisar antara (9 – 31
hari hujan/bulan).
Topografi pada daerah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia sangat
bervariasi mulai dari daerah pantai dan rawa sampai dengan daerah yang
berketinggian 4200 mdpal (Gambar 2).
4
KONDISI GEOGRAFIS
5
Gambar3.Topografi Area PertambanganPT. Freeport Indonesia (Sumber: Vol 1-Big
Gossan Mine’s Feasibility Study 2-8).
6
BAB 2 DASAR TEORI
7
2.3 Tahap-tahap Proses Pengolahan Bahan Galian
Berikut adalah tahapan-tahapan utama dalam proses pengolahan bahan galian
yaitu :
2.3.1 Kominusi Atau Reduksi Ukuran (Comminution)
Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses
PBG yang bertujuan untuk :
a. Membebaskan / meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material
pengotornya.
b. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
c. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat
lain, misalnya reagen flotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Peremukan / pemecahan (crushing)
b. Penggerusan / penghalusan (grinding)
8
2.3.3 Penggerusan / Penghalusan (Grinding)
Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah
berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan
dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari :
a. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).
b. Batang-batang baja (steel rods).
c. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut
semi autagenous mill (SAG).
d. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling
menggerus dan disebut autogenous mill.
2.3.4 Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing)
Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada
proses pengolahan yang berikutnya.
9
2.3.6 Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu:
Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas
disebut overflow.
Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di
bagian bawah (dasar) disebut underflow.
10
Pemilahan (Sorting)
Konsentrasi Gravitasi
(Gravity Concentration)
Konsentrasi Elektrostatik
(Electrostatic Concentration)
Konsentrasi Magnetik
(Magnetic Concentration)
11
2. Reverse Flotation adalah proses flotasi dimana partikel mineral yang
diapungkan merupakan mineral pengotor (gangue).
1. Collector
Collector adalah senyawa yang dapat menyebabkan permukaan mineral
menjadi hodrofobik, yaitu suka udara. Collector yang digunakan biasanya berupa
mineral organik heteropolar yang mengandung gugus polar dan nonpolar. Gugus
non polar cenderung bersifat hidrofobik dan akan menempel pada gelembung
udara, sedangkan gugus polar akan menempel pada partikel solid tertentu
sehingga partikel solid tersebut ikut terapung bersama gelembung udara.
Contoh reagen kolektor yang biasa digunakan adalah oleic acid.
2. Frother
Frother adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan
gelembung atau penstabil gelembung udara, sehingga gelembung tidak mudah
pecah. Frother yang efektif biasanya mengandung setidaknya lima atom karbon
dalam rantai utamanya. Ketika permukaan partikel telah menjadi hodrofobik,
12
partikel tersebut harus mampu menempel pada gelembung udara yang disuntikan
(aerasi). Namun muncul masalah ketika gelembung-gelembung tersebut tidak
stabil dan mudah pecah akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dan
gelembung-gelembung lain.
Contoh reagen frother adalah pine oil, alkohol (MIBC), polilikol, polioksiparafin,
xilenol
3. Modifier
Modifier adalah beberapa jenis reagen yang digunakan untuk
mengoptimalkan proses flotasi. Modifeir terdiri dari:
Aktivator
Merupakan reagan yang ditambahkan untuk menambahkan interaksi antara
partikel solid dengan kolektor.
Dispersant
Merupakan reagen yang digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan
antar partikel mineral sehingga interaksi antara mineral dan gelembung udara
menjadi lebih optimal.
Depresant
Merupakan reagen yang ditambahkan untuk membentuk lapisan kimia polar yang
membungkus partikel solid sehingga menambahkan sifat hidrofobik ke partikel
solid lain yang tidak diinginkan.
pH Regulator
merupakan reagen yang digunakan untuk mengontrol pH karena sifat hidrofobik
akan berlangsung optimal pada range pH tertentu.
Contoh reagen modifier adalah sebagai berikut: lime CaO, soda
ash Na2CO3, NaOH, asam H2SO4, HCl. Modifiers kationik: Ba , Ca , Cu , Pb2+,
2+ 2+ +
Zn2+, Ag+. Modifiers anionik: SiO32-, PO43-, CN–, CO32-, S2-. Organic modifers:
dextrin, starch, glue, CMC.
