Umj 1x Nsawatiful 106 1 Awatiful e PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

[Type text]

PENDEKATAN EVIDENCE BASED PRACTICE:


“METODE SAYEBA” PADA PENANGANAN POSTPARTUM HEMORRHAGE
DENGAN INDIKASI ATONIA UTERI

Oleh :
Ns. Awatiful Azza, M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Abstrak

Perdarahan pasca persalinan sampai saat ini masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas maternal baik di Negara maju maupun di Negara
berkembang, termasuk Indonesia. Kejadian perdarahan pasca persalinan merupakan
kondisi kegawatan yang membutuhkan penanganan segera agar tidak terjadi komplikasi
yang tidak diinginkan. Beberapa tekhnik penangan dapat dilakukan untuk mengatasi
perdarahan pasca persalinan. Salah satu bentuk yang saat ini telah dikembangkan
berdasarkan kajian riset adalah dengan “metode Sayeba”. Metode ini dapat dilakukan
untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan atonia uteri. Tekhnik
yang digunakan pada metode ini adalah dengan pemasangan kondom yang diikatkan
pada kateter dan dimasukkan kedalam cavum uteri. Kondom diisi dengan cairan garam
fisiologis sebanyak 250-500 cc sesuai kebutuhan, yang kemudian dilepas setelah 24 –
48 jam. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terhadap metode ini, angka
keberhasilannya mencapai 100%.

Abstract

Haemoragic post partum now still represent the prominent cause morbiditas and
mortalitas maternal either in Developed countries and also Developing countries,
including Indonesia. To happen haemoragic post partum represent the condition of
serious condition requiring handling immediately in order not to happened undesirable
complication. Some hand technic can be to overcome blood of haemoragic post partum.
One of form which in this time have been developed to study research with " method
of Sayeba". This Method can be conducted to discontinue haemoragic post partum
indication uteri atonia. Used technic this method with installation of fastened condom
catheter and included into uteri cavum. Condom filled with hysiological salt dilution
counted 250-500 cc according to requirement, laterthen released by] 24 - 48 hour.
Pursuant to research which have been conducted to this method, its efficacy number is
100%.

PENDAHULUAN
Kelahiran bayi adalah suatu proses
Perdarahan pasca persalinan ( Post
normal,, namun adakalanya ditemui
partum Hemorrhage = PPH ) sampai
kejadian morbiditas dan mortalitas
saat ini masih merupakan penyebab
maternal yang berkaitan dengan
utama morbiditas dan mortalitas
permasalahan yang dihadapi pada kala
maternal baik di Negara maju maupun
ketiga persalinan. Kala ketiga
di Negara berkembang.
[Type text]

persalinan merupakan suatu proses yaitu sebanyak 307/100.000 ( SDKI


berlanjut yang dimulai dengan lahirnya tahun 1998-2002 ). Faktor penyebab
janin dan berakhir dengan lahirnya kematian tersebut yaitu perdarahan (
plasenta. Umumnya sekitar 5 sampai 10 28% ) disusul Preeklamsia-eklamsia
menit, tetapi tidak sampai melebihi dari dan infeksi masing-masing sebanyak
30 menit. 13% dan 10%. Secara keseluruhan di
seluruh dunia ini kematian maternal
Kematian maternal adalah suatu tragedi sebanyak 600.000 pertahun dan yang
dan merupakan kerugian besar bagi disebabkan oleh PPH sebanyak 125.000
masyarakat dan suatu bangsa. Sekitar wanita pertahun .
setengah juta wanita mati tiap tahun
akibat proses kelahiran bayi dan DEFINISI PPH
kehamilan. Sekitar seperempat di antara Perdarahan postpartum adalah
mereka mengalami komplikasi yang perdarahan yang terjadi setelah bayi
terjadi pada kala ketiga persalinan. Di lahir yang melewati batas fisiologis
Inggris risiko kematian maternal akibat normal. Pada umumnya seorang ibu
postpartum hemorrhage adalah satu per melahirkan akan mengeluarkan darah
100.000 kelahiran, sedangkan di negara secara fisiologis sampai jumlah 500 ml
berkembang adalah satu per 1000 tanpa menyebabkan gangguan
kelahiran. Pada sekitar tahun 1995-1996 homeostasis. Dengan demikian secara
postpartum hemorrhage sebagai konvensional dikatakan bahwa
penyebab utama dari kematian maternal perdarahan yang melebihi 500 ml dapat
di Malaysia. Angka kematian maternal dikategorikan sebagai perdarahan
( Maternal Mortality Rate = MMR ) di postpartum. Definisi baru mengatakan
Amerika Serikat tahun 1995 sebanyak bahwa setiap perdarahan yang yang
7,1/100.000 kelahiran hidup. Penyebab dapat mengganggu homeostasis tubuh
terbanyak dari MMR tersebut adalah atau mengakibatkan tanda hipovolemia
perdarahan, emboli, hipertensi dalam termasuk dalam kategori perdarahan
kehamilan, kardiomiopati serta karena postpartum. Perdarahan dapat terjadi
komplikasi anastesi. sebelum, selama, atau sesudah lahirnya
plasenta.
Indonesia yang terletak di Asia Ada dua jenis menurut waktu
Tenggara sampai dengan saat ini masih terjadinya PPH:
menduduki angka tertinggi kematian
[Type text]

