Bab I Reservoir

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 35

BAB I

TEKNIK RESERVOIR

Proses akumulasi minyak bumi di bawah permukaan haruslah memenuhi


beberapa syarat, yang merupakan unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi.
Unsur-unsur yang menyusun reservoir adalah sebagai berikut :

1. Batuan induk (source rock), adalah batuan tempat dimana terbentuknya


hidrokarbon. Jasad-jasad renik terendapkan dan mengalami proses
dekomposisi oleh temperature dan pressure yang tinggi yang merubah
bentuk fisiknya menjadi gas-gas seperti Carbon (C), Hidrogen (H),
Nitrogen (N), dan Oksigen (O2).
2. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak
bumi, gas bumi atau keduanya. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan
batuan yang porous dan permeable.
3. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang bersifat
impermeable, yang terdapat pada bagian atas suatu reservoir, sehingga
berfungsi sebagai penyekat fluida reservoir.
4. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan suatu unsur pembentuk
reservoir yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga lapisan
beserta penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan dan
menyebabkan minyak dan gas bumi berada dibagian teratas reservoir.

1.1 Sifat Fisik Batuan Reservoir


a). Porositas
Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas
penyimpanan fluida reservoir. Secara matematis, porositas adalah volume
pori batuan dibagi oleh volume bulk batuan, yang dituliskan sebagai
berikut:

Vb  Vg Vp
 
Vb Vb

1
Keterangan :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vg = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :


 Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total
terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen:

volume pori total


  100%
bulk volume

 Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang


saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume)
yang dinyatakan dalam persen.
volume pori yang berhubunga n
  100%
bulk volume
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat
juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
 Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang
bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.
 Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah
proses pengendapan.
Tipe batuan sedimen atau reservoir yang mempunyai porositas
primer adalah batuan konglomerat, batupasir, dan batu gamping.
Porositas sekunder dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu :

Untuk batuan klastik, susunan butiran yang membentuk batuan

sangat mempengaruhi besar porositas. Rentang harga porositas

berdasarkan susunan butiran adalah:

1. Maksimum, harga porositas yang diperoleh jika butiran tersusun

secara cubic packing, yaitu sebesar 0,476

2
2. Intermediate, untuk butiran seragam, porositas akan tergantung pada

susunan butiran.

3. Minimum = 0

Gambar 1.1 Pengaruh Susunan Butir Terhadap Porositas

Selanjutnya, untuk butiran pasir yang tidak seragam, terdapat


beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga porositas, diantaranya:
1. Bentuk (shape) butiran: porositas meningkat jika bentuk butir
(angularity) meningkat.
2. Susunan (packing arrangement) butiran: porositas menurun jika
kompaksi meningkat
3. Distribusi ukuran butiran: porositas menurun jika interval ukuran
meningkat (ukuran makin tidak seragam)
4. Sementasi antar butiran: porositas menurun jika jumlah interstitial
dan/atau cementing material meningkat. Interstitial sedikit pada
cleanstones dan banyak pada shaly sand.
5. Rekahan (fractures) dan/atau gerowong (vugs): rekahan dan gerowong
berkontribusi pada volume pori. Oleh karenanya, porositas makin besar
dengan adanya rekahan. Namun, sistem rekahan umumnya bersifat
lebih kompleks karena bukan hanya kemampuan penyimpanan (sifat
storativity) saja yang harus diperhatikan, akan tetapi juga kemampuan
mengalirkan fluida.

3
Gambar 1.2 Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke
a). Batu pasir b). Shalysand

Berikut ini adalah ukuran porositas yang sering digunakan sebagai


pegangan di lapangan:
Tabel 1.1 Ukuran Porositas di Lapangan
Porositas (%) Kualitas
0  5% dianggap jelek sekali
5 – 10% dianggap jelek
10 – 15% dianggap sedang
15 – 20% dianggap baik
> 20% sangat bagus

b). Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran suatu ruang pori batuan
yang dapat dialiri atau dilewati fluida. Definisi kuantitatif permeabilitas
pertama-tama dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan
empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut :
k dP
v x
 dL
Keterangan :

v = kecepatan aliran, cm/sec


 = viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.

4
Tanda negatif pada Persamaan diatas menunjukkan bahwa bila
tekanan bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan
dengan arah pertambahan tekanan tersebut. Asumsi-asumsi yang
digunakan dalam Persamaan diatasadalah:
1. Alirannya mantap (steady state),
2. Fluida yang mengalir satu fasa,
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan,
4. Kondisi aliran isothermal, dan
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal.
6. Fluidanya incompressible.

