Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

SENAM DIABETES MELITUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gerontik


Dosen Pengajar Ns.Aida Kusnaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat

Disusun oleh :
Kelompok 8 & 9

Muhammad Sidik (PO.62.20.1.16.154)


Nurul Fitria Oktaviani (PO.62.20.1.16.155)
Ratih Emasia Putri (PO.62.20.1.16.156)
Raupini (PO.62.20.1.16.157)
Rony Irawan (PO.62.20.1.16.158)
Sabtu Harvi Hendrawan (PO.62.20.1.16.159)
Selestia Rahmah (PO.62.20.1.16.160)
Syifa Rizki Fitri (PO.62.20.1.16.161)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


D IV KEPERAWATAN REGULER III
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
Laporan Pendahuluan ini dapat tersusun hingga selesai. Dan tidak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih, terutama kepada ibu Ns.Aida Kusnaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat
selaku pembimbing dalam penulisan makalah sederhana ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara moral maupun materil dan kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
makalah ini. Oleh sebab itu kami menantikan adanya kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca yang budiman demi perbaikan untuk penulisan yang akan datang.
Dan harapan kami semoga makalah sederhana ini dapat memberikan manfaat yang
besar bagi para pembaca khususnya mahasiswa.

Palangka Raya, 05 Mei 2018

Kelompok 8 dan 9

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar Diabetes Melitus


A. Definisi Diabetes Melitus.............................................................................. 4
B. Klasisikasi Diabetes Melitus......................................................................... 6
C. Etiologi Diabetes Melitus............................................................................. 9
D. Patofisiologi Diabetes Melitus..................................................................... 12
E. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus...................................................... 15
F. Manifestasi klinis Diabetes Melitus............................................................... 15
G. Penatalaksanaan Diabetes Melitus................................................................. 17
H. Komplikasi Diabetes Melitus....................................................................... 20
II. Konsep Senam Diabetes Melitus
A. Pengertian.................................................................................................. 22
B. Manfaat...................................................................................................... 22
C. Indikasi dan kontraindikasi............................................................................ 22
D. Hal yang haruss dikaji sebelum tindakan............................................................. 23
E. Prosedur Senam Diabetes.............................................................................. 23

DAFTAR PUSAKA.................................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. Kadar gula darah pada
penderita DM dapat diturunkan dengan melakukan senam DM. Pada jaman sekarang
latihan senam lebih dibutuhkan pada reaksi dan meningkatkan kualitas hidup. Popularitas
senam dalam tahun-tahun akhir ini tampak nyata sehingga menjadi motivasi sebagian
masyarakat untuk meningkatkan latihan-latihan yang mereka lakukan (Soegondo dkk,
2009). Namun, banyak penderita Dm yang belum melakukan senam DM dikarenakan
kurangnya motivasi yang menyebabkan penderita malas untuk melakukan senam.
Menurut data WHO (World Health Organization) kasus penyakit diabetes mellitus
meningkat empat kalinya dari 108 juta orang di tahun 1980 menjadi 422 juta orang di
tahun 2014. Tingkat gula darah yang tinggi menjadi penyebab utama kematian, terkait
dengan 3,7 juta kematian di dunia setiap tahunnya. Proporsi DM di Indonesia hasil
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 sebesar 6,9% atau 12.191.564 orang. Data
dari Puskesmas Ponorogo Utara, pada tahun 2016 jumlah penderita DM sebanyak 1.496
orang. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 5 orang
penderita DM usia 54 tahun sampai dengan 60 tahun mengenai senam diabetes mellitus,
5 responden mengetahui bahwa seorang penderita diabetes mellitus dapat melakukan
olahraga untuk menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Tetapi, mereka belum
mengetahui lebih spesifik tentang senam DM. Responden sering melakukan olahraga
pagi seperti lari ringan atau jalan santai sebelum makan pagi.
Latihan fisik khususnya senam DM pada penderita DM memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengendalikan kadar gula dalam darah, dimana waktu latihan jasmani
otot-otot tubuh, sistem jantung dan sirkulasi darah serta pernafasan diaktifkan.
Metabolisme tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa harus
menyesuaikan diri. Otot–otot akan menggunakan asam lemak bebas dan glukosa yang
berasal dari glikogen di otot–otot pada waktu latihan jasmani mulai dipakai sebagai
sumber tenaga. Apabila latihan jasmani terus ditingkatkan maka sumber tenaga dan
glikogen otot berkurang, selanjutnya akan terjadi pemakaian glukosa darah dan asam
lemak bebas. Makin ditingkatkan porsi olahraga makin meningkat pula pemakaian