a. Perdarahan postpartum primer (early oksigen yang berakibat kematian sel


postpartum hemorrhage) : yang yang menyebabkan lemahnya sistem
terjadi dalam 24 jam setelah bayi barier mukosa sehingga
lahir. mikroorganisme dan endotoksin mudah
b. Perdarahan postpartum sekunder (late tersebar ke seluruh jaringan dan organ.
postpartum hemorrhage) : yang Keadaan inilah yang mengakibatkan
terjadi antara 24 jam dan 6 minggu terjadinya systemic inflammatory
setelah bayi lahir. response syndrome (SIRS) dan
Kematian terjadi pada ibu dengan PPH kegagalan multiorgan yang berakhir
dkarenakan adanya kegagalan dengan kematian.
multiorgan. Perdarahan hebat
menyebabkan penurunan volume PATOFISIOLOGI PPH
sirkulasi sehingga terjadi respons Perdarahan postpartum / Postpartum
simpatis. Terjadi takikardia, Hemorrhage ( PPH ) terjadi karena
kontraktilitas otot jantung meningkat adanya perdarahan banyak yang berasal
dan vasokonstriksi perifer. Sementara dari tempat implantasi plasenta, atonia
volume darah beredar menurun, uteri, atau adanya laserasi jalan lahir.
kemampuan sel darah merah untuk Pada PPH yang penting adalah
mengangkut oksigen juga menurun menentukan etiologinya dan
sedang kenaikkan kontratilitas otot memberikan penanganan yang sesuai.
jantung membutuhkan pasokan oksigen
lebih banyak. Keadaan ini cepat Walaupun pengetahuan tentang
memacu terjadinya kegagalan penyebab perdarahan pasca persalinan
miokardium. Vasokonstriksi perifer telah banyak diketahui dan darah sudah
ditambah dengan menurunnya banyak tersedia tetapi kematian yang
kemampuan darah membawa oksigen disebabkan oleh PPH ini masih
menyebabkan terjadinya hipoperfusi menduduki tempat yang tinggi baik di
dan hipoksia jaringan. Hipoksia Negara maju maupun di Negara-negara
jaringan memacu metabolisme anaerob berkembang.
dan terjadilah asidosis. Asidosis inilah
yang memacu terlepasnya berbagai Menurut American College of
mediator kimiawi dan memacu respons Obstetricians and Gynecologist
inflamasi sistemik. Keadaan ini menetapkan kriteria penurunan > 10%
menyebabkan terlepasnya radikal dari kadar hematokrit sebelum dan
[Type text]