Gambar 1.3 Percobaan Pengukuran Permeabilitas

Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir,


permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
 Permeabilitas absolut, adalah yaitu dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya hanya
minyak atau gas saja.
 Permeabilitas efektif, yaitu permeabilitas batuan dimana fluida
yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air
dan gas, gas dan minyak atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas
efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk
minyak, gas, dan air. Sedangkan permeabilitas relatif untuk

5
masing-masing fluida reservoir dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut :
k kg k
k ro  o , k rg  , k rw  w .
k k k
Sedangkan besarnya harga permeabilitas efektif untuk minyak dan
air dinyatakan dengan persamaan :
Qo . o . L
ko 
A . (P1  P2 )

Qw . w . L
kw 
A . (P1  P2 )
 Permeabilitas relatif, merupakan perbandingan antara permeabilitas
efektif dengan permeabilitas absolut.
Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :

Q (cm 3 / sec) .  (centipoise ) . L (cm)


k (darcy) 
A (sq.cm) . (P1  P2 ) (atm)
Harga-harga ko dan kw pada Persamaan diatas jika diplot terhadap
So dan Sw akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar berikut ini :
Grafik 1.1 Kurva Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak dan Air

1 1
Effective Permeab ility to Water, k w

Effective Permeab ility to Oil, k o

0 0
0 Oil Saturation, So 1
1 Water Sa turation, Sw 0

6
Gambar diatas menunjukkanbahwa ko pada Sw = 0 dan pada
So = 1 akan sama dengan k absolut, demikian juga untuk harga k
absolutnya (titik A dan B) . Ada tiga hal penting untuk kurva
permeabilitas efektif sistem minyak-air (Gambar, yaitu :
 ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian
juga kw akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu,
sehingga dapat dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju
aliran minyak karena ko-nya yang kecil, demikian pula untuk air.
 ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak
dalam batuan (titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (Sor),
demikian juga untuk air yaitu (Swr).
Grafik 1.2. Kurva krelatif Sistem Air-Minyak

c) Saturasi Fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida
tertentu dengan volume pori-pori total pada suatu batuan berpori.
Dalam batuan reservoir minyak umumnya terdapat lebih dari satu
macam fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang
tersebar ke seluruh bagian reservoir.

7
d) Wettability
Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka
salah satu fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat
tersebut, hal ini disebabkan adanya gaya adhesi. Dalam sistem minyak-
air benda padat gaya adhesi AT yang menimbulkan sifat air membasahi
benda padat adalah :
AT = so - sw = wo. cos wo
dimana :

so = tegangan permukaan minyak-benda padat, dyne/cm


sw = tegangan permukaan air-benda padat, dyne/cm
wo = tegangan permukaan minyak-air, dyne/cm
wo = sudut kontak minyak-air.

Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung


untuk melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan
terletak diantara fasa air. Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-
menarik dengan batuan dan akan lebih mudah mengalir.
e) Tekanan Kapiler (Pc)
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-
cairan atau cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan
permukaan yang memisahkan kedua fluida tersebut. Perbedaan tekanan
dua fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida “non-wetting
fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting fasa” (Pw).
Pc = Pnw – Pw
Dimana:
Pc = Tekanan kapiler
Pnw = Tekanan non wetting fasa
Pw = Tekanan wetting fasa

8
Grafik 1.3. Pengaruh Tekanan Kapiler terhadap Saturasi Air

Secara ringkas, dua proses diatas menggambarkan hubungan


antara pcdan S tersebut dalam kaitannya dengan proses recovery di
reservoir adalah:
1. Proses drainage yang artinya penggantian fluida yang membasahi
oleh fluida yang tidak membasahi.
Contoh: injeksi gas ke dalam resevoar minyak atau system tenaga
dorong depletion drive; proses migrasi
2. Proses imbibition yang artinya penggantian fluida yang tidak
membasahi oleh fluida yang membasahi.
Contoh: injeksi air (waterflooding) ke dalam reservoar minyak;
proses produksi.

f) Kompresibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang
bekerja padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya
(overburden) dan gaya yang timbul akibat adanya fluida yang
terkandung dalam pori-pori batuan tersebut. Pada keadaan statik,
kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan reservoir
berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-
pori, dan perubahan batuan.

9
1.2 Karakteristik Fluida Reservoir
Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir
pada tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan
campuran yang sangat kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya.
Mengetahui sifat-sifat dari fluida hidrokarbon untuk memperkirakan
cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas
dari reservoir menuju dasar sumur, mengontrol gerakan fluida dalam
reservoir dan lain-lain.

a) Tekanan gelembung/tekanan saturasi (Pb)


Tekanan gelembung didefinisikan sebagai tekanan dimana
saat pertama kali gelembung gas keluar dari fasa minyak.

b) Kelarutan Gas dalam Minyak (Rso)


Kelarutan gas dalam minyak didefinisikan sebagai jumlah gas
yang terlarut (SCF) di dalam minyak (STB) pada kondisi dan
tekanan temperatur tertentu. Ciri utama kelakuan Rso terhadap
tekanan pada saat tekanan gelembung adalah bahwa harga Rso
mencapai maksimum karena jumlah gas yang terlarut pada saat
tersebut belum ada gas yang keluar dari minyak atau pada saat
jumlah gas terbanyak berada dalam minyak. Secara matematis Rso
dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑉𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 @ 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟, 𝑆𝐶𝐹
𝑅𝑠𝑜 =
𝑉𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑘𝑖 @ 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟, 𝑆𝑇𝐵