1
glukosa yang berasal dari cadangan glikogen hepar. Apabila porsi latihan ditingkatkan
lagi, maka dibutuhkan dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan tersebut. Dorongan
inilah yang disebut motivasi. Oleh karena itu, motivasi sangatlah penting untuk
mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan senam DM. Pada saat latihan jasmani
ringan, pemakaian asam lemak bebas dan glukosa tidak tergantung insulin, apabila
olahraga ditingkatkan menjadi intensitas sedang maka insulin akan menurun dan
adrenalin akan meningkat. Selanjutnya bila latihan jasmani dalam intensitas yang lebih
berat maka non adrenalin akan meningkat dan menghambat sekresi insulin dan
bersamaan dengan itu terjadi peningkatan glukagon. Perubahan–perubahan metabolik
dan sistem hormonal selama latihan tersebut adalah reaksi fisiologis tubuh untuk
penyediaan energi yang dibutuhkan oleh otot–otot, glukosa dan asam lemak bebas dan
penyesuaian sistem kardiovaskuler serta sistem respirasi. Dampak jika tidak melakukan
senam DM pada penderita DM yaitu kadar gula darah dalam tubuh menjadi tidak
terkontrol, menurunkan fungsi dan menonaktifkan reseptor gula pada insulin yang
kemudian akan ditangkap oleh otot serta meningkatkan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita DM (Soegondo dkk, 2009).
Kemauan melakukan senam DM memerlukan motivasi dan harus mempunyai niat
yang tinggi, karena melakukan senam DM harus teratur agar mendapatkan kwalitas
hidup yang baik. Dalam melaksanakan senam diabetes mellitus dibutuhkan motivasi
yang tinggi pada penderita diabetes mellitus. Penting untuk meningkatkan motivasi
penderita diabetes mellitus melalui media cetak maupun media elektronik guna
meminimalisir ketidakseimbangan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus.
Selain itu, pentingnya dukungan dari keluarga untuk meningkatkan motivasi dalam
melaksanakan senam diabetes mellitus (Nursalam & Pariani, 2001).

2
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui klasifikasi Diabetes Melitus
3. Untuk mengetahui etiologi Diabetes Melitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Diabetes Melitus
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan Diabetes Melitus
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami Diabetes Melitus
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada klien yang mengalami Diabetes Melitus
8. Untuk mengetahui komplikasi pada klien yang mengalami Diabetes Melitus
9. Untuk mengetahui pengertian senam diabetes melitus
10. Untuk mengetahui manfaat senam diabates melitus
11. Untuk mengetahui indikasi dan kontarindikasi senam diabetes melitus
12. Untuk mengetahui hal yang harud dikaji sebelum senam diabetes melitus
13. Untuk mengatahui prosedur senam diabetes melitus

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS

A. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008).
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkangangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yangdisebabkan defisiensi insulin atau
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunnerdan Sudarta, 1999).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkanoleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyaikarakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapatdikontrol (WHO).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,

4
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolism lemak dan protein ( Askandar, 2000 ).
Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua – duanya. (Gustaviani, 2006 : 1857 – 1859 ).
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran
air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh
banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronia metabolisme abnormal yang memerlukan
pengobatan seumur hidup dengan diet, latihan dan obat – obatan. (Carpenito, 1999 : 143 –
159 ).
Diabetes mellitus adalah gangguan metebolik kronis yang tidak dapat smbuh tetapi
dapat di control yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia karna difisiensi insulin atau
ketidak adekuatan penggunaan insulin.( Engram, 1998: 532 – 540 ).
Diabetes Mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatjan oleh kekurangan insulin atau secara relative
kekurngan insulin.( Tucker, 1998: 400 – 411 ).
Diabetes Mellitus adalah masalah – masalah yang mengancam hidup ( kasus darurat )
yang disebabkan oleh difisiensi relative atau absolute.( Doengoes, 2000: 726 – 784 ).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin
absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism
karbohidrat,protein,lemak (Billota,2012).
Sedangkan menurut Arisman dan soegondo Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan
soegondo,2009).
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. ( Price and
Wilson, 1992 ).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi( Smeltzer and Bare,1996 ).

