Professional Documents
Culture Documents
Pahlawan Lampung
Pahlawan Lampung
Disusun Oleh
AJI FARDIANTO
KELAS VIII D
Bahkan, sosok mereka pun banyak yang terpahat dan terbentuk dalam
bentuk-bentuk patung dan terlukis dalam aneka macam gambar yang
menarik, dengan sosok dan wajah yang sangat patriotik.
Di Lampung, yang terbingkai dalam esai ini, tidak kurang mengurai kisah
perjangan para pahlawan itu. Bukan hanya satu sosok saja, tetapi lebih
alam sebuah masari satu, bahkan banyak sekali, yang umumnya nama-
nama mereka tidak tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa ini.
Di Lampung. Provinsi yang berjuluk ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’ ini tak hanya
memiliki Radin Inten II sebagai patriot yang patut
dihargai, Lampung juga memiliki jajaran nama patriot yang berjuang
melawan penjajah dengan masa dan wilayah perjuangan yang berbeda.
3. BATIN MANGUNANG –
TOKOH kita yang satu ini adalah seorang tokoh adat yang menolak tunduk dengan pasukan
kolonial. Berusia kurang lebih 40 tahun, ia bersama pengikutnya yang sebagian besar dari
kalangan pemuda dan petani, telah meresahkan rencana besar kolonial Belanda terhadap
perkebunan dan hasil bumi di wilayah Sumatera.
Dia bukan tokoh yang membutuhkan sanjungan, tidak juga pamrih. Ia lebih tepat disebut
seorang yang kecewa melihat penghisaban dan perampasan hasil bumi sepanjang tahun di
kampung halamannya, tak jauh dari Bandar Burnai, Teluk Semangka. Ia marah setiap
menyaksikan pengawas kolonial mengangkut berton-ton lada, kopi, dan cengkih dari Bandar
Burnai.
Sebagai tokoh adat pada masanya, ia tentu sangat disegani. Setiap perintahnya selalu
didengar oleh rakyat. Inilah modal awalnya untuk membentuk majelis pumpun, menghimpun
rakyat untuk menolak perampasan atas hasil bumi sendiri.
Patriot Lampung Pesisir. Bertempur melawan Belanda diwilayah Teluk Semaka tahun 1820 –
1833. Melarikan diri ke Lingga Riau bersama Raden Imba Kesuma dan Kyai Aria Natapraja.
Setelah di Riau di tangkap Sultan Lingga bersama Belanda kemudian di bawa ke Pulau Timur
melalui Jakarta. Sampai di Jakarta Kyai Aria Natapraja sakit dan meninggal, Sedang batin
Mengunang dan Raden Imba Kesuma meninggal dalam tahanan belanda di Pulau Timor.
Raden Intan I (1751-1828), adalah penguasa Keratuan Darah Putih atau Negara Ratu yang
berpusat di Kahuripan. Daerah ini sekarang termasuk wilayah Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan. Bagi Belanda Radin Intan I dianggap sebagai orang yang keras
kepala, ia tidak mau menuruti apa perintah Belanda, bahkan iapun cenderung untuk melawan
dari segala kebijakan yang dibuat pemerintah Belanda, seperti monopoli perdagangan
lada. Bagi Belanda sikap dan tindakan yang dilakukan Radin Intan I tersebut semakin lama
semakin menjengkelkan. Meskipun demikian dibalik sikap Radin Intan I yang keras kepala
tersebut, Belanda tetap memperlakukan Radin Intan I dengan sifat yang lunak. Sikap
lunak sengaja diperlakukan oleh pemerintah Belanda (khususnya Gubernur Jenderal Belanda,
H.W. Daendels), sebab Daendels mengakui kepemimpinan Raden Intan I sebagai penguasa di
Lampung. Disamping itu, perlakukan lunak Belanda khususnya Daendels tersebut didasarkan
atas perhatian Belanda yang terpecah, dikarenakan perhatian Belanda lebih tercurah pada
persiapan untuk menghadapi ancaman pasukan Inggris. Selanjutnya pada kwartal I abad 19
ini, Belanda juga harus menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah
(1825-1830). Dengan ketidak mampuan Daendels dalam mendekati Radin Intan I tersebut,
akhirnya Radin Intan I mengambil langkah-langkah yang bagi Belanda sangat
membahayakan, seperti menjalin hubungan persahabatan dengan Daeng Gajah dari Tulang
Bawang dan Seputih. Raden Intan pun sengaja melepaskan diri dari ikatan Belanda. Dengan
tindakan yang diambil Raden Intan ini, menandakan bahwa Radin Intan I dianggap oleh
Belanda sebagai pemberontak dan akan melakukan suatu pemberontakan.
7. RADIN INTEN II
Patriot Lampung Melinting Kalianda. Ia melanjutkan perjuangan
ayahnya berperang melawan Belanda di daerah Kalianda dan sekitar
gunung Rajabasa tahun 1834 – 1856. Radin Inten II dalam perjuangan
melawan Belanda dibantu 2 panglima perang yaitu ; Waak Naas dan
H. Wahyu, keduanya berasal dari Banten.