10
Grafik 1.6. Pengaruh Tekanan terhadap Jumlah Solution Gas

c) Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)


Faktor volume formasi minyak didefinisikan sebagai volume
minyak pada kondisi reservoir (reservoir barrel) dibagi dengan
volumenya pada kondisi standar (STB).
Secara matematis Bo dpat dituliskan sebagai berikut:

𝑉𝑜 + 𝑔𝑎𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 @ 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑟𝑣𝑜𝑖𝑟, 𝑏𝑏𝑙


𝐵𝑜 =
𝑉𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑘𝑖 @ 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟, 𝑆𝑇𝐵
Grafik 1.7. Pengaruh Tekanan terhadap Faktor Volume Formasi Minyak

d) Viskositas Minyak (μo)

Viskositas didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu


fluida untuk mengalir. Pada saat tekanan lebih besar dari Pb,
penurunan tekanan menyebabkan pengembangan minyak lebih
mudah sehingga viskositas turun. Sedangkan setelah melewati Pb,

11
jumlah gas yang berada dalam minyak berkurang terus dengan
turunnya tekanan sehingga minmyak makin mengental atau makin
sulit mengalir. Viskositas gas berkurang dengan turunnya tekanan,
karena molekul-molekulnya makin berjauhan dan bergerak lebih
bebas.

Grafik 1.8. Pengaruh Tekanan terhadap Viskositas Minyak

e) Kompresibilitas (C)
Harga kompressibilitas minyak jenuh umumnya lebih besar
dibandingkan harga kompressibilitas minyak tak jenuh. Penentuan
harga kompressibilitas ini dengan persamaan sebagai berikut :
1 𝑑𝑉
𝐶𝑜 = ( )𝑇
𝑉 𝑑𝑃

12
Grafik 1.9 Pengaruh Tekanan terhadap Kompresibilitas Minyak

1.3. Kondisi Reservoir


1.3.l. Tekanan Reservoir
Adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh gradien
kedalaman, maka akan menyebabkan terjadinya aliran fluida di
dalam formasi ke dalam lubang sumur yang mempunyai tekanan
relatif rendah. Besarnya tekanan reservoir ini akan berkurang
dengan adanya kegiatan produksi. Tekanan reservoir pada
prinsipnya berasal dari
1. Pendesakan oleh ekspansi gas (tudung gas) pada gas cap drive
reservoir, tenaga ini disebut dengan body force.
2. Pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan adanya beban
formasi diatasnya (overburden).
3. Pengembangan gas berupa gas bebas pada reservoir solution gas
drive dimana perbedaannya dengan reservoir gas cap drive
dimana gas yang terjadi tidak terperangkap tetapi merata
sepanjang pori - pori reservoir.
4. Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya
dipengaruhi oleh tegangan permukaan dan sifat kebasahan
batuan.

13
Setelah akumulasi hidrokarbon didapat, maka salah satu tes
yang harus dilakukan adalah tes untuk menentukan tekanan
reservoir, yaitu tekanan awal formasi, tekanan statik sumur,
tekanan alir dasar sumur, dan gradien tekanan formasi. Data
tekanan tersebut akan berguna didalam menentukan produktivitas
formasi produktif serta metode produksi yang akan digunakan,
sehingga dapat diperoleh recovery hidrokarbon yang optimum
tanpa mengakibatkan kerusakan fonnasi.

Tekanan awal reservoir adalah tekanan reservoir pada saat


pertama kali ditemukan. Tekanan dasar sumur pada sumur yang
sedang berproduksi disebut tekanan aliran (flowing) sumur.
Kemudian jika sumur tersebut ditutup maka selang waktu tertentu
akan didapat tekanan statik sumur.

Jenis Tekanan yang ada di Reservoir :

a) Tekanan Hidrostatis
Tekanan Hidrostatis juga merupakan suatu tekanan
yang timbul akibat adanya fluida yang mengisi pori-pori
batuan, desakan oleh ekspansi gas, dan desakan oleh gas yang
membebaskan diri dari larutan akibat penurunan tekanan
selama proses produksi berlangsung. Secara empiris dapat
dituliskan sebagai berikut :

Ph  0.052 xMWx TVD


Keterangan :
Ph = tekanan hidrostatik, psi
MW = Mud weight, ppg
TVD = tinggi kolam fluida, ft

14
b) Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh
formasi akibat berat batuan diatasnya.