5
Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas
nilai normal. (Dinkes Sulsel, 2015)
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa
darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatan-nya oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2013).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang
dicirikan dengan dengan hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2014).
Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan
efektifitas kerja insulin atau keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2016).
Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
secara terus-menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif
(Tapan, 2015).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas
nilai normal (Kemenkes, 2013).

B. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee
on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama
diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari
pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan
olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat

6
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes

Klasifikasi menurut umur, waktu penyakit timbul, lama sakit, berat penyakit, dan
komplikasi (White)

1. Kelas A: Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil). Uji toleransi gula tidak
normal. Pengobatan tidak memerlukan insulin, cukup dengan diet saja. Prognosis
untuk ibu dan janin baik.
2. Kelas B: Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun; berlangsung kurang dari 10
tahun; tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C: timbul pada umur 10-19 tahun, menderita selama 10-19 tahun; tanpa
kelainan pembuluh darah.
4. Kelas D: Diderita sejak umur 10 tahun; lama 20 tahun; disertai kelainan pembuluh
darah seperti arteriosklerosis pada retina, tungkai, dan renitis.
5. Kelas E: Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah.
6. Kelas F: Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
7. Kelas R: Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau dengan perdarahan
dalam korpus vitreum.
8. Kelas H: Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner.

American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006) mengklasifikasikan


diabetes mellitus menjadi :
1. Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan
sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.

7
2. Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3. Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena terjadi
peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap
toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
4. Diabetes mellitus tipe lain :
a. Defek genetik fungsi sel beta
b. Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom rabson
mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
c. Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi, neoplasma,
fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.
d. Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma, hipertiroidisme
somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
e. Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid,
hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan
lainnya.
f. Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
g. Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor insulin, dan
lainnya.
h. Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner,
sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom
Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya
(ADA, 2005)

8
C. Etiologi
Penyakit diabetes melitus merupakan jenis yang paling banyak menyerang
masyarakat pada umumnya saat ini. Kencing manis atau sering disebut dengan penyakit
diabetes militus ini menyerang tanpa adanya mengenal usia dan siapa orangnya. Penyakit
ini dapat terjadi karena sistem metabolisme dalam tubuh secara tidak langsung terganggu,
dan sistem beta pankreas yang dalam hal ini berfungsi untuk memproduksi insulin juga
mengalami kerusakan sehingga jumlah insulin yang dihasilkan sangat sedikit dan kurang
mampu mencukupi kebutuhan akan insulinnya.
Secara medis penyakit diabetes militus terbagi menjadi 2 jenis tipe. Diabetes militus
tipe 1, merupakan penyakit diabetes yang menjadikan sang penderita memerlukan insulin
dari tubuh orang lain. Umunya penyakit jenis ini diderita oleh kebanyakan orang yang
berusia kurang dari 30 tahun. Sebaliknya jika penyakit diabetes militus tipe 2 biasanya
menyerang orang yang telah berusia lebih dari 30 tahun, dan sang penderita ini tidak
membutuhkan asupan insulin dari tubuh orang lain Berikut ini etiologi diabetes melitus:
1. Etiologi diabetes melitus yang dikarenakan faktor keturunan.
Perlu kita ketahui, jika penyakit diabetes ini tidaklah menular. Namun dapat
ditularkan secara biologis. Seperti contoh, jika diantara ke 2 orang tua kita ada yang
menderita penyakit ini maka sang anakpun dapat dengah mudah terinfeksi oleh
penyakit ini juga.
2. Etiologi diabetes melitus karena faktor virus dan bakeri
Salah satu virus yang dapat menjadikan diabetes yakni rubbela, dan human coxsackie
virus B4. Jenis virus ini dapat menyebabkan terjadinya krusakan pada sel beta
pankreas.
3. Etiologi diabetes melitus sebagai akibat dari adanya penerapan pola hidup tidak sehat
Dalam penyakit diabetes militus terjadi kerusakan pada organ pankreas. Seseorang
yang mengkonsumsi jenis makanan yang banyak mengandung zat pewarna, pemanis,
pengawet, minuma yang mengandung soda serta kandungan karbohidrat yang terlalu
tinggi dapat kerusakan pada organ penkreas sehingga menyebabkan timbulnya
penyakit diabetes militus.
4. Spesifik yang lain dapat berupa: karena infeksi, terjadi kerusakan genetik, penyakit
pankreas, efek dari adanya obat-obatan, serta adanya endokrinopati.