sesudah persalinan merupakan kondisi Adanya sisa plasenta atau bekuan darah
PPH dan biasanya mengenai 4 – 6% dalam jumlah yang banyak dapat
dari seluruh persalinan. mengganggu efektivitas kontraksi dan
retraksi miometrium sehingga dapat
Adanya peningkatan jumlah volume menyebabkan perdarahan tidak
plasma dan sel darah merah pada berhenti. Kontraksi dan retraksi
wanita hamil sebanyak ( 30 – 50% ) miometrium yang kurang baik dapat
serta adanya peningkatan cardiac mengakibatkan perdarahan walaupun
output, maka dibandingkan wanita sistem pembekuan darahnya normal,
tidak hamil, wanita hamil lebih mudah sebaliknya walaupun sistem
berkompensasi terhadap adanya pembekuan darah abnormal asalkan
perdarahan dengan cara meningkatkan kontraksi dan retraksi miometrium baik
tahanan vaskuler perifer sehingga akan menghentikan perdarahan.
tekanan darah tidak menurun dan dapat
menjamin kelancaran perfusi organ. PENANGANAN PPH DAN
Namun demikian setelah kemampuan PENELITIAN TERKAIT
peningkatan vaskuler terlampaui maka Tujuan utama penanganan PPH adalah
terjadilah penurunan tekanan darah, (1) mengembalikan volume darah dan
cardiac output dan perfusi organ mempertahankan oksigenasi (2)
sehingga menimbulkan gejala klinis menghentikan perdarahan dengan
dari PPH. menangani penyebab PPH.

Beberapa pendekatan untuk mencegah


Mekanisme penghentian perdarahan
PPH diantaranya melalui penanganan
pasca persalinan berbeda dengan
aktif kala tiga (PAKT). Setiap ibu
perdarahan yang terjadi di tempat lain.
melahirkan harus mendapatkan
Faktor vasospasme dan pembekuan
penanganan aktif kala tiga (active
darah sangat penting, pada perdarahan
management of the third stage, AMTS).
pasca persalinan. Penghentian
PAKT adalah sebuah tindakan
perdarahan pada bekas implantasi
(intervensi) yang bertujuan
plasenta terutama karena adanya
mempercepat lahirnya plasenta dengan
kontraksi dan retraksi miometrium,
meningkatkan kontraksi uterus sehingga
sehingga dapat menyempitkan dan
menurunkan kejadian perdarahan
membuntu lumen pembuluh darah.
postpartum karena atoni uteri .
[Type text]

Tindakan ini meliputi 3 komponen dan kenaikan suhu (pyrexia) sampai 38º
utama yakni (1) pemberian uterotonika Celsius. Apabila misoprostol
(Oksitosin 10 unit disuntikan secara dibandingkan dengan oksitosin injeksi
intramuskular segera setelah bahu terlihat bahwa oksitosika injeksi lebih
depan atau janin lahir seluruhnya), (2) baik dalam mencegah kejadian
tarikan tali pusat terkendali yang perdarahan postpartum (>1000 ml).
dilakukan pada saat uterus berkontraksi
kuat. Jangan lupa melakukan counter- Penelitian lain menyebutkan tidak ada
pressure terhadap uterus untuk perbedaan antara pemakaian
menghindari inversi uterus dan (3) misoprostol dibanding dengan
masase uterus setelah plasenta lahir., oksitosika injeksi dalam kejadian lama
sampai uterus berkontraksi kuat, kala III (>30 menit), plasenta manual
palpasi tiap 15 menit dan yakinkan maupun kebutuhan transfusi darah.
uterus tidak lembek setelah masase Bahkan untuk lama kala III, oksitosika
berhenti.. injeksi lebih pendek dibanding
misoprostol. Studi WHO tahun 2001
Idealnya stabilisasi pada ibu PPH
juga menunjukkan tidak ada perbedaan
dilakukan lebih dulu sebelum tindakan
kejadian kematian maternal antara
definitif dikerjakan, tetapi hal ini
kedua kelompok, dari 9264 pada
kadang-kadang tidak mungkin
kelompok misoprostol dibanding 9266
dikerjakan sendiri-sendiri melainkan
pada kelompok oksitiosika injeksi.
seringkali dikerjakan perbaikan keadaan
Studi lain juga menunjukkan bahwa
umum ( resusitasi ) sambil dilakukan
oksitosin masih lebih baik dibandingkan
tindakan untuk menghentikan
dengan misoprostol sebagai upaya
perdarahan tersebut.
pencegahan perdarahan postpartum
dalam PAKT.
Beberapa penelitian berkaitan dengan
penatalaksanaan PPH menyebutkan Jika dengan PAKT perdarahan vaginal
bahwa misoprostol oral (pada 3519 masih berlangsung maka harus segera
wanita) dapat menurunkan kebutuhan diberikan 5-10 unit oksitosin secara
transfusi darah sebanyak 3 kali. intravena pelan atau 5-30 unit dalam
Meskipun demikian misoprostol 500 ml cairan dan 0,25-0,5 mg
memberikan efek samping yang cukup ergometrin intravena. Pada saat yang
signifikan berupa menggigil (shivering) sama dilakukan pemeriksaan untuk
[Type text]