c) Tekanan Rekah

Tekanan rekah adalah tekanan hidrostatis maksimum yang


dapat ditahan oleh formasi tanpa menyebabkan terjadinya pecah
formasi tersebut. Besarnya gadien tekanan rekah dipengaruhi oleh
tekanan overburden, tekanan formasi, dan kondisi kekuatan batuan.
Gradien tekanan rekah dapat ditentukan dengan memakai prinsip
“leak of test” yaitu memberikan tekanan sedikit-sedikit sedemikian
rupa sampai terlihat tanda-tanda formasi akan pecah, dengan
ditunjukkan kenaikan tekanan terus-menerus dan tiba-tiba menurun
drastis.

d) Tekanan Normal

Gradien tekanan berhubungan dengan lingkungan


pengendapan geologi. Karena pada umumnya sedimen
diendapakan pada lingkungan air garam, maka banyak tempat di
dunia ini mempunyai gradien tekanan antara 0,433 psi/ft sampai
0,465 psi/ft. Jadi formasi yang mempunyai gradien tekanan formasi
antara 0,433 psi/ft samapi 0,465 psi/ft merupakan tekanan normal.
Bila isi dari kolom yang terisi berbeda cairannya maka besarnya
tekanan hidrostatis akan berbeda.

e) Tekanan Subnormal
Tekanan formasi subnormal adalah formasi yang
mempunyai gradien tekanan dibawah 0,433 psi/ft. Tekanan
subnormal diakibatkan adanya rekahan-rekahan batuan, atau
adanya gaya diatrophisma (penekanan batuan dan isinya oleh gaya
pada kerak bumi).

15
f) Tekanan Abnormal

Tekanan abnormal adalah tekanan formasi yang


mempunyai gradien tekanan lebih besar dari harga 0,465 psi/ft.
Tekanan abnormal tidak mempunyai komunikasi tekanan secara
bebas sehingga tekanannya tidak akan cepat terdistribusi dan
kembali menuju tekanan normalnya. Tekanan abnormal berkaitan
dengan sekat (seal) terbentuk dalam suatu periode sedimentasi,
kompaksi atau tersekatnya fluida didalam suatu lapisan yang
dibatasi oleh lapisan yang permeabilitasnya sangat rendah.
Kompaksi abnormal akan terjadi jika pertambahan berat
beban diatasnya tidak menyebabkan berkurangnya ruang pori.
Ruang pori tidak mengecil karena fluida didalamnya tidak bisa
terdorong keluar. Tersumbatnya fluida didalam ruang pori
disebabkan karena formasi itu terperangkap didalam formasi lain
yang menyebabkan permeabilitas sangat kecil.

1.4. Jenis-Jenis Reservoir

Jenis-jenis reservoir dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu


berdasarkan fasa fluida dan mekanisme pendorong.

1.4.1 Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon


Fasa merupakan bagian dari zat yang mempunyai sifat yang
nyata, yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia secara seragam
dalam keseluruhan. Fasa yang penting yang terdapat dalam
produksi hidrokarbon adalah fasa cair (minyak atau kondensat) dan
fasa gas (gas alam). Diagram fasa adalah diagram tekanan dan
temperatur yang merupakan fungsi komposisi akumulasi
hidrokarbon pada suatu reservoir.

16
Grafik 1.12. Diagram Fasa Fluida Reservoir.

Daerah di dalam lengkungan garis bubble point (Pb) dan garis dew
point (titik embun) adalah merupakan daerah dua fasa dan grafik-grafik
lengkung di dalamnya menunjukkan volume total cairan hidrokarbon.
Daerah di luar lengkungan garis titik embun (pada temperatur di atas
temperatur embun) sistem berada dalam keadaan satu fasa (fasa gas),
sedangkan daerah di atas lengkungan garis titik gelembung (pada tekanan
di atas Pb) sistem terdiri dari satu fasa yaitu fasa cair (minyak).
Diagram P – T tersebut dapat menunjukkan suatu perubahan fasa,
apabila tekanan dan temperatur berubah / salah satunya yang berubah.
Pada awalnya setiap akumulasi hidrokarbon mempunyai diagram fasa
sendiri-sendiri sesuai dengan komposisi dan akumulasi hidrokarbonnya.

a) Black oil
Black Oil terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk molekul-
molekul yang besar, berat dan tidak mudah menguap (nonvolatile).
Diagram fasa-nya mencakup rentang temperatur yang luas. Diagram fasa
dari black oil secara umum ditunjukkan pada grafik 1.13. Garis pada

17
lengkungan fasa mewakili volume cairan yang konstan, diukur sebagai
persentase dari volume total. Garis-garis ini disebut iso-vol atau garis
kualitas. Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan tekanan pada
temperatur konstan yang terjadi di reservoir selama produksi. Tekanan dan
temperatur separator yang terletak di permukaan juga ditandai.
Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas yang dapat
dikandungnya. Penurunan tekanan akan membebaskan sebagian gas
terlarut untuk membentuk fasa gas bebas dalam reservoir.