9
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan
pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen )
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor
risiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun
dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada
penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. (Sujono &
Sukarmin, 2008, hlm. 73).
b. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan
berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan
karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk
mencukupi energi sel yang terlalu banyak. (Sujono & Sukarmin, 2008, hlm.73).
c. Riwayat Keluarga

10
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik),
risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar daripada subjek (dengan
usia dan berat yang sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam
keluarganya. Tidak seperti diabetes tipe 1, penyakit ini tidak berkaitan dengan gen
HLA. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 tampaknya
terjadi akibat sejumlah defek genetif, masing-masing memberi kontribusi pada
risiko dan masing-masing juga dipengaruhi oleh lingkungan. (Robbins, 2007, hlm.
67).
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang
kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja
pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas.
Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin. ( Smeltzer and Bare,1996, hlm. 610).

3. Diabetes gestasional (GDM )


Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
1) Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2) Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
3) Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit

Pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer. Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang
mengalami peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human
placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon
tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula
darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin yang
disebut sebagai insulin resistance.

11
Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah
gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang
wanita hamil menderita diabetes gestasional.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya


1) Kelainan genetic dalam sel beta.
Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum
usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.
2) Kelainan genetic pada kerja insulin
sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans
3) Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
4) Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
5) Infeksi

D. Patofisiologi
1. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi
puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun

12
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
2. Diabetes tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat

13
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

Pathway

14
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
sesudah pemberian glukosa.
2. Asam lemak bebas : kadar lipid & kolesterol meningkat
3. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
4. Osmolalitas serum : meningkat namun umumnya < 330 MOsm/I
5. Elektrolit : Na bisa saja normal, meningkat/menurun, K normal atau terjadi
peningkatan semu seterusnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis & hemokonsentrasi yaitu
respon pada stress atau infeksi.
7. Gas darah arteri : menunjukkan Ph rendah & penurunan HCO3
8. Ureum/kreatinin : kemungkinan meningkat atau normal
9. Insulin darah : mungkin saja menurun/ tak ada (Type I) atau normal sampai tinggi
(Type II)
10. Urine : gula & aseton positif
11. Kultur & sensitivitas : mungkin saja adanya ISK, infeksi pernafasan & infeksi luka.

F. Manifestasi Klinik
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing
manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti
semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

15
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat berkembang
dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang
anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.

Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :

1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

16
G. Penatalaksanaan
1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahaman tentang perjalanan
penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan,
penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes/insulin.
Selain itu, untuk mencapai pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM
dibutuhkan perubahan perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman
dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut
seperti hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan
kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat perencanaan makan
yang cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah
lemak jenuh, kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah
sumber zat tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah
naik.Namun penyandang diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat.
Kebutuhan karbohidrat pada penyandang diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori
dengan asupan karbohidrat tersebar dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam
jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah
karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi karbohidrat
sederhana seperti gula, kue, tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian
dari karbohidrat yang tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik
untuk kadar gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih
lambat bila makan makanan yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang
mengandung banyak serat makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-
sayuran, dan buah-buahan seperti apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-

17
lain. Protein digunakan untuk pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak.
Sumber protein terdiri dari protein hewani & protein nabati. Sumber protein hewani
utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh karena rendah kandungan lemaknya.
Sumber protein lemak sedang seperti daging atau telur sebagai pengganti protein
rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu. Sedangkan sumber protein
tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi. Sumber protein
nabati adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang merah, kacang tanah,
kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan
lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat membantu
menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi
kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa dibatasi
dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga merupakan
makanan yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan
serat. Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah sehari. Susumerupakan sumber
protein, dan mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta kalsium Penyandang
diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau rendah lemak. Bagi yang menyukai
susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh takar susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga
kebugaran,menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga
akan memperbaiki kendali gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa
latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak.
4. Intervensi obat oral farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan insulin. Saat ini
terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk menurunkan kadar gula
darah. Beberapa obat yg sering digunakan adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin.
Obat ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes dengan berat badan
kurang atau normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan
sulfonilurea dan glinid.

18
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini terutama
dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya
diberikan pada saat atau sesudah makan karena dapat menyebabkan mual &
iritasi pada lambung.
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin yang
tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada
mereka dengan gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus sehingga
mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat ini hanya
mempengaruhi konsentrasi gula darah setelah makan. Efek samping yang sering
terjadi pada penggunaan obat ini adalah perut kembung, sering buang angin, dan
mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru pengelolaan DM.
Obat ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada gilirannya meningkatkan
sekresi insulin, menurunkan pengosongan lambung, dan menurunkan kadar
glukosa darah. Beberapa obat golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun
2007 antara lain vildagliptin dan sitagliptin.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat,
komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal
dengan pengobatan obat diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress
berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati
yang berat, dan adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.

