Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI AGENS HAYATI

Oleh :
Nama : Dennis Wibowo
NIM : 155040207111025
Kelas :B
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Aminudin Affandi, MS.

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai
ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya
sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir seluruh bagian
tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan
daun tanaman yang masih muda dapat digunakan untuk pakan ternak, yang tua
(setelah dipanen) dapat digunakan untuk pupuk hijau atau kompos. Saat ini cukup
banyak yang memanfaatkan batang jagung untuk kertas. Harganya cukup menarik
seiring dengan kenaikan harga bahan baku kertas berupa pulp. Buah jagung yang
masih muda banyak digunakan sebagai sayuran, perkedel, bakwan, dan sebagainya.
Kegunaan lain dari jagung adalah sebagai pakan ternak, bahan baku farmasi,
dextrin, perekat, tekstil, minyak goreng, dan etanol.

Permintaan jagung meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan


meningkatnya jumlah penduduk dan industri. Di samping itu, kelangkaan bahan
bakar minyak dari fosil mendorong berbagai negara mencari energi alternatif dari
bahan bakar nabati (biofuel), di antaranya jagung untuk dijadikan bioetanol sebagai
substitusi premium. Hal ini mengakibatkan permintaan akan jagung semakin
meningkat, sulit didapat dan mahal harganya, karena pengekspor jagung terbesar di
dunia seperti Amerika Serikat telah mengurangi ekspornya karena kebutuhan dalam
negerinya semakin meningkat, di antaranya untuk industri bioetanol. Cina juga
telah mengurangi ekspornya guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri dalam
negerinya (Purwanto, 2007).

Dalam meningkatkan produksi tanaman jagung, pemerintah menetapkan


suatu kebijakan yang disebut “Panca Yasa”, yang isinya meliputi:

a) Perbaikan infrastruktur pertanian, meliputi pembangunan, rehabilitasi, dan


pemeliharaan jaringan irigasi, jalan usahatani dan lain lain.
b) Pengembangan kelembagaan pertanian yaitu revitalisasi kelompok tani,
gapoktan, asosiasi petani, P3A, dan koperasi.
c) Penyuluhan dan aplikasi teknologi, meliputi pemberdayaan penyuluh,
rekruitmen tenaga penyuluh, kelembagaan penyuluhan, dan lain lain.
d) Permodalan prtanian yaitu penjaminan pinjaman, subsidi bunga, KKP, SP3,
BLMKIP, dan lain lain.
e) Pemasaran Hasil Pertanian meliputi penetapan harga pembelian pemerintah
(HPP), peningkatan mutu hasil, dan lain lain.

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung yang ada, terdapat


beberapa strategi yang dapat meningkatkan hasil produksi jagung, salah satunya
yakni dengan menggunakan agens hayati Bacillus subtilis. Penggunaan agens
hayati ini bertujuan untuk menanggulangi adanya serangan hama dan penyakit pada
tanaman budidaya sehingga tanaman tetap sehat dan dapat berproduksi dengan
baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan agens hayati bertujuan
untuk mengembalikan fungsi pertanian sebagai sumber pangan utama dengan
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia sintesis (Purnama, 2016).

Selain efektif dalam mengendalikan hama tanaman, penggunaan agen hayati


Bacillus subtilis menunjukkan peranan dalam menjaga keseimbangan ekosistem di
alam dan memberikan hasil produksi pertanian yang makin meningkat. Analisis
ekonomi menunjukkan perolehan keuntungan yang signifikan dalam penerapan
pertanian organik dan penggunaan agen hayati dapat menekan biaya produksi
hingga 60% (Aldafrizal, 2006).

Penggunaan agens hayati Bacillus subtilis dalam meningkatan produktivitas


tanaman budidaya pun harus selalu dikontrol atau dijaga kualitasnya agar agens
hayati ini dapat menguntungkan bagi petani. Standar kualitas mikroba ditulis dalam
Peraturan Menteri No. 70 Tahun 2011. Isi didalamnya antara lain adalah standar
dalam melakukan pengujian mutu. Misalnya agens pengendalian hayati yang akan
dilepaskan di lapangan biasanya sudah melalui uji kualitas di laboratorium. Instansi
yang langsung berkompeten dalam mempertahankan kualitas Agens Pengendali
Hayati (APH) adalah Unit Pelaksanan Teknis Dinas (UPTD); Laboratorium
Lapangan (LL); Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH) ataupun sub
lab agens hayati (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Aldafrizal, 2006. Penggunaan Agen Hayati Tekan Biaya Produksi hingga 60


Persen, http://www.antaranews.com/berita/33724/penggunaan-agen-hayati-
tekan-biaya-produksi-hingga-60-persen. Diakses pada 09 Mei 2018.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. Pengawasan Mutu Agens Pengendali
Hayati. http://perlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/web/page/title/193/pen
gawasan-mutuagens-pengendali-hayati. Diakses pada 09 Mei 2018.
Purnama, H., Nur Hidayati, Emi Erawati. 2016. Agen Hayati Untuk Pengembangan
Pertanian Organik Dan Peningkatan Ekonomi Petani. Seminar Nasional
IENACO. 640-647.
Purwanto, S. 2007. “Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan
Produksi Jagung” dalam “Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan”.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

You might also like