Grafik 1.13. Diagram Fasa dari Black Oil

Gas tambahan yang mengembang dari minyak bergerak dari


reservoir ke permukaan. Hal ini menyebabkan penyusutan pada minyak.
Walaupun demikian, kondisi separator yang berada pada lengkungan fasa
menunjukkan bahwa jumlah cairan yang relatif cukup besar sampai di
permukaan. Apabila diproduksikan maka minyak berat ini biasanya
menghasilkan gas oil ratio permukaan sebesar 500 scf/stb dengan gravity
30oAPI atau lebih. Cairan produksi biasanya berwarna hitam dan lebih
pekat lagi.

18
b) Volatile Oil

Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-molekul


berat dan lebih banyak intermediates (yaitu etana sampai heksana)
dibanding black oil.

Grafik 1.14. Diagram Fasa dari Volatile Oil

Rentang harga temperatur yang tercakup lebih kecil daripada black


oil. Temperatur kritik-nya jauh lebih kecil daripada black oil, bahkan
mendekati temperatur reservoir. Iso-vol-nya juga tidak seragam jaraknya,
tetapi cenderung melengkung ke atas di depan garis titik gelembung. Garis
vertikal menunjukkan jalur penurunan tekanan pada temperatur konstan
selama produksi. Harap diperhatikan bahwa penurunan yang kecil pada
tekanan di bawah titik gelembung, titik-2, menyebabkan bebasnya
sejumlah besar gas di reservoir. Suatu volatile oil dapat menjadi gas
sebesar 50% di reservoir pada tekanan hanya beberapa ratus psi di bawah
tekanan gelembung. Iso-vol dengan persentase cairan jauh lebih kecil
melintasi kondisi separator. Oleh karena itu disebut volatile oil (minyak
yang mudah menguap). Apabila diproduksikan maka minyak ringan ini
biasanya menghasilkan gas oil ratio permukaan sebesar kurang lebih 8000

19
scf/stb dengan gravity sekitar 50oAPI. Cairan produksi biasanya berwarna
gelap.
c) Reservoir Retrograde Gas
Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada untuk
minyak dan titik kritik-nya berada jauh di arah bawah dari lengkungan.
Perubahan tersebut merupakan akibat dari kandungan retrograde gas yang
terdiri dari lebih sedikit hidrokarbon berat daripada minyak. Diagram fasa
dari retrograde gas memiliki temperatur kritik lebih kecil dari temperatur
reservoir dan cricondentherm lebih besar daripada temperatur reservoir.
Grafik 1.17. Diagram Fasa dari Retrograde Gas

Awalnya retrograde gas merupakan fasa gas di reservoir, titik - 1.


Bersamaan dengan menurunnya tekanan reservoir, retrograde gas
memberikan titik embun, titik-2. Dengan menurunnya tekanan, cairan
mengembun dari gas untuk membentuk cairan bebas di reservoir. Cairan
ini sebagian tidak mengalir dan tidak dapat diproduksi. Jalur tekanan
reservoir pada diagram fasa (Grafik 1.18.) menunjukkan bahwa pada
beberapa tekanan yang rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di
laboratorium; walaupun demikian, ada kemungkinan hal ini tidak terjadi

20
secara luas di reservoir karena selama produksi keseluruhan komposisi
dari fluida reservoir berubah.

d) Reservoir Gas Basah (Wet Gas)


Secara Normal reservoir gas basah akan mengandung komponen
(fraksi) berat lebih besar dibandingkan reservoir gas kering sehingga akan
menghasilkan diagram fasa yang lebih besar dan menggeser titik kritis
pada temperatur yang lebih tinggi, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.57.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa fluida yang mengisi reservoir gas
basah pada setiap saat akan berbentuk fasa tunggal. Pada kondisi separator,
reservoir gas basah ini akan ditunjukkan oleh adanya daerah dua fasa
dimana cairan yang dihasilkan merupakan hasil kondensasi yang terjadi di
separator.
Perlu diperhatikan bahwa didalam reservoir gas basah tidak akan
terjadi kondensasi retrograde isothermal selama proses penurunan tekanan,
cairan yang terbentuk dalam separator dalam jumlah yang sedikit dan
komponen berat yang terdapat dalam campuran relatif kecil. Dalam
reservoir gas basah biasanya ditunjukkan oleh GOR antara 6000 sampai
10000 cuft/bbl dengan derajat gravity lebih besar dari 600 API.