13
Dalam menganalisa efisiensi proses flotasi yang dilakukan, ada beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan. Dimana beberapa pendekatan tersebut adalah
sebagai berikut:
Recovery
Rasio Konsentrasi
Enrichment Ratio
Rasio Konsentrasi = ................................................................... (pers. 2.2)
dimana,
c = rasio konsentrasi
f = rasio umpan (feed)
t = rasio tailing
Langkah-langkah Flotasi :
1. Penghancuran dan pelembutan bijih (wet grinding)→maximum 35 - 48
mesh, rata-rata 100-150 mesh, minimal < 200 mesh,tergantung pada sifat-
sifat bijih.
2. Pulp preparation→ pulp density optimum: 15 - 35%solid
- sifat alam bijih
- tipe mesin flotasi
- faktor pengalaman
3. Penambahan reagen kimia pada pulp:
a) Conditioning agent / Conditioner / Modifier
Zat anorganik yang segera larut dalam air, berfungsi untuk
mengubah keadaan permukaan mineral dalam air daripada pulp.Waktu
conditioning tergantung pada reagen dan sifat mineral.
14
b) Penambahan collector
Zat-zat organik, dan dalam beberapa hal hanya sebagian yang larut
dalam air, mengubah permukaan mineral dalam pulp yang
mengakibatkan permukaan mineral tidak dapat ditempel dengan air
sedang sebagian lain dapat.
c) Penambahan jumlah sedikit dari frother.
Zat-zat organik dipakai untuk menghasilkan busa-busa/froth.
Busa-busa harus dihasilkan sedemikian rupa→bergerak bebas dalam
pulp dan mengambil partikel-partikel mineral →dikumpulkan pada
permukaan pulp dalam cell.
4. Aeration
Menghantarkan udara tekanan rendah→faktor penting dalam pemisahan.
5. Pemisahan busa-busa bermuatan mineral dari pulpconcentrate.
15
Kesetimbangan tegangan antarmuka pada titik kontak tiga fasa dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Ts/a = Ts/w + Tw/a cos θ .......................................................... (pers. 2.3)
Dimana:
Ts/a = energi permukaan antara padat -udara
Ts/w = energi permukaan antara padat - air
Tw/a = energi permukaan antara air-udara
θ = sudut kontak, antara permukaanmendatar dan gelembung udara
16
Perubahan energi antaramuka setelah terjadi pelekatan adalah:
W1 = Aag Tag + Asa Tsa ......................................................... (pers. 2.4)
W2 = (Aag – Asg) Tag + Asg Tsg + (Asa – Asg) Tsa.............. (pers. 2.5)
ΔW > 0, atau ΔW = W1 – W2 = Tag + Tsa – Tsg ................... (pers. 2.6)
ΔW = Tag (1 – cos θ) ................................................................ (pers. 2.7)
(1 - cos θ) disebut floability factor
Bila θ = 0→mineral non flotable. Floatibility darimineral bertambah atau
berkurang dengan perubahan sudut θ.
17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
18
4. Akuisisi data :
a. Pengelompokan data, jumlah data dan pengujian data.
b. Pengecekan keakuratan data, agar kerja lebih efisien.
5. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa perhitungan yang
selanjutnya akan direalisasikan dalam bentuk perhitungan, grafik –
grafik, tabel yang menuju perumusan penyelesaian masalah.
6. Analisis data
Melakukan analisa terhadap hasil pengolahan data dan memberikan
alternatif penyelesaian masalah sebagai acuan untuk pembahasan
permasalahan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan antara
hasil pengolahan data dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan
merupakan hasil akhir dari pemecahan permasalahan.
19
DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Persiapan :
Pengajuan surat ijin
Pemilihan judul
Pengajuan proposal
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan data
Menggunakan metode Flotasi dan kemudian data –
data yang di peroleh akan di olah menggunakan
rumus Loose Recovery
Hasil
Agar mengetahui proses dari pemisahan mineral
berharga dan pengotornya memenggunaka Flotasi
Mengetahui hasil perhitungan mineral recovery
20
DAFTAR PUSTAKA
Barry, W. A., & T.J, N.-M. (2006). Wills' Mineral Processing Technology.
Elsevier Science & Technology Books.
Pengolahan Bahan Galian. Mining Departemen.
Sudarsono, A. (1989). Pengolahan Bahan Galian Umum. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Sudarsono, D. A. (2003). Pengantar Pengolahan Dan Ekstraksi Bijih Emas.
Bandung: Departemen Teknik Pertambangan ITB.
WEIS, N. L. SME MINERAL PROCESSING HANDBOOK. 1985.
21