menyingkirkan kemungkinan adanya maksimal untuk larutan koloid adalah


sebab lain seperti adanya robekan jalan 1500 ml per 24 jam.
lahir atau retensi sisa plasenta.
Perhatian juga harus ditujukan pada Oksitosin dan metilergonovin masih
cara mengatasi syok (“ABC’s”) dengan merupakan obat lini pertama. Oksitosin
memasang venokateter besar, dberikan lewat infus dengan dosis 20
memberikan oksigen dengan masker, unit per liter dengan tetesan cepat. Bila
monitoring tanda vital dan memasang sudah terjadi kolaps sirkulasi oksitosin
kateter tinggal untuk memonitor jumlah 10 unit diberikan lewat suntikan
urin yang keluar. Monitoring saturasi intramiometrial. Tidak ada
oksigen juga perlu dilakukan. Darah kontraindikasi untuk oksitosin dalam
diambil untuk pemeriksaan rutin, dosis terapetik, hanya ada sedikit efek.
golongan darah dan skrining koagulasi. Metilergonovin tidak boleh diberikan
pada pasien hipertensi. Misoprostol
Langkah penting yang harus segera rektal dengan dosis tinggi (1000 µg)
diambil adalah koreksi hipovolemia terbukti efektif menghentikan
(resusitasi cairan). Kelambatan atau perdarahan postpartum yang
ketidak sesuaian dalam memberikan membandel (refractory).
koreksi hipovolemia merupakan awal
kegagalan mengatasi kematian akibat Penanganan berikutnya, jika tidak
perdarahan postpartum. terdapat robekan jalan lahir maka segera
dilakukan eksplorasi kavum uterin
Penanganan pertama untuk menjaga untuk menyingkirkan adanya retensi
homeostasis tubuh dan sisa plasenta. Jika setelah manuver ini
mempertahankan perfusi jaringan perdarahan masih berlangsung dan
adalah dengan pemberiaan ciran. kontraksi uterus lembek, maka atonia
Larutan kristaloid (saline normal atau uteri adalah penyebab perdarahan.
ringer laktat) atau koloid harus segera
diberikan dengan jumlah 3 kali estimasi PENDEKATAN EVIDENCE BASE
darah yang hilang, tetapi larutan PRACTICE
kristaloid lebih diutamakan. Dextran Pemberian tampon ( packing )
tidak boleh diberikan karena uterovagina pada PPH dengan kassa
mengganggu agregasi platelet. Dosis gulung dapat merugikan karena
memerlukan waktu untuk
[Type text]