Grafik 1.16. Diagram Fasa Dari Wet Gas

21
e) Reservoir Gas Kering (Dry Gas)
Suatu reservoir gas kering akan mengandung fraksi ringan seperti
methana dan ethana dalam jumlah banyak serta sedikit fraksi yang lebih
berat. Jenis diagram fasa dari reservoir gas kering serta kondisi operasinya
dapat ditunjukkan dalam gambar Gambar 2.56. Pada Gambar 2.56.
ditunjukkan bahwa baik kondisi separator maupun kondisi reservoirnya
akan tetap pada daerah fasa tunggal. Untuk reservoir gas kering ini tidak
akan dijumpai adanya hidrokarbon cair akibat adanya proses penurunan
tekanan dan temperatur, baik pada kondisi di permukaan maupun di
reservoir. Istilah kering disini diartikan bebas dari hidrokarbon cair kecuali
air formasi. Ciri-ciri khas reservoir gas kering adalah :
 Pada kondisi reservoir awal, temperaturnya selalu berada di atas
cricondenterm.
 Gas deviation factor (z) bervariasi antara 0,7 sampai 1,20; harga
1,0 menyatakan gas ideal.
 Sifat-sifat gas kering yang terpenting adalah faktor volume formasi
gas, gravity gas, kekentalan gas dan kompresibilitas gas.
 Gas kering ini berbeda dengan gas basah ataupun gas kondensat,
terutama dalam kandungan komponen cairnya.
Grafik 1.15. Diagram Fasa Dari Dry Gas

22
1.4.2 Berdasarkan Mekanisme Pendorong

Pada umumnya, reservoir mempunyai energi yang cukup besar


pada awal reservoir tersebut diproduksikan. Energi reservoir alamiah,
dengan bantuan pompa (artificial lift) dapat memproduksikan minyak
melebihi kapasitas alamiahnya sampai menurun ke titik laju produksi
yang tidak ekonomis untuk kemudian produksi dihentikan. Tahap
inilah yang biasa disebut tahap pengurasan alamiah (natural primary
recovery). Faktor perolehan (recovery factor) dalam tahap ini akan
tergantung pada energi reservoir alamiah, sifat fisik batuan, sifat fisik
fluida, rencana pengembangan lapangan, dan kondisi ekonomi untuk
abandonment. Kinerja produksi (karakteristik laju produksi minyak,
GOR, WOR, dan penurunan tekanan) pada tahap primer akan
tergantung pada jenis energi reservoir dan parameter geologi dan
reservoir.

a) Solution Gas Drive Reservoir


Reservoir jenis ini disebut solution gas drive, depletion gas drive,
atau internal gas drive, disebabkan oleh karena energi pendesak
minyaknya adalah terutama dari perubahan fasa pada hidrokarbon-
hidrokarbon ringannya yang semula merupakan fasa cair menjadi gas.
Reservoir dengan sistem ini akan memperlihatkan kinerja produksi
minyak yang menurun dan gas-oil ratio (GOR) yang meningkat segera
setelah dimulainya produksi. GOR akan terus meningkat karena
adanya penurunan tekanan dan fasa gas akan mengalir lebih cepat
dibandingkan minyak karena mempunyai viskositas yang lebih kecil
sampai titik maksimum untuk kemudian menurun.

23
Gambar 1.4. Solution Gas Drive Reservoir

Grafik 1.18. Perilaku Tekanan, GOR & WC pada Solution Gas Drive Reservoir

b) Gas Cap Drive Reservoir


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi,
kadang-kadang pada kondisi reservoirnya komponen-komponen ringan
dan menengah dari minyak bumi tersebut membentuk suatu fasa gas.
Gas bebas ini kemudian melepaskan diri dari minyaknya dan
menempati bagian atas dari reservoir itu membentuk suatu tudung.
Keberadaan tudung gas (gas cap) pada bagian atas zona minyak pada
saturated reservoir akan membantu menstabilkan laju produksi minyak
dan GOR untuk beberapa lama. Setelah itu, gas dari gas cap mulai
membentuk kerucut (gas coning) dan mulai terproduksi melalui bagian
atas dari perforasi sehingga produksi minyak menurun dan GOR

24
meningkat dengan tajam (garis putus-putus menunjukkan produksi
dengan kontrol GOR).
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong gas
ini mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :
 Tekanan reservoir akan turun dengan lambat dan berlangsung
secara kontinyu
 GOR akan meningkat terus
 Produksi air diabaikan
 Perolehan minyak dapat mencapai 20 - 40 % dari total cadangan
awal dalam reservoir (initial oil in place).

Gambar 1.5. Gas Cap Drive Reservoir

Grafik 1.19. Perilaku Tekanan, GOR & WC pada Gas Cap Drive Reservoir

25
c) Water Drive Reservoir
reservoir sistem ini air merupakan fluida pertama yang
menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan adanya migrasi minyak
bumi maka air yang berada disana tersingkir dan digantikan oleh
minyak. Reservoir dengan water drive dapat berupa reservoir dengan
aquifer di sekelilingnya (edge water) atau reservoir dengan “reservoir”
air di bawahnya (bottom water), Jika permeabilitas di sekeliling
reservoir (atau permeabilitas di bawah reservoir) cukup besar, maka air
akan masuk (disebut water influx) ke dalam reservoir sebagai akibat
dari diproduksikannya reservoir tersebut. Water influx ini memberikan
efek mempertahankan tekanan reservoir (pressure maintenance) dan,
sebagai akibatnya, akan mempertahankan laju produksi.