19
H. Komplikasi
Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal.
Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99
mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal.
Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
glukosa darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar
glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan
vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan vena
(Wahono Soemadji, 2006).
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan
meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian melalui
perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang selanjutnya
akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan
perubahan fungsi (Arifin).
Hiperglikemia terdiri dari:
1) Diabetes Keto Asidosis (DKA)
Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan
metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif (Soewondo,
2006).
2) Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (KHHNK)
Sindrom KHHNK ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai
adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat, hiperglikemia berat
dan sering kali disertai ganguan neurolis dengan atau tanpa adanya ketosis
(Soewondo, 2006).
2. Komplikasi Kronik
a. Penyakit Makrovaskuler
Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler,
penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009).

20
Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah koroner
harus ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang mempunyai resiko tinggi
terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai riwayat
keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun riwayat keluarga DM yang
kuat (Waspadji, 2006).
b. Penyakit Mikrovaskuler
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. Kelainan yang terjadi pada
ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian
berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi
laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan
pengelolaan dengan pengobatan substitusi (Waspadji, 2006).
Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari retinopati
diabetik nonproliferatif sampai perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina
dan lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini retinopati dapat
diketahui melalui pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji, 2006).
c. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner, 2002).
d. Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).

21
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
A. Pengertian
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan
merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (PERSADIA, 2000).Pada waktu
latihan jasmani otot-otot tubuh, sistem jantung dan sirkulasi darah serta pernafasan
diaktifkan.Oleh sebab itu metabolisme tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit serta
asam basa harus menyesuaikan diri. Otot–otot akan menggunakan asam lemak bebas dan
glukosa sebagaisumber tenaga atau energi. Bila latihan jasmani dimulai glukosa yang
berasal dari glikogen di otot-otot pada waktu latihan jasmani mulai dipakai sebagai
sumber tenaga. Apabila latihan jasmani terus ditingkatkan maka sumber tenaga dan
glikogen otot berkurang, selanjutnya akan terjadi pemakaian glukosa darah dan asam
lemak bebas. Makin ditingkatkan porsi olahraga makin meningkat pula pemakaian glukosa
yang berasal dari cadangan glikogen hepar. Apabila latihan ditingkatkan lagi, maka
sumber tenaga terutama berasal dari asam lemak bebas dan lipolisis jaringan lemak
(PERSADIA, 2000).

B. Manfaat
1. Mengontrol gula darah
2. Menghambat penyakit kardiovaskuler
3. Membantu Penuruna berat badan
4. Bisa memberikan keuntungan psikologis
5. Mengurangi penggunaan obat

C. Indikasi dan kontraindikasi


1. Indikasi
Senam ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus . Namun
sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Mellitus sebagai
tindakan pencegahan dini. untuk penderita diabetes yanag masih sehat, senam diabetes
mellitus ini bisa ditingkatkan, namun untuk penderita diabetes yang sudah
berkomplikasi, sedikit dikurangi.
2. Kontra Indikasi
Ada beberapa keadaan yang perlu diwaspadai akibat senam diabetes antara lain
berhubungan dengan metabolisme, gula darah malah meninggi dan adanya ketosis, dan
terjadinya hipoglikomi pada penderita yang mendapat suntikan insulin atauminum obat

22
oral anti diabetik. Berhubungan dengan mikrovaskular, dapat terjadi perdarahan retina
meningkatnya proteinuria, dan perdarahan jaringan lunak setelah latihan.
Keadaan lain yang perlu diwaspadai yaitu berhubungan dengan system kardiovaskular,
dekompensasi jantung dan aritmia disebabkan oleh PJK, tekanan darah meningkat
dalam latihan, hipotensi orthostatik setelah latihan berhubungan dengan trauma, ulkus
pada kaki, penyakit-penyakit sendi terutama pada orang tua, trauma tulang dan otot
sehubungan dengan adanya neuropati, osteoporosis, dan osteoarthritis( Ilyas, 2005 ).