pemasangannya, selain itu juga dapat pada kateter dimasukkan kedalam


menyebabkan perdarahan yang cavum uteri. Kondom diisi dengan
tersembunyi atau bila ada perembesan cairan garam fisiologis sebanyak 250-
berarti banyak darah yang sudah 500 cc sesuai kebutuhan. Selanjutnya
terserap di tampon tersebut sebelumnya dilakukan observasi perdarahan dan
dan dapat menyebabkan infeksi. pengisian kondom dihentikan ketika
perdarahan sudah berkurang. Untuk
Hasil penelitian tentang tampon yang menjaga kondom agar tetap di cavum
dikembangkan untuk penanganan PPH uteri, dipasang tampon kasa gulung di
adalah menggunakan Sengstaken- vagina. Bila perdarahan berlanjut
Blakemore tube, Rusch urologic tampon kassa akan basah dan darah
hydrostatic balloon catheter ( Folley keluar dari introitus vagina.
catheter ) atau tamponade balloon Kontraktilitas uterus dijaga dengan
catheter. Pada tahun 2003 Sayeba pemberian drip oksitosin paling tidak
Akhter dkk mengajukan alternatif baru sampai dengan 6 jam kemudian.
dengan pemasangan kondom yang Diberikan antibiotika tripel,
diikatkan pada kateter. Dari Amoksisilin, Metronidazol dan
penelitiannya disebutkan angka Gentamisin. Kondom kateter dilepas 24
keberhasilannya 100% ( 23 berhasil dari – 48 jam kemudian, pada kasus dengan
23 PPH ), kondom dilepas 24 – 48 jam perdarahan berat kondom dapat
kemudian dan tidak didapatkan dipertahankan lebih lama.
komplikasi yang berat. Indikasi
pemasangan kondom sebagai tampon KESIMPULAN
tersebut adalah untuk PPH dengan Perdarahan postpartum sering bersifat
penyebab Atonia Uteri. Cara ini akut, dramatik, underestimated dan
kemudian disebut dengan “Metode merupakan sebab utama kematian
Sayeba”. Metode ini digunakan maternal. Pendekatan risiko diperlukan
sebagai alternatif penanganan HPP untuk mengantisipasi kemungkinan
terutama sambil menunggu perbaikan terjadinya komplikasi. Upaya untuk
keadaan umum, atau rujukan. penanganan perdarahan postpartum
ditujukan pada 3 hal yakni pencegahan,
Cara pemasangan tampon kondom penghentian perdarahan dan mengatasi
menurut Metode Sayeba adalah secara syok. Penanganan aktif kala III
aseptik kondom yang telah diikatkan persalinan merupakan tindakan
[Type text]

preventif yang harus diterapkan pada diberikan mulai dari transfusi platelet,
setiap persalinan. Oksitosin dan fresh frozen plasma dan cryoprecipitate
metilergonovin merupakan obat lini
pertama baik dalam upaya pencegahan
maupun pengobatan. Misoprostol RUJUKAN
dengan dosis 600-1000 µg dapat dipakai American College of Obstetricians and
Gynecologists: ACOG
bila obat lini pertama gagal.
educational bulletin. (1997).
Hemorrhagic shock. Number 235.
Int J Gynaecol Obset
Restorasi cairan melalui dua jalur infus
1997;57:219–26.
dengan venokateter ukuran besar (16-
Anderson J M and Etches D. (2007).
18) adalah tindakan pertama mengatasi
Prevention and Management of
syok hemoragik. Larutan kristaloid Postpartum Hemorrhage. Am Fam
Physician 2007;75:875-82.
sebanyak 3 kali estimasi jumlah darah
yang hilang dapat mempertahankan Cuningham FG, Et.all (2001). William
Obstetrics 21st ed. Connecticut:
perfusi jaringan. Dalam keadaan yang
Appleton and Lange.
sangat mendesak (perdarahan mencapai
Maughan KL, Heim SW, Galazka SS.
40% volume darah) dan masih
(2006). Preventing Postpartum
berlangsung pemberian darah yang Hemorrhage: Managing the Third
Stage of Labor. Am Fam
sesuai tanpa crossmatching adalah
Physician 2006;73:1025-8.
tindakan live safing yang dapat
Marzi I. (1997). Hemorrhagic shock:
dibenarkan.
update in pathophysiology and
therapy. Acta Anaesthesiol Scand
Suppl 1997;111:42-4.
Tindakan bedah dilakukan bila usaha
menghentikan perdarahan tidak Ramanathan, G and Arulkumaran,.
(2006). Postpartum Hemorrhage.
berhasil. Tindakan tersebut adalah
J Obstet Gynaecol Can :967–973.
kompresi bimanual, tamponade, jahitan
WHO. World Health Report (2005)
B Lynche, histerektomi dan tamponade
Make every mother and child
intraabdominal. Metode sayeba count. Geneva: World Health
Organization
merupakan salah satu bentuk
penanganan PPH dengan memasang
ballon cateter di cavum uteri.
Bila terjadi gejala DIC maka
pengobatan khusus DIC harus segera

You might also like