Gambar 1.6.Water Drive Reservoir

Laju produksi minyak umumnya menurun dengan lambat dan GOR


meningkat dengan lambat (atau konstan). Setelah itu air dari aquifer
akan mencapai sumur dan WOR mulai meningkat. Di samping itu, air
juga dapat terproduksikan dari air yang berada di bawah minyak jika air
tersebut telah mencapai perforasi (water coning).

26
Grafik 1.20. Perilaku Tekanan, GOR & WC pada Water Drive Reservoir

Ditinjau dari cara pendesakannya Water Drive ini dibedakan


menjadi 3 macam, yaitu :

 Edge Water Drive, dimana pendesakan air sejajar dengan bidang


perlapisan.
 Bottom Water Drive, dimana arah gerakan bidang batas dari air-
minyak memotong arah bidang perlapisannya, dan tebal lapisan
yang mengandung minyak relatif lebih kecil dibandingkan dengan
aquifernya. Untuk jenis bottom water drive pendesakannya oleh
air dari bawah zona minyak.
 Kombinasi Edge Water Drive dengan Bottom Drive
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong air ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :
 Penurunan tekanan reservoir terlihat agak lambat.
 GOR rendah dan relatif konstan
 WOR naik dengan cepat dan kontinyu
 Recovery-nya cukup tinggi yaitu sekitar 35 - 75%

d) Segregation Drive Reservoir


Segregation drive reservoir atau gravity drainage merupakan
energi pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan

27
gas, minyak, dan air membuat suatu keadaan yang sesuai dengan
massa jenisnya (karena gaya gravitasi).

Gravity drainage mempunyai peranan yang penting dalam


memproduksi minyak dari suatu reservoir.

Gambar 1.7. Segregation Drive Reservoir


Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery dari
solution gas drive reservoir bisa ditingkatkan dengan adanya gravity
drainage ini. Demikian pula dengan reservoir-reservoir yang
mempunyai energi pendorong lainnya.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak,
permeabilitas zona produktif, dan juga dari kemiringan dari
formasinya. Faktor-faktor kombinasi seperti misalnya, viskositas
rendah, specific gravity rendah, mengalir pada atau sepanjang zona
dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan cukup
curam, ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam
pergerakan minyak dalam struktur lapisannya. Laju penurunan
tekanan tergantung pada jumlah gas yang ada. Jika produksi semata-
mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan tekanan dengan
berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang
terbebaskan dari larutannya terproduksi pada sumur struktur
sehingga tekanan cepat akan habis.

28
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan :
 Penurunan tekanan relatif cepat
 GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun
secara kontinyu
 Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan
 Recovery sekitar 20 - 40 %.

e) Combination Drive Reservoir

Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada
gas cap akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan
air yang berada pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat
produksi minyak tidak sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan
reservoir masih cukup tinggi karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas
dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa depletion untuk reservoir
jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih tersisa di
dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya tinggi dan
efesiensi produksinya lebih tinggi.
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan
seperti dibawah ini :
 Penurunan tekanan relatif cukup cepat
 WOR akan naik secara perlahan

29
Grafik 1.21. Perilaku Tekanan, GOR & WOR pada Combination Drive Reservoir

1.5 Penentuan Cadangan


Faktor yang sangat penting dalam pengembangan dan perencanaan
produksi minyak dan/atau gas bumi dari suatu reservoir adalah perkiraan
volume awal hidrokarbon di tempat (initial volume in place) dan volume
hidrokarbon yang dapat diperoleh (recoverable volume). Recoverable
volume tersebut secara umum sering disebut dengan reserves atau
cadangan. Cadangan dapat didefinisikan sebagai perkiraan jumlah minyak
mentah, gas alam, gas condensate, fasa cair yang diperoleh dari gas alam,
dan material lainnya (misalnya sulfur), yang dianggap bernilai komersial
untuk diambil dari akumulasi di dalam reservoir menggunakan teknologi
yang ada pada suatu saat dalam keadaan ekonomi dan dengan peraturan
pemerintah yang berlaku pada saat yang sama. Besar cadangan
diperkirakan berdasarkan interpretasi geologi dan/atau data keteknikan
(engineering) yang tersedia pada suatu waktu. Pada dasarnya, besar
cadangan dapat berubah selama masa produksi sejalan dengan
bertambahnya informasi dan data reservoir dan/atau karena keadaan
ekonomi yang memaksa adanya perubahan. Cadangan tidak termasuk

30
minyak dan gas dan material lainnya yang sudah berada dalam tanki
penimbun baik di permukaan maupun di bawah permukaan.