D. Hal yang Harus Dikaji Sebelum Tindakan


Pada penyandang diabetes yang mendapat terapi insulin, keadaan hipoglikemia
disertai kadar insulin yang berlebihan merupakan keadaan yang perlu mendapat perhatian
ketika melakukan latihan jasmani terutama pada waktu tahap pemulihan. Kemungkinan
hipoglikemia lebih besar bila insulin disuntikkan pada lengan atau kaki sebelum
melakukan latihan jasmani, sebagai akibat meningkatnya hantaran insulin melalui darah
karena efek pemompaan otot pada waktu berkontraksi.
Oleh karena itu dianjurkan agar penyuntikan insulin sebelum melakukan latihan
jasmani dilakukan didaerah abdomen, juga dianjurkan agar latihan jasmani dilakukan
setelah makan ketika kadar glukosa darah pada puncaknya. Pagi hari merupakan saat yang
paling baik untuk melakukan latihan jasmani. Latihan jasmani dengan durasi yang lama
pada penyandang diabetes yang mengalami defisiensi insulin disertai kadar gula darah
yang tidak terkendali akan menyebabkan peningkatan pelepasan bahan berbahaya yaitu
benda-benda keton, berbagai hal ini membutuhkan pengawasan yang ketat bila
penyandang diabetes melakukan latihan jasmani. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk
melakukan latihan jasmani secara berkelompok (Ilyas, 2005 ).

E. Prosedur Senam Diabetes


a) Tahapan – Tahapan
Menurut Ilyas (2005) ada beberapa tahapan (urutan kegiatan) dalam melakukan senam
diabetes yang harus diperhatikan setiap kali melakukan kegiatan senam diabetes,
tahapan-tahapan tersebut antara lain :
1. Pemanasan (Warming Up) k
Dilakukan sebelum melakukan latihan yang bertujuan untuk mempersiapkan
berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan.Selain itu pemanasan perlu untuk

23
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga lama.Pemanasan
biasanya 5-10 menit.
2. Latihan inti (Conditioning)
Pada tahap ini heart ratediusahakan mencapai target heart rate (THR)
3. Pendinginan (Cooling Down)
Pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang
dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolah raga atau pusing karena
darah masih terkumpul pada otot yang aktif. Lama pendinginankurang lebih 5-10
menit.
4. Peregangan (Streching)
Dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih tegang dan
lebih elastis.

b) Langkah-Langkah dalam Senam Diabetes


Dalam melaksanakan senam diabetes ada beberapa langkah yang harus dilakukan,
menurut Sumarni (2008) langkah-langkah tersebut antara lain:
1. Pemanasan 1
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke atas seluruh bahu, kedua tangan
bertautan, lakuka n bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh
2. Pemanasan 2
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu,
kemudian gerakkan kedua jari seperti hendak meremas, lalu buka lebar. Lakukan
secara bergantian namun tangan di angkat ke kanan kiri tubuh hingga lurus bahu.
3. Inti 1
Posisi tegap berdiri, kaki kanan maju selangkah ke depan, kaki kiri tetap di tempat.
Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu, sedangkan tangan kiri
ditekuk sampai telapak tangan mendekati dada.Lakukan secara bergantian.
4. Inti 2
Posisi berdiri tegap, kaki kanan diangkat hingga paha dn betis membentuk sudut
90°. Kaki kiri tetap di tempat.Tangan kanan diangkat kekanan tubuh selurus bahu,
sedangkan tangan kanan ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada.Lakukan
secara bergantian.
5. Pendinginan 1

24
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan selurus
bahu, tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
6. Pendinginan 2
Posisi kaki berbentuk huruf V terbalik, kedua tangan direntangkan ke atas
membentuk huruf V.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan senam diabetes mellitus dibutuhkan motivasi yang tinggi
pada penderita diabetes mellitus. Penting untuk meningkatkan motivasi penderita
diabetes mellitus melalui media cetak maupun media elektronik guna
meminimalisir ketidakseimbangan kadar gula darah pada penderita diabetes
mellitus. Selain itu, pentingnya dukungan dari keluarga untuk meningkatkan
motivasi dalam melaksanakan senam diabetes mellitus (Nursalam & Pariani,
2001).

26
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/273712008/Laporan-Pendahuluan-Diabetes-Melitus

https://dokumen.tips/download/link/senam-diabetesdocx

https://www.slideshare.net/septianraha/makalah-diabetes-melitus

https://boentelli.wordpress.com/2012/01/31/laporan-pendahuluan-diabetes-mellitus/

http://www.academia.edu/8201048/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETES_MELITUS

27

You might also like