1.5.1. Metode Volumetrik


Perhitungan cadangan adalah :

𝑉𝑏 𝑃ℎ𝑖𝑒 (1−𝑆𝑤)
𝑁 = 7758 dan 𝐺 = 43560 𝑉𝑏 𝑃ℎ𝑖𝑒 (1 − 𝑆𝑤𝑖)/𝐵𝑔𝑖
𝐵𝑜𝑖

Dimana :

N; OOIP/ G; IGIP : Jumlah cadangan


Vb : Volum total batuan
Phie : Porositas batuan
Swi : Saturatian water intial
Boi/Bgi : faktor volume formasi

1.5.2. Metoda Material Balance

Metoda material balance dapat digunakan untuk memperkirakan


besar cadangan reservoir, dimana data-data produksi yang diperoleh
sudah cukup banyak. Prinsip dari metoda material balance ini didasarkan
pada prinsip kesetimbangan volumetrik yang menyatakan bahwa, apabila
volume suatu reservoir konstan, maka jumlah aljabar dari perubahan-
perubahan volume minyak, gas bebas dan air dalam reservoir harus sama
dengan nol.

Persamaan umum material balance untuk menghitung cadangan


adalah sebagai berikut:
𝑁𝑝 +[𝐵𝑡 +(𝑅𝑝 − 𝑅𝑠𝑖 )]−(𝑊𝑒 − 𝑊𝑝 𝐵𝑤 )
N= 𝑚𝐵
𝐵𝑡 − 𝐵𝑡𝑖 + 𝐵 𝑡𝑖 (𝐵𝑔 − 𝐵𝑔𝑖 )
𝑔𝑖

(Np = kumulatif produksi; B = faktor volume formasi; Rp = gas oil ratio,


SCF/STB; Rsi = kelarutan gas dalam minyak pada tekanan awal,

31
SCF/STB; We = water influx; WpBw = produksi air; subscript: t = total, i
= pada tekanan awal).
Persamaan umum material balance tersebut diatas, akan berubah
tergantung dari jenis mekanisme pendorong dari reservoirnya, dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Solution Gas Drive reservoir, m = 0, Wp = 0, We = 0.
 Water Drive reservoir, m = 0.
 Gas Cap Drive reservoir, We = 0.
 Combination Drive reservoir berlaku persamaan umum.

1.6. Uji Sumur

Tujuan utama dari “Well Testing” yaitu untuk menentukan


kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Wellbore
storage merupakan lubang sumur yang terisi fluida, dimana tekanan
pengukuran belum mencerminkan tekanan reservoir tetapi menentukan
tekana kondisi lubang sumur. Akan banyak sekali informasi-informasi
yang sangat berharga akan didapatkan seperti:
 Permeabilitas efektif fluida
 Kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang diuji.
 Tekanan reservoir
 Batas suatu reservoir
 Bentuk radius pengurasan
 Keheterogenan suatu lapisan
Jenis uji sumur yang biasa digunakan antara lain adalah:
 Drill steam test (DST),
 Uji tekanan (pressure test),
 Analisa PVT, dan
 Uji produksi (production test)

32
a. Drill Stem Test (DST)
Drill steam test merupakan uji sumur yang digunakan untuk
memastikan apakah suatu formasi dapat dikategorikan sebagai formasi
produktif atau tidak. Dilihat dari hasil analisa cutting dan logging.
Pada drill steam test ini menggunakan rangkaian peralatan DST
disambungkan dengan rangkaian drill string kemudian diturunkan
sampai zona test.

b. Uji Tekanan (Pressure Test)


Metode uji tekanan pada sumur minyak yang umum digunakan
ada dua macam, yaitu:
 Pressure Build-Up Test
Uji build-up tekanan adalah suatu teknik pengujian tekanan
transien yang paling sering digunakan. Build-Up test sering
digunakan untuk menstabilkan rate dan stabil pressure. Pada
dasarnya, pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan
memproduksi sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan
laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut. PBU
dapat dilakukan saat periode pengeboran maupun selama periode
produksi. Asumsi dalam pengujian pressure Build-Up Test:
a. Sumur ditutup tepat di depan perforasi.
b. Tidak ada aliran masuk kedalam sumur.
c. Fluida didalam reservoir mengair menuju sekeliling sumur
sampai tekanan diseluruh reservoir sama.

33
Grafik 1.23 Pressure Build-Up Test

 Pressure Draw-down Test


Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang
dilaksanakan dengan jalan membuka sumur dan mempertahankan
laju produksi tetap selama pengujian berlangsung. Sebagai syarat
awal, sebelum pembukaan sumur tersebut, tekanan hendaknya
seragam diseluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur
sementara waktu agar dicapai keseragaman tekanan reservoirnya.
Pengujian pressure drawdown biasanya digunakan pada sumur:
a. Sumur baru
b. Sumur lama yang telah ditutup sekian lama sekian lama
hingga dicapai keseragaman tekanan reservoir.
Metode uji tekanan pada sumur gas yang umum digunakan ada tiga
macam, yaitu:
 Back Pressure
 Isochronal Test
 Modified Isochronal Test

34
Grafik 1.24 Pressure Drawdown Test

35

You might also like